Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wenny Hatu Army Puspita
"Konsep terapi substitusi termasuk salah satu kegiatan pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) akibat penyalahgunaan narkoba, terutama untuk penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan jarum suntik (Injection Drug Users/IDU?s), mengurangi penyebaran penyakit menular dan melawan ketergantungan seorang pecandu. Menurut UU Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, terapi metadon adalah sebuah metode terapi khusus untuk ketergantungan opiate jenis heroin/putaw dengan berupa pengalihan dari penyalahgunaan heroin yang termasuk golongan I (dilarang pemakaian untuk terapi) menjadi menggunakan metadon yang termasuk golongan II (biasa digunakan untuk terapi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika penggunaan metadon dengan melihat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menggunakan metadon dan mengetahui manfaat, efek dan kontinuitas dari metadon pada seseorang yang menggunakan metadon.
Model transtoeritical atau model bertahap, ?stage of change? mencoba menerangkan dan mengukur perilaku kesehatan. Berdasarkan model transtheoritical ini yang ditemukan oleh Prochaska dkk pada tahun 1979 mengidentifikasikan pada 5 tahap independent, yaitu tahap prekontemplasi dimana seseorang belum memikirkan tentang terapi metadon, dan masih aktif menggunakan narkoba, tahap kontemplasi adalah tahap dimana seseorang sudah memiliki niat untuk mengikuti metadon dengan dipengaruhi oleh adanya dukungan dari orangtua dan keluarga, teman sebaya, lingkungan dan akses yang memudahkan, tahap aksi yang merupakan keadaan dimana seseorang telah menggunakan metadon setelah mengenal, mengetahui metadon dan merasakan efek dari metadon, tahap pemantapan dimana seseorang memelihara prilakunya untuk tetap menggunakan metadon, tahap relapse dimana dalam tahap ini dilihat apakah seseorang menggunakan narkoba kembali atau mencampur penggunaan metadon dengan narkoba pada saat melakukan terapi metadon.
Penelitian Program Rumatan Terapi Metadon di RSKO Jakarta ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 6 orang informan yaitu FAN, VN, NNY, RB, AR dan YG, dan penelitian ini didukung dengan informasi dari orangtua dan catatan medik.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor yang mempengaruhi informan untuk menggunakan terapi metadon pada umumnya informan mengatakan dukungan dari keluarga dan akses yang mudah dari metadon. Sedangkan untuk dukungan dari teman sebaya dan lingkungan hanya sebagian saja yang mempengaruhi informan, dan sebagian lagi merasa sebaliknya. Manfaat yang klien rasakan selama menjalani terapi metadon sebagian besar mengatakan bahwa dengan menggunakan metadon dapat membuat hidupnya menjadi lebih normal dan sebagian dari informan merasa manfaat lain dari metadon dapat membuat hubungan dengan keluarganya menjadi lebih dekat dan menjadi lebih baik. Efek yang klien rasakan selama menjalani terapi metadon sebagian besar klien merasa dapat membuat klien mengantuk, sembelit atau gangguan dalam pencernaan, menjadi kecanduan terhadap metadon. Kontinuitas dari metadon tidak terjadi pada sebagian klien wanita, laki-laki yang belum bekerja maupun sudah bekerja, karena hingga saat ini sebagian dari klien tersebut masih mencampur penggunaan metadon dengan putaw atau minuman, dan sebagian lagi dari klien wanita, laki-laki yang belum bekerja maupun sudah bekerja kontinu menggunakan metadon."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Preston, Andrew
Jakarta: Australian Drug Foundation, 2006
R 615.58 PRE b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Helsy Pahlemy
