Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Widiarni
"Karsinoma laring merupakan keganasan didaerah Iaring dengan
insidensi berbeda didunia. Di Bagian THT RSCM karsinoma laring menempati
urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan
paranasal. Penatalaksanaan terdiri dari operasi laringektomi dengan atau
tanpa diseksi leher, radiasi, kemoterapi atau kombinasi tergantung dari
stadium. Dilakukan studi kohort untuk mengevaluasi keberhasilan terapi, efek
yang terjadi serta saat terjadinya efek.Bagaimana keberhasilan terapi
karsinonia Iaring dan faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan
operasi merupakan pertanyaan yang ingin dijawab pada penelitian ini.
Periode 1992-1996 jumlah karsinoma laring 82 kasus, 12 % dan
seluruh keganasan dibidang THT. Karakteristik penderita dianalisis dari 80
kasus. Ungkat survival dianalisis dari 60 penderita yang dapat diikuti selama 1
tahun. Analisis data univariat menggunakan Kaplan Meier, analisis bivariat
menggunakan log rank test dan multivariat menggunakan cox regresion.
Hasil analisis survival, jumlah rokok, adanya metastasis jauh dan
stadium tumor akan meningkatkan risiko terjadinya kematian dengan
confidence interval bermakna. Rokok, kelenjar Iimf leher akan meningkatkan
risiko terjadinya residif dengan confidence Interval bermakna. Tingkat survival
keseluruhan 67.4% pada hari ke 914 hari. Bebas residif 34.6% pada 978 hari
dengan median survival 519 hari. Tingkat survival stadium I 100%, stadium ll
100% , turun 50% pada hari ke519. Stadium Ill tingkat survival 41.1% dengan
median survival 480 hari, stadium IV tingkat survival 23.3%."
Jakarta: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Chandra
"Latar Belakang: Keberhasilan terapi demam neutropenia berkaitan erat dengan pemberian antibiotik empiris awal. Pola kuman patogen berbeda-beda pada tempat satu dan yang lain. Penelitian mengenai kesesuaian antibiotik dengan kuman patogen dan pengaruhnya terhadap keberhasilan terapi penting diteliti untuk mendapat gambaran mengenai pilihan antibiotik empiris di RSCM.
Tujuan: Mengetahui kesesuaian antibiotik empiris dengan kuman patogen dan pengaruhnya terhadap keberhasilan terapi.Metode. Desain kohort retrospektif dengan menggunakan data rekam medis RSCM periode Januari 2015-Maret 2018. Analisis kesesuaian menggunakan Uji Mc Nemar dan analisis kesesuaian terhadap keberhasilan terapi menggunakan Uji Chi Square dan menghitung nilai relative risk (RR).
Hasil: Didapatkan 114 subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Kejadian demam neutropenia lebih banyak dijumpai pada perempuan (52,6%), usia <60 tahun (80,7%), tumor hematologi (57%), tidak ada komorbid (54,4%), pasca kemoterapi siklus pertama (43,9%), regimen intensitas tinggi (57,9%), dan skor Multinational Association of Supportive Care in Cancer < 21 (72,8%); dengan nilai Absolute Neutrophil Count awal ≥100/uL (75,4%) dan durasi ≤ 7 hari (78,1%). Pada 38,6% kasus tidak ditemukan fokus infeksi. Penggunaan antibiotik anti-pseudomonas 86,8% dengan jenis tersering meropenem (20,3%). Patogen non-pseudomonas mendominasi (83,3%) dengan kuman terbanyak Klebsiella pneumoniae (22,7%). Angka keberhasilan terapi cukup tinggi (63,2%) dengan mortalitas 21,1%. Tidak terdapat kesesuaian antibiotik dengan patogen (nilai Kappa 0,012). Analisis bivariat menunjukkan tidak ada faktor perancu pada penelitian ini. Kesesuaian antibiotik tidak mempengaruhi keberhasilan terapi, dengan nilai RR 1,07 (IK 95% 0,79-1,45).
Kesimpulan: Tidak terdapat kesesuaian antara antibiotik empiris dengan kuman patogen namun hal ini tidak mempengaruhi keberhasilan terapi pada pasien demam neutropenia pasca kemoterapi di RSCM.

