Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Donnie Lumban Gaol
"

Latar Belakang: Salah satu faktor utama yang terlibat dalam gangguan mineral tulang dan muskuloskeletal pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) adalah Fibroblast Growth Factor-23 (FGF-23). Peningkatan kadar FGF-23 terjadi pada awal PGK dan semakin meningkat pada PGK tahap akhir terutama yang menjalani dialisis. FGF-23 mendapat perhatian khusus karena perannya terhadap otot skeletal pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis belum diketahui secara pasti. 

Tujuan: Mengetahui korelasi antara kekuatan genggam tangan(KGT) dengan kadar FGF-23 pada pasien yang menjalani hemodialisis kronis.

Metode: Penelitianinimerupakanstudipotong lintang. Penelitian ini dilaksanakan di unit Hemodialisis Divisi Ginjal-Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM Jakarta, pada 74 pasien dialisis 2 kali seminggu. Pengukuran FGF dengan pemeriksaan intactFibroblast Growth Factor-23 (iFGF-23) dan menilai KGT dengan dinamometer hidraulik tangan merek Jamar. Pemilihansubjekdilakukansecaraconsecutivesamplingsampaijumlah subyekyangdiperlukanterpenuhi.

Hasil: Subjek pada penelitian ini sebanyak 74 subjek dengan kadar pemeriksaan iFGF-23 pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, (3276 [ min-maks; 41-6613]pg/ml dan1585 pg/ml, [min-maks; 21-4820])dan nilai KGT pasien laki-laki adalah 25 kg (min-maks; 11-48) dan perempuan adalah 20 kg (min-maks; 8-26). Setelah dilakukan penyesuaian dengan indeks komorbid charlson modifikasidan indeks massa tubuh, maka tidak didapatkan korelasi antara FGF-23 dengan KGT pada subjek laki-laki (r=-0.053, p=0.7) akan tetapi terdapat korelasi negatif bermakna pada subjek perempuan (r=-0.4, p=0.02). 

Kesimpulan: Kadar iFGF-23 memiliki korelasi negatif bermakna dengan KGT pada perempuan dan hal tersebut tidak ditemukan pada subjek penelitian laki-laki.


Background: Patients with chronic kidney disease (CKD) face with muscle atrophy, low muscle strength, and low physical activity. One of the main factors involved in bone mineral and skeletal muscle dysfunction in patients with chronic kidney disease (CKD) is Fibroblast Growth Factor-23 (FGF-23). Despite FGF-23 associated left ventricular hypertrophy, there are no prior studies assessing whether FGF-23 level is associated with skeletal muscle strength in hemodialysis patient. 

Objective: To determine the correlation between hand-grip strength (HGS) and FGF-23 levels in patients undergoing twice-weekly hemodialysis patients.

Patient and Method: This is a cross-sectional study, which was conducted on 74 twice-weekly hemodialysis patient at the Hemodialysis Unit at Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Before dialysis session, intact Fibroblast Growth Factor-23 (iFGF-23) were measured in singlicate from plasma samples and han-grip strength that measured by Jamar hydraulic hand dynamometer. Subject selection was done by consecutive sampling until the required number of subjects was fulfilled. 

Results: There were 74 subjects recruited in this study, which included 7 (18.9%) male and 3 (8.1%) female subject had body mass index (BMI) < 18.5 kg/m2. Level of iFGF23 were significantly higher in males than in females (3276 pg/ml [ min-max, 41-6613] and 1585 pg/ml, [min-max 21-4820], respectively). According to the Asian Working Group for Sarcopenia, the HGS value of male patients was lower than in females (25 kg [min-max; 11-48], (20 kg [min-max; 8-26], respectively). After adjusting to Modified Charlson Comorbidity index (mCCI) and BMI, we found a significant correlation iFGF-23 and HGS in the female subject (r = -0.4, p = 0.02 and no correlation between iFGF-23 and HGS in male subject (r = -0,053, p = 0.7). 

