Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Wulandari
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang pengembangan keterampilan sosial pada anak yang dilakukan oleh para guru TK Kutilang sebagai upaya pemenuhan aspek perkembangan sosial anak yang diamanatkan dalam UU No 4 tahun 1979. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif desain deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan sosial pada anak anak perlu diberikan tiga komponen yang mendasari kompetensi sosial yaitu pengetahuan sosial social knowledge kecakapan perbuatan performance proficiency dan evaluasi diri self evaluation. Pihak sekolah juga harus memperhatikan beberapa faktor pertimbangan yang dapat mendukung dalam mengembangkan keterampilan sosial di sekolah. ......The focus of this study is social skill development to children that conducted by teachers of Kutilang Kindergarten as compliance aspects of social development regulated under Law No.4 /1979. This research is qualitative descriptive interpretive. The research shows that to develop social skill of children they need to be given three basic components of social competence such as social knowledge performance proficiency and self evaluation. The school need to pay attention to some factors that can support social skill development.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Mila Yunianti Guritno
Abstrak :
Social withdrawal pada anak merupakan faktor risiko dari gangguan psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Anak dengan social withdrawal perlu memelajari cara membina relasi positif dengan orang lain.Tesis ini memiliki desain penelitian single casedan menerapkan bentuk intervensi social skills training (SST) untuk meningkatkan keterampilan sosial yang nantinya dapat berkontribusi terhadap kompetensi sosial anak secara umum. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun dengan karakteristik social withdrawal tipe conflicted shyness. Sesi terapi dilakukan sebanyak dua belas kali selama lebih kurang 60 - 90 menit setiap sesinya. Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Perubahan terlihat dari dua keterampilan sosial yang sudah baik, yaitu keterampilan melakukan percakapan dan bekerja sama. Selain itu, anak juga sudah baik dalam mengenali emosi orang lain, meminta sesuatu, mengatakan tidak, dan menentukan masalah. Anak juga mengalami penurunan, terutama pada skala withdrawn dan social problems dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL). ......Social withdrawal among children is a risk factor steming from psychological problems such as anxiety and depression. A child that shows social withdrawal must learn to develop positive relationships with others. This thesis uses a single case research design and applies the social skills training (SST) intervention method in order to enhance social skills that will contribute to the general competence of the child. The research participant is an nine-year old girl having social withdrawal of the conflicted shyness type. Therapy is conducted through 12, 60-90 minute sessions. The results of this therapy is an effective SST to increase the child?s social skills. Change can be seen from two improved social skills: conversation and cooperation. Furthermore, the child has shown improvement in recognizing other people?s emotions, requesting something, saying ?no,? and identifying problems. The child also experienced reduced scores, particularly on the withdrawn and social problems scale from the Child Behaviour Checklist (CBCL).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Aswanti Tjakrawiralaksana
Abstrak :
ABSTRAK
Borderline Intellectual Functioning adalah salah satu kondisi klinis dcngan karaktcrisitik skor IQ berada pada kisaran 71 sampai dengan 84 (DSM-IV-TR, 2000). Dalam hubungan anak dengan lingkungan sosial terutama dengan teman sebaya, anak dengan taraf kecerdasan borderline dapat mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pergauian karena casa pandang yang naif atau kecenderungan menarik diri, Agar anak mampu menjalin huhungan dengan lingkungan sosialnya terutama dengan teman sebaya, maka mereka memerlukan keterampilan sosial yang cukup. Keterampilan sosial adalah kemarnpuan untuk bcrintcraksi dcngan orang lain dengan cmra tertentu dalam suatu konteks sosial yang dapat diterima dan dihargai secam sosial serta pada saat yang sama saling menguntungkan (Combs & Slaby dalam Cartledge & Milbum, l995). Perkembangan keterampilan sosial sendiri adalah sualu proses yang tems berjalan, sesuatu yang dipclajari serta lidak diperoleh begilu saja. Keterampilan sosial dapat dilatih melalui pelatihan keterampilan sosial yaitu instmksi yang dilaksanakan dalam area pezilaku untuk meningkalkan intemksi posilif dengan orang lain (Mclntyre, 200l). ivlcnurut Canledge dan Milbum (l995), salah salu melode dalam pelatihan keterampilan sosial adalah melalui social modeling yaitu suatu proses yang menghasilkan model pcrilaku sosial yang mcmungkinkan seseorang belajar melalui obscrvasi dan imilasi. Mcnumt LaGreca (dalam Cartlcdge & Milbum, 1995) perilaku menyapa adalah salah salu area komunikasi yang memberikan kontribusi dalam hubungan dcngan tcman scbaya yang posililf Salah salu komponenuya adalah pcrilaku terscnyum kelika berlemu leman (Cartlcdgc dan Milbum, 1995). Pelatihan dilaksanakan sclama lima scsi. Pada scsi satu dilalaul-Lan kcgiatan idcnlilikasi pcrilaku tcrscnyum scbagai komponcn dalam mcnyapa leman melalui penyajian model bcrdasarkan lokoh dalam buku cerim. Pada scsi dua mempakan kcsempatan melatih perilaku tersenyum (skill performance) melalui pcnyajian model dcngan mcnggunakan boncka dan role play. Semcntara sesi Iiga hingga scsi lima merupakan scsi melatih perilaku tersenyum di setting sekolah. Berdasarkan hasil pelaksanaan pelalihan, tampak bahwa pclatihan keterampilan sosial pada anak dengan taraf kecerdasan borderline dengan menggunakan metode social modeling dapat melatih pexilaku tensenyum sebagai komponen perilaku menyapa teman. Subyck tampak mampu memperlihatkan perilaku tersenyum dalam kegiatan pelatihan walau masih memerlukan pengarahan dan bimbingan. Untuk mernperbaiki rancangan pelatihan di kcmudian hari, dipcrlukan assessment keterampilan sosial yang mendalam sebeium merancang program. Selain itu jcnis kegiatan pelatihan sebaiknya bersifat konkrit, tcrstruktur dan menyenangkan bagi anak. Latihan perilaku juga sebaiknya dilakukan pada beragarn situasi sosial sehingga memudahkan generalisasi perilaku.