Background: Success rate of febrile neutropenia therapy closely related with initial empirical antibiotic. Spectrum of pathogen may differ from place to place. The appropriateness of empirical antibiotic therapy with pathogen and its effect toward successful therapy were vital in choosing the appropriate empirical antibiotic in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Objectives: To identify appropriateness of empirical antibiotic therapy with pathogen and its effect toward success of therapy.
Methods: A cohort retrospective study was conducted by using secondary data in Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2015-March 2018. Mc Nemar test was used to analyze the appropriateness and Chi Square analysis was used to obtain relataive risk of success rate related with appropriateness.
Results: One hundred and fourteen subjects were included in this study. Febrile neutropenia more common in female (52,6%), <60 years of age (80,7%), hematological malignancies (57%), no comorbid (54,4%), after the first cycle of chemotherapy (43,9%), high intensity regimen (57,9%), and Multinational Association of Supportive Care in Cancer score < 21 (72,8%); with baseline Absolute Neutrophil Count ≥100/uL (75,4%) and ≤ 7 days of duration (78,1%). No documented infection in 38,6% cases. The use of anti-pseudomonas antibiotic were 86,8% with meropenem as the mostly used (20,3%). Non-pseudomonas pathogen were found in 83,3% cases with Klebsiella pneumoniae as the most common pathogen (22,7%). Success rate was good (63,2%) with 21,1% mortality. There were no appropriateness between antibiotics and pathogen (Kappa value 0,012). There were no confounding factors in this study. The relation between appropriateness and success rate were not statistically significant (RR 1,07; 95%CI 0,79-1,45).
Conclusion: There were no appropriateness between antibiotics and pathogen and there were no relation between appropriateness and success rate in chemo-related febrile neutropenic patients at Cipto Mangunkusumo Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurkholisa Putri Wulandari
"Latar belakang: Solid/multicystic ameloblastoma merupakan tipe yang paling sering terjadi dari semua tipe ameloblastoma, lalu diikuti oleh tipe unicystic ameloblastoma. Sampai saat ini manajemen yang tepat dari tumor ini masih kontroversial. Diperlukan analisis lebih lanjut serta data terbaru mengenai perbandingan tingkat keberhasilan berbagai terapi bedah dari solid/multicystic dan unicystic ameloblastoma yang dapat dilihat dari tingkat rekurensi tumor pasca terapi serta follow-up jangka panjang pasca terapi.
Tujuan: Mengevaluasi perbandingan tingkat keberhasilan berbagai tindakan terapi bedah pada solid/multicystic dan unicystic ameloblastoma.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode systematic review dengan pedoman penyusunan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Pencarian studi dilakukan menggunakan dua electronic database, yakni Scopus dan PubMed dengan menggunakan kombinasi kata kunci yang sudah ditentukan. Pencarian studi dilakukan untuk menemukan studi-studi yang membahas mengenai terapi bedah pada unicystic ameloblastoma dan solid/multicystic ameloblastoma dalam rentang waktu 10 tahun terakhir.
Hasil penelitian: Pencarian studi dengan kedua electronic database memperoleh 643 studi, kemudian dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Diperoleh 11 studi untuk dilakukan analisis. Terdapat terapi yang berbeda-beda dalam penanganan solid/multicystic ameloblastoma dan unicystic ameloblastoma pada seluruh studi yang dapat dibedakan menjadi terapi radikal dan konservatif. Terapi untuk solid/multicystic ameloblastoma secara radikal dalam studi yang ditemukan, dilakukan pada 185 kasus dengan 16 kasus mengalami rekurensi setelah diberikan terapi dengan tingkat rekurensi sebesar 8.6%. Terapi secara konservatif pada solid/multicystic ameloblastoma ditemukan pada 141 kasus dan 54 kasus mengalami rekurensi dengan tingkat rekurensi sebesar 38.3%. Terapi pada unicystic ameloblastoma secara radikal yang terdapat pada studi, ditemukan pada 40 kasus dan tidak ditemukan adanya rekurensi setelah terapi dengan tingkat rekurensi sebesar 0.0%. Terapi pada unicystic ameloblastoma secara konservatif ditemukan pada 71 kasus dan 17 kasus diantaranya mengalami rekurensi dengan tingkat rekurensi sebesar 23.9%.