 

Conclusion: In twice-weekly hemodialysis patients, iFGF-23 has a significant correlation with HGS in women and this was not found in male subject.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Wiraguna
"ABSTRAK
Kualitas hidup pada usia lanjut akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Menurunnya kualitas hidup pada usia lanjut dapat disebabkan oleh penurunan massa otot, kekuatan otot, dan aktivitas fisik yang dikenal sebagai sarkopenia atau penyakit kronik-degeneratif. Salah satu bentuk skrining sarkopenia adalah menilai kekuatan genggam tangan. Kekuatan genggam tangan diduga dapat memprediksi kualitas hidup populasi usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kekuatan genggam tangan yang diukur dengan dinamometer Jamar dengan kualitas hidup yang diukur dengan kuesioner EQ-5D dan EQ-5D VAS pada pasien usia lanjut. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan dilakukan pada 123 pasien usia lanjut di Poli Klinik Geriatri Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo. Hasil analisis dengan uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi bermakna antara kekuatan genggam tangan dan kualitas hidup yang diukur dengan kuesioner EQ-5D r = 0,219; p = 0,015 maupun EQ-5D VAS r = 0,266; p = 0,003 . Sebagai kesimpulan, kekuatan genggam tangan memiliki korelasi bermakna dengan kualitas hidup pada pasien usia lanjut.

ABSTRAK
The quality of life in elderly will decrease with age. Declining quality of life in elderly due to decreased muscle mass, muscle strength, and physical activity is known as sarcopenia and suffering from chronic degenerative diseases. One form of sarcopenia screening is assessing the hand grip strength. Hand grip strength could be expected to predict the quality of life of the elderly population. This study aimed to determine the correlation of hand grip strength measured by Jamar dynamometer with the quality of life measured by the EQ 5D and EQ 5D VAS questionnaire in elderly patients. This study used cross sectional design and conducted on 123 elderly patients in Integrated Geriatric Poly Clinic Cipto Mangunkusumo General Hospital. The results of the analysis with Spearman test showed a significant correlation between hand grip strength with quality of life as measured by the EQ 5D questionnaire r 0.219 p 0.015 and EQ 5D VAS questionnaire r 0.266 p 0.003 . In conclusion, there are significant correlation between hand grip strength with quality of life in elderly patients."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Mela Yunita Sari
"Latar Belakang: Penurunan kapasitas latihan dan kekuatan otot merupakan gambaran yang umum dijumpai pada pasien hemodialisis (HD) kronik. Perbaikan kadar hemoglobin (Hb) tidak memperbaiki secara optimal kapasitas latihan. Prevalensi kalsifikasi arteri tinggi pada pasien HD. Hal ini menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan kekakuan arteri. Terdapat bukti klinis bahwa kekakuan arteri sentral memengaruhi kapasitas latihan pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Kapasitas latihan dapat diprediksi dengan menilai kekuatan otot perifer.
Tujuan: Mengetahui korelasi kekakuan arteri sentral dengan kekuatan genggam tangan pada pasien yang menjalani HD kronik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan subyek pasien HD kronik yang diambil dengan teknik consecutive sampling dengan rentang usia 18 – 59 tahun.  Analisis bivariat dilakukan untuk menilai korelasi kekakuan arteri sentral (dengan menilai central pulse wave velocity/cPWV) dengan kekuatan genggam tangan (KGT), kemudian dilakukan korelasi parsial terhadap variabel perancu (usia, dialysis vintage, Hb, dan aktivitas fisik).
Hasil: Terdapat 45 pria dan 40 wanita dengan median usia masing-masing 47 (19-59) dan 47 (18-59) tahun. Kedua kelompok mempunyai tingkat aktivitas fisik sedang. Tidak terdapat korelasi antara cPWV dengan KGT baik pada  pria (r = -0,046, p = 0,763) maupun wanita (r = -0,285, p = 0,113). Analisis stratifikasi pada wanita yang memiliki tinggi badan (TB) >150 cm menunjukkan korelasi negatif derajat sedang antara cPWV dengan KGT (r = -0,466; r2 = 0,217; p = 0,016). Nilai cPWV berperan sebesar 21,7% terhadap KGT, dan 78,3% diduga dipengaruhi oleh faktor perancu. Kelompok KGT rendah memiliki nilai cPWV yang meningkat pada semua kategori usia.
