Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Washington, DC: American Psychological Association, 2011
618.928 HOW (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amalia Ramadhani
Abstrak :
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pengalaman kekerasan pada masa kecil perempuan maupun pasangan terhadap terjadinya kekerasan oleh pasangan terhadap perempuan. Penelitian menggunakan data SPHPN 2016 dengan metode analisis regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang lebih tinggi untuk mengalami kekerasan oleh pasangan berasosiasi dengan pengalaman kekerasan masa kecil perempuan maupun pasangan. Pasangan yang minum minuman keras dan berkelahi dengan lelaki lain, terjadinya pertengkaran, serta kemandirian ekonomi perempuan berpengaruh positif terhadap kejadian kekerasan oleh pasangan. Adanya dukungan keluarga mengurangi risiko terpapar kekerasan oleh pasangan. Perbedaan usia antara perempuan dengan pasangan tidak signifikan berpengaruh pada kejadian kekerasan. ...... The objective of this study was to determine the associations of intimate partner violence (IPV) with childhood violence experience. This study used SPHPN 2016 data with the method of analysis binary logistic regression. The results indicate childhood violence experience was significantly associated with all types of IPV. Women with a partner who drinks alcohol, fight with other men, quarrelling between women and partners, and women who have economic independence were more likely to experience IPV. Women with family support were less likely to experience IPV. Meanwhile, the age differences between women and partners did not significantly influence IPV.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alan Budiman
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat antara forgiveness dan self-efficacy terhadap gejala PTSD pada korban intimate partner violence (IPV). Partisipan pada penelitian ini sebanyak 75 korban IPV dan lolos alat screening Partner Violence Screen. Alat ukur yang dipakai yakni PCL-5, Heartland Forgiveness Scale, dan General Self-Efficacy. Hasil analisis multiple regression menunjukan bahwa forgiveness (β = -0,416, p < 0,01) dapat memprediksi penurunan gejala PTSD. Self-efficacy (β = 0,36, p > 0,05) tidak dapat memprediksi penurunan gejala PTSD. Uji interaksi menunjukan tidak ada interaksi yang signifikan antara forgiveness dan self efficacy (β = 0,103, p > 0,05) dalam memprediksi penurunan gejala PTSD. Penelitian ini bermanfaat sebagai studi tambahan terkait faktor protektif internal dalam menurunkan gejala PTSD dan sebagai acuan studi selanjutnya terkait faktor protektif internal terhadap PTSD pada konteks IPV.
ABSTRACT
The purpose of this study is to explore the relationship between forgiveness and self-efficacy against PTSD symptoms in victims of intimate partner violence (IPV). The participants in this study were 75 IPV victims and passed Partner Violence Screen Test. There were three instruments used which were PCL-5, Heartland Forgiveness Scale, and General Self-Efficacy. The results of multiple regression analysis show that forgiveness (β = -0.416, p <0.01) can predict a decrease in PTSD symptoms. Meanwhile Self-efficacy (β = 0.36, p> 0.05) cannot predict a decrease in PTSD symptoms. The interaction test shows that there is no significant interaction between forgiveness and self efficacy (β = 0.103, p> 0.05) in predicting a decrease in PTSD symptoms. This study is useful as an additional study related to internal protective factors in reducing symptoms of PTSD and as a reference for further studies related to PTSD in the context of IPV.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Trisna Yulianti
Abstrak :
Ex-partner cyberstalking merupakan kejahatan siber yang menyebabkan ketakutan dan bertujuan mengontrol kehidupan korban, melalui komunikasi yang terus-menerus dan dapat berisi ancaman sehingga dapat mengganggu korban. Karena pelaku merupakan mantan pasangan korban, tindakan ini termasuk dalam kekerasan terhadap pasangan intim. Komunikasi yang diterima korban dapat berupa chat di media sosial, telepon, SMS, dan komunikasi berbasis komputer lainnya. Penelitian ini dianalisis secara kualitatif untuk menemukan bentuk viktimisasi, hubungan antara pelaku dengan korban, dan coping mechanism. Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) korban mengalami kekerasan verbal, seksual, dan emosional; (2) hubungan intim antara pelaku dengan korban memengaruhi pengalaman viktimisasi; dan (3) coping mechanism yang dilakukan bergantung pada kedekatan korban dengan orang terdekatnya dan bentuk viktimisasi yang diterima. ......Ex-partner cyberstalking is a cybercrime that caused terror and is aimed to control victim’s life, through persistent and threatening communication thus disturb the victim. Since the stalker is/was the victim’s intimate partner, this act is also a form of intimate partner violence. Received communications are through online social media chat, calls, texts, and other computer-mediated communication. This qualitative research’s goals is to find forms of victimization, victim-perpetrator relationship, and coping mechanism by victims. The result shows that; (1) victims experienced verbal, sexual, and emotional violence; (2) the victim-perpetrator relationship influenced the forms and the length victimization; and (3) coping mechanism by the victims vary depends on victim’s closeness to those around them and victimization experience.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadila Adani
