Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Audilla
"ABSTRAK
Gerimis yang Sederhana? karya Eka Kurniawan adalah sebuah cerpen yang mengandung unsur sejarah tentang pemerkosaan perempuan etnis Tionghoa pada Tragedi Mei 1998. Melalui penelitian ini, penulis ingin menunjukkan bahwa sebuah karya sastra dapat merekam peristiwa sejarah yang mungkin tidak terungkap di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode analisis pustaka dengan tinjauan sosiologi sastra berdasarkan latar sejarah dan tempat peristiwa. Konflik batin tokoh Mei akan dianalisis dengan tinjauan psikologi sastra. Berdasarkan analisis cerpen ?Gerimis yang Sederhana? terlihat bahwa Tragedi Mei 1998 membawa pengaruh besar bagi kehidupan tokoh Mei. Ia masih menyimpan luka batin meskipun telah meninggalkan Jakarta dan tinggal di Amerika Serikat selama belasan tahun.

ABSTRACT
Gerimis yang Sederhana? by Eka Kurniawan is a short story that contains elements of the history about the rapings of Chinese women during the May 1998 Tragedy. Through this study, the researcher wanted to show that a literary work can record historical events that may not be revealed in public. This study uses literature analysis with a review of the sociology of literature based on the historical background and events. Inner conflict of Mei figures will be analyzed with a review of psychological literature. Based on the analysis of the short story "Gerimis yang Sederhana" showed that the May 1998 Tragedy had great influence on the lives of Mei. She kept the emotional wounds although she had already left Jakarta and lived in the United States for a dozen years.
"
Lengkap +
2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pangihutan, Chrismanto
"[Tesis ini membahas mengenai kekerasan seksual yang dialami oleh mayoritas perempuan etnis Tionghoa pada Tragedi Mei ’98. Peneliti berupaya membuktikan problem statement bahwa yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual tersebut adalah interseksi antara eksklusi etnisitas, kelas sosial dan seksualitas tubuh perempuan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara kepada beberapa informan yaitu pendamping dan mereka yang pernah mengadvokasi perempuan korban kekerasan seksual di Tragedi Mei ‘98;This thesis discusses the sexual violence experienced by the majority of Chinese ethnic women during May Tragedy '98.Researcher attempted to prove that the problem statement that causes sexual violence is the intersection between the exclusion of ethnicity, social class and sexualityof the female body.This research is qualitative research by conducting interviews to several informants that their companion and ever advocating for victims of sexual violence in May Tragedy '98.
, This thesis discusses the sexual violence experienced by the majority of Chinese ethnic women during May Tragedy '98.Researcher attempted to prove that the problem statement that causes sexual violence is the intersection between the exclusion of ethnicity, social class and sexualityof the female body.This research is qualitative research by conducting interviews to several informants that their companion and ever advocating for victims of sexual violence in May Tragedy '98.
]"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Achmad Hidayat
"Fokus kajian ini adalah kerusuhan anti Cina di Kota Garut pada 17 18 Mei 1963 Kajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor penyebab terjadinya kerusuhan tersebut Adapun merode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi empat tahapan yaitu heuristik kritik interpretasi dan historiografi Teori yang digunakan untuk mengetahui faktor determinan dari peristiwa kerusuhan itu adalah teori Colective Behavior dari Neil J Smelser yang menyatakan bahwa suatu perilaku kolektif ditentukan oleh enam determinan penting yaitu structutural conduciveness structural strain growth and spread of generalized belief the precipitating factor mobilization of participant for action dan lack social control Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusuhan anti Cina di Kota Garut pada 17 18 Mei 1963 tidak hanya ditentukan oleh faktor kesenjangan sosial tapi ditentukan oleh beberapa faktor determinan sebagaimana dijelaskan dalam teori Neil J Smelser termasuk di dalamnya dukungan jaringan kultural dan ideologi Kemudian dari hasil penelitian disertai ini ditemukan pula mengenai keterlibatan anggota DI NII dalam peristiwa kerusuhan anti Cina tersebut Selanjutnya peristiwa kerusuhan anti Cina tersebut oleh masyarakat Garut lebih dikemal dengan sebutan "beset Cina"

