Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tulisan ini merupakan hasil penelitian pustaka yang di kombinasikan dengan pengamatan dilapangan yang mengkaji ten tang proses kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana di ketahui jika pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu issu sentral yang ramai di wacanakan dari berbagai kalangan yang tentu saja tujuan utamanya untuk pembangunan masyarakat. Pasalnya, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ini maka kelompok yang menjadi sasaran penerima manfaat dapat di tingkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya dengan cara memberi mereka penyuluhan, pelatihan dan bentuk kegiatan lainnya yang semuanya itu di maksudkan untuk melepaskan mereka dari ketidakberdayaan, keterasingan dan keterbelakangan. Selain itu, lewat kegiatan pemberdayaan masyarakat maka para klien di harapkan bisa bekerja secara mandiri agar supaya kebutuhan dasar mereka dapat terpenuhi."
020 JUPITER 13:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill , 2012
155.5 ADO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rahmawati
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi dan kemampuan pada remaja tunanetra-ganda. Gambaran resiliensi diperoleh melalui identifikasi tujuh karakteristik resiliensi, faktor risiko, dan faktor protektif serta gambaran kemampuan subjek dari masa kanak-kanak sampai tahap remaja. Ketunaan yang dialami oleh subjek adalah hambatan penglihatan sebagai ketunaan utama dan keterbelakangan mental tingkat ringan sebagai ketunaan tambahan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Gambaran resiliensi subjek diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap remaja tunanetra-ganda, orang tua (dalam hal ini ibu), dan guru dari remaja tersebut. Hasil yang diperoleh adalah satu subjek lebih mampu mengembangkan karakteristik resiliensi dibandingkan subjek lainnya. Kedua subjek memiliki faktor risiko yang sama dalam hal hambatan ketunanetraan ganda dan faktor lingkungan; namun subjek kedua memiliki faktor risiko lainnya yaitu faktor kondisi ekonomi keluarga dan faktor keluarga besar. Kedua subjek sama-sama memiliki faktor protektif eksternal dari keluarga, sekolah, dan komunitas.

The research was undertaken to get information of adolescents with resilience and competence in multiple disabilities with visual impairment. The focus of the study is the description of their resiliency according to the seven factor resilience, the risk factor and protective factors, and also their competence that occur with an assessment developmentcompetence. Their primary disability is visual impairment and the secondary is mental retardation. The research is qualitative. Interviews had been done directly to the subjects, and also to their mothers and teachers. Both subjects had similar risk factors, such as multiple disabilities with visual impairment, social background, and external protective factors from the family, school, and community. One subject had other risk factors, such as family financial problem and wide family members. One of the subject was shown to be able to improve resilience characteristics better than another subject."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Ifana
"Tugas akhir ini membahas mengenai penerapan modifikasi perilaku dengan metode positive reinforcement dalam melatih ketrampilan minum menggunakan sedotan pada anak dengan gangguan keterbelakangan mental berat. Tujuan dari intervensi ini adalah meningkatkan frekuensi minum menggunakan sedotan. Penerapan modifikasi perilaku yang berhasil dilakukan sebanyak delapan sesi dalam waktu delapan hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode positive reinforcement cukup efektif dalam melatih perilaku minum menggunakan sedotan pada anak dengan gangguan keterbelakangan mental berat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38357-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Handayani
"Mempelajari keterampilan dalam area bantu diri seperti keterampilan berpakaian mempakan hal yang penting bagi anak yang mengaiami keterbelakangan mental, tcmtama jika keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan usia kronologisnya (Lent, 1975; Westling & Murden, |977 dalam Westling & Fox, 2000). Dengan keterbatasan limgsi inteligensi yang dimiliki maka dibutuhkan suatu cara untuk meningkatkan keterampilan berpakaian yang dirniliki agar anak dapat semakin mandiri dan mengurangi ketcrganlungan akan bantuan dari orang lain pada area bantu diri yang dimiliki.
Selama empat dekade terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan kesuksesan pengaplikasian behavioral techniques untuk mclatih individu yang mengalami keterbelakangan mental. Secara spesitik, penggunaan tcknik fora! task presentation chaining dalam moditikasi perilaku dapat memaksimalkan kemandirian yang dimiliki anak sedari awal pelatihan, terutamajika bebcrapa tahapan merupakan hal yang familiar bagi anak (Martin & Pear, 2003). Melalui teknik rcilal laskpresenralion chaining anak mencoba keseluruhan rangkaian mulai dari awal sampai akhir rangkaian pada setiap percobaan yang dilakukan dan tems melakukannya sampai setiap langkah yang ada dikuasai.