Simpulan: Kekakuan arteri sentral tidak berhubungan dengan kekuatan genggam tangan pada pasien yang menjalani HD kronik. Terdapat kecenderungan peningkatan nilai cPWV pada subjek yang memiliki KGT rendah.
......Background: Exercise intolerance and muscle weakness are the common features in hemodialysis patients. However, correction of renal anemia by eritropoetin does not optimize the exercise capacity. The prevalence of arterial calcification among the hemodialysis patient is high. It thereby decreased the elasticity of the vessels and increased the arterial stiffness. Clinical evidence showed that central arterial stiffness affects the exercise capacity in chronic kidney disease (CKD). Exercise capacity can be predicted by assessing peripheral muscle strength.
Objective: To investigate the correlation between central arterial stiffness and handgrip strength in chronic hemodialysis patients.
Methods: This study use cross-sectional design which perform in chronic HD patients aged between 18 and 59 years old by consecutive sampling. Bivariate analysis was done to determine the correlation between central arterial stiffness (assessed using central pulse wave velocity /cPWV) and handgrip strength (HGS). Afterwards, partial correlation of confounding variables (age, dialysis vintage, Hb and physical activity) were also be analyzed.
Results: There were 45 men and 40 women with the median age of 47 (19-59) and 47 (18-59) years old, respectively. Both groups have moderate level of physical activity. There was no correlation between cPWV and HGS in men (r = -0.046, p = 0.763) and women (r = -0.285, p = 0.113). Stratified analysis in women with height over 150 cm showed a moderate negative correlation between cPWV and HGS (r = -0,466; r2 = 0,217; p = 0,016). cPWV accounted for 21.7% of HGS, while 78.3% were suggested to be influenced by the confounding factors. The group with low HGS had an increased cPWV in all age categories.
Conclusion: Central artery stiffness was not associated with HGS in chronic HD patient. There was a tendency of increased central arterial stiffness in the group of subjects who had low HGS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Ulfah Madina
"Latar belakang: Peningkatan usia lanjut menimbulkan dampak kesehatan, diantaranya adalah sarkopenia dan kerapuhan. Kekuatan genggam tangan merupakan komponen
sarkopenia, fenotip sindrom kerapuhan, dan bersifat dinamis. Berbagai studi potong
lintang menilai hubungan kekuataan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status
nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas namun temuan masih
beragam. Selain itu, belum ada studi longitudinal untuk mengetahui hubungan
perubahan kekuatan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status
fungsional, status mental dan komorbiditas di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, status
fungsional, status mental dan komorbiditas dengan perubahan kekuatan genggam
tangan pada pasien usia lanjut.
Metode: Penelitian kohort prospektif menggunakan data sekunder pasien usia lanjut
yang kontrol rutin di Poliklinik Geriatri RSCM Jakarta dari register studi longitudinal
INA-FRAGILE yang telah diobservasi selama 1 tahun (2013-2014). Uji analisis
multivariat regresi logistik digunakan untuk menilai hubungan antara usia, jenis
kelamin, status nutrisi (skor MNA), status fungsional (skor ADL), status mental (skor
GDS-SF), indeks komorbiditas (skor CIRS) dengan perubahan kekuatan genggam
tangan.
Hasil: Dalam 1 tahun pengamatan dari 162 subjek, didapatkan rerata usia 72,9 (SB 5,9)
tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan (57,41%), memiliki nutrisi baik (83,9%),
mandiri (median ADL 9–20), tidak depresi (median GDS-SF 0–11), rerata indeks
komorbiditas 11,8 (SB 3,7), dan 53,1% mengalami penurunan kekuatan genggam
tangan. Status nutrisi (OR=2,7; p=0,033) dan indeks komorbiditas (OR 0,3; p<0,002)
berhubungan dengan kekuatan genggam tangan.
Simpulan: Status nutrisi dan komorbiditas memengaruhi perubahan kekuatan genggam
tangan pada pasien usia lanjut dalam 1 tahun di rawat jalan.
