Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syadza Andini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan intervensi Stepping Stones Triple-P pada keluarga yang memiliki anak dengan Mild Intellectual Disability yang memiliki permasalahan perilaku disruptive (agresif dan tidak patuh). Program intervensi ini bertujuan untuk membantu orangtua mengembangkan strategi manajemen yang efektif untuk menangani berbagai masalah perilaku anak dengan developmental disabilities dan isu-isu perkembangan yang terkait. Program intervensi dilaksanakan dalam 7 sesi, yang terdiri dari 5 sesi di klinik, dan 2 sesi observasi di rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode ceramah, diskusi, worksheet dan roleplay. Permasalahan perilaku anak diukur dengan menggunakan Child Behavior Checklist (CBCL) yang diisi oleh orangtua pada sesi pertama dan terakhir program dan catatan harian perilaku yang diisi sepanjang program berlangsung. Gaya pengasuhan orangtua diukur dengan menggunakan instrument The Parenting Scale dari Arnold, O’Leary, Wolff, & Acker (1993). Selain itu, pengukuran persepsi orangtua mengenai kompetensinya dalam praktek pengasuhan diukur dengan Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) dari Gibaud-Wallston, J. & Wandersman, L.P.(1978). Partisipan dalam penelitian ini adalah orangtua (Ayah) dari anak laki-laki usia 14 tahun 9 bulan (G) dengan diagnosa Mild Intellectual Disability, yang memiliki permasalahan perilaku disruptive (agresif dan tidak patuh). Ayah sebagai partisipan memiliki karakteristik pola pengasuhan yang keras, mudah marah, dan menggunakan kekerasan fisik sebagai metode pendisiplinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan program intervensi Stepping Stones Triple-P terbukti efektif dalam mengurangi permasalahan perilaku membantah dan agresif pada G, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam menerapkan gaya pengasuhan yang positif. Pada studi ini, Ayah mengalami perubahan berupa lebih tenang ketika bereaksi terhadap kesalahan-kesalahan G dan tidak langsung memuncak kemarahannya, menerapkan strategi dalam meningkatkan hubungan positif dengan G, dan mampu menerapkan pola disiplin yang tegas dan konsisten, serta tidak menggunakan kekerasan.

The study was conducted to determine the effectiveness of Stepping Stones Triple-P intervention on a family who have a child with Mild Intellectual Disability and disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). This program aims to help parent develop effective management strategies for dealing with a variety of behavioral problems of child with developmental disabilities and issues related to the development. This program implemented in 7 sessions, which consist 5 sessions at the clinic, and two observation sessions at home. The method used in this study is through lectures, discussions, worksheets, and role-plays. Child behavior problems were measured by using the Child Behavior Checklist (CBCL) filled out by parents on the first and last session of the program; as well as diaries of problem behavior filled out throughout the program. Dysfunctional parenting styles were measured using The Parenting Scale (PS) of Arnold, O’Leary, Wolff, and Acker (1993). In addition, the measurement of parental perceptions regarding their competence in parenting practices measured by the Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) of Gibaud-Wallston, J. & Wandersman, LP (1978). Both PS and PSOC were filled out by parents on the first and last session of the program. Participant in this study were parents (father) of a boy ages 14 years and 9 months old (G) with a diagnosis of Mild Intellectual Disability, who has disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). Father as a participant has characteristics of harsh parenting, irritability, and using physical violence as a disciplinary method. The results showed that the implementation of the Stepping Stones Triple-P interventions proved effective in reducing the problem of non-compliant and aggressive behaviors in G, by enhancing the knowledge and skills of parents to implement positive parenting styles. In this study, father experienced changes in parenting attitude that are able to be calm when reacting to G’s problem behavior, able to implement positive relation strategies with G, and capable of implementing firm and consistent discipline instead of coercive disciplinary method.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiyani Rahmawati