Penggunaan teknik total task presentaiion chaining dalam tugas akhir ini bertujuan meningkatkan keterampilan berpakaian anak Iaki-laki usia 4 tahun 11 bulan yang mengalami keterbalakangan mental ringan. Hasil dari program modifikasi perilaku ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam kctcrampilan berpakaian yang dimiliki anak. Anak mampu untuk bemakaian, yaitu mcngenakan I-shin dan oclana berelastis hanya menggunakan verbal prompx saja.
......Leaming self-help skills like dressing is considered to be important for child with mental retardation, especially if the child have not acquired the skills to a degree that correspond to his chronological age (Lent, 1975; Westling & Morden, 1977 in Westling & Fox, 2000). With limitations in his cognitive functioning, special procedures must be applied so that his dressing skills can be enhance, and reducing the amount of assistance from others.
For the last four decades, many studies showed the success of applying behavioral techniques to teach child with metal retardation. Specifically, the used of total task presentation chaining in behavior modification can maximize child's independence early in training, especially if some steps are already familiar to child (Martin & Pear, 2003). With this technique, child attemps all the steps from the beginning to the end ofthe chain on each trial until all steps are mastered.
The purpose of using total task presentation chaining in this final assignment is enhancing dressing skills in a boy with mild mental retardation age 4 years l I months. This program showed improvement in child's dressing skills. The child can wear t-shirt and pants using verbal prompt only."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Handayani
"ABSTRAK
Mempelajari keterampilan dalam area bantu diri seperti keterampilan berpakaian
merupakan hal yang penting bagi anak yang mengalami keterbelakangan mental,
terutama jika keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan usia
kronologisnya (Lent, 1975; Westling & Murden, 1977 dalam Westling & Fox,
2000). Dengan keterbatasan fungsi inteligensi yang dimiliki maka dibutuhkan
suatu cara untuk meningkatkan keterampilan berpakaian yang dimiliki agar anak
dapat semakin mandiri dan mengurangi ketergantungan akan bantuan dari orang
lain pada area bantu diri yang dimiliki.
Selama empat dekade terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan
kesuksesan pengaplikasian behavioral techniques untuk melatih individu yang
mengalami keterbelakangan mental. Secara spesifik, penggunaan teknik total task
presentation chaining dalam modifikasi perilaku dapat memaksimalkan
kemandirian yang dimiliki anak sedari awal pelatihan, terutama jika beberapa
tahapan merupakan hal yang familiar bagi anak (Martin & Pear, 2003). Melalui
teknik total task presentation chaining anak mencoba keseluruhan rangkaian
mulai dari awal sampai akhir rangkaian pada setiap percobaan yang dilakukan dan
terus melakukannya sampai setiap langkah yang ada dikuasai.
Penggunaan teknik total task presentation chaining dalam tugas akhir ini
bertujuan meningkatkan keterampilan berpakaian anak laki-laki usia 4 tahun 11
bulan yang mengalami keterbalakangan mental ringan. Hasil dari program
modifikasi perilaku ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam keterampilan
berpakaian yang dimiliki anak. Anak mampu untuk berpakaian, yaitu mengenakan
t-shirt dan celana berelastis hanya menggunakan verbal prompt saja."
2007
T37814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aswin Tresna Nugraha
"ABSTRACT
Skripsi ini melaporkan percobaan eksperimental sistem Internet of Things untuk melacak dan memantau pasien dengan gangguan mental. Sistem ini dioperasikan pada pita frekuensi ISM yang memanfaatkan teknologi LoRa . Ini terdiri dari klien multinode LoRa , yang merupakan perangkat pelacakan yang terpasang di sisi pasien, mengumpulkan informasi GPS latitude dan longitude untuk ditampilkan di Google Maps di sisi server. Kami telah melakukan uji coba terhadap 3 skenario kondisi lingkungan yang berbeda, yaitu Line of Sight LoS , Non-Line of Sight N-LoS , dan Crowded Area . Penilaian dilakukan dengan mengumpulkan 23 data iterasi pada 10 spot area. Dalam skenario kondisi Line of Sight dengan daya sinyal transmisi data maksimum adalah -73dB yang meliputi area maksimum 38,04 meter. Dalam skenario kondisi Non-Line of Sight, sistem ini mencapai kekuatan sinyal maksimal -74dB dan meliputi area seluas 114,76 meter. Dalam skenario kondisi Crowded Area , sistem dapat mencapai kekuatan sinyal maksimum -88 dB yang meliputi area 234,02 meter. Sistem ini mengindikasikan performa error rendah, meski koneksi yang hilang sering terjadi di beberapa titik. Sistem Internet of Things yang diusulkan masih perlu melakukan perbaikan besar dengan memodifikasi sistem antena.