......Background: Increasing elderly population throughout the world has been related to
increased prevalence of sarcopenia and frailty. Handgrip strength is a component of
sarcopenia, one of frailty syndrome phenotypes, and a dynamic process. Previous
cross-sectional studies have assessed association of age, sex, nutritional status,
functional status, mental status and comorbodity but the results were varied. That being
said, there was no longitudinal study has been done to determine the correlation of
handgrip strength changes with age, sex, nutritional status, functional status, mental
status, and comorbidity in Indonesia.
Objective: To examine correlation between age, sex, nutritional status, functional
status, depressive symptopms, comorbidity, and handgrip strength changes in elderly
patients.
Methods: A prospective cohort study using secondary data of elderly patients whom
routinely visiting Geriatric Out-Patients Clinic at Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta from INA-FRAGILE register that have been observed for 1 year (2013-2014).
The multivariate logistic regression analysis was used to assess correlation between
sex, age, nutrional status (MNA score), functional status (ADL score), depressive
symptoms (GDS-SF score), comorbidities (CIRS score) and handgrip strength changes.
Results: From 162 subjects which were included in the study, the mean age was 72.9
(SB 5.9) years, predominantly female (57.41%), with good nutrition (83.9%),
independent (median 9- 20), not depressed (median 0-11), has average comorbidity
index 11.8 (SB 3.7), and 53.1% experienced decreased handgrip strength. Nutritional
status (OR = 2.7, p = 0.033) and comorbidity index (OR 0.3, p <0.002) correlated with
handgrip strength changes.
Conclusion: Nutritional status and comorbidity correlates with handgrip strength
changes in out-patients elderly within 1 year."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Meilana
"Pasien kanker serviks berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Asupan makanan yang tidak adekuat, peningkatan kebutuhan, penurunan aktivitas fisik dan hiperkatabolisme, mendorong terjadinya malnutrisi. Kondisi ini dapat terjadi selama sakit maupun pada saat pengobatan, yang dapat memengaruhi status gizi pasien. Prevalensi malnutrisi pada pasien kanker serviks sebesar 48−66% dan meningkat hingga 82% setelah mendapat terapi. Pasien kanker serviks, 25% mengalami cachexia dan 33−69% mengalami sarkopenia. Penurunan massa otot yang merupakan penyusun utama massa bebas lemak (MBL), secara negatif memengaruhi efektivitas terapi dan kelangsungan hidup pasien. Bioelectrical impedance analysis (BIA) adalah alat tervalidasi untuk mengukur MBL sebagai bagian dari diagnosis malnutrisi, namun tidak selalu tersedia di fasilitas kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa kekuatan genggam tangan (KGT) dapat dijadikan sebagai prediktor MBL. Pengukuran KGT dengan handheld dynamometers (HHD) yang relatif murah, valid, dan andal, masih jarang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara KGT dan MBL pada pasien kanker serviks yang menjalani radioterapi di Poliklinik Radioterapi RSCM. Penelitian menggunakan desain potong lintang pada subjek usia 18−60 tahun. KGT dinilai menggunakan Jamar digital HHD. MBL dinilai menggunakan BIA single frequency Omron® HBF−375. Terdapat 54 subjek dengan median usia 49 tahun, mayoritas stadium III, tidak terdapat metastasis dan komorbid, dan mendapat radioterapi saja. Mayoritas subjek tergolong BB lebih, dengan rerata asupan energi 20,79 ± 6,70 kkal/kgBB/hari, median asupan protein 0,68 (0,05−1,87) g/kgBB/hari, dan rerata asupan lemak 31,22 ± 8,81% dari energi total. Mayoritas asupan energi, protein dan lemak tergolong kurang dibandingkan dengan rekomendasi ESPEN. Rerata KGT 23,54 ± 5,16 kg dan rerata MBL 36,40 ± 6,03 kg. Dilakukan uji korelasi antara KGT dan MBL. Terdapat korelasi positif yang cukup antara KGT dan MBL pada pasien kanker serviks yang menjalani radioterapi (r = 0,346, p = 0,010). KGT berkorelasi positif kuat dengan MBL (r = 0,601, p = 0,001) pada pasien kanker serviks yang hanya menjalani radioterapi (n=28). Pemeriksaan KGT kemungkinan dapat memprediksi MBL, sehingga dapat membantu diagnosis malnutrisi lebih dini dan mencegah luaran buruk pada pasien kanker serviks yang menjalani radioterapi, terutama di fasilitas kesehatan yang tidak tersedia BIA. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan formulasi dalam memprediksi MBL dari KGT.
