Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khaula Nur Aliya
"ABSTRAK
Kondisi lansia yang mengalami penuaan dan memiliki lebih dari satu komorbid menjadikan lansia rentan terhadap infeksi, salah satunya wabah infeksi COVID-19. Lansia yang sedang menjalani perawatan akut sering kali memiliki kondisi secara fisik, psikis, dan lingkungan yang menghambat aktivitas sehingga akan berisiko mengalami intoleransi aktivitas. Peningkatan toleransi aktivitas dengan manajemen energi menjadi salah satu intervensi yang dapat diberikan. Studi kasus ini bertujuan untuk menerapkan salah satu intervensi keperawatan berupa manajemen energi pada lansia dengan COVID-19 untuk mengatasi intoleransi aktivitas.Intervensi ini dilakukan selama 8 pertemuan, dengan aktivitas edukasi mengenai konservasi energi dan manajemen aktivitas, latihan fisik dengan ROM aktif, dan teknik pernapsan pursed lip breathing. Hasil intervensi menunjukkan bahwa intervensi manajemen energi dapat meningkatkan toleransi aktivitas, meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta menurunkan keluhan letih pada lansia. Peningkatan ini dapat dilihat dari tercapainya kriteria hasil pada rencana keperawatan dan perubahan skor FACIT dalam mengukur tingkat keletihan. Asuhan keperawatan lansia pada perawatan akut perlu memberikan intervensi manajemen energi untuk meningkatkan aktivitas pasien.

ABSTRACT
The condition of the elderly who experience aging and have more than comorbid makes the elderly vulnerable to infection, one of which is the outbreak of COVID-19 infection. Elderly who are undergoing acute treatment often have physical, psychological and environmental conditions that inhibit activity and makes eldery at risk of experiencing activity intolerance. Increasing activity tolerance with energy management is one of the interventions that can be given. This case study aims to implement one of the nursing interventions in the form of energy management in the elderly with COVID-19 to overcome activity intolerance. The intervention was carried out for 8 meetings, with educational activities concerning in energy conservation and activity management, physical exercise with active ROM, pursed lip breathing techniques. The results of the intervention show that energy management interventions can increase activity tolerance, daily activities, and reduce fatigue complaints in the elderly. This improvement can be seen from the success of outcomes in the nursing plan and increase FACIT score in measuring fatigue. Elderly nursing care in acute care needs to provide energy management interventions to increase patient activity.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Ema Magdalena
"ABSTRAK
PLTS dapat dimanfaatkan sebagai catu daya listrik BTS hijau. Energi
Iistrik yang dihasilkan oleh PLTS cenderung tidak kontinyu, berubah-ubah setiap
waktu bergantung pada kondisi cuaca sekitarnya padahal BTS memerlukan sistem
catu daya listrik yang kontinyu dan andal selama 24 jam sehari. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pembagian kontribusi energi diantara PLTS dan baterai sebagai
media penyimpan energi untuk memasok kebutuhan energi BTS. Kontribusi
energi ini diatur dengan algoritma manajemen energi yang disimulasikan
menggunakan MATLAB/SIMULINK dalam kondisi cuaca cerah dan cuaca
berawan/hujan dalam siklus 24 jam.
Hasil simulasi dalam kondisi cuaca cerah, diperoleh kontribusi energi
PLTS 54,06 kWh atau 49,688% dan kontribusi energi pengosongan baterai 54,74
kWh atau 50,30%, dari total kebutuhan energi listrik BTS. Dalam kondisi cuaca
hujan, diperoleh kontribusi energi PLTS 14,73 kWh atau I3,54% dan kontribusi
energi pengosongan baterai 98,645 kWh atau 90,67% dari total kebutuhan energi
listrik BTS.
Sedangkan nilai SOC baterai tidak pernah turun dibawah 25% dalam dua
kondisi tersebut, sehingga dapat diprediksikan bahwa ketersediaan energi baterai
dapat memenuhi kebutuhan energi BTS selama dua hari berturut-turut (dalam
kondisi cuaca hujan) secara mandiri.

Abstract
Photovoltaic systems can be used as electrical power supply for green
BTS. Electrical energy produced by photovoltaic system has an trend of
discontinue, timely variation depends on environment weather conditions, but
BTS need a reliably and continuously power supply in 24 hours a day. In such
conditions, needed an energy contribution sharing between photovoltaic system
and battery as an energy storage for supplying of BTS energy demands. The
energy contributions regulated by an energy management algorithms that are
simulated by MATLAB/SIMULINK in a sunny day dan a cloudy day conditions
at 24 hours cycles.
