Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Defa Trio
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2000
S26969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Sudirman
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubiwanto
Abstrak :
ABSTRAK
Pekerjaan mengangkat merupakan pekerjaan yang memiliki resiko yang tinggi untuk terkena penyakit akibat kerja, jika pekerjaan tersebut dilakukan berulangulang setiap hari dan durasi yang panjang. Di Pasar Induk Beras Cipinang para tukang angkat beras terbiasa melakukan pekerjaan tersebut setiap hari sehingga penulis mengambil resiko ergonomic yang mungkin didapat oleh para pekerja tersebut dengan menggunakan Niosh Lifitng Equation. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Niosh Lifting Equation menunjukan bahwa indeks resiko pengangkatan yang dilakukan oleh pekerja angkat di Pasar Induk Cipinang melebihi 1 yang berarti pekerjaan tersebut beresiko menyebabkan keluhan akibat kerja sehingga diperlukan tindakan pengendalian guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.
ABSTRACT
Lifting is a work with the high risk for any worker to get disorder, if that work is doing in repetitive way and long duration every day. At Pasar Induk Beras Cipinang, any worker doing lifting job is the major task every day that is the causes why me as a writer doing the risk assessment with the niosh lifting equation to the worker at pasar induk beras cipinang. Result from this research is the risk index for the lifting task at Pasar Induk Beras Cipinang is high and need to be modified to reduce that risk and prevent the illness because manual lifting.
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Amri
Abstrak :
Sebagai salah satu perusahaan minyak tertua di Indonesia, PT.X terus menerus melakukan pencarian-pencarian sumber minyak bam serta menggunakan teknologi-teknologi mutakhir untuk meningkatkan produksinya. PT. X merupakan produsen minyak mentah terbesar saat ini di Indonesia dengan jumlah produksinya sekitar 680,000 barrel per hari. Setelah didapatkannya minyak mentah dari hasil penambangan minyak tersebut, dan hasilnya disimpan dalam tangki penyimpan, selanjutnya PT. X dihadapkan kepada suatu proses lifting atau pengangkatan minyak untuk dijual kepada pembeli akhir, yaitu dengan menggunakan kapal tanker atau melalui pipa. Proses lifting ini dilakukan oleh para offtakers atau fihak-fihak yang mempunyai hak (entitlement) dalam rangka kontrak bagi hasil antara kontraktor dengan Pertamina / Pemerintah. Untuk mencapai hasil lifting yang maksimal, perusahaan harus menerapkan strategi maksimisasi lifting untuk jumlah minyak yang dikangkat atau dikapalkan, agar didapatkan jumlah revenue yang maksimal pula sehingga bisa meningkatkan pendapatan perusahaan. Untuk mendapatkan angka lifting yang maksimal tersebut, PT. X dihadapkan kepada beberapa batasan yang harus digunakan dalam menghitung perkiraan entitlement / lifting, antara lain jumlah produksi yang diperkirakan per hari, jumlah cost recoverable yang akan digunakan dan berapa harga minyak mentah yang akan dipakai dalam perhitungan. Kemungkinan-kemungkinan untuk bisa mendapatkan angka maksimal untuk lifting yang menjadi hak bagi PT. X, yang dalam hal ini adalah sebagai kontraktor, bisa dilihat dari asumsi-asumsi yang dipakai dalam perhitungan. Sebagai perhitungan dasar (base-case) dalam tahun 2001 - 2005, penulis memakai perkiraan produksi, cost recoverable dari harga minyak mentah sama seperti yang dipakai oleh PT. X dalam perhitungan untuk periode tahun 2001 - 2005, seperti yang terlihat pada Lampiran 2-6. Sedangkan untuk perkiraan harga minyak yang aktual adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1.2. Dengan mengganti harga pada perhitungan awal dengan perkiraan harga rainyak yang aktual ini, untuk kontraktor akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang jumlahnya lebih kecil dari angka entitlement /lifting sebelumnya. Hal ini mengakibatkan