......Cervical cancer patients are at high risk for malnutrition. Inadequate food intake, increased energy and protein requirements, decreased physical activity and hypercatabolism in cancer patients lead to malnutrition. This condition can occur during illness or during treatment, which can affect the nutritional status of the patient. The prevalence of malnutrition in cervical cancer patients was 48−66% and increased to 82% in patients receiving therapy. Patients with cervical cancer, 25% were cachectic and 33%–69% were sarcopenic. Loss of muscle mass, which are the main constituents of fat free mass (FFM), negatively impact therapeutic efficacy and survival in cervical cancer patients. Bioelectrical impedance analysis (BIA) is a validated tool for measuring FFM, as part of malnutrition, but it is not always available in health facilities. Research shows that hand grip strength (HGS) can be used as a predictor of FFM. HGS measurement with handheld dynamometers (HHD) which is relatively cheap, valid, and reliable, is still rarely used. This study aims to examine the relationship between HGS and FFM in cervical cancer patients undergoing radiotherapy at the Radiotherapy Outpatients Clinic of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. The study used a cross-sectional design on subjects aged 18−60 years. HGS was assessed using a Jamar digital hand dynamometer. FFM was assessed using the BIA single frequency Omron® HBF−375. A total of 54 study subjects with a median age of 49 years, the majority were in stage III, had no metastases, received radiation therapy only, and had no comorbidities. Most of the subjects were classified as overweight and obes, with a mean of energy intake 20.79 ± 6.70 kcal/kgBW/day, a median of protein intake 0.68 (0.05−1.87) g/kgBW/day, and an average of fat intake 31.22 ± 8.81% of the total energy. The majority of the energy, protein and fat intakes were less than the ESPEN recommendations. The mean HGS in the subjects was 23.54 ± 5.16 kg and the mean FFM was 36.40 ± 6.03 kg. Correlation test was conducted between HGS and FFM. There was a moderately positive correlation between HGS and KGT in cervical cancer patients undergoing radiotherapy (r = 0.346, p = 0.010). HGS was strongly positive correlation with FFM (r = 0.601, p = 0.001) in cervical cancer patients undergoing radiotherapy only (n=28). HGS maybe able to predict FFM for early diagnose of malnutrition and prevent poor outcomes in cervical cancer patients undergoing radiotherapy, especially in health facilities where BIA isn’t available. Further research is needed to get a formulation in predicting FFM from HGS."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Jaisyi Umam
"Diabetes mellitus (DM) tipe II merupakan penyakit kronis yang menjadi masalah
di Indonesia. Prevalensi DM tipe n terbesar berada pada kelompok usia lanjut.
Hal ini dapat menimbulkan berbagai risiko karena DM tipe n berkaitan dengan
teIjadinya sarcopenia; kondisi penurunan massa dan kekuatan otot. Hal ini
mendorong peneliti untuk meneliti tentang hubungan dari DM ripe II pada pasien
lanjut usia dengan Kekuatan Genggam Tangan (KGT) yang mewakili kekuatan
otot tangan. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Sebanyak 164 pasien
usia lanjut poliklinik rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo diikutsertakan dalam penelitian ini. Variabel yang dikumpulkan meljputi penyakit DM tipe II sebagai variabel independen, kekuatan genggam tangan sebagai variabel dependen, serta status nutrisi, usia, hipertensi, dan dislipidemia sebagai
variabel perancu. Kriteria KGT menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh Asian
Working Group for Sarcopenia (AWGS). Analisis statistik yang digunakan adalah