The main focus of this study is rasist anti chinese riot in the towns of Garut on May 17 18 1963 This research is aimed at knowing factors causing such a riot happened The method used is a historical method consisting four stages heurestic critic intepretation and historiography The theory used for analyzing the determinant factors of the riot is Neil J Smelser`s collective behaviour confirming that a collective behaviour is constructed by six major determinant elements structural conduciveness structural strain growth and spread of general belief the participating factor mobilization of the participants for action and lack of social control The result of the research shows that the rasist anti chinese riot in the towns of Garut is not only determined by the social gap factor but also by some determinant factors as explained in Neil J Smelse`s theory including the cultural and ideological support Later on the members of DI NII based on the research data got involved in sucu an event in Garut In meanwhile it is known more as Beset Cina for the people of Garut"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Larasari
"

Penelitian ini adalah analisis terhadap akun Twitter dan Instagram Theresa May yang dijadikan sebagai kanal untuk mengkomunikasikan pendirian politiknya terkait hasil referendum British Exit (Brexit). Alotnya negosiasi hasil referendum terjadi di internal Parlemen Inggris. House of Commons tidak puas dengan rancangan perjanjian pemerintah Theresa May terkait Brexit. Brexit Deal Theresa May telah ditolak sebanyak tiga kali. Meskipun tawarannya telah ditolak, Theresa May tetap yakin bahwa dengan kepimimpinannya yang kuat dan stabil disertai serangkaian skenario yang telah disiapkan, Inggris dapat meninggalkan Uni Eropa dengan lancar. Untuk menyampaikan keyakinan dan optimismenya kepada seluruh pihak, Theresa May menggunakan media sosial Twitter dan Instagram. Di Twitter dan Instagram, Theresa May menciptakan citra personal (personal branding) untuk meyakinkan para pengguna Twitter dan Instagram bahwa dirinya mampu menyukseskan Brexit. Analisis ini menggunakan metode kualitatif dengan mengaplikasikan teori analisis konten Klaus Krippendorff  untuk melihat isi dari unggahan Theresa May pada akun Twitter dan Instagramnya. Unggahan Theresa May di Twitter dan Instagram juga akan dianalisis menggunakan teori personal branding McNally & Speak.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Twitter dan Instagram efektif sebagai kanal untuk menyampaikan pandangan politik Theresa May. Aktifitas Theresa May di media sosial juga menunjukkan upaya personal branding yang kuat. Meskipun demikian, Theresa May akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya pada 24 Mei 2019.

 


This research is an analysis of Twitter and Instagram accounts of Theresa May which are used as a channel to communicate her political views regarding the results of the British Exit (Brexit) referendum. The tough negotiations on the results of the referendum took place internally at the British Parliament. The House of Commons was not satisfied with Theresa May's government's draft agreement regarding Brexit. Theresa May's Brexit Deal has been rejected three times. Although her offer has been rejected, Theresa May remains confident that with her strong and stable leadership along with a series of scenarios that have been prepared, the UK can leave the European Union orderly. To convey her belief and optimism to all parties, Theresa May use Twitter and Instagram. On Twitter and Instagram, Theresa May created her personal branding to convince Twitter and Instagram users that they were able to succeed in Brexit. This analysis uses a qualitative method by applying the content analysis theory of Klaus Krippendorff to view the contents of Theresa May's message on her Twitter and Instagram accounts. Theresa May’s existence on Twitter and Instagram is analyzed using McNally & Speak's personal branding theory. The results of this study indicates that Twitter and Instagram are effective platforms to convey Theresa May's political views. Theresa May's activity on social media also shows strong personal branding efforts. Nevertheless, Theresa May finally announced her resignation on May 24, 2019.