"Prevalensi anak dengan disabilitas intelektual di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Anak dengan disabilitas intelektual memiliki risiko lebih besar mengalami gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, kalsium (Ca), dan zat besi (Fe)), aktivitas fisik, dan gangguan makan terhadap status gizi anak dengan disabilitas intelektual di Jakarta.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode total sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan April – Mei 2013 di SLBN 5 dan 6 Jakarta. Sampel pada penelitian ini berjumlah 80 responden yang terdiri dari anak dengan disabilitas intelektual kelas satu hingga enam. Instrumen yang digunakan terdiri dari dua berdasarkan fungsinya, yaitu (1) timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg & microtoise dengan ketelitian 0,1 cm untuk pengukuran antropometri; dan (2) kuesioner dengan metode wawancara untuk pengambilan data asupan gizi, aktivitas fisik, dan gangguan makan. Sementara itu, uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Chi square.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 43,75% anak dengan disabilitas intelektual berstatus gizi lebih, 70% mengonsumsi energi 'cukup', 71,25% protein 'cukup', 90% lemak 'cukup, 90% karbohidrat 'kurang', 88,75% vitamin A 'cukup', 86,25% vitamin B6 'kurang', 82,5% vitamin C 'kurang', 88,75% kalsium 'kurang', dan 96,25% zat besi 'kurang'.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status gizi lebih (p=0,043) dan berisiko 3 kali lebih besar untuk mengalami gizi lebih. Berdasarkan hasil tersebut, disarankan kepada sekolah untuk memberikan pengetahuan terkait gizi dalam bentuk penyuluhan kepada orang tua.

The prevalence of overweight intellectual disability children in Indonesia keep increasing every year. Children with an intellectual disability have a greater risk of experiencing overweight. The study aimed to determine the relationship between intake of nutrient (energy, protein, fat, carbohydrate, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, calcium (Ca), and iron (Fe)), physical activity, and feeding problem to nutritional status of children with intellectual disability in Jakarta. This study is using cross sectional and total sampling method.
This study was conducted on April – Mei 2013 at SLBN 5 and 6 Jakarta. Total sample of this study was 80 children consisted of class one to six. Instrument used were scale and microtoise as instrument for measurements anthropometry, and also used by interview for measurement intake of nutrition, questionnaire physical activity, and feeding problem data. The statistical method of this study was Chi Square.
Based on the research of 43.75% samples are overweight, 70% energy 'good', 71,25% protein 'good', 90% fat 'good', 90% carbohydrate 'less', 88,75% vitamin A 'good, 86,25% vitamin B6 'less', 82,5% vitamin C 'less', 88,75% calcium 'less', dan 96,25% iron 'less'.
Statistic result is showing there is association between fat consumption to overweight intellectual disability children (p=0,043) and had risk to be overweight 3 times. Based on the result, it was suggested to give information about balance nutrition to the parents and teachers at school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edinburgh: Churchill Livingstone , 2009
305.908 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dedek Roslina
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Pelayanan Jarak Jauh PPJJ Tahun 2017 sebagai program home care bagi penyandang disabilitas intelektual di Kabupaten Bandung Barat serta mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian evaluasi formatif yang membandingkan temuan dengan Pedoman PPJJ sebagai prosedur dan kebijakan pengelola program dan Pedoman Home Care Tuna Grahita Kementerian Sosial sebagai best practice standard . Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum 10 tahapan PPJJ Tahun 2017 dilaksanakan dengan berpedoman pada kebijakan pengelola program. Di sisi lain, terdapat tahapan yang tidak sesuai dengan pedoman home care, serta tahapan yang tidak didasari prosedur apapun. Pelaksanaan PPJJ Tahun 2017 didukung oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman pendamping dalam kegiatan sosial, kepedulian pendamping terhadap anak berkebutuhan khusus, adanya Rehabilitasi Berbasis Masyarakat RBM , solidaritas pendamping, dan dukungan dari berbagai pihak. Adapun faktor penghambat program mencakup kesulitan pendamping dalam menyusun laporan bantuan stimulan, sikap orang tua penerima pelayanan yang tidak proaktif terhadap program, kondisi psikologis penerima pelayanan yang labil, materi pelatihan pendamping yang kurang lengkap, jarak antar kecamatan yang jauh, dan kecemburuan sosial dari aparat, kader, dan masyarakat di salah satu kecamatan.