"Faktor yang mempengaruhi retensi terapi rumatan metadon telah diketahui, namun demikian penelitian yang ada masih terbatas pada dosis rumatan dan dosis terbesar serta pada satu episode perawatan. Untuk itu diperlukan penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara retensi dengan berbagai pengukuran dosis dan perawatan berulang (multiepisode) terapi rumatan metadon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara waktu berada dalam terapi dan dosis yang diberikan pada terapi rumatan metadon. Penelitian dilakukan secara retrospektif cross sectional terhadap data sekunder berupa data rekam medik pasien ketergantungan opioid yang mendapat terapi rumatan metadon antara tahun 2006-2009 pada Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta dan Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Penelitian ini melibatkan 231 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan dosis awal rata-rata Dosis awal rata-rata = 24,61 mg (kisaran 20-40 mg); dosis 2 minggu terapi rata-rata = 47,26 mg (kisaran 15-80 mg), dosis rumatan terkecil rata-rata= 57,82 mg (kisaran 15- 115 mg), dosis rumatan terbesar rata-rata = 78,45 mg (kisaran 25-210 mg), dosis rumatan rata-rata= 68,38 mg (kisaran 22,5-165 mg). Nilai retensi 46,8%. Dosis rumatan terbesar menujukkan hubungan bermakna (P= 0,000). Dosis awal, dosis 2 minggu, dosis rumatan terkecil, dosis rumatan rata-rata menunjukkan hasil tidak bermakna dengan nilai P berturut-turut adalah (P = 0,221; P= 0,774; P = 0,895; P= 0,103). Usia, riwayat terapi, riwayat dosis terlewat, dan interaksi obat tidak mempengaruhi retensi. Hubungan dosis dan retensi pada pasien yang mengalami multiepisode: tidak terdapat hubungan antara dosis dan rumatan baik pada episode pertama maupun pada episode kedua. Penelitian ini menyimpulkan semakin besar dosis metadon semakin besar retensi pada terapi rumatan metadon.

Factors affecting the retention of methadone maintenance therapy has been known, however, there is still limited research on the maintenance dose and the highest doses and in one episode of treatment. For that needed research that explores the relationship between the retention of the various dose measurement and treatment of recurrent (multiepisode) methadone maintenance therapy. This study aimed to determine the relationship between retention and the measurement doses given on methadone maintenance therapy. This study was a retrospective cross sectional on opioid dependence?s patient medical records who received methadone maintenance therapy between the years 2006-2009. This study involved 231 patients in Ketergantungan Obat Hospital and Fatmawati Hospital Jakarta who entered the inclusion criteria.
Results showed that patients got methadone dose: average initial dose = 24.61 mg (range 20-40 mg); two weeks dose mean = 47.26 mg (range 15-80 mg); lowest maintenance dose mean = 57.82 mg (range15-115 mg); highest maintenance dose mean = 78.45 mg (range 25-210 mg), the average maintenance dose = 68.38 mg (range 22.5-165 mg). The retention rate = 46.8%. The highest maintenance dose showed a significant correlation with retention (P = 0.000). Initial dose, 2 weeks dose, the lowest maintenance dose, the average maintenance dose showed no significant results with retention. Age, history of therapy, history of missed doses, and drug interactions did not affect retention. Relation dose and retention in patients undergoing multiepisode: there was no correlation between dose and retention in the first episode and the second episode. This study concluded that there is a positive significant relation between the highest maintenance dose of methadone and retention on methadone maintenance therapy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T29724
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariescha Harjon
"Adanya peningkatan kasus penyalahgunaan narkoba di kota Bogor, pada tahun 2007 tercatat sebesar 133 kasus dan mengalami peningkatan menjadi 144 kasus pada tahun 2008. Adapun jenis penyalahgunaan narkoba yang terbesar adalah narkotika jenis heroin/putaw dan cara penggunaannya banyak yang disuntikan kedalam intravena. Jumlah pengguna narkoba suntik di kota Bogor, hingga Januari 2009 mencapai 4590 orang yang semuanya berisiko dalam penularan HIV. Hingga Januari 2009, kota Bogor berada pada posisi kedua dalam kasus HIV di Jawa Barat dengan kenaikan jumlah kasus dari 447 menjadi 480 kasus. Oleh karena itu program pengurangan dampak buruk dari penularan narkoba suntik mutlak diperlukan. Salah satunya yaitu dengan program terapi rumatan metadon (PTRM) jangka panjang, diminum peroral setiap hari dihadapan petugas yang dapat mencegah penularan HIVAIDS yang disumbangkan oleh para pengguna jarum suntik.