kontraktor akan berada pada posisi overlift. Kalau overlift tetap terjadi selama satu triwulan, hal ini akan mengakibatkan kontraktor harus membayar jumlah overlift ini dikalikan dengan harga yang terjadi pada bulan ketiga, kepada Pertamina / Pemerintah. Pembayaran ini akan mengurangi revenue perusahaan dan dengan sendirinya akan mengurangi pendapatan perusahaan. Untuk tahun 2001 - 2005 penulis akan menghitung jumlah pembayaran overlift setiap triwulannya, dan dihitung nilai sekarangnya (present value) pada tahun 2000. Discount factor yang dipakai adalah 6.99% per tahun yang merupakan biaya modal rata-rata (weighted average cost of capital) dari PT.X, dan dihitung secara triwulanan. Pada simulasi kedua dalam perhitungan perkiraan entitlement / lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis merubah harga minyak mentah dari US$ 23 (SLC) dan US$ 21 (DC) menjadi US$26 (SLC) dan US$24 (DC). Sedangkan angka produksi dan cost recoverable sama dengan perhitungan awal (base-case). Besaran harga ini masih dibawah harga yang terjadi pada tahun 2000 dan dianggap cukup konservatip. Dari sini didapatkan angka entitlement I lifting buat kontraktor. Kemudian dengan mengganti harga minyak mentah dengan perkiraan harga aktual, akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang ternyata juga lebih kecil dari angka semula. Hal ini juga mengakibatkan kontraktor akan berada dalam posisi overlift. Jumlah pembayaran overlift selama tahun 2001 - 2005 akan dihitung nilai sekarangnya pada tahun 2000. Pada simulasi ketiga aalam perhitungan perkiraiin entitlement I lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis menggunakan cost recoverable yang diturunkan sebesar US$ IV periode tahun 2001 - 2005, seperti yang terlihat pada Lampiran 2-6. Sedangkan untuk perkiraan harga minyak yang aktual adalah seperti yang terlihat pada Tabet 1.2. Dengan mengganti harga pada perhitungan awal dengan perkiraan harga minyak yang aktual ini, untuk kontraktor akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang jumlahnya lebih kecil dari angka entitlement /lifting sebelumnya. Hal ini mengakibatkan kontraktor akan berada pada posisi overlift. Kalau overlift tetap terjadi selama satu triwulan, hal ini akan mengakibatkan kontraktor hams membayar jumlah overlift ini dikalikan dengan harga yang terjadi pada bulan ketiga, kepada Pertamina / Pemerintah. Pembayaran ini akan mengurangi revenue perusahaan dan dengan sendirinya akan mengurangi pendapatan perusahaan. Untuk tahun 2001 - 2005 penulis akan menghitung jumlah pembayaran overlift setiap triwulannya, dan dihitung nilai sekarangnya (present value) pada tahun 2000. Discount factor yang dipakai adalah 6.99% per tahun yang merupakan biaya modal rata-rata (weighted average cost of capital) dari PT.X, dan dihitung secara triwulanan. Pada simulasi kedua dalam perhitungan perkiraan entitlement / lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis merubah harga minyak mentah dari US$ 23 (SLC) dan US$ 21 (DC) menjadi US$26 (SLC) dan US$24 (DC). Sedangkan angka produksi dan cost recoverable sama dengan perhitungan awal (base-case). Besaran harga ini masih dibawab harga yang terjadi pada tahun 2000 dan dianggap cukup konservatip. Dari sini didapatkan angka entitlement I lifting buat kontraktor. Kemudian dengan mengganti harga minyak mentah dengan perkiraan harga aktuaf, akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang ternyata juga lebih kecil dari angka semula. Hal ini juga mengakibatkan kontraktor akan berada dalam posisi overlift. Jumlah pembayaran overlift selama tahun 2001 - 2005 akan dihitung nilai sekarangnya pada tahun 2000. Pada simulasi ketiga aalam pe^hitungan perkiiaar* entitlement I lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis menggunakan cost recoverable yang diturunkan sebesar US$ 1,500,000 per bulan. Angka ini diambil dan perbedaan rata-rata antara angka perkiraan dengan angka aktual dari cost recoverable pada tahun 1999 dan 