Abstrak :
Sejumlah riset telah menemukan adanya peran dukungan sosial dalam memoderasi hubungan antara intimate partner violence (IPV) dan depresi. Namun limitasi yang secara konsisten ditemukan dari riset terdahulu adalah sampel penelitian yang cenderung berfokus hanya pada perempuan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara IPV dan depresi dengan peran dukungan sosial sebagai moderator tidak hanya pada perempuan, tetapi juga pada laki-laki. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Revised Conflict Tactics Scale (CTS-2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale Revised (CESD-R), dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Partisipan penelitian merupakan 148 perempuan dan 48 laki-laki dalam tahap perkembangan emerging adulthood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara setiap variabel. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan sosial bukan merupakan moderator yang signifikan terhadap hubungan antara IPV dan depresi. Dalam penelitian ini, peneliti membahas kemungkinan alasan dan implikasi dari temuan tersebut. ......A number of studies have found the role of social support in moderating the relationship between intimate partner violence (IPV) and depression. However, the limitations that have been consistently found from previous research are samples that tend to focus only on women. This research was conducted to see the relationship between IPV and depression with the role of social support as a moderator not only in women, but also in men. The measurement instruments used in this study are the Revised Conflict Tactics Scale (CTS-2), the Center for Epidemiologic Studies Depression Scale Revised (CESD-R), and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Research participants consist of 148 females and 48 males in the developmental stage of emerging adulthood. The results show that there are significant correlations between each variable. The results also show that social support is not a significant moderator of the relationship between IPV and depression. In this study, the researcher discusses the possible reasons for and implications of these findings.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Shafa Nabilla
Abstrak :
Intimate partner violence (IPV) merupakan fenomena yang kerap terjadi pada masa perkembangan emerging adulthood dan banyak ditemukan juga di DKI Jakarta. IPV memiliki banyak dampak buruk bagi korbannya, salah satunya mengalami depresi. Akan tetapi, dampak depresi tersebut dapat diminimalisir dengan makna hidup seseorang yang dapat menumbuhkan afek positif pada diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IPV dan depresi serta efek moderasi dari makna hidup terhadap hubungan IPV dan depresi. Penelitian ini melibatkan 148 partisipan perempuan dan 48 partisipan laki-laki dengan usia 18—25 tahun yang berdomisili DKI Jakarta (N = 196). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara IPV dan depresi. Akan tetapi, tidak ditemukan peran moderasi yang signifikan dari makna hidup pada hubungan antara IPV dan depresi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat umum terkait IPV, depresi, dan juga makna hidup. ......Intimate partner violence (IPV) is a phenomenon that often occurs during the emerging adulthood developmental period. IPV is also a phenomenon that is commonly found in DKI Jakarta. IPV can lead to many life and health consequences, one of them being depression. However, the negative impact of depression can be minimalized with one’s meaning in life, which can foster positive affect on the individual. This study aims to determine the relationship between IPV and depression, as well as the moderating effect of meaning in life on the relationship between IPV and depression. This study involved 148 female and 48 male participants aged 18—25 years who are domiciled in DKI Jakarta (N = 196). The findings demonstrated a strong positive correlation between IPV and depression. Even so, meaning in life did not have a substantial moderation role between IPV and depression. This research is expected to add insight to the general public regarding IPV, depression, and also the meaning of life.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvta Anja Nadiska