 

"
Lengkap +
T54118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iwan Gardono Sudjatmiko
"The article explains the context and implication of the Indonesia Reform of May 2000. Applying Samuel Huntington's thesis, the article argues that the macro immediate cause of the reform was a sudden change in macroeconomic in the form of fiscal and economic crisis. In the context of the "third wave of democratization," the crisis was most favorable to the transition from authoritarian to democratic government The article also shows that the context or fiscal crisis only worsened the capacity of the government with its "elitist" strategy that had concentrated political, economic and symbolic power. Example KKLV the May Reform has increased "Liberty" and empowered civil society as shown in the formation of new political parties and media. However, this liberty does not automatically increase the "Fraternity" or horizontal solidarity and respect toward minorities such as local tribes and their religions. Finally, the reform has no significant impact to the betterment of "Equality" for the majority in the lower strata such as peasant and labor. A comprehensive reform strategy and legal support are required to "open" the pyramid of the Indonesia civil society."
Lengkap +
2000
MJSO-7-2000-33
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Sastrawardoyo
"DR. Rollo May, seorang psikoanalis yang berpraktek di New York, mulai belajar psikoterapi di Wina, Austria. Dr. May sangat dipengaruhi oleh aliran Eksistensialisme dan pemikiran Dr. Binswanger, seorang psikiater di Swiss yang memelopori pendekatan eksistensial pada pasien penyakit jiwa. Apa yang sebenarnya ditentang oleh psikologi eksistensial dalam pemikiran sistem-sistem psikologi yang telah berdiri lebih dahulu? Yang ditolak terutama dan terpenting adalah ditariknya konsepsi sebab akibat seperti yang terdapat pada ilmu pengetahuan fisika, ke dalam ilmu pengetahuan psikologi. Tidak ada sebab akibat dalam hubungan eksistensi manusia. Paling banyak yang terlihat hanya bagian kecil dari aspek-aspek tingkah laku, dan dari hal-hal ini tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa bagian-bagian itu merupakan sebab dari tingkah laku seseorang. Sesuatu yang terjadi ketika seorang masih, kanak-kanak bukanlah sebab dari tingkah lakunya di kemudian hari ketika ia dewasa. Kedua kejadian dapat mempunyai arti eksistensial yang sama, yaitu situasi dan kondisi yang mirip tetapi bukan menjadi bukti bahwa Kejadian A mengakibatkan Kejadian B. Sejalan dengan pemikiran ini psikologi eksistensial juga menolak positivisme, determinisme dan materialisme. Ditekankan bahwa psikologi tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang lain, maka dengan sendirinya tidak dapat mengambil seba_gai contoh metoda ilmu pengetahuan lain. Psikologi eksistensialis ini menggantikan konsepsi sebab akibat dengan konsepsi motivasi. Motivasi dan pe_ngertianlah yang menjadi prinsip operasional dalam analisa tingkah laku eksistensial. Yang secara tegas ditolak juga oleh pemikiran ini adalah dualisme dari subyek dan akal budinya pada satu pihak serta obyek dan lingkungannya pada pihak lainnya. Psikologi eksistensial memperjuangkan kesatuan manusia dalam dunianya. Semua pemikiran yang memecahbelahkan kesatuan