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang perilaku keteraturan minum metadon pada klien PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur dan faktor-faktor yang menunjang serta menghambat. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian Rapid Assessment Procedures (RAP), dengan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 di Klinik PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur dengan 12 orang informan, terdiri dari 8 orang informan yang masih menjalani terapi metadon dan 4 orang informan yang telah DO dari terapi metadon, yang menjadi sample penelitian.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada kecenderungan hubungan kurangnya pengetahuan yang lengkap tentang terapi metadon, sikap, persepsi terhadap manfaat dan efek samping, faktor biaya minum metadon, faktor dukungan keluarga, faktor dukungan teman komunitas (teman yang tidak menggunakan putaw) dengan keteraturan minum metadon pada klien PTRM. Sehingga dari hasil penelitian tersebut, disarankan untuk pihak klinik PTRM sebaiknya meningkatkan kegiatan pemberian pengetahuan dan konseling tentang seluruh materi program terapi metadon kepada klien PTRM dan keluarga klien, serta peranan keluarga harus ditingkatkan karena sangat penting dalam masalah ini. Bagi penelitian lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui awal mula klien menggunakan narkoba hingga memutuskan memilih untuk mengikuti terapi metadon dan diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai bahan advokasi lintas sektor karena program PTRM ini perlu dikembangkan, namun masih menjadi pro dan kontra di Kota Bogor."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arinta Agustana
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Riadi Arifin
"ABSTRAK
Penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) semakin hari
semakin tinggi prevalensinya di Indonsia. Permasalahan yang ditimbulkan akibat
penggunaan narkoba telah berkembang menjadi permasalahan nasional yang perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Menurut hasil penelitian Pusat
Penelitian dan Pengembangan Informatikan Badan Narkotika Nasional (BNN)
tahun 2005, jumlah pemakai narkoba di Indonesia adalah sebesar 1,5% (3,2 juta)
dari total jumlah penduduk Indonesia, yang terdiri dari kategori pengguna teratur
pakai sebesar 69% atau 2.208.000 orang dan pecandu sebesar 31% atau 992.000.
Studi mengenai dampak kesehatan, sosial dan ekonomi akibat
penyalahgunaan narkoba ( Puslitkes & BNN 2005) menunjukkan besarnya biaya
yang dikeluarkan, baik untuk pembelian narkoba maupun biaya penyembuhan
pecandu. Biaya tersebut terdiri dari biaya sosial sebesar Rp 5,14 trilyun dan biaya
ekonomi sebesar Rp 18, 48 trilyun, dimana Rp 11,36 trikyun adalah biaya
pembelian narkoba
Sampai dengan saat ini berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh
NIDA US, bahwa tidak ada satu terapi yang dianggap cocok untuk terapi dan
rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Jenis terapi yang diberikan selama ini di
Indonesia meliputi terapi dengan sistem detoksifikasi untuk menghilangkan efek
sakaw nya kemudian di lanjutkan dengan rehabilitasi sosial untuk memperbaiki
perilakunya dan memperbaiki fungsi?fungsi sosialnya serta menghilangkan efek sugestinya. Secara medik terapi ketergantungan opiad terdiri dari 2 fase yaitu
terapi detoksifikasi dan terapi pemeliharaan.
Penelitian ini merupakan kajian dan analisis deskriptif dengan melakukan
studi perbandingan antara penggunaan terapi metadon dengan burprenorphin di
RSKO Jakarta Timur. Dengan melakukan analisis perbandingan terhadap kedua
jenis terapi tersebut diharapkan dapat diperoleh variasi biaya untuk pengobatan
pecandu narkoba dengan analisis efektivitas biaya, serta penghitungan dengan
metode activity based costing (ABC). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memilih alternatif pengobatan yang paling efektif dan efisien, antara terapi
metadon dengan burprenorphin.