ABSTRACT
This paper reports the experimental trials of IoT system for tracking and monitoring the patient with mental disorder. The system is operated on the ISM frequency band utilizing the LoRa technology. It consists multinode LoRa client, which is a tracking device installed on the patient side, collecting the GPS information latitude and longitude to be displayed on Google Maps at the server side. We have conducted trials on 3 different environment scenarios, i.e. Line of Sight LoS , Non Line of Sight N LoS , and The ldquo crowded area rdquo . The assessment is conducted by collecting 23 data iterations at 10 spots area. In The LoS scenario, the maximum data transmission signal power is 73dB covering the maximum area of 38.04 meters. In the NLoS scenario, the system achieve maximum signal strength of 74dB and covering the area of 114.76 meters. In the ldquo crowded area rdquo scenario, the system may achieve a maximum signal strength of 88 dB covering the area of 234.02 meters. The system has indicated a low error performance, despite the connections rsquo lost is frequently occurred at several spots. The proposed IoT system is still need to run a major improvement by modifying its antenna system."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roslina Verauli
"ABSTRAK
Dilihat dari sejarah perkembangan definisi keterbelakangan mental,
tampak bahwa tingkah laku adaptif semakin berperan (Vance, 1998). AAMD, yang kemudian pada tahun 1992 berubah menjadi AAMR, mulai memasukkan tingkah laku adaptif dalam definisi keterbelakangan mental pada tahun 1959.
Pada tahun 1973, deinisi AAMD mengenai keterbelakangan mental
adalah “fungsi inteligensi yang secara signiflkan tergolong di bawah rata-rata (subaverage) muncul bersamaan dengan defisit pada tingkah laku adaptif dan terjadi pada masa perkembangan. Perkembangan dalam definisi terus berlanjut hingga tahun 1992 dimana AAMR tetap memberi penekanan pada kemampuan adaptif.
Dari perkembangan tersebut jelas bahwa seorang individu tidak dapat
didiagnosa sebagai kerbelakang mental bila tidak mengalami defisit dalam kemampuan adaptinya. Sejumlah skala telah dikembangkan untuk mengukur tingkah laku adaptif Diantaranya yang paling umum digunakan dan telah distandardisasi adalah American Association on Mental Defliciency-Adaptive
Behavior Scale tahun 1974 (AAMD-ABS tahun 1974).
AAMD-ABS tahun 1974 terdiri dari dua bagian, yaitu bagian I yang
mengukur IO domain tingkah laku adaptif dan bagian II yang mengukur 14
domain yang berhubungan dengan masalah kepribadian dan tingkah laku
AAMD-ABS dapat diterapkan untuk individu berusia 3 tahun sampai dengan 69 tahun dimana informasi diperoleh dari informan yang dekat dan mengenal anak
dengan baik. Skor yang diperoleh diubah ke dalam percentile ranks untuk memperoleh gambaran berupa profil.
Profil dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
tingkah laku adaptif individu keterbelakangan mental. Profil tersebut merupakan dasar yang obyektif untuk mengevaluasi keraquan atau hasil dari program intervensi.
Atas dasar inilah peneliti tertarik mengetahui gambaran profil AAMD-
ABS tahun 1974 anak keterbelakangan mental yang datang ke Klinik Anak. Data berupa data sekunder diperoleh dari 31 sampel periode 1998 - 2002. Adapun golongan keterbelakangan mental dan kelompok usia yang tercakup dalam penelitian adalah keterbelakangan mental sedang-ringan dan kelompok usia sekolah-remaja (golongan keterbelakangan mental dan kelompok usia yang tercakup pada norma AAMD-ABS tahun 1974).