The simulation result in a sunny day condition, showing that an energy
photovoltaic system contribution 54,06 kWh or 49,688% dan a contribution of
discharging energy battery 54,74 kWh or 50,30% to supply all BTS energy
demands. For the simulation results in a cloudy day condition, showing that an
energy photovoltaic system conuibution 14,73 kWh or 13,54% and a contribution
of discharging energy battery 98,645 kWh or 90,67% to supply all BTS energy
demands.
In both simulation conditions, SOC never dropped under 25%, so it can be
predicted that the avalaibility of battery energi can meets all BTS energy demands
for two consecutive cloudy days in stand-alone state."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27904
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Asyrofi
"Pasien heart failure sering mengalami masalah intoleransi aktifitas dan keletihan yang membutuhkan intervensi manajemen energi untuk menghasilkan toleransi aktifitas, ketahanan, konservasi energi, dan self-care activity daily living. Penelitian bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen energi pasien heart failure. Desain cross sectional, sampel 132 responden, teknik consecutive sampling.
Hasil menunjukkan hubungan signifikan antara pengetahuan, ansietas, dan dukungan sosial dengan manajemen energi, dan ansietas menjadi faktor dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan ansietas, dan meningkatkan dukungan sosial pasien heart failure, sehingga diharapkan dapat meningkatkan manajemen energi pasien heart failure.

Patients with heart failure often experienced activity intolerance and fatique which need energy management intervention in order to gain activity tolerance, endurance, energy conservation, and self-care; activity daily living. This research aims was analyzing the factors dealing with energy management of the patients with heart failure. This research was using cross-sectional design and consecutive sampling technique with 132 respondents.
The finding of this research showed a significant association between knowlege, anxiety, and social support factors with energy management, among these variables anxiety becomes the dominant factor. This study recommends to improve knowledge, reduce anxiety and improve social support of the heart failure patients, which is expected to improve energy management of the heart failure patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bahrul Anam
"Permintaan energi di sektor industri diperkirakan meningkat dan mendominasi total kebutuhan energi final. Industri Kecil dan Menengah saat ini mendominasi jumlah industri di Indonesia. Industri dengan skala menengah diambil sebagai bahan penelitian karena homogenitasnya, potensinya untuk menjadi industri besar dan umumnya telah memiliki struktur organisasi yang dapat melaksanakan suatu sistem manajemen. Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) mengeluarkan standar Manajemen Energi ISO 50001 yang digunakan untuk mengelola kinerja energi termasuk efisiensi dan konsumsi energi. Oleh karena itu penerapan ISO 50001 dapat memainkan peran penting dalam industri untuk mendukung penghematan finansial dan mengurangi dampak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klausul apa saja pada sistem manajemen energi ISO 50001 yang memiliki hubungan dengan keefektifan penerapan sistem manajemen energi ISO 50001 pada industri menengah di Indonesia sehingga dapat memberikan kemudahan kepada industri menengah dalam pengambilan keputusan untuk menentukan fokus pada saat implementasi sistem manajemen energi. Hasil pengolahan data menggunakan ANP dari kuesioner dan wawancara kepada ahli di bidang ISO 50001 adalah diperolehnya urutan kriteria efektivitas yaitu (Kepemimpinan; Perencanaan; Operasional; Dukungan; Evaluasi Kinerja), dan dari sub kriteria diperoleh hasil urutan sub kriteria lima teratas adalah (Tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang; Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja energi dan SME; Memahami ekpektasi pihak berkepentingan; Informasi terdokumentasi; dan Memahami konteks organisasi).