ini adalah kekeliruan dan memfragmentasikan eksistensi manusia. Psikologi eksistensial juga menolak menerima bahwa di balik fenomena terletak sesuatu yang menyebabkan fenomena itu terjadi. Fenomena adalah apa adanya, yang terjadi pada detik itu bukan satu topeng atau sesuatu yang disimpulkan dari kejadian lain. Tugas psikologilah untuk meneliti dan menganalisa fenomena setepat mungkin. Selanjutnya psikologi eksistensial curiga terhadap semua teori, karena teori berpretensi bahwa sesuatu yang tidak dapat dilihat dapat mengakibat_kan yang dapat dilihat, sedangkan untuk fenomenologi hanya yang dapat dilihat atau dialami sendiri adalah realitas Teori justru dapat membuat manusia buta terha_dap kebenaran yang dialami seseorang. Akhirnya psikologi eksistensial ini menolak untuk melihat manusia seperti obyek belaka, di samping men-dehumanisasi manusia, pendekatan ini juga mencegah untuk mengerti secara menyeluruh manusia sebagai eksistensi di dalam dunianya. Berada di dalam dunia (Dasein),istilah ini berasal dari Heidegger, seorang filsuf yang secara konsekwen mempergunakan metode fenomeno logis. Konsepsi ini adalah yang merupakan konsepsi fundamental dalam psikologi eksistensial. Seluruh eksistensi manusia didasarkan pada psinsip ini, berada di dalam dunia ini adalah eksistensi manusia secara menyeluruh. Tanpa dunia manusia tidak bereksistensi dan dunia tidak punya eksistensi tanpa manusia, manusia membuka dunia, ia menerangi dunia hingga semua yang akan terjadi dapat terjadi, berkembang ke luar dan menampakkan diri sebagai fenomena. Berada di dalam dunia menghilangkan dikhotomi antara subyek dan obyek dan mempersatukan lagi manusia dengan dunianya. Filsafat Heidegger yang secara explisit digunakan dalam psikologi existensial."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Kholisotun Hasanah Suherman
"Representasi sejarah dalam film-film sejarah merupakan cara penulis menggambarkan atau menceritakan bagian tertentu dari peristiwa-peristiwa sejarah. Lewat film sejarah, para pembuat film dapat memperkenalkan berbagai perspektif yang berbeda tentang suatu peristiwa sejarah. Salah satu sejarah di Korea Selatan yang menarik perhatian para pembuat film dan drama televisi adalah gerakan demokratisasi Gwangju terjadi pada 18 Mei 1980. Peristiwa tersebut melibatkan institusi militer dan warga sipil serta merupakan salah satu titik balik dari perjuangan demokratisasi di Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan representasi agensi militer dalam gerakan demokratisasi Gwangju dalam objek penelitian berupa drama televisi Korea Selatan berjudul Youth of May di tahun 2021. Untuk memahami bagaimana peran agensi militer terutama militer pada peristiwa gerakan demokratisasi Gwangju direpresentasikan dalam drama Youth of May, penulis menggunakan konsep representasi dari Stuart Hall dan Foucault. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif untuk menganalisis data transkrip film berupa dialog, monolog, non-dialog, dan potongan gambar yang ada di dalam drama. Hasil analisis pada drama Youth of May menunjukkan adanya dua bentuk representasi agensi militer dalam gerakan demokratisasi Gwangju, yaitu kekuasaan tidak terbatas yang dimiliki institusi militer dan gerakan demokratisasi menjadi proses yang mengarah pada tragedi.