ABSTRACT
This study aims at evaluating the implementation of The Distance Service Program DSP in 2017 as a home care program for persons with intellectual disabilities in West Bandung regency and also identifying the supporting and inhibiting factors. This study used a qualitative approach with the type of formative evaluation research that compares the findings with the DSP Guidelines and Home Care for Intellectual Disability Guidelines by Ministry of Social Affairs of Indonesia. The results showed that generally 10 stages of DSP in 2017 were implemented by referring to program management policy. Some stages are inconsistent with home care guidelines and that are not based on any procedure. The implementation of DSP in 2017 is supported by several factors, such as community worker rsquo s experience in social activities, their caring concerns to children with special needs, the existence of Community Based Rehabilitation CBR institution, solidarity of community workers, and support from various parties. The inhibiting factors of the program include the community worker 39 s difficulties in preparing stimulant assistance reports, parental attitudes of non proactive service to the program, psychological condition of beneficiaries, incomplete training materials, distances between remote sub districts, and social jealousy from the apparatus, cadres, and communities in one of the districts."
2018
T51581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efika Fiona
"Disabilitas intelektual merupakan kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan pada fungsi kognitif, adaptif, dan adanya keterlambatan pada perkembangan yang terjadi sebelum usia 18 tahun. Salah satu hal yang menyangkut fungsi-fungsi tersebut dan biasanya bermasalah pada penyandang disabilitas intelektual ringan adalah regulasi emosi.
Regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang untuk menahan diri terhadap perilaku yang tidak sesuai terkait dengan emosi negatif ataupun positif yang dirasakan, mengatur diri supaya tidak tergantung dengan suasana hati, menenangkan diri ketika muncul emosi yang kuat, dan memfokuskan atensi ketika muncul emosi yang kuat.
Regulasi emosi sangat dibutuhkan untuk beradaptasi hingga menjaga hubungan dengan orang lain. Intervensi yang dapat digunakan untuk menangani masalah regulasi emosi adalah pemberian pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi. Penelitian ini menggunakan desain single subject.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi memberikan dampak positif pada aspek kognitif dan perilaku subjek. Penggunaan sistem keterampilan dalam keseharian juga berkaitan dengan peranan orang-orang di sekitar subjek yang memahami cara penggunaan keterampilan dan mengingatkannya pada subjek.

Intellectual disability is a condition where someone experiences deficits in intellectual functions, adaptive functions, and onset of these deficits during the developmental period before the age of eighteen . One of the things that are related to the functions and become problems for children with mild intellectual disability is the emotion regulation.
Emotion regulation is someone rsquo s ability to refrain himself from improper behavior concerning negative and positive emotions that he feels, to manage himself so that he does not depend on his mood condition, to calm down himself when strong emotion arises, and to focus his attention when strong emotion appears.
Emotion regulation is extremely needed for adaptation in order to maintain relations with other people. Intervention that can be used to handle emotion regulation problem for children with intellectual disability is by giving emotion regulation skills system training. This research uses single subject design.
The result of this research shows that emotion regulation skills system training gives positive impacts on cognitive and behavior aspects of the subject. The application of these skills in daily life is also related to the roles of people around the subject who can understand how to apply the skills and remind the subject.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Faradiba
"Dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, caregiver bagi anak tuna grahita dan pendamping dalam proses belajar dari rumah (BDR), ibu dengan anak tuna grahita seringkali menjumpai penyebab stres. Skripsi ini membahas mengenai strategi coping ibu dari anak tuna grahita dalam mendampingi belajar dari rumah dimasa pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Mendeskripsikan penyebab stres yang dijumpai ibu dengan anak tuna grahita dalam mendampingi belajar dari rumah dimasa Pandemi COVID-19 dan (2) Mendeskripsikan strategi coping ibu dari anak tuna grahita dalam mendampingi belajar dari rumah dimasa Pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Proses pengambilan data dilakukan sejak bulan Oktober hingga Desember 2021 melalui wawancara mendalam secara daring dengan 5 informan yaitu ibu dari anak tuna grahita sebanyak 4 orang dan wali kelas sebanyak 1 orang. Proses wawancara dilakukan dengan semi terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu mengalami 3 penyebab stres yang bersumber dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Penyebab stres dari diri sendiri berupa kesulitan mengatur waktu dan bentrok waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan mendampingi belajar dari rumah (BDR), emosi yang meledak ketika mengajari anak, memaksakan anak sesuai ekspektasi ibu, dan sudah kelelahan dengan pekerjaan rumah ketika mendampingi anak BDR, kondisi sebagai caregiver dan