Dari hasil penelitian dan observasi terhadap pasien selama bulan Maret
2007 sampai dengan November 2007 diperoleh hasil bahwa dari alur pelayanan,
terapi metadon dan burprenorphin memiliki jumlah biaya yang sama besar untuk
pendaftaran, kasir, poli umum/NAPZA, psikologi dan laboratorium. Jumlah biaya
yang sama antara terapi metadon dengan burprenorphin berlaku untuk ketiga fase
pengobatan yaitu: fase induksi, stabilisasi, dan rumatan.
Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa rasio tingkat
keberhasilan pasien yang menggunakan terapi metadon lebih besar daripada yang
menggunakan terapi burprenorphin. Biaya harus dikeluarkan oleh alur pelayanan
terapi metadon lebih kecil daripada biaya alur pelayanan burprenorphin. Dengan
demikian, beban biaya RSKO dalam memberikan terapi burprenorphin juga lebih
besar jika dibandingkan dengan metadon.
Dari penghitungan dengan metode Cost Minimization Analysis (CMA),
diperoleh hasil bahwa terapi metadon memiliki biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan terapi burphenorphin. Rata ? rata biaya biaya terapi
metadon per 1% keberhasilan adalah Rp 2.310.275 / 26,7% = Rp 86.527. Pada
terapi Burphenorphin adalah Rp 1.797.116 / 2,5 % = Rp 718.846.
Selain itu tingkat keberhasilan terapi metadon ( 26,7%) juga terbukti lebih
tinggi daripada terapi burphenorphin ( 2,5%)."
2008
T29083
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lendi Andita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pemberian dukungan sosial, studi kasus terhadap pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Penelitian yang dilakukan berupaya untuk menggambarkan bagaimana dukungan sosial yang diberikan kepada pasien PTRM. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan kepada pasien berupa dukungan emosional, dukungan finansial, dan juga dukungan informasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan PTRM serta meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

ABSTRACT
This thesis discuss about social support to the patient Methadone Maintanance Program (MMP) in Rumah Sakit Ketergantungan Obat. The research have the objective to describe how social support that given to the MMP patient. In order to explain more about it, this thesis uses qualitative approach with descriptive research design. The research result shows that social support for the patient includes emotional support, financial support, and information support can increase the adherence from the patient during the therapy MMP and also able to increase the patient life quality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Hana
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesintasan IDU yang melaknkan konseling dan detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat metadon di puskesmas kecamatan Jatinegara. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar pengaruh konseling dan detoksifikasi terbadap kepatuhan berobat metadon. Studi kohort retrospektif dilakuken dengan menggunakan data yang terdapat dalarn catatan medis, register pasien dan catatan harian minum metadon. Digunakan pendekatan analisis Cox Regression untuk melihat kesintasan IDU yang melakuken konseling dan detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat metadon. HR (hazard ratio) digunakan sebagai estimasi RR (risiko relative) [ untuk pengaruh konseling dan detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat metadon,
Analisis multivariat digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel perancu.Sebanyak 259 data IDU di puskesmas Kecamatan Jatinegara dianalisis dalam penelitian ini, Probabilitas kesintasan secara keseluruhan pada IDU yang berobat metadon di puskesmas Kecarmatan Jatinegara berkisar antara 64,86 %, sampai dengan 0,04%. Sedangkan Median kesintasan IDU adalah 219 hari. Artinya setengah dari IDU bertahan dalam program selama 219 hari. Terdapat !DU yang melaknkan konseling 10 x sebanyak 68 orang dan IDU yang melaknkan konseling >I 0 x sebanyak 191 orang. Sedangkan IDU yang melakuken Detoksifikasi <2 x sebanyak 149 orang dan IDU yang melakuksn detoksifikasi 2:: 2x sebanyak 110 orang, Universitas Indonesia Dari analisis multivariate-cox Regresi, didapatkan nilai HR untuk IDU yang melakukan konseling sehesar 1. 3(95% nilai p=\),00 I. Sedangkan untuk IDU yang melakukan detoksifikasi didapat nilai HR sebesar 1,80 (95% CI: 1,29-2,52) dengan !>"' 0,001 setelah dikendaliksn dengan variabel umur,pendidikan den riwayat rehabilitasi.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengaruh konseling terhadap kepatuhan berobat setelah dikontrol dengan variabel riwayat rehabilitasi, ditemukan hahwa IDU yang tidak melakukan konseling beresiko 7,93 kali untuk tidak patuh daripada IDU yang melakukan konseling. Sedangkan pengaruh detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat setelah dilakukan interaksi dan dikontrol dengan variable umur, pendidikan dan riwayat rehabilitasi, ditemukan bahwa IDU yang tidak melakukan detoksifikasi baresiko 1,80 kali lebih tinggi untuk tidak patuh daripada IDU yang melakukan detoksifikasi.