anal isis bivariat uji chi square dan analisis multivariat uji regresi logistik. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 40,9% pasien menderita penyakit DM tipe II sementara pasien dengan kekuatan genggam tangan rendah berdasarkan kriteria sebesar 67,1 % dari total subjek. Pasien dengan DM tipe n yang memiliki kekuatan genggam tangan rendah adalah sebesar 31,7%. Hasil uji analisis bivariat, mendapatkan adanya hubungan yang berrnakna antara penyakit DM tipe n dengan KGT yang lemah (OR, 2,331; 95% CI, 1,154-4,710; p: 0,017). Pada analisis multivariat didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan KGT adalah DM tipe II (OR, 4,052; 95% CI, 1,776-9,245; p: 0,001), status nutrisi (OR, 2,369; 95% CI, 1,155-4,860; p: 0,019), dan usia (OR, 3,338; 95% CI, 1,547-7,203; p: 0,002)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patnela Mayasari
"ABSTRAK
Skripsi ini meneliti kekuatan genggam yang dapat menggambarkan kekuatan tubuh
secara keseluruhan pada karyawan kependidikan FKM UI dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yaitu asupan gizi makro, IMT, aktivitas fisik, merokok, dan
frekuensi konsumsi sarapan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
desain studi cross sectional. Data diambil menggunakan pengukuran antropometri,
kuesioner mandiri, wawancara recall, dan hand grip dynamometer pada 93
responden (31 orang perempuan dan 62 orang laki-laki) yang tidak sedang atau
pernah mengalami cedera pada lengan dan tangan. Variabel yang memiliki
hubungan signifikan dengan kekuatan genggam adalah aktivitas fisik (P=0,0001),
asupan karbohidrat (P=0,016), dan merokok (P=0,03).

ABSTRACT
This study examine the hand grip strength which represents body strength in staff
of Public Health Faculty of University of Indonesia with the possibly influenced
factors: macronutrients intake, BMI, physical activity, smoking, and breakfast
frequency. This quantitative study was undertaken with cross-sectional design.
Collecting data process began with anthropometric measure, selfreporting
questionnaire, food recall interview, and hand grip dynamometer on 93 respondents
(31 womens, 62 mens) without history of encounter arm deformities. The
significant variable with hand grip streng were physical activity (P=0,0001),
carbohydrate intake (P=0,016), and smoking (P=0,03)."
2016
S65226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhian Akbar
"ABSTRAK
Proses penuaan memberi dampak pada fungsi tubuh manusia, salah satunya adalah sarcopenia. Sarcopenia adalah pengurangan keseluruhan massa otot skeletal dan kekuatan secara progresif. Kondisi ini bisa berkembang menjadi lemah. Frailty akan menyebabkan perubahan keseimbangan energi yang malnutrisi. Pengurangan status Gizi biasanya ditemukan pada pasien usia lanjut. Jika tidak dirawat dengan benar, negara bisa progresif. Selain itu, kekuatan genggaman tangan yang dikenal memiliki beberapa kaitan dengan beberapa kondisi pada lansia seperti sarkopenia dan kerapuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kekuatan genggaman tangan dan status gizi. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan di Poliklinik Geriatrik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk pasien geriatri antara Januari September 2016. Kekuatan genggaman tangan dan status gizi diukur menggunakan Jamar Dynamometer dan Mini Nutritional Assessment. Dari 98 pasien, median kekuatan genggaman tangan adalah 18. Ada 6 pasien 6,1 dengan malnutrisi dan 59 pasien 60,2 dengan risiko kekurangan gizi dan 33 pasien 33,7 dengan status gizi normal. Berdasarkan uji korelasi Pearson, kekuatan genggaman tangan berhubungan dengan status gizi p 0,008 dan r 0,268. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kekuatan genggaman tangan berhubungan dengan status gizi.