kekhawatiran akan masa depan anak. Penyebab stres dari keluarga berupa anak tidak mood dan menolak belajar, anak jenuh belajar di rumah, anak sulit memahami pelajaran, proses BDR yang terdistraksi oleh anak yang lebih kecil, tantrum pada anak, kemampuan bicara yang kurang jelas pada anak, kurangnya dukungan sosial dari pasangan dan ekonomi keluarga memburuk akibat pandemi. Selanjutnya, penyebab stres yang berasal dari masyarakat berupa family stigma. Untuk menghadapi penyebab stres tersebut, ibu dari anak tuna grahita melakukan tiga strategi coping. Pertama,problem based coping berupa Seeking social support, planful problem solving, dan dengan cara mencari informasi terkait kondisi yang dihadapi. Kedua, emotion based coping berupa positive reappraisal, accepting responsibility, distance dan beristirahat. Ketiga, active coping strategies berupa Social group and professional help dan Training.

In carrying out their roles as housewives, caregivers for intellectual disability child and companions in the learning process from home (LFH), mothers with intellectual disability child often encounter stressors. This study discusses the coping strategies of mothers with intellectual disability child in assisting learning from home during the COVID-19 pandemic. The objectives of this study are: (1) to describe the causes of stress encountered by mothers with intellectual disability child in assisting learning from home during the COVID-19 Pandemic and (2) to describe coping strategies for mothers with intellectual disability child in assisting learning from home during the COVID-19Pandemic. This study used a qualitative approach and the type of descriptive research. The data collection process was carried out from October to December 2021 through in-depth online interviews with 5 informants, namely 4 mothers with intellectual disability child and 1 homeroom teacher. The interview process was conducted in a semi-structured manner. The results of this study indicated that they experienced 3 causes of stress that came from oneself, family and society. The causes of stress from oneself was in the form of difficulty managing time and conflicting times to do house chores and accompany learning from home (LFH), emotions that explode when teaching children, forcing children according to mother's expectations, and being tired of house chores when accompanying LFH children, the condition as a caregiver and worries about the future of the child. The causes of stress from the family in the form of children who were not in the mood and refuse to study, children were bored studying at home, children had difficulty understanding lessons, the LFH process was distracted by younger children, tantrums in children, unclear speech skills in children, and lack of social support from husband, and the economy in the family worsens due to the pandemic. Then the cause of stress from society was in the form of family stigma. In order to respond to the causes of stress, mothers with intellectual disability child performed various coping strategies, namely Problem based coping in the form of Seeking social support, Planful problem solving and looking for information related to the conditions at hand. Emotion based coping in the form of Positive Reappraisal, Accepting Responsibility, Distance and Rest, then Active coping strategies in the form of Social group and professional help and training."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prysafella Deviena Ratu Alesta
"Anak disabilitas masih kerap mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Terutama anak disabilitas intelektual (DI). Adanya sumber-sumber yang sulit diakses, fasilitas umum yang belum ramah disabilitas menjadi salah satu alasan bahwa penyandang disabilitas masih kurang mendapatkan perhatian oleh pemerintah dan masyarakat. Anak disabilitas intelektual membutuhkan waktu, perhatian, biaya, usaha, dan kesabaran yang lebih dari keluarga, juga memerlukan banyak bantuan dari tenaga profesional dalam berbagai hal termasuk kegiatan sehari-hari. Dibutuhkannya pendekatan dan penanganan yang tepat merawat anak disabilitas. Pemenuhan kebutuhan ini memerlukan peran aktif dari ibu untuk mencapai sumber yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran dan tantangan yang dihadapi oleh ibu dalam merawat anak dengan disabilitas intelektual. Dalam pemenuhan peran dan tantangan yang dimiliki oleh ibu dibutuhkan dukungan dari masyarakat dan pemerintah agar ibu dapat mencapai kesejahteraannya sendiri dan kesejahteraan anaknya Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi deskriptif. Informan dalam penelitian terdiri dari lima ibu dari anak DI yang memiliki anak penyandang disabilitas intelektual, yaitu dua ibu dari siswa sekolah dasar (SD), dua ibu dari siswa sekolah menengah pertama (SMP), dan satu ibu dari siswa sekolah menengah atas (SMA). Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan teknik open coding, axial coding, dan selective coding berdasarkan pendekatan Strauss dan Corbin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran ibu cukup kompleks dalam merawat anak disabilitas intelektual. Peranan yang dijalankan berdasarkan dari pengalaman dan informasi yang didapatkan oleh ibu. Di sisi lain, ibu menganggap tantangan sebagai bentuk konsekuensi dari adanya disabilitas yang dialami oleh anaknya. Penelitian ini menekankan pentingnya kolaborasi antara ibu dan tenaga profesional, serta dukungan sosial yang berkelanjutan untuk mengoptimalisasi kesejahteraan ibu dalam menjalankan peran pengasuhan bagi anak dengan disabilitas intelektual.

