Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Debby Qurniasasi
"ABSTRAK
Kemandirian merupakan salah satu aspek yang penting yang harus dimiliki
setiap individu, sebab dapat mempengaruhi kinerja (/w fo rm a u c e ) seseorang (Mussen,
1963 dalam Martin, 2001). Kemandirian juga dapat membantu seseorang mencapai
tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan serta memperoleh penghargaan. Dengan kata
lain kemandirian merupakan bekal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap
individu. Menurut Hurlock (1995) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak awal
dimulai sebagai penutup masa bayi yaitu usia dimana ketergantungan secara praktis
sudah terlewati. Kemudian diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir
sekitar usia masuk sekolah dasar. Lebih lanjut Hurlock memandang periode awal ini
berlangsung dari usia 2 tahun hingga 6 tahun. Oleh karenanya orang tua sebagai agen
utama dalam pendidikan anak mengambil peran yang penting untuk melatih
kemandirian anak sejak dini. Hal ini karena anak menghabiskan waktu lebih banyak
pada masa awal kanak-kanak ini bersama orangtuanya.
Penyusunan program pelatihan diawali dengan analisa kebutuhan melalui
wawancara agar program sesuai kebutuhan orang tua. Dari analisa kebutuhan
diketahui bahwa orang tua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang akan
membantunya dalam melatih kemandirian anak.
Tujuan utama program pelatihan ini adalah agar orang tua memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam melatih kemandirian anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya khususnya pada usia 2-5 tahun. Pelatihan akan diadakan selama
dua hari dengan total waktu 480 menit atau 8 jam yang terbagi menjadi 7 sesi. Metode
yang digunakan meliputi diskusi/tanya jawab, bermain peran, permainan, simulasi,
pemutaran film dan ceramah singkat."
2008
T38133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afinafaza Rusyda Putri
"Rendahnya keterlibatan ayah merupakan situasi yang mengkhawatirkan mengingat pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, khususnya anak pada masa kanak-kanak awal (3-6 tahun). Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi keterlibatan ayah adalah maternal gatekeeping. Maternal gatekeeping didefinisikan sebagai perilaku ibu yang memfasilitasi, membatasi, dan mengontrol ayah, baik ketika mereka berinteraksi dengan anak atau bahkan sebelum dan sesudah terlibat dengan anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah maternal gatekeeping dapat memprediksi keterlibatan ayah. Secara khusus, penelitian ini akan melihat kontribusi dimensi-dimensi maternal gatekeeping sebagai prediktor keterlibatan ayah, yaitu dimensi encouragement, discouragement, dan control. Partisipan penelitian ini adalah 94 ayah yang berumur 28-49 tahun dan memiliki anak berumur 3-6 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inventory of Father Involvement dan The Maternal Gatekeeping Scale yang disebar secara online melalui Google Form. Hasil penelitian menggunakan analisis Multiple Linear Regression menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh tiga dimensi maternal gatekeeping secara bersama-sama terhadap keterlibatan ayah adalah sebesar 28.7%. Selain itu, hasil analisis kontribusi setiap dimensi maternal gatekeeping terhadap keterlibatan ayah menemukan bahwa perilaku ibu yang memfasilitasi (dimensi encouragement) memprediksi tingkat keterlibatan ayah, sedangkan dimensi discouragement dan control tidak.

The low of father involvement is a concerning situation given the importance of their involvement in childcare, particularly during early childhood (3-6 years). One suspected factor that might influence father involvement is maternal gatekeeping. Maternal gatekeeping refers to a mother's behavior that either facilitates, restricts, or controls the father's interactions with the child, even before and after they engage with the child. Therefore, this study aims to investigate whether maternal gatekeeping can predict father involvement. Specifically, the research will examine the contributions of dimensions of maternal gatekeeping, encouragement, discouragement, and control, as predictors of father involvement. The participants of this study were 94 fathers aged 20-50 years who had children aged 3-6 years. The measures used in this study were the Inventory of Father Involvement and The Maternal Gatekeeping Scale, distributed online through Google Form. The results of the study using Multiple Linear Regression analysis showed that the three dimensions of maternal gatekeeping collectively accounted for 28.7% of the variance in father involvement. Furthermore, the analysis indicates that facilitative behavior from mothers (encouragement) predicts the level of father involvement, meanwhile discouragement and control did not."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosana Dewi Yunita
"Masa kanak-kanak awal merupakan periode kritis untuk pembentukan sikap dan perilaku sosial. Pada saat inilah muncul tugas perkembangan sosial yang meliputi keterampilan sosial, emosional, kognitif serta keterampilan berperilaku, belajar bekerjasama dan mengembangkan hubungan persahabatan. Kontak sosial yang terjadi pada saat ini akan mendorong berkembangnya kompetensi sosial pada anak, yang membantunya beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak yang kurang mempunyai kompetensi sosial, kemungkinan besar akan menjadi orang dewasa yang mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan perilaku dan kurang memiliki motivasi berprestasi. Untuk mengembangkan kompetensi sosial pada anak, lingkungan sekolah merupakan lingkungan belajar yang efektif untuk mengembangkan keterampilan akademik maupun sosial. Keberhasilan guru dalam membantu anak mengembangkan kompetensi sosial tergantung kepada kemampuan guru dalam memberikan program yang spesifik yang dapat membantu pengembangan keterampilan tersebut.