2005
T34140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Dewi Ashuro Itouli
Abstrak :
Latar Belakang: Banyak mahasiswa memiliki distres psikologis tinggi karena menghadapi berbagai masalah dan tuntutan baik akademis maupun non akademis. Keterampilan sosial telah teridentifikasi dalam model distres psikologis sebagai sumber yang penting bagi individu untuk mengelola stres. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin mengetahui efektivitas pelatihan keterampilan sosial untuk membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis yang dialaminya. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test post test design. Partisipan penelitian merupakan mahasiswa S1 Universitas Indonesia dalam rentang usia 18-25 tahun yang memiliki masalah keterampilan sosial dan distres psikologis. Masalah keterampilan sosial ditandai dengan skor rendah pada setidaknya satu dimensi Social Skills Inventories (SSI) dan atau ketimpangan skor diantara dimensi SSI yang dilihat dari jarak SD ≥ 6,3 untuk pria dan SD ≥ 5,4 untuk wanita. Masalah distres psikologis ditandai dengan skor Hopkins Symptom Check List-25 (HSCL- 25) ≥ 1,75. Program intervensi dilakukan dalam bentuk workshop 2 hari dengan waktu efektif 14 jam pelatihan. Hasil: Berdasarkan perbandingan pengukuran pra dan pasca intervensi, ditemukan bahwa tidak ada partisipan yang memiliki skor rendah pada tiap dimensi keterampilan sosial. Tujuh dari delapan partisipan memiliki keseimbangan skor antar dimensi yang lebih baik. Seluruh partisipan mengalami penurunan skor HSCL-25, setengah darinya berada di bawah cut off score. Kesimpulan: Pelatihan keterampilan sosial efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis pada mahasiswa Universitas Indonesia. ......Background: Many university students have a high psychological distress because of the academic and non academic problems and challenges. Social skills has identified in the psychological distress model as important source for managing stress. This study examines the implementation of social skills training to help university students increase social skills and decrease psychological distress. Method: The research design is one group pre test post test design. The participants are University of Indonesia undergraduate students with age range from 18 to 25 years old. Social skills problem is stated if there is low score at least in one dimension of Social Skills Inventories (SSI) and or unbalanced score between the dimensions of SSI which based on SD ≥ 6,3 (male) and SD ≥ 5,4 (female). Psychological distress problem is stated if score of HSCL-25 ≥ 1,75. The format of intervention is two days workshop with 14 hours training duration. Result: In accordance to the differential between pre and post intervention, there is no more low score in every SSI's dimensions. Seven from eight participants has a better balanced score between SSI's dimensions. All participants has lower score of HSCL-25. Half of the scores has already under the cut off score. Conclusion: Social skills training is marked effective in increasing social skills and decreasing psychological distress for University of Indonesia undergraduate students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Viciawati Machdum
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rendra Yoanda
Abstrak :
Remaja dengan disabilitas intelektual ringan memiliki kebutuhan untuk berinteraksi seperti remaja normal namun mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan karena rendahnya keterampilan sosial yang mereka miliki. Oleh karena itu remaja dengan disabilitas intelektual memerlukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka. Social Stories trade merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan sosial pada remaja mulai dari mereka yang memiliki disabilitas intelektual tingkat moderate hingga mereka dengan inteligensi lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah Social Stories trade dapat meningkatkan keterampilan sosial khususnya dalam meminta bantuan guru pada remaja dengan disabilitas intelektual ringan. Berdasarkan hasil pelatihan keterampilan sosial menggunakan Social Stories trade pada remaja dengan disabilitas intelektual ringan IQ 52 skala Wechsler ditemukan adanya perubahan pada keterampilan sosial partisipan. Partisipan yang awalnya tidak bisa menampilkan perilaku meminta bantuan kepada guru saat ini mampu untuk menampilkan perilaku tersebut dengan bantuan verbal prompt oleh guru. Penggunaan kalimat deskriptif dan ilustrasi gambar dalam modul Social Stories trade berfungsi untuk memberikan gambaran perilaku yang diharapkan untuk ditampilkan oleh partisipan. Penggunaan kalimat affirmative dan directive berfungsi untuk mengarahkan partisipan kepada respon perilaku yang diharapkan muncul.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanti Sekarputri Pernama
Abstrak :