Historical representation in historical films is the filmmaker’s way of describing or telling historical events in their works. Through historical films, filmmakers can introduce different perspectives on a historical event. One of the historical events in South Korea that has caught the attention of film and television drama makers is the Gwangju Democratization Movement that occurred on May 18, 1980. This event involved military institutions and civilians and was one of the turning points of the struggle for democratization in South Korea. This study aims to explain the representation of security agencies and the government in the Gwangju Democratization Movement in the object of research, namely one of the South Korean television dramas entitled Youth of May in 2021. To understand how the role of security agencies and the government, especially the military in the events of the Gwangju Democratization Movement is represented in drama Youth of May, the author uses the concept of representation by Stuart Hall and Foucault. This study used a descriptive qualitative analysis method to analyze film transcript data in the form of dialogues, monologues, non-dialogues, and stills in the drama. The results of the analysis in the drama Youth of May show that there are two forms of representation by military agency in the Gwangju Democratization Movement, namely the unlimited power possessed by military institutions and the democratization movement which is a process that leads to tragedy."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Shuri Mariasih Gietty
"Sebagai seorang penulis wanita di Amerika pada akhir abad 19, Louisa May Alcott yang sebelumnya hanya dikenal sebagai penulis karya-karya domestik ternyata juga menghasilkan karya-karya gothic. Dengan menghasilkan dua karya dengan genre yang bertolak belakang ini, ternyata terdapat persamaan dan perbedaan perihal ideologi gender yang berusaha disampaikan. Dua korpus yang dipilih yaitu, Little Women dan Behind A Mask; or A Woman's Power merepresentasikan pemikiran gender yang berbeda tersebut dengan mempertimbangkan latar belakang konstruksi gender pada masa itu yaitu the true cult of womanhood.
Dengan melihat konstruksi gender yang ada, ideologi gender yang ditampilkan kedua karya ternyata sudah mulai mengangkat nilai-nilai feminisme walaupun pada dasarnya keduanya tidak bisa terhindar dari pemikiran patriarki. Persamaan yang ada terdapat pada identitas gender yang muncul pada kedua tokoh utama, yaitu Jo March dalam Little Women dan Jean Muir dalam Behind A Mask.
Dengan bentuk yang berbeda, kedua tokoh ini berusaha mengatasi konstruksi gender yang ada supaya dapat terhindar dari segala macam bentuk opresi terhadap wanita. Jo March berusaha keluar dari konstruksi tersebut dan bahkan menyeberang dari sisi feminin ke sisi maskulin. Hal ini menjadi mencolok terutama bila dibandingkan dengan karya domestik pada umumnya yang cenderung mengacu pada konstruksi gender yang ada dan menempatkan tokohnya pada sisi yang feminin. Di lain pihak, dalarn Behind A Mask, Jean Muir berusaha melakukan negosiasi dengan memanipulasi konstruksi feminitas dan justru menempatkan diri dalam sisi yang feminin.
Dua Cara yang berbeda ini sebenarnya sudah merupakan bentuk pemberontakan terhadap nilai-nilai patriarki dalam konstruksi gender the true cult of womanhood. Akan tetapi, hal yang sangat disayangkan adalah kegagalan Behind A Mask sebagai sebuah karya gothic yang seharusnya bisa lebih memberontak terhadap konstruksi gender masyarakat apabila dibandingkan dengan karya domestik seperti Little Women.
Pada akhir cerita, Jean Muir terjebak dalam feminitasnya yaitu dalarn institusi pernikahan ketika sang tokoh harus mempertahankan topeng feminitasnya supaya tidak diketahui identitas aslinya oleh sang suami. Menempatkan Jean dalam feminin pada akhir cerita meruntuhkan kekuatan manipulasi yang dilakukannya sebelumnya, terutama bila dibandingkan dengan Jo March yang berhasil keluar dari feminitasnya dan menyebrang ke sisi maskulin sebagai sebuah bentuk pemberontakan. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa karya Little Women bisa menampilkan idoeologi gender yang lebih feminis apabila dibandingkan dengan Behind A Mask yang pada akhirnya justru 'menjebak' tokoh utamanya dalam konstruksi gender tersebut."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Nokiamy Sesena
"Mei 1968 adalah salah satu peristiwa yang penting di Prancis pada periode setelah Perang Dunia II. Gerakan tersebut dimulai sejak tanggal tiga Mei oleh para mahasiswa dan mampu mengajak masyarakat berbagai golongan hingga bulan Juni 1968. Hal tersebut ditandai dengan aksi 13 Mei 1968 yang melibatkan para buruh untuk ikut berdemonstrasi bersama mahasiswa. Keberhasilan tersebut tidak dapat dilakukan tanpa adanya tract sebagai media komunikasi untuk mengajak dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan demonstrasi. Akan tetapi, pembuatan tract harus memerhatikan dengan baik pemilihan kata dan kalimat karena keterbatasan media kertas dalam menyampaikan informasi. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik studi kepustakaan, artikel ini memaparkan struktur kalimat korpus tract seruan aksi berlandaskan teori struktur kalimat Le Querler (1994). Kerterbatasan media kertas dan kebebasan pembuat tract dalam menyajikan kalimat menyebabkan adanya perbedaan struktur pada setiap tract yang menjadi korpus. Akan tetapi, penyusunan kalimat-kalimat tetap memudahkan dua kelompok masyarakat dalam aksi 13 Mei 1968 dalam memahami alasan dan tujuan aksi yang akan dilaksanakan.

May 1968 was one of the important events in French History on the period after World War II. The movement began on May 3 with students and was able to invite various groups of people until June 1968. This was marked by the action on May 13, 1968 involving workers to participate in demonstrations with students. This success cannot be done without a tract as a communication medium to invite and mobilize the community to conduct demonstrations. However, making tracts must pay attention to the selection of words and sentences because of paper limitations in conveying information. Using qualitative methods with library study techniques, this article outlines the sentence structure of the corpus tract call-to-action based the sentence structure theory of Le Querler (1994). The paper limitations of the media and the freedom of tract makers in presenting sentences led to the structural differences in each tract that became the corpus. However, the compilation of fixed sentences made it easier for two groups of people in the action on May 13, 1968 in understanding the reasons and objectives of the action to be implemented.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>