Kesimpulan: Tingkat keberhasilan terapi pada solid/multicystic ameloblastoma dilihat berdasarkan tingkat rekurensinya, terapi secara radikal lebih baik dan dapat meminimalisir terjadinya rekurensi dibandingkan terapi secara konservatif. Tingkat keberhasilan terapi pada unicystic ameloblastoma dilihat berdasarkan tingkat rekurensinya, terapi secara radikal lebih baik dan dapat meminimalisir terjadinya rekurensi dibandingkan terapi secara konservatif.

Background: Solid/multicystic ameloblastoma is the most common type of ameloblastoma, followed by unicystic ameloblastoma. Until recently the proper management of this tumor is still controversial. Further analysis is needed as well as the latest data regarding the comparison of the success level of various surgical therapies from solid/multicystic and unicystic ameloblastoma which can be seen from the rate of tumor recurrence and long-term postoperative follow-up.
Objective: To evaluate the comparison of succes level of various surgical therapies in solid/multicystic and unicystic ameloblastoma.
Methods: This study uses a systematic review method with PRISMA guideline (Preferred Reporting Item for Systematic Reviews and Meta-Analysis). The study search was conducted using two electronic databases, Scopus and PubMed with predetermined keyword combination. Study search was conducted to find studies that discussed surgical therapy in unicystic and solid/multicystic ameloblastoma in the last 10 years.
Results: This search resulted in 643 studies, then a selection was made based on the inclusion and exclusion criteria of the study. There were 11 final studies for further analysis. There are different therapies of solid/ multicystic and unicystic ameloblastoma in all studies which can be divided into radical treatment and conservative treatment. Radical treatment of solid/multicystic ameloblastoma was found in 185 cases with 16 cases recurrence and the recurrence rate were 8.6%. Conservative treatment of solid/multicystic ameloblastoma was found in 141 cases with 54 cases recurrence and the recurrence rate were 38.3%. Radical treatment of unicystic ameloblastoma was found in 40 cases with no cases recurrence after therapy and the recurrence rate were 0.0% . Conservative treatment of unicystic ameloblastoma was found in 71 cases with 17 cases recurrences and the recurrence rate were 23.9%.
Conclusion: The success level of therapy in solid/multicystic ameloblastoma based on the recurrence rate showed that radical treatment could minimize the occurrence of recurrences compared to conservative treatment. The success level of therapy in unicystic ameloblastoma based on the recurrence rate showed that radical treatment could minimize the occurrence of recurrences compared to conservative treatment.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Priscilla Harlimsyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemajuan yang dicapai oleh seorang anak penyandang autisme ringan melalui penerapan terapi sensory integration selama tiga bulan. Selain itu, penulisan tugas akhir ini juga bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa yang mendukung keberhasilan terapi. Penelitian ini melibatkan seorang anak penyandang autisme ringan yang diambil secara purposif dengan menggunakan pendekatan kualitatif berupa studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kemajuan dalam aspek komunikasi, interaksi, dan emosi pada diri subjek setelah menerapkan terapi sensory integration secara efektif selama tiga bulan. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan sesi terapi yang cukup rutin juga keterlibatan keluarga subjek untuk melakukan berbagai aktivitas dan pendekatan yang mendukung terapi. Berbagai aktivitas yang mendukung terapi seperti hiking, berkuda, dan renang dapat memberikan input-input sensorik yang dibutuhkan subjek. Pendekatan visual support yang diterapkan terhadap subjek memudahkannya untuk berkomunikasi melalui gambar. Interaksi antara subjek dengan Ibu juga lebih berkembang dengan penerapan prinsip floor Iime, meskipun belum diterapkan secara optimal. Selain beberapa faktor yang mendukung, terdapat juga beberapa kondisi yang dapat menghambat terapi, antara lain kondisi Kendala maupun kemajuan yang dialami oleh subjek dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang belum banyak tergali dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penelitian serupa hendaknya dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan demikian, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai kemajuan maupun informasi tambahan dari penerapan terapi sensory integration pada anak penyandang autis ringan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggom Kurniaty