Children with disabilities still often experience difficulties in fulfilling their needs, especially children with intellectual disabilities (ID). The existence of hard-to-access resources and public facilities that are not yet disability-friendly are among the reasons why persons with disabilities still receive less attention from the government and society. Children with intellectual disabilities require more time, attention, financial resources, effort, and patience from their families, and they also need considerable assistance from professionals in various aspects, including daily activities. Appropriate approaches and handling are needed in caring for children with disabilities. Meeting these needs requires the active role of mothers in accessing available resources. This study aims to describe the roles and challenges faced by mothers in caring for children with intellectual disabilities. In fulfilling their roles and overcoming challenges, mothers need support from the community and the government so that they can achieve their own well-being as well as their children's well-being. This research uses a qualitative approach with a descriptive study design. The informants in this study consist of five mothers of children with intellectual disabilities: two mothers of elementary school students, two mothers of junior high school students, and one mother of a senior high school student. Data were obtained through in-depth interviews and analyzed using open coding, axial coding, and selective coding techniques based on Strauss and Corbin’s approach. The results of the study show that the role of the mother is quite complex in caring for children with intellectual disabilities. The roles carried out are based on the mother's experiences and the information she has obtained. On the other hand, mothers view challenges as a form of consequence of the disability experienced by their children. This study emphasizes the importance of collaboration between mothers and professionals, as well as continuous social support, to optimize the mother's well-being in carrying out the caregiving role for children with intellectual disabilities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mella Yusthiani
"Perilaku disruptif seperti berteriak-teriak, berperilaku agresif, kasar, melawan, dan merajuk merupakan perilaku-perilaku yang sering tampak pada anak yang mengalami ketidakmampuan intelektual (ID). Kemunculan perilaku disruptif ini semakin diperkuat oleh adanya faktor lingkungan, salah satunya adalah pola asuh yang mencakup interaksi antara anak dengan orangtua dan penerapan disiplin yang efektif terhadap anak. Perilaku disruptif memiliki efek buruk yang signifikan pada kondisi kesejahteraan hidup individu itu sendiri maupun orang lain. Apabila tidak segera ditangani, perilaku ini dapat berkembang menjadi semakin sulit ditangani, terutama pada masa remaja. Oleh karena itu, perilaku ini sebaiknya segera ditangani sejak usia dini. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi perilaku disruptif, penerapan intervensi Parent Child Interaction Therapy (PCIT) dinilai efektif untuk menurunkan perilaku disruptif pada anak, meskipun penelitian yang berfokus pada anak dengan ketidakmampuan intelektual jumlahnya masih terbatas. Pada penelitian ini, prinsip-prinsip Parent Child Interaction Therapy (PCIT) digunakan untuk mengurangi perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang. Melalui pengukuran yang dilakukan menggunakan instrumen The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) dan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penerapan PCIT berhasil menurunkan perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang.

