Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Viona
Abstrak :
Penambahan platina ke dalam titania nanotube arrays dengan menggunakan metode reduksi kimia untuk produksi hidrogen dari gliserol telah dilakukan. Pemilihan metode penyisipan dopan antara reduksi kimia dan fotodeposisi telah diinvestigasi terlebih dahulu dengan menggunakan titania nanopartikel. Metode reduksi kimia memiliki dispersi 82,67%, sedangkan metode fotodeposisi sebesar 47,78%. Karakterisasi FESEM menunjukkan titania nanotube arrays dengan anodisasi ultrasonic bath selama 90 menit menghasilkan ketinggian film mencapai 7 μm. Morfologi titania nanotube arrays menghasilkan hidrogen tujuh kalinya dibandingkan morfologi nanopartikel. Penambahan dopan dengan metode reduksi kimia ke dalam titania nanotube arrays dilakukan dengan memasukkan plat titania berukuran 3,5 x 3,5 cm ke dalam larutan H2PtCl6 dengan konsentrasi tertentu, kemudian ditambahkan NaBH4 sebagai agen pereduksi. Penambahan Pt ke dalam titania nanotube arrays mampu meningkatkan produksi hidrogen, yang terbukti menghasilkan hidrogen 1,7 kalinya dibandingkan dengan titania nanotube arrays tanpa Pt atau 13 kalinya dibandingkan dengan titania nanopartikel tanpa Pt.
Addition of platinum into titania nanotube arrays by chemical reduction to produce hydrogen from glycerol solution has been carried out. The selection methods of insertion dopant between chemical reduction and photodeposition have been investigated fotodeposisi advance using titania nanoparticles. Chemical reduction method has a dispersion of 82.67%, while fotodeposisi method 47.78%. FESEM characterization of titania nanotube arrays using ultrasonic bath anodization have film thickness reach 7 μm. Titania nanotube arrays produce hydrogen seven times compared with titania nanoparticle. Addition of dopants using chemical reduction method is done by entering titania foil sized 3.5 x 3.5 cm into a H2PtCl6 solution with specific concentration, then NaBH4 as reducing agent is added. The addition of Pt into titania nanotube arrays can increase the production of hydrogen, which is proven can generate hydrogen 1.7 times compared with titania nanotube arrays without Pt or 13 times compared with titania nanoparticle without Pt.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53623
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Izzah Nur Fatimah
Abstrak :
Usaha untuk meningkatkan hasil perolehan minyak bumi saat ini menjadi sangat penting mengingat terbatasnya persediaan dan produksi minyak di tanah air. Kebutuhan minyak bumi terus meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan kendraan bermotor. Salah satu teknologi yang dapat meningktakan perolehan minyak bumi adalah dengan penggunaan biosurfaktan yang bekerja dengan cara menurunkan tegangan antarmuka. Biosurfaktan dapat diproduksi dari Pseudomonas aeruginosa. Limbah biodiesel dapat menjadi salah satu alternatif bahan mentah untuk produksi biosurfaktan karena produksi biodiesel di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Prediksi kebutuhan biodiesel menurut PP Nomor 5 mencapai 720.000 kiloliter pada tahun 2010 dan akan ditingkatkan menjadi 1,5 juta kiloliter pada tahun 2015 dan 4,7 juta kiloliter tahun 2025. Limbah ini masih memiliki kandungan senyawa yang kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan penyederhanaan senyawa. Metode yang digunakan adalah metode ozonasi. Hasil terbaik yang diperoleh dari produksi biosurfaktan adalah substrat yang diozonasi selama 30 menit. Penurunan ini belum sesuai kriteria biosurfaktan yang dapat digunakan untuk peningkatan perolehan minyak bumi, oleh karena itu sebaiknya dilakukan optimasi produksi lebih lanjut.