ABSTRAK
Process of aging give some impact to function of human body, one of them is sarcopenia. Sarcopenia is overall reduction of skeletal muscle mass and power progressively. This condition can develop become frailty. Frailty will lead to change of energy balance which is malnutrition. Reduction of Nutritional status is commonly found in elderly patient. If it is not treated properly, the state can be progressive. Besides, hand grip strength well known has some association to several condition in elderly such as sarcopenia and frailty. The aim of this research is to find the correlation between hand grip strength and nutritional status. This research using cross sectional design was conducted in Geriatric Policlinic of Cipto Mangunkusumo Hospital to geriatric patients between January September 2016. Hand grip strength and nutritional status was measured using Jamar Dynamometer and Mini Nutritional Assessment. From 98 patients, the median of hand grip strength was 18. There were 6 patients 6,1 with malnutrition and 59 patients 60,2 with risk of malnutrition and 33 patients 33,7 with normal nutritional status. Based on Pearson correlation test, hand grip strength has correlation with nutritional status p 0,008 and r 0,268 . The conclusion of this research is hand grip strength has correlation with nutritional status."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sudarso
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penilaian status gizi pada lanjut usia saat ini menggunakan Mini Nutritional Assessment MNA , namun memakan waktu yang cukup lama, dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan tidak praktis bila digunakan di komunitas. Pemeriksaan kekuatan genggam tangan dapat dijadikan instrumen penapisan status gizi pada lanjut usia. Keuntungan dari pemeriksaan kekuatan genggam tangan antara lain sederhana, alatnya mudah dibawa, tidak membutuhkan waktu yang lama, praktis dan mudah digunakan oleh bukan tenaga kesehatan, tetapi belum ada data titik potong dan akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan pada lanjut usia di komunitas.Tujuan: Mendapatkan titik potong dan akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan sebagai penapis status gizi pada lanjut usia di komunitas.Metode: Penelitian potong lintang pada subjek berusia ge; 60 tahun di Posbindu di kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur selama Januari-Februari 2017. Titik potong kekuatan genggam tangan dianalisis menggunakan kurva Receiver Operating Characteristics ROC . Akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan dibandingkan dengan Mini Nutritional Assessment, dinilai dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif NDP , nilai duga negatif NDN , rasio kemungkinan positif RKP , dan rasio kemungkinan negatif RKN .Hasil: Nilai Area Under the Curve AUC pada lanjut usia laki-laki dan perempuan adalah 90,5 IK95 82,0 ndash;99,0 dan 79,6 IK95 71,7 ndash;87,6 . Titik potong kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan untuk mendeteksi kondisi malnutrisi berturut-turut adalah le; 25 kg dan le; 18 kg dengan sensitivitas 87,5 dan 77,8 , spesifisitas 80,0 dan 65,0 , NDP 66,7 dan 55,6 , NDN 93,3 dan 83,9 , RKP 4,4 dan 2,2, RKN 0,1 dan 0,3.Simpulan: Titik potong kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan untuk mendeteksi malnutrisi berturut-turut adalah le; 25 kg dan le; 18 kg. Akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan dalam mendeteksi malnutrisi berturut-turut dinilai baik dan sedang.Kata Kunci: malnutrisi, lanjut usia, kekuatan genggam tangan, MNA
ABSTRACT
Backgound Assessment of elderly nutritional status using Mini Nutritional Assessment MNA may take longer time, should be performed by healthcare professional and not simple when using in community. Handgrip strength assessment could be a nutritional screening method for elderly. The benefits of using handgrip strength are simple, reliable, and easy performance method, but there is no sufficient information regarding its cutoffpoint and diagnostic accuracy for community living elderly.Objective To verify the cutoff point and accuracy of handgrip strength for nutritional assessment of community living elderly.Method A crossectional study was conducted at Posbindu in Pulogadung, Jakarta Timur in January February 2017. Subjects were men and women ge 60 years old. Cutoff point of malnutrition was analyzed by the ROC curve. Diagnostic accuracy of handgrip strength was calculated.Results The area under the curve AUC value of hand grip strength in elderly men and women were 90.5 CI 95 82.0 99.0 and 79.6 CI95 71.7 87.6 . Cutoff point of handgrip strength for diagnosis of malnutrition according to the reference standard were le 25 kg for men and le 18 kg for women, with the sensitivity, specificity, PPV, NPV, LR , and LR were 87.5 and 77.8 , 80.0 and 65.0 , 66.7 and 55.6 , 93.3 and 83.9 , 4,4 and 2,2, 0,1 and 0,3 for men and women, respectively.Conclusions Cutoff point of handgrip strength for diagnosis of malnutrition were le 25 kg for men and le 18 kg for women. Diagnostic accuracy of handgrip strength for diagnosis malnutrition in elderly men and women were good and moderate."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Suseno
"Latar Belakang: Penurunan kapasitas fungsional kerap terjadi pada pasien yang menjalani perawatan. Kekuatan genggam tangan merupakan salah satu metode dalam penilaian kapasitas fungsional. Sejauh ini hubungan kausatif dari faktor-faktor yang memengaruhi perubahan kekuatan genggam tangan belum dapat di tentukan.
