Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wifanto Saditya Joe
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kewa Ariancy Pandhu
Abstrak :
Perforasi merupakan komplikasi utama apendisitis yang memerlukan tindakan laparatomi untuk mencegah terjadinya peritonitis maupun sepsis. Pasien yang mengalami apendisitis dengan COVID 19 sering menyebabkan kekeliruan dalam penentuan diagnosa akibat miripkan tanda dan gejala COVID 19 dengan appendisitis yang mengarah pada keterlambatan penanganan sehingga menyebabkan perforasi. Selama post operasi, tindakan optimal harus dilakukan untuk mencegah komplikasi. Salah satu tindakan yang dilakukan selama post operasi laparatomi eksplorasi adalah memastikan kelancaran aliran NGT dekompresi, drain ataupun luka pasien. Pemberian posisi miring sangat membantu dalam menjaga kepatenan aliran melalui pemberian posisi miring. Selama 5 hari dilakukan intervensi miring kiri miring kanan kepada pasien post laparatomi didapatkan aliran NGT maupun drain luka post operasi lebih paten terutama pada pemberian posisi miring kiri dengan kepala ditinggikan 45o. Melihat keefektifan tindakan miring kiri dengan elevasi kepala 45o dalam menjaga kepatenan aliran NGT dan drain luka maka tindakan ini dapat digunakan sebagai intervensi yang dapat diterapkan pada pasien post operasi laparatomi.
Perforation is the main complication of appendicitis which requires Laparatomy to prevent Peritonitis and Sepsis. Patient who is contracted with appendicitis and COVID 19 ofter cause misunderstanding in diagnosis due to similar signs and symptoms of COVID 19 with appendicitis that leads to delay in handling causing perforation. During post surgery, optimal measures should be taken to prevent complication. One of measures taken during post operative laparotomy exploration is to ensure the smooth flow of NGT decompression, drain or incision site. Providing patient in lateral positioning is helpful in maintaining flow patency by giving lateral positioning. For 5 days of intervention, left lateral positioning and right lateral positioning given to post laparatomy patient, NGT flow and wound drain were more patent, especially in left lateral positioning with head elevated 45 o. Seeing the effectiveness of left lateral positioning with head elevated of 45o in maintaining the patency of NGT flow and wound drain drainage, this procedure can be used as an intervention  that can be applied to post-laparatomy patient.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lam Sihardo
Abstrak :
Latar belakang. Ileus berkepanjangan pascaoperasi IBPO sering ditemukan terutama pada pasien pasca laparatomi mediana. Ileus secara signifikan berhubungan dengan peningkatan morbiditas pasien, pembiayaan kesehatan, dan peningkatan angka readmission 30 hari pascaoperasi.Metode. Dilakukan studi cross-sectional di Departemen Ilmu Bedah FKUI/RSCM dengan mencatat rekam medis pasien laparatomi mediana pada pasien infeksi intraabdomen pada periode Januari 2015 hingga Desember 2015. Variabel volume kontaminasi, lama operasi, hipokalemia, kondisi dehidrasi dan IBPO menjadi fokus pada penelitian ini. Dilakukan analisis bivariat dan multivariat untuk melihat hubungan dari variabel-variabel tersebut.Hasil. dari 100 kasus pasca laparatomi mediana, 60 pasien 60 mengalami IBPO, dimana hipokalemia terdapat pada 25 orang 25 , dehidrasi terdapat pada 34 pasien 34 . Faktor yang berhubungan dengan IBPO adalah volume kontaminasi p = 0,004 dan lama operasi p = 0,000 . Analisis multivariat menunjukkan bahwa volume kontaminasi dan lama operasi sebagai faktor yang berhubungan secara independen dengan kejadian IBPO p = 0,026 dan p = 0,002 . Lama operasi ge; 130 menit berhubungan dengan IBPO p=0,004 dan nilai OR sebesar 3,44.Kesimpulan. Volume kontaminasi dan lama operasi merupakan faktor yang berhubungan secara signifikan pada kejadian IBPO, dapat dijadikan prediktor. Lama operasi ge; 130 menit berisiko 3,44 kali menimbulkan IBPO.