2000. Sedangkan angka produksi dan harga minyak mentah sama dengan perhitungan awal (base-case). Dari sini didapatkan angka entitlement I lifting buat kontraktor. Kemudian dengan mengganti harga minyak mentah dengan perkiraan harga aktual, dan mengembalikan cost recoverable kepada posisi semula, maka akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang ternyata lebih kecil dari angka semula. Hal ini juga mengakibatkan kontraktor akan berada dalam posisi overlift. Jumlah pembayaran overlift selama tahun 2001 - 2005 akan dihitung nilai sekarangnya pada tahun 2000. Dari ketiga simulasi diatas maka nilai sekarang yang paling kecil untuk nilai overlift adalah pada simulasi kedua dimana harga perhitungan awal entitlement I lifting menggunakan harga US$26 (SLC) dan US$24 (DC). Simulasi yang kedua ini adalah sebagai alternatif cara perhitungan yang paling tepat bagi PT. X dalam menentukan strategi lifting untuk tahun 2001 -2005 dibanding kedua cara yang lain, dimana dicapainya nilai revenue yang maksimal, sehingga pendapatan perusahaan juga akan menjadi maksimal.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuwirawan Tri Wahyunugraha
Abstrak :
Kecelakaan angkat dan angkut pada bidang konstruksi di Indonesia masih sangat tinggi. Mencapai angka 74% pada suatu tahun. Dari data internal kecelakaan konstruksi yang terjadi pada PT. XYZ dalam rentang tahun 2017-2019 didapatkan bahwa kecelakaan yang berkaitan dengan alat angkat dan alat berat merupakan kecelakaan konstruksi yang paling dominan di setiap tahun nya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan crane dan alat berat merupakan kecelakaan yang paling sering terjadi di PT. XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan prosedur kerja aman yang diharapkan dapat mencegah dan mengendalikan terjadinya kecelakaan konstruksi di bidang angkat dan angkut. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja K3 terutama dalam mencegah kecelakaan konstruksi pada setiap fase proyek pada pekerjaan angkat dan angkut di perusahaan....... Lift and transport accidents in the construction sector in Indonesia are still very high. Reached 74% one year. From internal data on construction accidents that occurred at PT. XYZ in the 2017-2019 period found that accidents related to lifting equipment and heavy equipment were the most dominant construction accidents in each year. From these data it can be concluded that the use of cranes and heavy equipment is the most frequent accident at PT. XYZ. This study aims to develop safe work procedures which are expected to prevent and control the occurrence of construction accidents in the lifting and transportation sector. The results of this study are expected to improve the performance of K3, especially in preventing construction accidents at every project phase in the lifting and transport work in the company
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Fransdika
Abstrak :
Struktur atap Jakarta International Stadium mempunyai ukuran 244m x 269m di ketinggian puncak 82m. Melakukan pekerjaan assembling pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan tidaklah mudah. Dengan metode konvensional diperlukan alat bantu perancah yang tinggi, tingkat kesulitan terkait kepresisian saat proses fit up, serta tingkat risiko yang tinggi dari segi keselamatan kerja. Dengan kondisi seperti itu, perlu inovasi metode proses pemasangan Atap Jakarta International Stadium yaitu menggunakan metode lifting dengan strand jack. Dimana dengan metode lifting ini, rangka atap dilakukan assembling di ground level lalu dilakukan lifting sampai elevasi rencana. Dari aspek keamanan dan mutu, lifting menggunakan strand jack lebih aman dilakukan karena lebih banyak pekerjaan dilakukan di bawah. Hal ini membuat sisi pengawasan dan pengendalian terhadap alat maupun pekerja lebih mudah dilakukan. Pekerjaan di bawah juga dapat meminimalisir faktor angin yang berdampak pada kenyamanan saat melakukan pekerjaan.Dari