Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novesa Cinintya Asanda
Abstrak :
Internet memiliki banyak kegunaan bagi manusia. Akan tetapi, penggunaan internet yang tidak sehat akan dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan individu baik secara personal maupun profesional yang kemudian disebut sebagai Problematic Internet Use atau PIU. Loneliness merupakan salah satu variabel yang dihubungkan dengan PIU namun masih memunculkan hasil yang bertentangan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha meninjau lebih lanjut mengenai hubungan antara PIU dan loneliness. Metode pengukuran variabel dilakukan dengan self-report baik secara luring maupun daring N=200 , menggunakan alat ukur The Generalized Problematic Internet Use Scale II untuk PIU dan Social Emotional Loneliness for Adults Scale untuk loneliness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara PIU dan social loneliness serta PIU dan emotional loneliness. Hasil didapatkan karena penggunaan internet yang tinggi mengurangi interaksi tatap muka antara pengguna dengan lingkaran sosialnya. Hal tersebut semakin menurunkan keterlibatan serta keterikatan pengguna terhadap lingkaran sosial yang dimiliki. Individu yang memiliki PIU memiliki preferensi interaksi daring, pemilihan penggunaan internet ketika mood buruk, kesulitan untuk menghilangkan pemikiran untuk daring terus menerus dan mengkontrol penggunaan internet serta adanya masalah dalam kehidupannya.
Internet has many positive function in human rsquo s life. But unhealthy use of internet could cause problem in a human rsquo s life, whether it be personally or professionally, called as problematic internet use PIU . Loneliness is a variable that has been correlated many times with PIU with conflicting results. This research aims to discover the correlation between PIU and loneliness social and emotional loneliness . PIU and loneliness were measured through self report questionnaire offline and online N 200 , using The Generalized Problematic Internet Use Scale II for PIU dan Social Emotional Loneliness for Adults Scale for loneliness. Result shows that there is a significant positive correlation between PIU and social loneliness, as well as PIU and emotional loneliness. It is found that the lack of face to face interaction, caused by high used of internet, between the user and their social circle is responsible for the result. Individuals who develop PIU have preference for online interactions, prefer to use the internet when they rsquo re in bad mood, have difficulty to eliminate the idea of online continuously, failure in controling the use of the Internet and emergence of problems in life.
2017
S66353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dediyansyah
Abstrak :
Penelitian ini menguji hubungan penggunaan Instagram dengan loneliness pada remaja usia 15-19 tahun. Sebanyak 486 partisipan dari lima kota di Jabodetabek dilibatkan dalam penelitian ini. Data partisipan diambil dengan menggunakan metode online dan offline. Penggunaan Instagram diukur dengan menggunakan Instagram Usage yang di konstruk oleh Cheung (2014). Sementara itu, loneliness diukur dengan Shortened 3-Items Loneliness Scale (Hughes, Waite, Hawkley, & Cacioppo, 2004). Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara penggunaan Instagram dengan loneliness pada remaja (r = -0,134, p < 0,01). Ini berarti, semakin sering seseorang menggunakan Instagram, semakin rendah loneliness yang ia miliki. ...... This study examined correlation between Instagram usage and loneliness among adolescents age 15-19 years. 486 people from five different city in Jabodetabek, involved in this research. Data were collected online and offline. People's activity on Instagram was measured by Instagram Usage, which had been constructed by Cheung (2014). Meanwhile, loneliness was measured by Shortened 3-Items Loneliness Scale (Hughes, Waite, Hawkley, & Cacioppo, 2004). Results shown that Instagram usage negatively correlated with loneliness (r = -0,134, p < 0,01). This means, more often a person using Instagram, the less loneliness that she or he has.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yastrianne Febriselvada
Abstrak :
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa untuk bertumbuh kembang (grow up), untuk bergerak dari ketidakmatangan masa kanak-kanak ke kematangan masa dewasa, dan untuk mempersiapkan masa depan (Larson dalam Steinberg, 2002). Transisi ini membuat remaja mengalami konflik Identity Crisis versus Identity Confusion (Erikson dalam Papalia, Olds, & Fsldman, 2001). Pencarian identitas pada remaja merupakan salah satu penyebab remaja mengalami derita loneliness (Mijuskovic dalam Rice, 1990). Satu hal yang memicu kemunculan loneliness adalah karakteristik personal (Peplau & Perlman, 1982). Ipdividu yang menderita loneliness dikatakan sebagai pemalu, introvert, kurang mau mengambil resiko sosial, dan kurang memiliki keahlian sosial (Peplau & Perlman, 1982). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara loneliness dan komponen tipe kepribadian pada remaja akhir. Komponen tipe kepribadian yang dibahas dalam penelitian ini berdasarkan kerangka teori dari Cari Gustav Jung dan Isabel Briggs- Mycs & Katharine Briggs. Teori-teori yang dijadikan dasar penelitian adalah teori remaja, teori loneliness, dan teori kepribadian Jung serta Myers dan Briggs. Selain itu dibahas pula mengenai hubungan remaja dengan loneliness dan hubungan tipe kepribadian dengan loneliness. Subjek penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi tingkat pertama yang saat penelitian dilakukan merupakan angkatan 2003. Usia subjek ditetapkan antara 18 tahun hingga 20 tahun sesuai dengan rentang usia kelompok remaja akhir. Subjek beijumlah 103 orang dan berasal dari berbagai fakultas pada Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, dan Universitas Pancasila. Penelitian ini menggunakan dua macam alat ukur sebagai alat pengumpul data, yaitu Inventori Tipe Kepribadian yang merupakan adapatasi dari Myers-Briggs Type Indicator Form M Self-Scorable dan skala loneliness yang merupakan adaptasi dari The Revised UCLA Loneliness Scale versi 2 (1980) dari Daniel Russell, Letitia Peplau, dan Carolyn Culrona. Pengolahan data dilakukan dengan menentukan skor tiap komponen kepribadian subjek. Setelah itu dilakukan penghitungan korelasi skor loneliness dan skor tiap komponen tipe kepribadian. Teknik korelasi yang digunakan adalah pearson produet moment. Sebagian besar subjek (92.2%) memiliki tingkat loneliness rendah (skor 20-49). Hasil yang diperoleh dari perhitungan korelasi untuk skor loneliness dan skor komponen tipe kepribadian menunjukkan hubungan yang signifikan untuk komponen Extraversion (r =-0.477) dan komponen Introversion (r = 0.477) pada los 0.01. Analisis hasil tambahan yang dilakukan untuk mencari perbedaan mean skor loneliness pada subjek perempuan dan laki-laki dengan pengujian independent sample test menemukan terdapat perbedaan mean antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa komponen tipe kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan loneliness. Disarankan agar melakukan penelitian dengan alokasi waktu lebih panjang dan dengan jumlah subjek yang lebih banyak. Pengalihbahasaan alat ukur agar dilakukan dengan lebih hati-hati. Perlu dilakukan konstruksi ulang pada Inventori Tipe Kepribadian.
2004
S3308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisatul Umami
Abstrak :
[Remaja yang ditinggal orangtuanya bekerja sebagai Buruh Migran di Luar negeri rentan mengalami loneliness dan memiliki kecenderungan psikotik. Periode remaja ini merupakan periode paling sulit dalam kehidupan remaja (Gender, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi persentase loneliness dan kecenderungan psikotik pada remaja. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale untuk mengethui tingkat loneliness partisipan dan Psychotic like-Experince (PLE). Penelitian ini mengikutsertakan 171 remaja, usia 11-16 tahun yang berdomisili di Desa Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja mengalami lonelines sebesar 73.7% dan kecenderungan psikotik sebesar 81.9%.;Adolescent who were left behind by parent to work as migrant workers abroad prone to experience loneliness and has psychotic tendencies. This adolesence period is the most difficult period in their life (Gender, 1998). This study aims to determine how high percentage of loneliness and psychotic tendencies in adolescents. This study method using a quantitative approach using ?The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale? and ?Psychotic-like experinces (PLE). This study included 171 adolescents, age 11-16 years old in Cilamaya Village, Karawang, West Java. The results showed that lonliness have 73.7% and psychotic tendencies is 81.9%.;Adolescent who were left behind by parent to work as migrant workers abroad prone to experience loneliness and has psychotic tendencies. This adolesence period is the most difficult period in their life (Gender, 1998). This study aims to determine how high percentage of loneliness and psychotic tendencies in adolescents. This study method using a quantitative approach using ?The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale? and ?Psychotic-like experinces (PLE). This study included 171 adolescents, age 11-16 years old in Cilamaya Village, Karawang, West Java. The results showed that lonliness have 73.7% and psychotic tendencies is 81.9%., Adolescent who were left behind by parent to work as migrant workers abroad prone to experience loneliness and has psychotic tendencies. This adolesence period is the most difficult period in their life (Gender, 1998). This study aims to determine how high percentage of loneliness and psychotic tendencies in adolescents. This study method using a quantitative approach using “The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale” and “Psychotic-like experinces (PLE). This study included 171 adolescents, age 11-16 years old in Cilamaya Village, Karawang, West Java. The results showed that lonliness have 73.7% and psychotic tendencies is 81.9%.]