Deskripsi dan interpretasi profil dilakukan terhadap sejumlah skor subyek di setiap domain pada masing-masing kelompok anak keterbelakangan mental untuk menilai sejauh mana mereka mengalami deifsit dalam kemampuan adaptifnya.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok
keterbelakangan mental ringan usia sekolah, domain yang perlu menjadi fokus perhatian dalam program intcrvensi adalah domain VII. Pada kelompok keterbelakangan mental ringan usia remaja, domain yang perlu menjadi fokus utama dalam program intervensi adalah domain VIII. Pada kelompok keterbelakangan mental sedang usia sekolah, domain yang perlu menjadi fokus perhatian dalam program intervensi adalah domain VI dan VII. Pada kelompok keterbelakangan mental sedang usia remaja, domain yang perlu menjadi fokus
perhatian dalam program intervensi adalah domain VII.
Yang perlu diperhatikan dari hasil penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mengetahui sejauh mana subyek dalam setiap kelompok penelitian mengaiami
defisit pada kemampuan adaptifnya, dibandingkan dengan anak normal yang seusia. Disamping itu, peneliti tidak dapat melakukan generalisasi hasil penelitian
pada kelompok keterbelakangan mental yang lebih luas karena jumlah subyek penelitian yang tergolong kecil Sehingga dikhawatirkan hasil penelitian lebih dipengaruhi oleh variasi individual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryuni Novita Sari
"ABSTRAK
Anak yang mengalami keterbelakangan mental perlu mempersiapkan dirinya
untuk menghadapi usia dewasa (Wenar & Kerig, 2000). Mereka harus
mempelajari berbagai fungsi, seperti fungsi inteligensi, komunikasi, sosialisasi,
dan keterampilan hidup sehari-hari agar dapat hidup dengan lebih baik dalam
lingkungan sosial (Michael & McCormick, 2007). Oleh karenanya, program
terpenting bagi anak terbelakang mental adalah melatih mereka dalam
kemampuan hidup sehari-hari atau yang biasanya disebut dengan kemampuan
adaptif (Lucksasson, dkk., dalam Ormrod, 2006).
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi dan data dasar yang diambir pada N,
anak yang mengalami keterbelakangan mental sedang dengan usia 14 tahun 3
bulan, diketahui bahwa ia belum dapat menguasai berbagai kemampuan adaptif
terutama keterampilan mandi dan berpakaian.
Program intervensi didasarkan pada pendekatan modifikasi perilaku dengan
teknik rantaian perilaku yaitu teknik rantaian perilaku total dengan pemberian
arahan secara bertahap. Tujuan dari penerapan program intervensi adalah
membantu N meningkatkan keterampilan mandi dan berpakaian. Program
intervensi ini diadakan dalam 10 kali pertemuan dan disusun dalam sebuah
rancangan program intervensi yang terdiri atas tiga bagian yaitu : 1) Data Dasar;
2) Program Intervensi; 3) Evaluasi Program.
Hasil intervensi secara umum menunjukkan bahwa program intervensi efektif
untuk meningkatkan keterampilan mandi dan berpakaian pada N. Beberapa
rantaian dalam perilaku mandi tidak dapat dilakukan N karena adanya
keterbatasan fisik.

ABSTRACT
Mentally retarded children have to prepare theirselver for adulthood (Wenar &
Kerig, 2000). They have to learn various skills such as thinking, communication,
socialization and everyday life skills in order to live better in their social
environment (Michael & Mccormick, 2007). Thus, in giving program for children
with mentally retarded children is the most important thing is to train their
everyday life skill or usually called as adaptation skill (Lucksasson et al., in
Ormrod, 2006).
Based on psychological examination and baseline data taken at N who is
moderately mentally retarded and 14 years and 3 months old, it is shown that she
hasn’t master a number of adaptive skills, especially that of bathing and dressing
skill.
The intervention program is based on behaviour modification technique which
will be used in chaining of behaviour which is total task presentation chaining
with gradually prompt The aim of the intervention program is to help N improve
her bathing and dressing skill. The intervention program is conducted 10 times
and consist of three parts, namely: 1) Baseline data; 2) Intervention program 3)
Evaluation program.
The result of the intervention program in general shows that intervention program
is effective to improving her bathing and dressing skill. A few chain of bathing
skill can’t be done by N becaused of limited physical ability."
2008
T37630
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library