aspek waktu pelaksanaan pekerjaan struktur atap metode lifting menggunakan strand jack memerlukan waktu 486 hari. Hal ini lebih cepat jika dibandingkan dengan metode konvensional yang memerlukan waktu 1121 hari. ......The roof structure of the Jakarta International Stadium measures 244m x 269m at the height of 82m. Assembling work at an elevation of 70-80 meters above ground: with the conventional method, a high level of scaffolding, the difficulty level is related to precision during the fit-up process and a high level of risk from the work safety perspective. With such conditions, it is necessary to innovate the method of installing the roof of the Jakarta International Stadium, namely using the lifting method with strand jacks. With this lifting method, the roof truss is assembled at ground level and lifted up to the planned elevation. From safety and quality, lifting using a strand jack is safer because more work is done below. It makes supervision and control of tools and workers easier to do. The work below can also minimize the wind factor, which impacts work comfort. From the time of carrying out the roof structure work, the lifting method using strand jacks takes 486 days. It is faster when compared to the conventional way, which takes 1121 days.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Karta Sari
Abstrak :
PT Kartika Bina Medikatama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa yang memiliki 4 produk layanan kesehatan yaitu Medical Center Medical Check Up Inhouse maupun Onsite, Medical Site, Medical Evacuation Medical Administration Services. Seiring dengan meningkatnya kesadaran para pemilik perusaahaan akan pentingnya aspek kesehatan dan keselamatan kerja, permintaan untuk pelaksanaan Medical Check Up MCU Onsite pun mulai meningkat. Seiring dengan peningkatan tersebut, banyak prosedur persiapan yang harus dilakukan yang juga berpengaruh terhadap intensitas pekerjaan manual lifting yang harus dilakukan oleh petugas dalam hal ini dilakukan oleh perawat sehingga dapat meningkatkan risiko ergonomi seperti cidera low back pain LBP . Penelitian ini menggunakan tools Niosh Lifting Equation. Observasi dilakukan pada aktifitas persiapan box peralatan MCU dan alat-alat kesehatan yang terdiri dari pekerjaan yaitu mengangkat peralatan dari gudang penyimpanan ke dalam mobil dan menurunkan peralatan tersebut ke lokasi pelaksanaan MCU. Tujuanya adalah menganalisis faktor risiko ergonomi terhadap cidera LBP pada pekerjaan manual lifting. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai Recomended Weigh Limit RWL, Lifting Index LI serta nilai risiko untuk setiap pekerjaan manual lifting sehingga perlu dilakukan pengendalian untuk mencegah terjadinya cidera LBP.
PT Kartika Bina Medikatama a service company that has 4 health care products, Medical Center Medical Check Up Inhouse and Onsite , Medical Site, Medical Evacuation Medical Administration Services. Along with the increasing awareness of the company owners of the importance of health and safety aspects of the work, demand for Onsite Medical Check Up MCU increasing. Along with these improvements, many preparatory procedures be done which also affect the intensity of manual lifting work that must be done by the officer in this case done by the nurse so as to increase the risk of ergonomics such as injury low back pain LBP. This research uses Niosh Lifting Equation tools. Observations were made on the MCU equipment box preparation activity and health equipment consisting of the work of lifting equipment from the storage warehouse into the car and dropping the equipment to the location of the MCU implementation. The goal is to analyze the ergonomic risk factors for LBP injury in manual lifting work. From the results of research conducted got the value of Recomended Weigh Limit (RWL), Lifting Index (LI) and the risk value for each manual lifting work so it needs to be controlled to prevent the occurrence of LBP injury.