Disruptive behavior such as yelling, aggressive behavior, rough behavior, fighting, and sulking are behaviors that are commonly seen in children with intellectual disability (ID). The emergence of these behavior reinforced by the presence of environmental factors, such as parenting style that includes the interaction between children and parents and the implementation of effective discipline towards children. Disruptive behavior have a significant effect to the condition of individuals wellbeing. If this condition leave not treated, these behaviors might be worse and difficult to handle, especially in adolescence. Therefore, this behavior should be treated at an early age. According to some studies that have been done to address disruptive behavior, the implementation of Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is considered effective to reduce disruptive behavior in children, although number of research which focuses on children with intellectual disability are limited. In this study, Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is used to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability. Through measurements using The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) and Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), the results shows that the application of PCIT managed to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Tanjung Sari
"Kemampuan regulasi diri merupakan aspek penting dari perkembangan anak. Regulasi diri yang berkembang dengan baik dapat mendukung perkembangan anak secara optimal dan adaptif. Anak belajar meregulasi dirinya melalui interaksi orangtua-anak sejak usia dini. Akan tetapi, tidak semua anak memiliki kemampuan regulasi yang baik. Anak yang tidak memiliki kemampuan regulasi diri seringkali menunjukkan masalah perilaku, seperti temper tantrum, menggunakan kekerasan fisik, tidak patuh, dan sebagainya. Pendekatan Parent- Child Interaction Therapy (PCIT) merupakan salah satu intervensi yang digunakan untuk meningkatkan perilaku yang adaptif melalui interaksi antara anak dan orangtua.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip PCIT untuk meningkatkan interaksi anak dan orangtua sebagai upaya untuk mengatasi temper tantrum pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian single-subject design. Partisipan penelitian ini melibatkan anak perempuan berusia 7 tahun 5 bulan yang telah didiagnosis intellectual disability dan memiliki kesulitan dalam meregulasi diri serta ibu dari sosial ekonomi menengah bawah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip PCIT dapat meningkatkan kualitas interaksi orangtua-anak yang terukur pada Dyadic Parent-Child Interaction Coding System?III (DPICS-III) dan menurunnya temper tantrum anak yang terukur pada skala Child Behavior Checklist, Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), serta Fast Track Project Child Behavior Questionnaire (FTP-CBQ).

Self regulations is an important aspect of a child development that can optimize his/her development. Parenting plays a major role in the development of child self regulation. Early parent-child interaction served as a medium for developing and nurturing early self regulation in children. Children with self regulation problem often time may display behavior such as temper tantrum or verbal dan physical violence. One of the interventions that have been widely used to decrease this negative behavior is Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) through improving interaction between parent-child.
This study evaluates the effectiveness of PCIT to handle temper tantrum through improvement of parent-child interaction. The participant of this study is a 7 and a half years old girl from middle-low socioeconomic diagnosed with intellectual disability and difficulty in self regulation.
The results of the study shows that the PCIT is effective in improving the quality of interaction between parent and and also decrease the tantrum behavior where measured on Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III (DPICS-III), and the decrease of temper tantrum is measured on the scale of Child Behavior Checklist, Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), and Fast Track Project Child Behavior Questionnaire (FTP-CBQ.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Lamtiur Gracesita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan intervensi Stepping Stones Triple-P pada satu keluarga yang memiliki anak praremaja usia 11 tahun dengan Mild Intellectual Disability yang memiliki masalah perilaku temper tantrum. Program intervensi ini bertujuan untuk membantu orangtua melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri orangtua dalam melakukan pengasuhan yang positif untuk mengelola permasalahan perilaku anak dengan mild intellectual disability. Program intervensi dilaksanakan sebanyak 7 sesi (3 sesi di klinik dan 4 sesi praktikum di rumah).
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan roleplay. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain Child Behavior Checklist, Parenting Scale (dari Arnold,O Leary, Wolff, dan Acker, 1999), Parenting Sense of Competence (dari Gibaud-Wallston dan Wandersman, 1978), serta Catatan Pengukuran Temper Tantrum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi Stepping Stones Triple-P terbukti efektif dalam menurunkan frekuensi dan durasi perilaku temper tantrum O, menurunkan disfungsi gaya pengasuhan orangtua dan meningkatkan pandangan kompetensi orangtua dalam praktik pengasuhan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>