Dengan demikian untuk membantu guru, maka disusunlah suatu program yang aplikasi disesuaikan dengan perkembangan anak. Program ini diharapkan mampu mencapai tujuan secara sistematis dalam mengembangkan kompetensi sosial anak. Program ini juga dapat menjadi panduan bagi orangtua di rumah.
Namun demikian, masih ada kekurangan dalam program ini, antara lain analisa kebutuhan awal tidak dilakukan di berbagai tempat/daerah, selain itu program ini juga belum diujicobakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlulah bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan analisa kebutuhan di beberapa tempat yang dapat mewakili karakteristik anak di berbagai tempat yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh data yang lebih komprehensif. Selain itu, apabila akan menggunakan program ini, sebaiknya melakukan uji coba lebih dahulu untuk penyempurnaannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh peneliti selanjutnya adalah membuat format evaluasi yang lebih detail yang dapat memberi data tentang perkembangan anak setelah mendapatkan program, dapat juga mencoba mengidentifikasi aspek kompetensi sosial pada kegiatan-kegiatan lain yang diajarkan dan memberikan panduan guru memantau perkembangan kompetensi sosial pada anak didiknya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cresentia Clarissa Adiwinata
"Keterlibatan ayah dalam pengasuhan merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, utamanya anak yang berada pada masa kanakkanak awal. Penelitian sebelumnya yang melibatkan mayoritas partisipan dari tingkat SSE atas menyatakan bahwa ideologi gender merupakan salah satu prediktor dari keterlibatan ayah pada pengasuhan. Di sisi lain penelitian yang melibatkan mayoritas partisipan dengan tingkat SSE rendah menyatakan bahwa tidak ditemukannya hubungan antara ideologi gender dan tingkat keterlibatan ayah pada pengasuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran Status Sosial Ekonomi (SSE) sebagai moderator dari hubungan antara ideologi gender dan keterlibatan ayah pada pengasuhan anak usia 3-6 tahun (kanak-kanak awal). Partisipan dari penelitian ini merupakan 106 ayah yang berusia 20-50 tahun dan memiliki anak usia 3-6 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inventory of Father Involvement (IFI), Intergenerational Panel Study of Parents and Children (IPSPC), dan Kuppuswamy Socioeconomic Scale. Hasil analisis uji moderasi menggunakan PROCESS Hayes model 1 menunjukan bahwa ideologi gender memiliki pengaruh positif yang signifikan sebagai prediktor dari keterlibatan ayah (b=0.11, p<0.05), tetapi status sosial ekonomi tidak memiliki efek moderasi yang signifikan dalam hubungan antara ideologi gender dan keterlibatan ayah (b=-0.00, p>0.05). Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para ayah terkait ideologi gender yang dapat berperan sebagai prediktor dari keterlibatan pengasuhan anak. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anak mengingat tingkat keterlibatan ayah di Indonesia masih tergolong rendah.

Fathers' involvement in parenting is very important for the growth and development of children, especially those in early childhood. Previous research involving the majority of participants from the upper socioeconomic status (SSE) level stated that gender ideology is a predictor of a father's involvement in parenting. On the other hand, research with a large percentage of individuals with low SSE found that there was no relationship between gender ideology and the level of father involvement in parenting. The aim of this research is to look at the role of socioeconomic status (SSE) as a moderator of the relationship between gender ideology and father involvement in raising children aged 3- 6 years (early childhood). The participants in this study were 106 fathers aged 20–50 years who had children aged 3-6 years. The measuring instruments used in this study were the Inventory of Father Involvement (IFI), the Intergenerational Panel Study of Parents and Children (IPSPC), and the Kuppuswamy Socioeconomic Scale. The results of the moderation test analysis using the Process Hayes model 1 show that gender ideology has a significant positive effect as a predictor of father involvement (b = 0.11, p<0.05), but socioeconomic status does not have a significant moderating effect on the relationship between gender ideology and involvement. father (b = -0.00, p>0.05). It is hoped that the findings from this study can increase fathers' awareness regarding gender ideology, which can act as a predictor of parenting involvement. In addition, it is hoped that the results of this study can increase awareness of the importance of father involvement in child care, considering that the level of father involvement in Indonesia is still relatively low."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library