Tujuan: Mengetahui angka kejadian perubahan kekuatan genggam tangan selama perawatan dan faktor-faktor yang memengaruhi pada pasien dewasa rawat inap.
Metode: Desain kohort prospektif terhadap 31 pasien rawat inap yang berusia 18-59 tahun. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pencatatan data demografis, asupan energi, Beck Depression Inventory-II (BDI-II), Charlson Commorbidity Index (CCI), Rasio Neutrofil-Limfosit (RNL), Appendicular Skeletal Muscle Index (ASMI), jumlah obat (polifarmasi), dan lama rawat. Pengukuran kekuatan genggam tangan dilakukan pada awal dan akhir perawatan. Asupan energi diukur dengan metode Food Weighing untuk makanan dari rumah sakit dan Food Record untuk makanan dari luar rumah sakit. Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan faktor-faktor tersebut terhadap perubahan kekuatan genggam tangan.
Hasil: Sampel penelitian berjumlah 31 subjek dengan rerata usia 43,32 ± 10 tahun, dan 54,8% adalah pria. Mayoritas subyek dirawat akibat gangguan gastrointestinal dan hepatobilier (54,8%). Median lama rawat 6 (3-15) hari, median CCI 1 (0-6), dan median RNL 6,1 (2,1-40,9). Median ASMI pada pria 7,4 (4,7-11,1) kg/m2 , dan wanita 7,2 (3,3-9,2) kg/m2. Sebanyak 22,5 % terdapat gejala depresi, dan 58,1 % mendapatkan polifarmasi. Rerata presentase asupan harian subyek penelitian adalah 74%. Terdapat penurunan kekuatan genggam tangan selama perawatan sebesar 1 kilogram yang tidak bermakna (p:0,133). Analisis bivariat mendapatkan lama rawat berkolerasi dengan perubahan kekuatan genggam tangan (r:-0,553; p:0,001).
Simpulan: Tidak terdapat perubahan kekuatan genggam tangan yang bermakna selama perawatan pada pasien dewasa rawat inap. Lama rawat memiliki korelasi dengan perubahan kekuatan genggam tangan.
......
Background: Functional capacity decline often occurs in hospitalized patients. Hand grip strength is one of the methods in assessing functional capacity. So far, the causative relationship of the factors that influence changes in hand grip strength cannot be determined.
Purpose: To determine hand grip strenght changes and related factors among adult hospitalized patients.
Method: A prospective cohort study toward 31 adult hospitalized patients aged 18-59 years. Patients who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were recorded. The data consist of demographic data, energy intake, Beck Depression Inventory-II (BDI-II), Charlson Commorbidity Index (CCI), Neutrophil-Lymphocyte Ratio (NLR), Appendicular Skeletal Muscle Index (ASMI), number of drugs (polypharmacy) and length of stay. Assessment of hand grip strength conducted upon the admission and discharge. Energy intake was assessed with food weighing method for the hospital food and food record for the noo-hospital. Bivariate analysis was conducted to assess the correlations of those factors with hand grip strength changes.
Result: Number of subjects was 31 with average age 43,32 ± 10 years and 54,8% of them were male. Majority of subjects were hospitalized due to gastrointestinal and hepatobiliary disorders (54,8%). Median length of stay was 6 (3-15) days, median of CCI was 1 (0-6), and median of NLR was 6,1 (2,1-40,9). Median of ASMI in male was 7,4 (4,7-11,1) kg/m2 , and female was 7,2 (3,3-9,2) kg/m2. There was 22,5% depression symptoms and 58,1% polypharmacy. The daily intake percentage was 74%. There was a reduction of insignificant hand grip median during the treatment amount of 1 kilograms (p:0,133). Bivariate analysis shows that length of stay was correlated with the changes of hand grip strength (r:-0,553; p:0,001).
Conclusion: There was no significant changes of hand grip strength among adult hospitalized patients. Length of stay was correlated with the changes of hand grip strength."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>