Depok: Universitas Indonesia,
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandriyo
Abstrak :
Rumah Sakit merupakan institusi layanan kesehatan masyarakat yang mempunyai sifat yang unik yang berbasis bisnis sekaligus sosial. Perawat merupakan tenaga kerja inti di Rumah Sakit yang mempunyai beban kerja berlebih dibanding dengan tenaga kerja lainnya. Disamping merawat pasien, perawat juga mempunyai tugas lain yang harus dilakukan hampir setiap hari yaitu beban angkat dan pindah pasien dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lainnya. Karena tugasnya yang kedua tersebut perawat mempunyai risiko untuk terjadinya trauma termasuk Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Hal ini terbukti dengan ditemukannya angka kesakitan cukup tinggi di Rumah Sakit Pusat Pertamina yaitu didapatkan 24 perawat terkena HNP dari 76 perawat sebagai sampel. Setelah melakukan wawancara, pengisian kuesioner, dan pemeriksaan fisik terhadap 76 perawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Peneliti mendapatkan model yaitu bahwa beban angkat dan pindah pasien yang menyebabkan penyakit HNP sangat dingaruhi oleh faktor usia. Kesimpulan ini didapat setelah dalam setiap penelitian, usia merupakan variabel yang selalu melekat dan sangat sulit untuk dihindari atau di hilangkan dari variabel penganggu. Model ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan pendalaman terhadap terjadinya penyakit HNP. Didalam penelitian ini Peneliti masih menemukan banyak faktor yang menyebakan terjadinya bias atau penyimpangan diantaranya recall bias. Recall bias adalah bias yang disebabkan karena seorang responden selalu menjawab hal-hal yang dirasa paling diingat dan paling berkesan meskipun keluhan yang dirasakan sudah berulang kali. Namun demikian peneliti sudah berusaha meminimalisasi faktor tersebut dengan mengkonfirmasikan dengan catatan medis (Medical Record) responden yang bersangkutan. Ketika dilakukan analisa hubungan dua variabel yaitu antara status gizi dengan penyakit HNP, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut yaitu dengan p=0,488. Persamaan multivariat antara usia dengan beban angkat dan pindah pasien terhadap kejadian penyakit HNP adalah Logit Y=3,517 (Usia)+1,534 (beban angkat dan pindah) artinya Old Ratio (OR) untuk usia sebesar 33,691 (CI 95% interval 5,262-215,722) dan OR untuk beban angkat sebesar adalah 4,637 (Cl 95% interval 0,826-26,021). Hal ini bisa diartikan bahwa beban angkat dan pindah yang dilakukan oleh seorang perawat dengan dibantu hanya satu sampai dua orang lainnya mempunyai risiko sebesar 4,637 kali lebih besar bila dibanding dengan perawat yang mengangkat dan memindahkan yang dibantu lebih dari 3 orang lainnya.
Case Control Study, The Correlation between Lifting Load and Physically Work Moving of Nurse in Inpatient's Room and Outpatient's Room and Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Disease in Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP Hospital) in 1990-2002Hospital is an institution for public health services, which is unique. It has both business and social proposes. In the hospital, nurse is an essential worker who has not only nursing task but also lifting load and moving patient from one room to another. The nurses must do lifting load and moving patient almost everyday. Therefore, the nurses have a high risk for injury especially HNP disease. As evidence, in my research, I have found 24 of 76 nurses who work in RSPP hospital suffer HNP disease. After I have done the research by pooling questioners, interview and physically examination to 76 nurses of RSPP hospital, I came with an conclusion, becoming a model, that age factor influences lifting load and moving patient from room to room as causing HNP disease. This conclusion is taken because the age factor always shown in each exercise. Hopefully, this model can be used for further study of HNP disease. In this research, I found that there are still many factors, which cause bias such as recall bias. This kind of bias occurred because most of respondent did not remember every single suffering that they have suffered. But I have tried to minimize that bias by confirmation the result to medical record of each respondent. Analyzing about correlation two variables between nutrition status and HNP disease, there is no significant correlation. The correlating result is P= 0,488. By using multivariate equation disease s logic Y=3,517 for age and 1,534 for lifting load and moving patient. It shows that odd ratio (OR) for age equal to 33,671 and OR for lifting load and moving patient is 4,637. This result can be read that the nurse who doing lifting load and moving patient with one or two other person help has 4,637 times higher risk than the nurse with more than three person help.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T1012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setya Adji Wardhana
Abstrak :
ABSTRAK
Tulisan ini menyelesaikan masalah pemilihan salah satu diantara dua sistem produksi minyak untuk Lapangan Minyak X. Sistem produksi dengan menggunakan sucker-rod pump dan sistem produksi dengan menggunakan electric submersible pump (ESP) sebagai metoda pengangkatan dievaluasi melalui prosedur evaluasi ekonomi berdasar data dan informasi tentang Lapangan Minyak X. Net Present Value (NPV) sebagai angka profitabilitas digunakan sebagai kriteria pemilihan salah satu sistem produksi yang tersedia. Resiko dan Ketidakpasitan (Risk and Uncertainty) di nilai melalui Analisa Sensitifitas (Sensitivity Analyasis) dan prosedur khusus untuk membuat distribusi probabilitas. Bentuk umum perjanjian Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) dugunakan untuk menghitung NPV. Hasil analisa menunjukkan bahwa sistem produksi dengan menggunakan ESP Iebih menguntungkan dari pada sistem produksi dengan menggunakan sucker-rod Pump.