Energy demand in the industrial sector is predicted to increase and will dominate the total final energy demand. Small and Medium Industries currently dominate the number of industries in Indonesia. Medium scale industry is taken as research material because of its homogeneity, its potential to become a large industry and generally has an organizational structure that can implement a management system. The International Organization for Standardization (ISO) issued the ISO 50001 Energy Management standard which is used to manage energy performance including energy efficiency and consumption. Therefore the application of ISO 50001 can play an important role in the industry to support financial savings and reduce environmental impact. This study aims to determine what clauses in the energy management system ISO 50001 have a relationship with the effectiveness of the application of the ISO 50001 energy management system in medium-sized industries in Indonesia so that it can provide convenience to medium-sized industries in making decisions to determine focus when implementing energy management systems. The results of data processing using ANP from questionnaires and interviews with experts in the field of ISO 50001 are the obtaining of a sequence of effectiveness criteria, namely (Leadership; Planning; Operation; Support; Performance Evaluation), and from the sub criteria the top five subcriteria order results are (Actions to address risks and opportunities; Monitoring, measurement, analysis and evaluation of energy performance and the EnMS; Understanding the needs and expectations of interested parties; Documented information; and Understanding the organization and its context)."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Anggreani
"PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk (PTKS) telah mengadopsi Sistem Manajemen Mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Lingkungan. Namun, PTKS mengalami kendala dalam penilaian Penghargaan Industri Hijau dan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER), terutama dalam menerapkan sistem manajemen energi sesuai klausul ISO 50001. Integrasi sistem manajemen energi dengan sistem manajemen mutu, K3 dan lingkungan dilakukan dengan membandingkan standar ISO dengan proses bisnis di PTKS, termasuk perencanaan konteks organisasi, kebijakan manajemen, identifikasi risiko, alokasi sumber daya, dan pengembangan sistem pendokumentasian terpadu. Proses integrasi juga melibatkan langkah-langkah dalam audit internal dan tinjauan manajemen. Dengan mengintegrasikan sistem manajemen, PTKS menghindari tumpang tindih antara proses dan prosedur terpisah. Integrasi ini mencakup pengembangan kebijakan dan prosedur terpadu untuk operasional yang beragam. Peran kode etik keinsinyuran penting dalam integrasi sistem manajemen, memastikan integritas, kejujuran, dan profesionalisme dalam kegiatan seperti gap analysis dan audit internal. Kode etik keinsinyuran juga memastikan data yang digunakan akurat, terpercaya, dan dikelola dengan benar. Dengan demikian, integrasi sistem manajemen energi dengan sistem manajemen lainnya di PTKS meningkatkan keselarasan dan efektivitas operasional perusahaan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk (PTKS) has adopted the Quality Management System, Occupational Health and Safety (K3), and Environmental Management System. However, PTKS faces challenges in the assessment of the Green Industry Award and the Company Performance Rating Program in Environmental Management (PROPER), particularly in implementing the energy management system according to ISO 50001 clauses. The integration of the energy management system with the quality management, K3, and environmental systems is conducted by comparing ISO standards with business processes at PTKS, including organizational context planning, management policies, risk identification, resource allocation, and integrated documentation system development. The integration process also involves steps in internal audits and management reviews. By integrating management systems, PTKS avoids overlaps between separate processes and procedures. This integration includes the development of integrated policies and procedures for diverse operations. The role of engineering ethics codes is crucial in the management system integration, ensuring integrity, honesty, and professionalism in activities such as gap analysis and internal audits. Engineering ethics codes also ensure the accuracy, reliability, and proper management of data used. Thus, integrating the energy management system with other management systems at PTKS enhances alignment and operational effectiveness in maintaining environmental sustainability and overall performance improvement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu El Hurry
"Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan gedung-gedung, maka kebutuhan penggunaan energi juga terus meningkat. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan peralatan mekanikal dan elektrikal pada gedung yang jumlahnya banyak dan memerlukan energi yang besar. Namun kita ketahui bahwa persediaan energi yang ada jumlahnya terbatas, kemudian dalam pengendalian dan pemantauan peralatan-peralatan pada gedung tersebut dibutuhkan suatu mekanisme pengaturan yang dapat mudah dilakukan oleh operator.
Pengkonsumsi energi yang paling besar dari keseluruhan pemakaian energi listrik pada suatu gedung adalah untuk sistem tata udara / HVAC (heating system, ventilating and air conditioning). Sehingga salah satu cara untuk menghemat energi adalah mengusahakan beban pendinginan (cooling load) sekecil mungkin. Pemanfaatan sistem automatik pada gedung atau yang sering disebut Building Automation System (BAS) pada pabrik - X - di Cibitung ini merupakan suatu sistem yang dapat mengatur penggunaan energi sesuai atau sebatas yang dibutuhkan tanpa mengurangi fungsi peralatan yang dipakai dan meningkatkan kemampuan melakukan manajemen energi khususnya pada sistem HVAC.
Sistem HVAC pada gedung pabrik - X - di Cibitung dimanfaatkan untuk ruangan yang berhubungan dengan proses produksi dan proses pengemasan produk. Sehingga sistem HVAC disini merupakan hal yang sangat penting, karena sistem ini erat kaitannya dengan mutu hasil produksi , produktivitas, persyaratan teknis dan keselamatan kerja. Adapun jenis peralatan sistem tata udara yang digunakan berupa sistem tata udara sentral dan nilai temperatur dan kelembapan yang dijadikan standard produksi adalah sebesar 22_C dan 58%RH.