This study was aimed to observe IDU survival rates that had counseling and detoxification to methadone treatment obedience in health center at Jatinegara sub-district As for that. influences of counseling and detoxification to methadone treatment obedience with be known. Retrospective cohort study was done by using data obtained from medical record, patient's registry and methadone consumption dally notes. Cox Regression approaches was used to assess IDU that had counseling survival and detoxification to methadone treatment obedience. HR (Hazard ratio) was used as estimation value of RR (Relative risk) for counseling influences and detoxification to methadone treatment obedience.
Multivariate analysis was used to minimize confounding variables. In this study there were 259 IDU's data analyzed in health center a:t Jatinegara sub--district. Survival probability of whole IDU that had methadone treatment in health center at Jatinegara sub-district was ranged at 64.86%0.04%. In the other hand survival IDU median is 219 days. It means that half of iDUs were survived in this program for 219 days. There were 68 IDUs that had eounseling S 10 times and 191 IDUs had counseling> 10 time(s), Moreover, there were 149 IDUs who had detoxification <2 time(s) and 110 1DUs had detoxification::?; 2 times. from multivariate analysis - interaction Cox proportional Hazard. HR score obtain for 1DU who had counseling and was 8.5 I (95% Confidence inteJVal - CI: 5.98 - 12.13) with p value= 0.001. Whereas IDUs that had detoxification, HR scores obtained was L80 (95% Cl:1.29 - 2.52) with p value 0.00! after controlled by acces, education and rehabilitation variables.
Universitas Indonesia The study's result suggested that counseling influences of treatment obedience after controlled by rehabilitation histories variables, it could concluded that risks of not being obedience of IDUs who had not counseling were 7,93 times fold compared to IDUs had counseling. Whereas that detoxification influences of treatment obedience after interaction was done and controlled by age, education and rehabilitation histories variables, whereas risks of not being obedience of lDUs who had not detoxification were 1,8 tunes fold compared to IDUs had detoxification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32436
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Erita
"Program Terapi Rumatan Metadon PTRM efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pengguna narkoba. Peningkatan kualitas hidup dari pasien bervariasi antar institusi penyelenggara PTRM. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor individu dan kualitas hidup serta hubungan antara faktor individu dan kualitas hidup pengguna narkoba di RSKO Jakarta dan Puskesmas Tanjung Priok. Penelitian ini menggunaan metode kros seksional pada 100 pasien yang dipilih menggunakan metode kuota sampling pada bulan Juni 2017.
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF, the Epworth Sleepiness Scale, Arizona Sexual Experiences Scale, General Self-Efficacy Scale, dan kuesioner lainnya. Analisa data menggunakan metode statistik deskriptif dan analitis, uji T independen, uji kai kuadrat, dan uji multivariat regresi logistik menggunakan SPSS versi 19.