2015
S59535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shara Sani Susanti
Abstrak :
Di Indonesia kesepian merupakan fenomena yang sering dijumpai, terutama di usia dewasa muda. Bahkan, pada penelitian yang dilakukan oleh Into the Light yang dilakukan di bulan Mei – Juni 2021 dengan 5.211 partisipan menunjukkan bahwa 2 dari 5 partisipan lebih memilih mati daripada harus merasakan kesepian. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kesepian merupakan masalah yang serius. Penelitian- penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kelekatan dengan hewan bisa mengurangi tingkat kesepian, namun ada juga penelitian yang menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara tingkat kesepian pada dewasa muda yang tidak memiliki pasangan dan kelekatannya dengan hewan peliharaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode korelasional. Partisipan dalam penelitian ini adalah dewasa muda berusia 19-25 tahun yang tidak memiliki pasangan dan memiliki hewan peliharaan anjing dan/atau kucing (N= 103). Untuk memenuhi tujuan, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan 2 alat ukur, yaitu UCLA Loneliness Scale version 3 dan Lexington Attachment to Pet Scale (LAPS). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat kesepian dan kelekatan dengan hewan tidak memiliki korelasi yang signifikan (r(103) = 0,82, p = 0,206). Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesepian individu dewasa muda yang tidak memiliki pasangan tidak berhubungan dengan tingkat kelekatan pada hewan peliharaan......Loneliness is a phenomenon often occurring in Indonesia, especially within your adults. In a research done by Into the Light in May - June 2021 with 5,211 participants, 2 out of 5 participants would rather choose to die than being lonely.Based on that data, we could concur that loneliness is a serious issue. Previous research has shown that attachment to animal could reduce the level of loneliness one might felt, but there are also research which shown that there are no correlation between the two. And for that reason, this research aims to understand the correlation between the loneliness levels in young adults that do not have romantic partners and their attachment with pets. This research was done with correlational method. The participants in this research are young adults age 19 to 25 that do not have romantic partners and taking care of pet(s) in the form of dog(s) and/or cat(s) (N= 103). To satisfy the condition, this research use quantitative method which used 2 measuring tools, which is UCLA Loneliness Scale version 3 and Lexington Attachment to Pet Scale (LAPS). The results shows that loneliness level and pet attachment does not significantly correlate with each other (r(103) = 0.82, p =206). And so this research shown that the loneliness level in young adults that do not have romantic partners does not correlate with the level of attachment to pets
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyung-Sook, Shin
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 2018
895.7 SHI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzuly Tara Sharaswaty
Abstrak :
Penelitian ini berusaha melihat apakah terdapat hubungan kesepian dan agresi pada remaja yang sedang berpacaran. Remaja adalah sebuah masa puncak dimana individu akan merasa kesepian sekaligus agresi. Hal ini berjalan seiring dengan adanya peningkatan kasus kekerasan dalam berpacaran pada remaja. Zilboorg (1938) menyatakan bahwa kedua variabel ini berkaitan langsung, dan juga berkaitan secara tidak langsung dengan variabel frustasi diantaranya. Penelitian ini mengikutsertakan 136 remaja yang berada di usia 18-24 tahun, memiliki SES menengah ke atas yang ditandai dengan pengeluaran per bulan di atas Rp 500.000, dan berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, atau Bekasi. Hasil penghitungan menyatakan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara Kesepian dengan Agresi pada Remaja yang sedang berpacaran, dan hubungan tersebut memiliki nilai positif. Hal ini menyatakan bahwa, semakin individu merasakan kesepian, maka semakin individu tersebut berperilaku agresif, dan sebaliknya, semakin individu merasa puas dengan hubungan sosialnya, maka semakin individu tersebut tidak memiliki tujuan untuk menyakiti atau merusak organisme lain atau barang tertentu.