ABSTRACT
This paper addresses the problem of selecting one of two production system for the onshore X oil field. Production system uses sucker-rod pump and production system uses electric submersible pump (ESP) as lifting methods are evaluated using the economic evaluation procedure on the basis of data and information gathered from the X oil field. The Net Present Value NPV that provides profitability information is used as the criterion in selecting one of the production systems. The risk and uncertainty is assessed through sensitivity analysis and special cumulative probability distribution procedures. Indonesia's general production sharing contract agreement is used in the calculation of the NPV. The results indicate that the production system using electric submersible pump gives more benefits than the production system using sucker-rod pump.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Insya
Abstrak :
Latar Belakang; Nyeri Punggung Bawah (NPB) yang disebabkan gangguan muskuloskeletal akibat kerja, paling sering di temukan dan merupakan penyebab kedua terbanyak kehilangan jam kerja sesudah ISPA. Selain itu NPB merupakan penyebab nomor satu terjadinya ketidak mampuan akibat cedera oleh karena pekerjaan. Beberapa poliklinik di rumah sakit di Jawa, melaporkan prevalensi NPB sekitar 5,4 - 5,8%. J.Dermawan mendapatkan prevalensi NPB pada laki-laki 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Diketahui pula dengan bertambahnya usia, prevalensi NPB semakin meningkat. Metode Penelitian; desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan memakai analisis internal comparation. Jumlah responden 141 yang memenuhi kriteria inklusi didapat 92 responden. Data dikumpulkan dengan cara melakukan pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, pengukuran sudut membungkuk disaat bekerja dan pencatatan lama kerja serta obsevasi lingkungan kerja. Hasil Penelitian; prevalensi NPB pada responden sebesar 51,1 % (47 dari 92 responden). Janis pekerjaan mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya NPB (OR 9,78 CI 2,6 - 36,24). Posisi kerja membungkuk dan mengangkat beban lebih dari 10 kg mempunyai hubungan bermakna dengan NPB (posisi kerja dengan OR 6,4 CI 1,32-31,25 dan mengangkat beban lebih dari 10 Kg dengan OR 3,9 CI 1,6 - 9,3). Simpulan; prevalensi NPB pada pekerja hotel X Cikarang sebesar 51,1%. Faktor-faktor yang mempengaruhi NPB adalah posisi kerja membungkuk, jenis pekerjaan dan angkat beban lebih dari 10 Kg. Usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh (IMT), kebiasaan olahraga, lama kerja, departemen, dan jabatan tidak berhubungan dengan NPB.
Background. Low Back Pain caused by occupational-musculoskeletal disorder is the most frequent found and is the second cause of working time loss. Low Back Pain also the first causal of disability due to occupational injury. Some clinics in Java reported is that the prevalence of low back pain was 5.4-5.8%. J. Darmawan found that the prevalence of low back pain in men 18.2% and women 13.6%, and increasing age could increase the low back pain's prevalence Method. A cross sectional study with internal comparation analysis was use in study. Ninety two respondents were selected from 141 of total population. Data was collected through conducting interviews, filling out questionnaire, performing physical examination, measuring flexion position, recording working time duration and working environment observation. Result. Prevalence of low back pain in this study is 51.1% (47 persons of 92 respondents).The flexion correlates to low back pain (OR 6,4 CI 1,32- 31,25). Type of working activity and heavy lifting over 10 Kg were found to have correlation to low back pain (OR 9,78 Cl 2,6 - 36,24 and OR 3,9 CI 1,6 - 9,3). Conclusion. The low back pain prevalence in this study is 51.1%. This study revealed that factors affecting low back pain were; flexion position, type of working, heavy lifting over 10 Kg. Age, sex, body mass index, sports, working years, department and position at the workplace were not correlated to low back pain.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>