Dari hasil studi kasus didapat bahwa dengan pemanfaatan BAS menunjukan hasil kerja yang optimal pada sistem HVAC karena kondisi ruangan dengan variabel-variabel udara yang diinginkan seperti temperatur, humidity, air flow dapat tercapai sehingga kualitas produksi maupun kenyamanan pekerja dapat terpenuhi. Dengan kenaikan nilai temperatur sebesar 3_C maka konsumsi energi menurun sebesar _ 4% dan kapasitas pendinginan meningkat sebesar _10%. Penggunaan BAS sangat membantu operator dan hasil yang diperoleh juga memuaskan.

Along with fast progressively of development of physical plant, hence requirement of usage energy also increasing. This matter is enabled because usage of equipments mechanical and electrical at building are so many and need the bigness energy. But we know that energy supply of limited hims amount, then in operation and supervision of equipments at the building is required an arrangement mechanism able to easy to done by operator.
The biggest energy consumption of entirety of usage electrics energy at one particular building is for HVAC (heating system, ventilating and water conditioning) system. So that one of the way to economize energy is to laboring the refrigeration burden (cooling load) as small as possible. Building Automation System (BAS) on 'X' factory in cibitung is a system able to arrange the usage of energy according to limited to the required without lessening the weared equipments function and improve ability do the energy management specially at HVAC system.
HVAC System at building 'X' factory exploited for room related to production process and process packaging of cigarette. So that HVAC system here is the matter of vital importance, because this system effect to production quality, productivity, technical clauses and working safety. As for type equipments of air conditioning system used in the form of the central air conditioning system and temperature value and humidity taken as standard produce is equal to 22_C and 58%RH.
From case study result got that with exploiting BAS have optimal result of job and activity at HVAC system because room condition with the air variables wanted such as temperature, humidity, air flow can reach so that the quality of worker comfort and production can fulfilled. With increase of temperature value equal to 3_C hence consumption energy decrease about _4% and cooling capacities increase equal to _10%. Usage BAS very assisting the operator and obtained result also gratify.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51412
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Dudut
"ABSTRAK
Ambulasi pascaoperasi penting dilakukan untuk mempercepat pemulihan pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Ambulasi pascaoperasi sesuai dengan waktu yang direkomendasikan dapat memberikan manfaat klinis dan mencegah komplikasi pascaoperasi. Studi ini bertujuan untuk menguji efektifitas program konservasi keperawatan terhadap kemampuan ambulasi pascaoperasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu uji klinis dengan kontrol tanpa randomisasi. Program konservasi keperawatan dirancang berdasarkan Model Konseptual Levine, yang terdiri dari; manajemen energi, latihan nafas dalam, latihan kekuatan otot, latihan rentang pergerakan sendi, terapi latihan; ambulasi, pendidikan kesehatan dan pemberdayaan keluarga. Populasi dalam penelitian yaitu: fraktur pinggul, fraktur femur, fraktur tibia/ fibula, dan fraktur pergelangan kaki. Penarikan sampel secara convenience sebanyak 54 responden, 30 responden kelompok kontrol dan 24 responden kelompok intervensi. Primary outcome yang dinilai, yaitu kemampuan ambulasi; waktu ambulasi, kemampuan fungsional dan tingkat ketergantungan. Sedangkan, secondary outcome yang dinilai yaitu: tingkat kelelahan, tingkat nyeri, keyakinan diri, dan dukungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan program konservasi keperawatan efektif mempercepat waktu ambulasi, meningkatkan kemampuan fungsional, menurunkan tingkat ketergantungan, menurunkan tingkat kelelahan, menurunkan tingkat nyeri, dan meningkatkan keyakinan diri p

ABSTRACT
Abstract Postoperative ambulation is an essential intervention to facilitate recovery in patients with lower extremities fracture. Regular post operative ambulation may contribute to the positive clinical outcomes and prevent post operative complications. This study aimed to examine the effectiveness of Nursing Conservation Program towards ambulation ability in patients with lower extremities fracture. A non randomized control clinical trial design was used in this study. Nursing Conservation Program was designed based on Levine rsquo s Conceptual Model which consisted of energy management, deep breathing exercise, muscle strength exercise, range of motion exercise, exercise therapy ambulation, health education, and family empowerment. Population in this study were patients with hip, femur, tibia fibula, and ankle fracture. The samples were recruited using convenience sampling technique, yielding 54 respondents, 30 respondents were in the control group and 24 respondents were in the intervention group. Primary outcomes were included ambulation ability which consisted of time, functional ability, and dependency level. Meanwhile, secondary outcomes were assessed from the level of fatigue, pain level, self confidence, and family support. This study found that the application of Nursing Conservation Program was effective to accelerate ambulation time, enhance functional ability, reduce self dependency, fatigue and pain level, and increase self confidence p"