This study will examine if there is a correlation between loneliness and aggression in teenager who is in a relationship. Teenager is a top period when someone will feel lonely and aggress at the same time. That fact correlate with dating violence case that increasing over time. Zilboorg research in 1938 result that there is direct correlation between Loneliness and Aggression, and indirect correlation with a frustration between. Participants in this research are 136 teenagers with age ranging from 18-24 years old, have money spent over 500.000 in a month, and live in Area Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, or Bekasi. Result of this research examine that there is significant correlation between loneliness and aggression in teenager who?s in a relationship, and the correlation is positive. That means if someone feel lonely, then he/she will show his/her aggress, and so if someone feel satisfied with his/her social relationships, then he/she will not hurt other organism or things.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
155.92 NUZ h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Indra Kusuma
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara penggunaan Facebook dengan tiga variabel yaitu empati, keramahan, dan kesepian. Melalui survei terdistribusi sampel masyarakat, 852 tanggapan dikumpulkan. Korelasi positif yang signifikan ditemukan untuk penggunaan Facebook terhadap empati. Korelasi negatif yang signifikan ditemukan untuk penggunaan Facebook terhadap kesepian. Yang mengindikasikan semakin banyak orang yang terlibat di Facebook, kemungkinan seseorang mengalami kesepian semakin berkurang. Namun, tidak ada korelasi yang ditemukan untuk keramahan. Temuan ini mendukung kekuatan Facebook yang mengakomodasi empati dan orang terhubung. ......This research aims to examine the correlation between Facebook use and three variables that are empathy, agreeableness, and loneliness. Through a community sampling distributed survey, 852 responses were collected. A significant positive correlation was found for Facebook use towards empathy. A significant negative correlation was found for Facebook use towards loneliness. Which indicates the more people are engaged in Facebook, the likelihood of a person experiencing loneliness is reduced. However, no correlation was found for agreeableness. This finding supports the power of Facebook which accommodates empathy and people connecting.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Maryam Purboningsih Mudaffar Syah
Abstrak :
Terlepas dari pengalaman yang menghibur, penggunaan TikTok memiliki sejumlah konsekuensi yang merugikan bagi kesehatan mental penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara kesepian, neurotisisme, dan penggunaan TikTok. Penelitian ini memiliki 381 partisipan dan data dikumpulkan dari survei online yang dikirim melalui media sosial, email, dan kontak pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara konsumsi TikTok dan hubungannya terhadap kesepian dan neurotisme. Implikasi praktis dari temuan ini sangat penting karena banyak pengguna TikTok mungkin tidak sepenuhnya mengenali bagaimana kesepian dan neurotisisme dapat memengaruhi konsumsi TikTok. Memahami implikasi ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran di antara pengguna dan mempromosikan penggunaan TikTok yang terinformasi, yang berpotensi mengarah pada peningkatan kesejahteraan mental di antara audiensnya. ......Despite the entertaining experience, TikTok usage has a number of detrimental consequences for its users’ mental health. The purpose of this study was to examine the correlation between loneliness, neuroticism, and TikTok usage. The study had 381 participants and data was collected from online surveys sent via social media, email, and personal contact. The results showed that there is a correlation between TikTok consumption and its relationship to loneliness and neuroticism. The practical implications of these findings are significant as many TikTok users may not fully recognize how loneliness and neuroticism can impact TikTok consumption. Understanding these implications is crucial to raising awareness among users and promoting informed TikTok usage, potentially leading to improved mental well-being among its audience.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Athika Rani
Abstrak :
Remaja dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian psikologis dengan baik agar dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi. Namun demikian, banyak remaja mengalami perasaan kesepian yang dapat berdampak negatif pada penyesuaian psikologisnya. Salah satu faktor protektif yang dapat melindungi remaja dari masalah penyesuaian psikologis adalah resiliensi yang terdiri dari resource dan vulnerability index. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran resiliensi sebagai moderator dalam hubungan antara loneliness dan penyesuaian psikologis remaja. Metode penelitin ini adalah kuantitatif dan cross-sectional. Terdapat 377 partisipan remaja berusia 12-18 tahun dalam penelitian ini. Loneliness diukur menggunakan instrumen de Jong Gierveld Loneliness Scale, resiliensi diukur dengan instrumen Resilience Scale for Children and Adolescent, dan penyesuaian psikologis diukur menggunakan instrumen Brief Adjustment Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resource index dari resiliensi secara signifikan berperan sebagai moderator yang melemahkan hubungan antara loneliness dan penyesuaian psikologis remaja. Hasil ini juga berimplikasi pada pentingnya intervensi yang dapat meningkatkan resiliensi yaitu resource index guna meningkatkan kesehatan mental remaja secara umum. ......Adolescent are required to have a positive psychological adjustments in order to adapt to the various changes that occur in their life. However, many adolescents experience feelings of loneliness which can have a negative impact on their psychological adjustment. One of the protective factors that can protect adolescents from psychological adjustment problems is resilience which consists of resource and vulnerability indexes. This study aims to determine the role of resiliency as a moderator in the relationship between loneliness and adolescent psychological adjustment. This research method is quantitative and cross-sectional. There were 377 youth participants aged 12-18 years in this study. Loneliness was measured using the de Jong Gierveld Loneliness Scale instrument, resilience was measured with the Resilience Scale for Children and Adolescents instrument, and psychological adjustment was measured using the Brief Adjustment Scale instrument. The results showed that the resource index of resilience significantly acts as a moderator that weakens the relationship between loneliness and adolescent psychological adjustment. These results also have implications for the interventions that can increase resiliency, importanly, the resource index to improve adolescent mental health in general.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>