ABSTRAK Defisit pada keterampilan sosial merupakan karakteristik utama yang ditemukan pada individu dengan gangguan autisme. Defisit tersebut meliputi berbagai aspek keterampilan, termasuk keterampilan yang paling dasar sekalipun seperti responsivitas sosial. Remaja yang didiagnosa dengan autisme umumnya menghadapi kesulitan yang lebih besar dibandingkan kelompok usia sebelumnya karena mereka dituntut untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa di sekolah maupun komunitasnya. Meskipun begitu, masih terbatas metode intervensi yang didukung oleh penelitian yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengatasi kesenjangan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan behaviorally-based social skill group intervention pada remaja berusia 17-18 tahun dengan gangguan autisme (n=3). Intervensi behaviorally-based social skill group ini merupakan model progresif dari pendekatan applied behavior analysis dan terdiri dari 12 sesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah intervensi berakhir, semua partisipan mengalami peningkatan yang signifikan pada keterampilan responsivitas sosial mereka terhadap insisiasi sosial yang berasal dari orang dewasa (p<0.05), namun ketika inisiasi sosial berasal dari teman sekelompoknya, terdapat satu partisipan yang mengalami peningkatan namun tidak secara signifikan. Hasil yang didapatkan oleh ketiga partisipan ditemukan berhasil bertahan hingga 3 minggu setelah intervensi selesai, bahkan satu patisipan yang awalnya tidak mengalami peningkatan signifikan terlihat mengalami peningkatan pada tahap ini.
ABSTRACT Deficits in social skills are the main characteristic of individual with autism, including the most basic social skills such as social responsiveness. Adolescents diagnosed with autism face a greater difficulties as they interact with same-aged peers and adults in their schools and communities. However, few empirically based interventions have been design to meet these needs. Therefore, this current study aims to test the effectiveness of a behaviorally-based social skill group intervention in adolescents aged 17-18 years with autism spectrum disorders (n=3). This 12 sessions intervention employed a progressive applied behavior analysis model. The results showed that every participants improved significantly in their social responsiveness (p<0.05) towards teacher's initiation, but their social responsiveness towards friend's initiation did not improve significantly. Despite that, the results were maintained up to 3 weeks after intervention had concluded.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Annisa Dwi Rachmawati
Abstrak :
Penelitian ini berfokus untuk melihat efektivitas metode coaching dalam mengembangkan keterampilan sosial yang berhubungan dengan relasi interpersonal, yaitu perilaku menyapa, bercakap-cakap dan bermain informal. Penelitian dilakukan kepada seorang subyek yang berada pada periode perkembangan kanak-kanak madya. Desain penelitian yang digunakan adalah desain single-n dengan tipe A-B-A. Metode coaching ini terdiri dari tiga tahap. Tahap instruksi menggunakan diskusi, cerita bergambar untuk analisis perilaku, tahap performa perilaku dengan bermain peran menggunakan media puppet dan bantuan teman (peer initiation), serta tahap generalisasi dilakukan pada berbagai setting. Pengukuran dilakukan sebelum program dimulai dan sesudah program selesai, menggunakan kuesioner bergambar, observasi terhadap target perilaku dan kuesioner rating by others. Disimpulkan bahwa: 1) metode coaching efektif dalam mengembangkan keterampilan interpersonal menyapa; 2) untuk keterampilan bercakap-cakap dan bermain informal, metode coaching terbukti cukup efektif sampai tataran kognitif, namun belum dalam bentuk perilaku; 3) diperkirakan terjadi perubahan persepsi yang lebih positif dalam diri subyek ketika menghadapi interaksi sosial. ......This study is focused on discovering the efectivity of coaching method in developing social skills related to interpersonal relation; greeting others, making conversation and playing informally. The subject of this study is an individual in the middle childhood period. This study using the single-n design with A-B-A type. Coaching method consist of three stages. First, the instruction stage involved discussion and comic strip as a mean of behavior analysis. Second, behavior performance stage using paper puppet and peer initiation. Last, generalization stage done in several different settings. This study using three tools to measure its effectiveness; questionnaire in form of comic illustration, behavior check list of target behavior, and rating by others questionnaire. The measurement is conduct on pre and post program. The following are the results : 1) coaching method is proven to be effective in developing greeting behavior 2) coaching method is proven to be effective on cognitive level but not behavior for making conversation and playing informally behavior, 3) it is estimated that subject has experience a perception changes into a positive state in facing social interaction.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>