Background Postoperative prolonged ileus PPI often found in patient post median laparatomy. Ileus significantly associated with the increasing of morbidity patient, patient cost, and 30 days readmission patient rate.Method Cross sectional study in FKUI RSCM Departement of Surgery, noted the medical record patient which conducted median laparatomy in intraabdominal infection from January 2015 until December 2015. Our study focussed at contaminated volume, duration of surgery, hypokalemia, dehydration, and PPI as a research variables. We counducted bivariat and multivariat analysis to see associated between those variables.Result There were 100 patients, 60 patients 60 had PPI, there were 25 patients 25 had hypokalemia, 34 patients 34 had dehydration. Factors which significantly associated to the PPI were contaminated volume p 0,0004 and duration of surgery p 0,000 . Multivariate analysis showed contaminated volume and duration of surgery were independently associated to the PPI p 0,026 and p 0,002 . Duration of surgery more than 130 minutes was associated to PPI with the OR 3,44.Conclusion Contaminated volume and operation of surgery as factors which significantly associated in PPI and it can be predictor. Duration of surgery more than 130 minutes had a risk 3,44 times to cause PPI.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Herawati
Abstrak :
Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan yang menduduki posisi ke-empat di Indonesia. Salah satu penatalaksanaan kanker kolorektal adalah pembedahan. Pasien pascapembedahan kemungkinan akan mengalami nyeri dengan intensitas yang tinggi. Karya Ilmiah Akhir Ners ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk menganalisis kasus pasien dengan kanker kolorektal pasca pembedahan laparatomi dan penerapan intervensi relaksasi napas dalam pada manajemen nyeri. Relaksasi napas dalam dilakukan sebagai manajemen nonfarmakologi  nyeri akut pascapembedahan. Penerapan relaksasi napas dalam dilakukan selama tiga hari berturut-turut sampai pasien dipulangkan. Hasil intervensi menunjukan adanya nyeri yang terkontrol pada pasien dibuktikan dengan kemampuan ambulasi pasien yang meningkat dan tanda-tanda vital yang stabil. Penulis merekomendasikan pemberian relaksasi napas untuk manajemen nyeri nonfarmakologis pada pasien pascapembedahan khususnya laparatomi.
Colorectal cancer is the fourth position in cancer disease in Indonesia. One of the treatments for colorectal cancer is surgery. Post operative patients will likely experience pain of high intensity. This paper is a case study which aimed to analyse cases of patients with colorectal cancer after laparotomy surgery and the implementation of deep breath relaxation for pain management. Deep breathing relaxation is implemented as non-pharmacological management of post operative acute pain. The deep breath relaxation intervention is was conducted  for three consecutive days until the patient was discharged. The results showed that the pain can be controlled which was shown by the increased of patient ambulation and stable vital signs. The author recommend giving breath relaxation for nonpharmacological pain management in post aoperative patients, especially patient with laparotomy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Azzahra
Abstrak :
Postoperative nausea and vomiting (PONV) merupakan efek samping yang terjadi selama 24-48 jam pertama setelah operasi laparatomi. PONV dapat memanjang dikarenakan beberapa faktor salah satunya penggunaan agen analgesik. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 67 tahun post laparatomi dengan keluhan PONV yang memanjang lebih dari 48 jam setelah tindakan operasi dikarenakan penggunaan terapi analgesik epidural. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan penggunaan teknik akupresur perikardium 6 (P6) untuk menurunkan intensitas mual dan muntah pada pasien post laparatomi. Teknik akupresur perikardium 6 (P6) diberikan selama enam hari dari tanggal 14/04/2023 sampai 19/04/2023 dengan setiap kali tindakan dilakukan sebelum dan sesudah makan selama 5-10 menit. Hasil evaluasi menunjukan teknik Akupresur perikardium 6 (P6) terbukti efektif menurunkan intensitas mual dan muntah pada pasien pasca laparatomi dengan PONV. Kesimpulannya teknik akupresur perikardium 6 (P6) dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas mual dan muntah pasca laparatomi dan intervensi ini dapat dilakukan secara mandiri dan tidak menimbulkan efek samping ......Postoperative nausea and vomiting (PONV) is a side effect that occurs during the first 24-48 hours after laparotomy. PONV can be prolonged due to several factors, one of which is the use of analgesic agents. The analysis was performed on a 67-year-old post-laparotomy woman with complaints of PONV that lasted more than 48 hours after surgery due to