"ABSTRAK
Latar belakang: Pasien Tuberkulosis TB paru basil tahan asam BTA positif merupakan sumber penularan dan perlu penanganan secara baik untuk memutus rantai penularan TB. Indonesia melakukan program Direct Observed Treatment Short-Course DOTS untuk menanggulangi TB sejak tahun 1995, namun angka kesakitan TB dan angka kematian TB masih tinggi. Salah satu komponen DOTS ialah Pengawas Menelan Obat PMO yang berperan agar semua pasien menelan obat dengan benar dan teratur sampai sembuh. Saat ini dari 1.645 rumah sakit RS di Indonesia yang sudah mengikuti program DOTS baru 30 . Pasien TB yang berobat ke RS berdasarkan data Kementrian Keseharan RI sebanyak 42 . Angka keberhasilan TB di RS saat ini sekitar 50 . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kejadian efek samping obat dan peran PMO pasien TB paru terhadap keberhasilan pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan RSUP Persahabatan yang merupakan salah satu rumah sakit yang melaksanakan program DOTS. Metode: Dilakukan 2 pendekatan untuk dua tujuan yang berbeda yaitu: 1. Studi kohort retrospektif, mendata pasien TB paru BTA positif yang mendapatkan pengobatan kategori I dan melihat kejadian efek samping yang timbul serta hubungan kejadian Efek samping dengan hasil pengobatan. 2. Studi kohort prospektif intervensi, peneliti memberikan pendidikan singkat terhadap satu kelompok PMO. Peneliti akan melihat hubungan peran PMO berdasarkan tingkat pengetahuan PMO kuisioner pre-tes / sebelum intervensi dan post-tes / setelah intervensi dengan kepatuhan pasien berobat juga dengan keberhasilan pengobatan TB dan hubungan intervensi PMO dengan kepatuhan pasien berobat dan keberhasilan terapi. Data dianalisis dengan uji Chi-Squre /Fisher. Hasil: Pada pendekatan pertama didapatkan 174 subjek. Angka kejadian efek samping dialami oleh 60/174 34.5 subjek. Derajat efek samping minor lebih banyak dibanding mayor 46/60; 14/60 . Angka keberhasilan terapi TB kelompok yang mengalami kejadian efek samping ialah 39/55 70.9 dan kelompok tanpa kejadian efek samping ialah 49/79 62 . Hasil uji statistik Chi-Squre p=0.29, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian efek samping dengan keberhasilan terapi TB. Namun derajat efek samping berhubungan dengan angka keberhasilan pengobatan TB, RR 0.5 IK 95 0.2-1 p= 0.03 . Angka kepatuhan berobat kelompok dengan kejadian efek samping 73 40/55 dan kelompok tanpa efek samping ialah 65 50/77 . Pada pendekatan kedua, subjek penelitian ialah 94 PMO 47 diintervensi dan 47 kontrol . Tingkat pengetahuan pre-tes dan post-tes kedua kelompok seimbang. Pada post-tes tingkat pengetahuan yang baik ialah 88.9 di kelompok perlakuan dan 83.8 di kelompok kontrol. Pendidikan singkat yang diberikan pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang bermakna, RR 1.5 IK 95 1.026-2 p=0.028 terhadap peningkatan pengetahuannya PMO. Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB p>0.5 . Hasil intervensi PMO menunjukkan ada hubungan dengan keberhasilan pengobatan TB yaitu; kelompok perlakuan 34/38 89 dan kelompok kontrol 25/44 57 , hasil uji statistik p < 0.05. Ada hubungan intervensi PMO dengan kepatuhan pasien berobat yaitu kelompok perlakuan 35/39 90 sedangkan kelompok kontrol 28/44 64 , p < 0.05. Kesimpulan: Angka kejadian efek samping 34.5 pengobatan TB di RSUP Persahabatan, dengan efek samping minor lebih banyak dari mayor. Keberhasilan pengobatan berhubungan dengan derajat efek samping yang dialami pasien. Tidak ada hubungan kejadian efek samping dengan kepatuhan berobat dan keberhasilan pengobatan TB pada penelitian ini. Tingkat pengetahuan pada kelompok yang diintervensi meningkat secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada hubungan intervensi PMO dengan keberhasilan pengobatan TB dan kepatuhan berobat.