2018
D2389
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Prevalensi hipertensi terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena gayahidup masyarakat yang semakin tidak sehat. Salah satu gaya hidup tidak sehat yangberpengaruh terhadap hipertensi yaitu faktor perilaku makan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku makan penderitahipertensi. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kolonodale KabupatenMorowali Utara, menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak140 orang penderita hipertensi yang melakukan kontrol dan pengobatan ke Puskesmasdan Posbindu. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner yangsudah di uji validitas dan reliabilitasnya serta dianalisis menggunakan uji chi-squaredan regresi logistik ganda dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan62,9 responden berperilaku makan kurang baik. Hasil analisis membuktikan faktordukungan keluarga p= 0,016, OR: 3,349, 95 CI: 1,257-8,922 dan dukungan temansebaya/peer group p= 0,019, OR: 2,577, 95 CI: 1,166-5,696 berhubungan denganperilaku makan penderita hipertensi setelah dikontrol oleh dukungan petugas kesehatan.Dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan berhubungan denganperilaku makan penderita hipertensi, responden yang cukup mendapat dukungankeluarga berpeluang untuk berperilaku makan baik 3,349 kali dibanding yang kurangmendapat dukungan keluarga setelah dikontrol oleh dukungan teman sebaya dandukungan petugas kesehatan. Untuk itu instansi terkait perlu merekomendasikanDASHI sebagai pola makan bagi penderita hipertensi serta memberikan edukasi terkaitdiet tersebut kepada keluarga, teman dan mengingatkan pasien untuk berperilaku makanyang baik sesuai rekomendasi DASHI, disamping perlu ada kelompok teman sebayaantara sesama penderita hipertensi agar bisa saling berbagi informasi dan mengingatkanterkait berbagai hal yang berhubungan dengan hipertensi.

The prevalence of hypertension increase every year. It was caused by unhealthy lifestylesuch as eating behavior that can affect the hypertension. The objective of this study wasto identify factors related to eating behavior among patient with hypertension. Thisstudy was conducted in Kolonodale rsquo s Health Center North Morowali Regency by usingcross sectional design with total sample 140 people with hypertension who control andtreatment to Health Center and Posbindu. Data were collected through interview usingquestionnaire that had been tested for validity and reliability then analyzed with chisquaretest and multivariate logistic regression by using SPSS. The result showed that62,9 respondents have poor eating behavior. The result of analysis found that familysupport p 0,016, OR 3,349, 95 CI 1,257 8,922 and peer group support p 0,019,OR 2,577, 95 CI 1,166 5,696 was associated with eating behavior among patientswith hypertension after controlled by health care support. Family support was the mostdominant factor associated with eating behavior among patients with hypertension,respondents who had enough family support likely to have good eating behavior 3,349times than less family support after controlled by peer group support and health caresupport. Therefore, the relevant agencies should recommend DASHI as a diet for patientwith hypertension as well as diet education to family, friends and remind patients to eatwell according to DASHI recommendations. In addition, there should be peer groupbetween patient with hypertension in order to share information and remind them thingsrelated to hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arwin
"ABSTRAK
Penelitian terhadap sistem pembangkitan listrik pada FPU dilakukan untuk
mencari penghematan biaya produksi listrik / Cost of Electricity (COE) dan biaya
siklus hidup / Life Cycle Cost (LCC), dengan menjaga peluang kehilangan beban /
Lost of Load Probability (LOLP) tetap dalam kriteria kehandalan. Setelah FPU
beroperasi selama sembilan bulan, ditemukan fakta bahwa pembangkit listrik
utama yang terdiri dari tiga tandem Pembangkit Turbin Gas (GTG), tidak pernah
mengalami kegagalan pembangkitan dan memiliki cadangan berputar jauh
melebihi kebutuhan beban serta Pembangkit Diesel Esensial (EsDG) dan
Pembangkit Diesel Darurat (EDG) sebagai pembangkit pendukung, nyaris tidak
pernah dioperasikan. Dengan faktor kapasitas pembangkit GTG yang rendah,
terdapat potensi penghematan biaya kapasitas dan biaya energi yang dibangkitkan.