the use of epidural analgesic therapy. The purpose of this paper is to present the results of an analysis of nursing care using the pericardium 6 (P6) acupressure technique to reduce the intensity of nausea and vomiting in post-laparotomy patients. Pericardium 6 (P6) acupressure technique was given for six days from 14/04/2023 to 19/04/2023 with each action performed before and after eating for 5-10 minutes. The results of the evaluation showed that the pericardium 6 (P6) acupressure technique was proven effective in reducing the intensity of nausea and vomiting in post-laparotomy patients with PONV. In conclusion, the pericardium 6 (P6) acupressure technique can be performed to reduce the intensity of post-laparotomy nausea and vomiting and this intervention can be carried out independently and does not cause side effects.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Naridipta Anindyahapsari
Abstrak :
Latar Belakang. Nyeri pascabedah adalah masalah utama pascalaparotimi yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas pascabedah. Derajat nyeri pascalaparotomi dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya jenis pendekatan laparotomi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai perbandingan derajat nyeri pascalaparotomi digestif di atas umbilikus dan ginekologi yang mendapat analgesia kombinasi intravena dan epidural. Metode penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan metode kohort retrospektif terhadap 34 pasien wanita yang menjalani laparotomi digestif atas dan 34 pasien laparotomi ginekologi yang berusia 18 hingga 65 tahun dengan klasifikasi ASA I hingga III di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari 2022 hingga Juli 2023. Data pasien dipilih secara konsekutif dari rekam medik rumah sakit. Pasien dengan data yang tidak lengkap dan komplikasi pascabedah yang serius dikecualikan dari penelitian. Data kemudian diolah menggunakan SPSS dan dianalisis dengan uji Mann- Whitney. Hasil. Rata-rata derajat nyeri pasca bedah sewaktu beristirahat pada pasien yang menjalani laparatomi digestif di atas umbilikus yaitu sebesar 2.09 ± 0.9 dan 2.53 ± 1.187 pada laparotomi ginekologi. Sedangkan derajat nyeri sewaktu bergerak pada pasien yang menjalani laparatomi digestif di atas umbilikus sebesar 3.82 ± 1.242 dan 3.12 ± 0.046 pada pasien yang menjalani laparatomi ginekologi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perbandingan derajat nyeri pascabedah laparatomi sewaktu bergerak ( p =0.016). Derajat nyeri sewaktu istirahat laparatomi digestif di atas umbilikus dengan pasien laparatomi ginekologi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. (p 0.098). Kesimpulan. Dengan pemberian kombinasi analgesia epidural dengan analgetik intravena, derajat nyeri pascabedah sewaktu bergerak pada laparotomi digestif di atas umbilikus lebih tinggi signifikan dibandingkan laparatomi ginekologi meskipun secara klinis tidak bermakna. Tidak terdapat perbedaan signifikan derajat nyeri pada waktu istirahat pada kedua jenis pembedahan. ......Introduction. Postoperative pain can lead to serious complications. The intensity of postoperative pain is influenced by numerous factors, such as type of laparatomy. Multimodal analgesia is recommended to manage postlaparatomy pain. This study aims to compare the intensity of post digestive and gynecology laparatomy pain in patients with intravenous and epidural analgesia. Method. This study is conducted using retrospective cohort method approach on 34 female patients underwent upper digestive laparatomy and 34 female patients underwent gynecology laparatomy, aged 18 to 65, classified as ASA I -- III in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2022 to July 2023. Patient data was consecutively selected from hospital’s medical records. Patient with incomplete data and severe postoperative complications were excluded from the study. The data was then analyzed using SPSS and the analysis were tested using the Mann-Whitney. Results. The mean of postoperative pain at rest in patients undergoing upper umbilical digestive laparatomy is 2.09 ± 0.9 , and 2.53 ± 1.187 in gynecologic laparotomy. Meanwhile, the mean of postoperative pain during movement in patients undergoing upper umbilical digestive laparatomy is 3.82 ± 1.242 and 3.12 ± 0.946 for gynecologic laparatomy. There is statistically significant difference in the comparison of postoperative pain levels during movement with a p value of 0.016. There is no significant difference in postoperative pain levels at rest between patients undergoing digestive laparotomy upper umbilicus and gynecologic laparotomy patients with p value of 0.098. Conclusion. The degree of postoperative pain during movement is statisically significant but not clinically important in digestive laparatomy upper umbilicus compared to gynecologic laparotomy when given the combination of intravenous and epidural analgetics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusyani Rahmawati