ABSTRACT
Introduction Patients lung Tuberculosis TB with sputum smear positive are a source of transmission and need good treatment in order to break the chain of TB transmission. Indonesia conducted Directly Observed Treatment Short Course DOTS program to eradicate TB since 1995, but TB morbidity and mortality rates are still high. One component of DOTS is Directly Observed Treatment DOT which can play a role for all patients to swallow medication properly and regularly until healed. Currently registered hospital in Indonesia who have followed program DOTS are 30 . The TB patient treated at the hospital based on The Ministry of Health rsquo s data are 42 . TB Success rate in hospital is about 50 . This study was conducted to determine the association of adverse drug reaction and the role of DOT of pulmonary with the success of treatment in Persahabatan hospital which is one of the hospitals that implement DOTS program. Method Two different approaches were conducted for two different purposes 1. Retrospective cohort study, recording positive pulmonary TB patients receiving category I treatment to see adverse drug reaction and the incidence of adverse drug reaction with treatment outcomes. 2. A prospective cohort study, the researchers gave a short term intervention education to one group of DOT rsquo s. The researcher will look at PMO role relationship based on knowledge level of DOT pre test questionnaire pre intervention and post test after intervention and association intervention DOT with patien adherence and treatment success. Data were analyzed by Chi Squre and Fisher test. Result In the first approach 174 subjects were obtained. The incidens of adverse events was experienced by 60 174 34.5 subjects. The degree of minor adverse effects is greater than the major 46 60 14 60 . The success rate of TB therapy in the group with adverse drug reaction was 39 55 70.9 and in the group without adverse drug reaction was 49 79 62 . Chi Squre statistical test result p 0.29, indicating that there is no relationship between the incidens of adverse drug reaction with the success of TB therapy. However, the degree of adverse drug reaction is related to the success rate of TB treatment. However, the degree of side effects is related to the success rate of TB treatment, RR 0.5 IK 95 0.2 1 p 0.03 . Treatment compliance rates of adverse events group with 73 40 55 and the group without side effects was 65 50 77 . The second approach, the subject of the study was 94 DOT 47 interventions and 47 controls . At post test a good level of knowledge was 88.9 in the treatment group and 83.8 in the control group. The short education given to the treatment group showed significant results, RR 1.5 IK 95 1.026 2 p 0.028 to the increase of knowledge. There was no correlation between knowledge level with TB treatment adherence and success p 0.5 . PMO intervention Results showed an association with successful treatment of TB that is treatment group 34 38 89 and control group 25 44 57 , statistic test p "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggom Kurniaty
"ABSTRAK
Latar belakang: Pasien Tuberkulosis TB paru basil tahan asam BTA positif merupakan sumber penularan dan perlu penanganan secara baik untuk memutus rantai penularan TB. Indonesia melakukan program Direct Observed Treatment Short-Course DOTS untuk menanggulangi TB sejak tahun 1995, namun angka kesakitan TB dan angka kematian TB masih tinggi. Salah satu komponen DOTS ialah Pengawas Menelan Obat PMO yang berperan agar semua pasien menelan obat dengan benar dan teratur sampai sembuh. Saat ini dari 1.645 rumah sakit RS di Indonesia yang sudah mengikuti program DOTS baru 30 . Pasien TB yang berobat ke RS berdasarkan data Kementrian Keseharan RI sebanyak 42 . Angka keberhasilan TB di RS saat ini sekitar 50 . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kejadian efek samping obat dan peran PMO pasien TB paru terhadap keberhasilan pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan RSUP Persahabatan yang merupakan salah satu rumah sakit yang melaksanakan program DOTS. Metode: Dilakukan 2 pendekatan untuk dua tujuan yang berbeda yaitu: 1. Studi kohort retrospektif, mendata pasien TB paru BTA positif yang mendapatkan pengobatan kategori I dan melihat kejadian efek samping yang timbul serta hubungan kejadian Efek samping dengan hasil pengobatan. 