Abstrak :
Intimate partner violence (IPV) merupakan suatu fenomena global yang jumlahnya terus meningkat dan kerap terjadi pada masa emerging adulthood dan banyak ditemukan di Ibu Kota DKI Jakarta. Pengalaman menjadi korban IPV memiliki berbagai dampak negatif, salah satunya adalah mengalami depresi. Meski begitu, kemungkinan terjadinya dampak depresi dapat diminimalisir dengan kehadiran faktor protektif, yaitu self-esteem. Penelitian ini kemudian bertujuan untuk melihat peran moderasi self-esteem pada hubungan antara IPV dan depresi pada emerging adult di DKI Jakarta. Penelitian ini melibatkan 196 partisipan. Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan kuesioner dengan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara IPV dan depresi (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), IPV dan self-esteem (r = -0.537, p < 0,01, two-tailed), serta self-esteem dan depresi (r = -0,788, p < 0,01, two-tailed). Meski begitu, analisis regresi menggunakan PROCESS Model 1 Hayes menunjukkan tidak adanya peran moderasi yang signifikan dari self-esteem pada hubungan IPV dan depresi (? = -0,01, t = -1,338, p > 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait IPV, depresi, dan self-esteem. ......Intimate partner violence (IPV) is a global phenomenon whose number continues to increase and often occurs during emerging adulthood and commonly found in the capital city of DKI Jakarta. The experience of being a victim of IPV has various negative impacts, one of which is experiencing depression. Even so, the possibility of the impact of depression can be minimized by the presence of a protective factor, namely self-esteem. This study then aims to look at the moderating role of self-esteem on the relationship between IPV and depression in emerging adults in DKI Jakarta. This study involved 196 participants. The research was carried out online using a questionnaire with The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), and Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) measuring tools. The results of the Pearson Correlation analysis showed that there was a significant relationship between IPV and depression (r = 0.667, p <0.01, two-tailed), IPV and self-esteem (r = -0.511, p <0.01, two-tailed), as well as self-esteem and depression (r = -0.788, p <0.01, two-tailed). Even so, regression analysis using Hayes' PROCESS Model 1 showed no significant moderating role of self-esteem in the relationship between IPV and depression (? = -0.01, t = -1.338, p > 0.05). This research is expected to add knowledge regarding IPV, depression, and self-esteem.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Sarah Aqilah
Abstrak :
Intimate partner violence (IPV) merupakan peristiwa yang marak terjadi pada pasangan emerging adulthood, peristiwa tersebut banyak ditemukan juga di DKI Jakarta. IPV dapat berdampak negatif bagi korban yang mengalaminya, salah satunya adalah munculnya resiko depresi. Akan tetapi, dampak depresi tersebut dapat diminimalisir dengan penggunaan strategi koping yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IPV dan depresi serta peran moderasi strategi koping terhadap hubungan IPV dan depresi. Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan kuesioner dengan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), dan Brief COPE. Penelitian ini melibatkan 196 partisipan dengan usia 18—25 tahun yang berdomisili DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara IPV dan depresi (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), dan ditemukan hubungan yang negatif antara IPV dan strategi koping (r (196) = -0,235, p < 0,01, two-tailed). Namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara strategi koping dan depresi (r (196) = -0,066, p > 0,01, two-tailed). Meskipun begitu, terdapat peran moderasi yang signifikan dari strategi koping pada hubungan antara IPV dan depresi (? = -0,017, t = -2,815 p < 0,05). ......Intimate partner violence (IPV) is a phenomenon that often occurs among emerging adulthood intimate relationships, IPV is also a phenomenon that is commonly found in DKI Jakarta. IPV can lead to many negative consequences, one of them is the risk of depression. However, the negative impact of depression can be minimized by using the right coping strategies. This study aims to determine the relationship between IPV and depression, as well as the moderating role of coping strategies on the relationship between IPV and depression. The research was carried out online using a questionnaire with The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), and Brief COPE. This study involved 196 participants aged 18—25 years who are domiciled in DKI Jakarta. The findings demonstrated a positive correlation between IPV and depression (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), and there is negative correlation between IPV and coping strategies (r (196) = -0,235, p < 0,01, two-tailed). However, there is no significant correlation between coping strategies and depression (r (196) = -0,066, p > 0,01, two-tailed). Even so, coping strategies have a substantial moderation role between IPV and depression (? = -0,017, t = -2,815 p < 0,05).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Zahra Fajrina