Rata-rata usia responden 35,80 6,42 tahun dan 94 berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata skor kualitas hidup yaitu 65,78 13.45. Skor tertinggi terdapat pada domain psikologis 74.18 18.53 dan skor terendah terdapat pada domain hubungan sosial 59.37 17.41. Berdasarkan analisis multivariat regresi logistik, skor kualitas hidup dipengaruhi oleh usia, pendapatan, aktivitas fisik sedang/ berat, kualitas tidur, dan efikasi diri.

Methadone maintenance therapy has been found to improving in the quality of life. However, there were vary of improvement in several institutions where MMT program conducted. The present study aims at describing individual factors and quality of life and the correlation between individual factors and quality of life among drug users in The Drug Dependence Hospital Jakarta and Tanjung Priok Healthcare. This present study was conducted through a cross sectional method in which 100 patients were selected using a quota sampling method in June 2017.
Data were collected through WHOQOL BREF questionnaires, the Epworth Sleepiness Scale, Arizona Sexual Experiences Scale, General Self Efficacy Scale, and other questionnaires. Data analysis was performed using descriptive and analytical statistical methods, independent t test, chi square, and multivariable logistic regression model using SPSS V.19.
The mean age of the participants was 35.80 6.42, and 94 of the patients were man. The mean score of the total HRQOL was 65.78 13.45 the highest score of HRQOL was related to the psychological domain 74.18 18.53 and the lowest to the dimension of social health 59.37 17.41. Based on multivariable logistic regression, total QOL was influenced by age, monthly income, high moderate physical activity, normal sleepers, and self efficacy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa N.
"ABSTRAK
Saat ini dunia berada dalam dua masalah besar yang saling terkait, yaitu masalah
penggunaan napza dan penyebaran virus HN/AIDS di kalangan pengguna
NAPZA suntik. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah satu
bentuk pendekatan untuk mengurangi dampak buruk NAPZA mempunyai tujuan
untuk mencegah meningkatnya penularan HN I AIDS dan mengbentikan total
penggunaan NAPZA. Namun P1RM bukanlah I 000/o jalan keluar, karena masih
bisa ditemukannya peserta P1RM yang masih positif menggunakan NAPZA
suntik. Pada peserta PTRM RSKO Jakarta tahun 2003-2007, variabel yang
mempengaruhi peserta menggunakan kembali heroin adalah wilayah tempat
tinggal peserta [J>9>,0202; HR:I,604; 95%CI:l,094-2,352], kepatuhan peserta
dalam mengikuti terapi [J>9>,0006; HR: 1,784; 95%CI: 1,281-2,485], konseling
pra tes HN yang peserta ikuti [!>9l,OOI; HR: 0,349; 95%CI: 0,192-0,635] dan
konseling pra dan pasca tes HN yang peserta iknti [J>9>,025; HR: 0,581; 95%CI:
0,362-0,933]. Perlunya motivasi dan konseling kepada peserta PTRM agar tujuan
tercapai.

Abstract
Right now, there are two big problems that have relationship each other in the
world; they are drogs eliciting and HIV/AIDS among the injecting drug uses (IDU)
problems. Mefuadone Maintenance Therapy is one of The Harm Reduction programs
that has aim to prevent HIV/AIDS spreading and drug user ehatinence. Unfortunately,
there always find some MMf clients that still use heroin or relapse. This study finds
fuat there are some factors that influence MMf clients to be relapse in Drug
Dependency Hospital, they are: client's living area factor !J>=0,0202; HR:l,604;
95%Cl:l,094-2,352], client's adherence factor [J>=0,0006; Hil: 1,784; 95%CI: 1,281-
2.485), HIV counseling before client's has HIV test [J>=O,OO!; HR: 0,349; 95%CI:
0,192-0,635) and HIV conscling before and after client's has HIV test [J>=0,025; Hil:
0,581; 95%CI: 0,362-0,933). It's suggested that there are needed more motivation
and counseling for the MMf clients in Drug Dependency Hospital."
2009
T32497
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>