2. Studi kohort prospektif intervensi, peneliti memberikan pendidikan singkat terhadap satu kelompok PMO. Peneliti akan melihat hubungan peran PMO berdasarkan tingkat pengetahuan PMO kuisioner pre-tes / sebelum intervensi dan post-tes / setelah intervensi dengan kepatuhan pasien berobat juga dengan keberhasilan pengobatan TB dan hubungan intervensi PMO dengan kepatuhan pasien berobat dan keberhasilan terapi. Data dianalisis dengan uji Chi-Squre /Fisher. Hasil: Pada pendekatan pertama didapatkan 174 subjek. Angka kejadian efek samping dialami oleh 60/174 34.5 subjek. Derajat efek samping minor lebih banyak dibanding mayor 46/60; 14/60 . Angka keberhasilan terapi TB kelompok yang mengalami kejadian efek samping ialah 39/55 70.9 dan kelompok tanpa kejadian efek samping ialah 49/79 62 . Hasil uji statistik Chi-Squre p=0.29, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian efek samping dengan keberhasilan terapi TB. Namun derajat efek samping berhubungan dengan angka keberhasilan pengobatan TB, RR 0.5 IK 95 0.2-1 p= 0.03 . Angka kepatuhan berobat kelompok dengan kejadian efek samping 73 40/55 dan kelompok tanpa efek samping ialah 65 50/77 . Pada pendekatan kedua, subjek penelitian ialah 94 PMO 47 diintervensi dan 47 kontrol . Tingkat pengetahuan pre-tes dan post-tes kedua kelompok seimbang. Pada post-tes tingkat pengetahuan yang baik ialah 88.9 di kelompok perlakuan dan 83.8 di kelompok kontrol. Pendidikan singkat yang diberikan pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang bermakna, RR 1.5 IK 95 1.026-2 p=0.028 terhadap peningkatan pengetahuannya PMO. Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan TB p>0.5 . Hasil intervensi PMO menunjukkan ada hubungan dengan keberhasilan pengobatan TB yaitu; kelompok perlakuan 34/38 89 dan kelompok kontrol 25/44 57 , hasil uji statistik p < 0.05. Ada hubungan intervensi PMO dengan kepatuhan pasien berobat yaitu kelompok perlakuan 35/39 90 sedangkan kelompok kontrol 28/44 64 , p < 0.05. Kesimpulan: Angka kejadian efek samping 34.5 pengobatan TB di RSUP Persahabatan, dengan efek samping minor lebih banyak dari mayor. Keberhasilan pengobatan berhubungan dengan derajat efek samping yang dialami pasien. Tidak ada hubungan kejadian efek samping dengan kepatuhan berobat dan keberhasilan pengobatan TB pada penelitian ini. Tingkat pengetahuan pada kelompok yang diintervensi meningkat secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada hubungan intervensi PMO dengan keberhasilan pengobatan TB dan kepatuhan berobat.

ABSTRACT<>br>
Introduction Patients lung Tuberculosis TB with sputum smear positive are a source of transmission and need good treatment in order to break the chain of TB transmission. Indonesia conducted Directly Observed Treatment Short Course DOTS program to eradicate TB since 1995, but TB morbidity and mortality rates are still high. One component of DOTS is Directly Observed Treatment DOT which can play a role for all patients to swallow medication properly and regularly until healed. Currently registered hospital in Indonesia who have followed program DOTS are 30 . The TB patient treated at the hospital based on The Ministry of Health rsquo s data are 42 . TB Success rate in hospital is about 50 . This study was conducted to determine the association of adverse drug reaction and the role of DOT of pulmonary with the success of treatment in Persahabatan hospital which is one of the hospitals that implement DOTS program. Method Two different approaches were conducted for two different purposes 1. Retrospective cohort study, recording positive pulmonary TB patients receiving category I treatment to see adverse drug reaction and the incidence of adverse drug reaction with treatment outcomes. 2. A prospective cohort study, the researchers gave a short term intervention education to one group of DOT rsquo s. The researcher will look at PMO role relationship based on knowledge level of DOT pre test questionnaire pre intervention and post test after intervention and association intervention DOT with patien adherence and treatment success. Data were analyzed by Chi Squre and Fisher test. Result In the first approach 174 subjects were obtained. The incidens of adverse events was experienced by 60 174 34.5 subjects. The degree of minor adverse effects is greater than the major 46 60 14 60 . The success rate of TB therapy in the group with adverse drug reaction was 39 55 70.9 and in the group without adverse drug reaction was 49 79 62 . Chi Squre statistical test result p 0.29, indicating that there is no relationship between the incidens of adverse drug reaction with the success of TB therapy. However, the degree of adverse drug reaction is related to the success rate of TB treatment. However, the degree of side effects is related to the success rate of TB treatment, RR 0.5 IK 95 0.2 1 p 0.03 . Treatment compliance rates of adverse events group with 73 40 55 and the group without side effects was 65 50 77 . The second approach, the subject of the study was 94 DOT 47 interventions and 47 controls . At post test a good level of knowledge was 88.9 in the treatment group and 83.8 in the control group. The short education given to the treatment group showed significant results, RR 1.5 IK 95 1.026 2 p 0.028 to the increase of knowledge. There was no correlation between knowledge level with TB treatment adherence and success p 0.5 . PMO intervention Results showed an association with successful treatment of TB that is treatment group 34 38 89 and control group 25 44 57 , statistic test p "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library