Abstrak :
Kanker kolorektal merupakan jenis kanker terbanyak ketiga di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, pola makan yang mengadopsi makanan cepat saji, kegemukan, dan kurangnya aktivitas fisik. Penatalaksanaan medis utama pada kasus kolorektal yaitu pembedahan dengan cara mereseksi kanker, kemudian membuat stoma, dan penyambungan kembali usus yang disebut anastomosis. Salah satu masalah utama pada pasien postoperasi adalah nyeri akut. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan hasil analisis asuhan keperawatan pada pasien post operasi close colostomy dan dan laparatomi adhesiolisis. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Adapun intervensi berbasis bukti yang diterapkan yaitu intervensi manajemen nyeri berupa teknik relaksasi napas dalam guna menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi close colostomy dan laparatomi adhesiolisis. Penerapan teknik relaksasi napas dalam diharapkan dapat diaplikasikan oleh perawat bedah di ruangan khususnya untuk mengurangi nyeri akut post operasi close colostomy dan laparatomi adhesiolisis. Kata kunci : kanker kolorektal, close colostomy, laparatomi adhesiolisis, nyeri akut, relaksasi napas dalam. ......Colorectal cancer is the third most common type of cancer in Indonesia. This is caused by unhealthy lifestyles such as smoking, eating patterns that adopt fast food, obesity, and lack of physical activity. The main medical management in colorectal cases is surgery by resecting the cancer, then making a stoma, and reconnecting the intestine which is called anastomosis. One of the main problems in postoperative patients is acute pain. This study aims to present the results of the analysis of nursing care in postoperative patients with close colostomy and adhesiolysis and laparotomy. The method used is a case study. The evidence-based intervention applied is pain management intervention in the form of deep breathing relaxation techniques to reduce pain intensity in postoperative close colostomy and adhesionic laparotomy patients. It is hoped that the application of deep breathing relaxation techniques can be applied by surgical nurses in the room especially to reduce acute pain after close colostomy surgery and adhesiolysis laparotomy. Keywords : colorectal cancer, close colostomy, laparotomy adhesiolisis, acute pain, deep breat relaxation.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Ainun Pratiwi
Abstrak :
Mekonium peritonitis adalah kondisi peritonitis aseptik yang disebabkan karena adanya perforasi kecil pada usus yang dialiri mekonium menuju rongga perut. Mekonium peritonitis dapat diatasi dengan tindakan laparotomi eksplorasi. Namun luka pasca laparotomi eksplorasi juga dapat memberikan efek kepada bayi yakni berupa nyeri akut, gangguan integritas kulit serta adanya resiko infeksi yang menyebabkan perlambatan pemulihan pascabedah. Nyeri akut yang dialami oleh bayi tentu dapat memberikan respon yang berbeda dari orang dewasa. Nyeri akut dapat diidentifikasi melalui aktivitas tangisan bayi. Namun dalam mengatasi nyeri akut pada bayi, tindakan farmakologi tidak dapat digunakan sebab bayi masih sangat rentan terhadap efek samping darinya. Oleh karena itu dalam tulisan ini, Penulis mencoba menganalisis tentang intervensi teknik non farmakologi yaitu terapi sentuhan untuk mengatasi nyeri akut pada bayi selama masa perawatannya di rumah sakit. Kasus bayi Ny.N diperoleh hasil bahwa terapi sentuhan dapat secara efektif digunakan untuk mengatasi nyeri akut pasca laparotomi eksplorasi pada bayi mekonium peritonitis. ......Meconium peritonitis is a condition of aseptic peritonitis caused by a small perforation of the intestine that drains meconium into the abdominal cavity. Meconium peritonitis can be treated with exploratory laparotomy. However, post-exploratory laparotomy wounds can also influence the baby in the form of acute pain, impaired skin integrity and the risk of infection. Acute pain experienced by infants can certainly give a different response from adults. In infants, acute pain can be identified by the infant's crying activity. However, in dealing with acute pain in infants, pharmacological measures cannot be used because infants are still very susceptible to side effects from it. Therefore, in this paper. The author tries to analyze the effectiveness of non-pharmacological techniques, namely touch therapy to treat acute pain in infants during their treatment in the hospital. In the case of Mrs. N baby, it was found that touch therapy can be effectively used to treat acute pain after exploratory laparotomy in meconium peritonitis infants.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library