Abstrak :
Femisida merupakan salah satu manifestasi paling ekstrim dari kekerasan terhadap perempuan. Penulisan Tugas Karya Akhir ini bertujuan untuk memberikan penjelasan jika kematian NWR, seorang mahasiswi yang ditemukan tewas di makam ayahnya, sebagai femisida dalam relasi intim. Penulisan ini menggunakan teori feminis radikal dengan metode analisis isi dokumen berupa putusan pengadilan serta beberapa dokumen pendukung lainnya. Penulis mengidentifikasi jika sebelum terjadinya kematian NWR, dirinya mengalami berbagai kekerasan baik secara seksual, fisik maupun psikis, secara berulang selama menjalin relasi intim dengan pelaku (Randy Bagus Hari Sasongko). Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadinya femisida dalam relasi intim pada kasus NWR berakar pada misogini atau rasa kebencian terhadap perempuan yang terwujud secara beriringan dengan supremasi laki-laki dan seksisme. Penulis berargumentasi jika kematian NWR tetap dapat disebut sebagai femisida dalam relasi intim karena kematian NWR merupakan akibat dari intimate partner violence (IPV) yang dialaminya selama hampir 2 tahun. ......Femicide is one of the most extreme manifestations of violence against women. This thesis aims to provide an explanation the death of NWR, a female student who was found dead in her father's grave, as an intimate partner femicide. This writing uses radical feminist theory with the method of documents analysis based on verdict and several other supporting documents. The author identified that prior to NWR's death, she experienced various violence, such as sexual violence, physical violence and psychological violence, repeatedly while having an intimate relationship with the perpetrator (Randy Bagus Hari Sasongko). The results of the analysis show that the occurrence of intimate partner femicide in the NWR case is rooted in misogyny or hatred of women which manifests itself concurrently with male supremacy and sexism. The authors argue that NWR's death can still be called an intimate partner femicide because NWR's death was the result of intimate partner violence (IPV) that she had experienced for almost 2 years.
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Danastri
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengampunan dan persepsi dukungan sosial, serta interaksi keduanya dapat memprediksi keparahan gejala Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada korban kekerasan dalam hubungan romantis oleh pasangan atau intimate personal violence (IPV). Sebanyak 58 individu berusia minimal 18 tahun, pernah menjadi korban IPV, serta sudah keluar dari hubungan yang penuh kekerasan diminta untuk mengisi kuesioner. Hasil analisis metode regresi berganda menunjukkan bahwa meskipun tidak terdapat interaksi diantara keduanya (β = -0,104, F (5,52) = 6,106, p < 0,05), namun pengampunan (β = -0,355, F (5,52) = 6,106, p < 0,05) dan persepsi dukungan sosial (β = - 0,326, F (5,52) = 6,106, p < 0,05) secara signifikan memengaruhi gejala PTSD (R2 = 0,370, p < 0,05). Dengan demikian, pengampunan dan persepsi dukungan sosial yang tinggi pada korban IPV dapat memprediksi rendahnya gejala PTSD. Temuan ini dapat dimanfaatkan sebagai landasan perancangan intevensi pascatrauma yang berfokus pada pengampunan dan persepsi dukungan sosial bagi korban IPV.
ABSTRACT
This study aims to analyze how forgiveness and perceived social support, and the interactions between both can predict the severity of Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) symptoms in intimate personal violence (IPV) victims. A total of 58 samples aged at least 18-year old, who had a history of IPV and no longer involved in the abusive relationship were asked to fill questionnaires. Using multiple regression analysis method, the result shows that even there is no interactions between both (β = -0,104, F (5,52) = 6,106, p < 0,05), forgiveness (β = -0,355, F (5,52) = 6,106, p < 0,05) along with perceived social support (β = -0,326, F (5,52) = 6,106, p < 0,05) significantly predicts PTSD symptoms (R2 = 0,370, p < 0,05). In conclusion, high level of forgiveness and perceived social support can predict low severity of PTSD symptoms. This finding may prove useful in designing post-traumatic intervention methods that focuses on forgiveness and perceived social support for IPV survivors.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>