Beberapa alternatif dikembangkan dengan variasi jumlah unit dan kapasitas
pembangkit. Kelayakan dari alternatif diukur oleh nilai kehandalan dan
keekonomian, yaitu LOLP, COE dan LCC. Didapatkan dari hasil analisis bahwa
penggunaan dua buah GTG 6.1 kW merupakan alternatif paling optimum untuk
pembangkitan listrik.

ABSTRACT
Study of electricity generation system on FPU has been conducted to find out
optimization of Cost of Electricity (COE) and Life Cycle Cost (LCC), by keep
maintains Loss of Load Probability (LOLP) within reliability requirement. After
normal operation of FPU for nine months, it has founded that main generation
system which consist of three tandem Gas Turbine Generators (GTGs) has never
experienced a power outage and has spinning reserve far higher than overall load
necessity, and the back-up generator of Essential Diesel Generator (EsDG) and
Emergency Diesel Generator (EDG), almost never been utilized. As low capacity
factor of GTG, there is oportunity to optimize capacity and energy cost during
electicity generation. Several alteratives are developed with variation of unit
number and capacity of generator. Feasibility of alternative is measure from value
of reliability and economic paramaters, ie. LOLP, COE and LCC. The result of
the analysis shows that utilization of two GTGs 6.1 kW is the most optimum
alternative for electricity generation."
2018
T50818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Shinta Rengganis
"ABSTRAK
Nama : Nur Shinta RengganisProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Perilaku Cuci Tangan pada Anak Usia 9-14 Tahun diKecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHTemuan penyakit demam tifoid tertinggi di Jawa Tengah berasal dari tiga kabupaten,salah satunya adalah Kabupaten Cilacap. Peningkatan kasus demam tifoid terjadi selamatiga tahun berturut-turut di Puskesmas Kroya I. Salah satu perilaku penyebab penularanpenyakit demam tifoid adalah perilaku cuci tangan. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di Kecamatan Kroya.Penelitian dilakukan di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, menggunakan desain crosssectional dengan jumlah sampel sebanyak 136 anak usia 9-14 tahun. Data dikumpulkanmelalui wawancara dengan pedoman kuesioner yang telah diuji validitas danreliabilitasnya serta dianalisis menggunakan regresi logistik ganda melalui aplikasistastitik. Hasil penelitian menunjukkan 73,5 responden berperilaku cuci tangan kurangbenar. Hasil analisis menunjukkan pengetahuan, sikap, dan dukungan teman berhubungansecara signifikan dengan perilaku cuci tangan. Pengetahuan merupakan variabel dominandalam perilaku cuci tangan pada anak usia 9-14 tahun, responden dengan pengetahuantinggi berpeluang untuk berperilaku cuci tangan baik 11,86 kali dibandingkan respondendengan pengetahuan rendah. Puskesmas diharapkan memperkaya materi penyuluhankepada anak dan orangtua serta lebih memaksimalkan program dokter kecil sebagai peereducator anak.Kata Kunci: Perilaku Cuci Tangan, Anak, Pengetahuan

ABSTRACT
Name Nur Shinta RengganisStudy Program Public Health ScienceTitle Determinant of Handwashing Behavior among Children Aged 9 14years old in Subdistrict Kroya, Cilacap Regency, 2018Counsellor Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHThe highest tifoid fever disease in Central Java came from three district, one of them isCilacap District. One of the typhoid fever transmission behaviors is hand washing. Theobjective of this study was to identify factors related to handwashing behavior in KroyaSubdistrict. The research was conducted in Kroya I rsquo s Health Center Cilacap Regency byusing cross sectional design with 136 samples from children aged 9 14 years old. Datawere collected through interviews with questionnaires that had been tested for validityand reliability then analyzed with multivariate logistic regression through stastisticapplication. The results showed 73.5 of respondents have not correct handwashingbehavior. The results show that knowledge, attitude, and friend supports relatedsignificantly with handwashing behavior. Knowledge is dominant variable onhandwashing behavior in children aged 9 14 years old, respondents with high knowledgehave a chance 11,86 times to have correct handwashing behavior compared torespondents with low knowledge. Health Center Care is expected to enrich the extensionmaterials to children and parents as well as to maximize peer educators program.Keyword Handwashing Behavior, Children, Knowledge"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>