......Efforts to improve the results of recovery oil is becoming very important due to the limited supply and oil production in the country. Needs of petroleum continues to increase along with the increasing use of vehicle. One technology that can enhancing the recovery of oil is using biosurfactants that works by reducing the interfacial tension. Biosurfactants can be produced from Pseudomonas aeruginosa. Biodiesel waste can be an alternative raw material for the production of biosurfactants because production of biodiesel in Indonesia continues to increase throughout the year. Prediction biodiesel requirement by Regulation No. 5 to reach 720,000 kiloliters in 2010 and will be increased to 1.5 million kiloliters in 2015 and 4.7 million kiloliters in 2025. Biodiesel waste still contains a complex compound, therefore it is necessary to simplify the compound. The method used is ozonation method. The best results were obtained from the production of biosurfactants is ozonized substrate for 30 minutes. This decline has not fit the criteria biosurfactants that can be used to increase oil recovery, and therefore should be optimized further production.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46281
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yoga Nugraha
Abstrak :
Limbah industri biodiesel merupakan senyawa komplek yang mengandung gliserol. Gliserol limbah biodiesel dapat digunakan sebagai substrat Pseudomonas aeruginosa untuk memproduksi biosurfaktan. Limbah biodiesel yang ada masih perlu dimurnikan. Pemurnian limbah biodiesel dari senyawa-senyawa yang dapat meracuni bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam memproduksi biosurfaktan dan momotong-motong asam lemak agar mudah digunakan sebagai sumber karbon dapat menggunakan variasi pH dan metode ozonasi yang diatur laju alirnya. Pencarian kondisi operasi optimum proses pemurnian limbah biodiesel akan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Perubahan karateristik limbah biodiesel akan dianalisa menggunakan Spectrofotometer UV-Visible dan GCMS. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum produksi biosurfaktan dengan pH 4, Laju alir 3 L/menit, dan waktu ozonasi selama 50 menit. dengan tengangan permukaan yang mampu diturunkan 56.12% dan tegangan antar muka 80.12%.
Waste from Biodiesel industry contains glycerol. Glycerol from Biodiesel waste can be processed into biosurfactant as substrate Pseudomonas aeruginosa. Waste biodiesel there still needs to be purified from compounds that are toxic to bacteria Pseudomonas aeruginosa in producing biosurfactant and cutting fatty acids for easy use as a carbon source in biosurfactant production, the methode for purification can use a variation of pH and ozonation method which set the flow rate. Optimum operating condition will be search using Response Surface Methodology (RSM). Carateristic will be analyzed using Spectrophotometer UV-Visible and GC-MS. The results showed that the optimum conditions for the production of biosurfactant with pH 4, flow rate 3 L/menit, and the time during the ozonation 50 minute with surface tension 56.12% and interfacial tension 80.12%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43151
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Eva Fitriani
Abstrak :
Gas hidrogen (H2) merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diproduksi oleh mikroorganisme melalui fermentasi memanfaatkan limbah organik. Penelitian bertujuan mengetahui produksi H2 menggunakan kultur campuran mikroorganisme dengan substrat limbah biodiesel. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri BPPT Serpong selama lima bulan (Maret--Juli 2006). Produksi H2 dalam limbah biodiesel dilakukan secara fermentasi gelap pada 37o C selama 72 jam oleh kultur campuran Bacillus megaterium MS 961, Bacillus stearothermophilus DSM 22, dan Enterobacter aerogenes AY-2 serta kultur tunggal E. aerogenes AY-2 sebagai kontrol. Penggunaan kultur campuran pada substrat gliserol murni menghasilkan H2 (2,24 mol H2/mol gliserol) dan etanol lebih banyak dibandingkan kultur tunggal (1,93 mol H2/mol gliserol), sedangkan produksi asam laktat dan 2,3-butandiol lebih sedikit. Penggunaan kultur campuran pada substrat limbah biodiesel menghasilkan H2 (1,8251 mol H2/mol gliserol), akan tetapi hasil tersebut lebih sedikit dibandingkan kultur tunggal (1,8619 mol H2/mol gliserol). Pengukuran metabolit lain menunjukkan kultur campuran memproduksi etanol lebih sedikit tetapi memproduksi asam laktat dan 2,3-butandiol lebih banyak dibandingkan kultur tunggal. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa H2 dapat diproduksi menggunakan kultur campuran dengan substrat limbah biodiesel, walaupun produksi H2 tersebut lebih kecil dibandingkan kultur tunggal.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31422
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library