Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutapea, Esther Iriani
"Latar Belakang: Morbiditas dan mortalitas akibat renjatan pada anak di seluruh dunia dilaporkan masih tinggi. Pengenalan dini dan tatalaksana yang tepat penting untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat renjatan. Indikator penting untuk mendeteksi hipoksia jaringan global adalah pengukuran saturasi oksigen mixed vein (SmvO2) dari kateter arteri pulmonal atau vena sentral namun kedua pemeriksaan ini sulit dan invasif sehingga tidak rutin dilakukan. Near infrared spectroscopy (NIRS) merupakan alternatif pemeriksaan non invasif, real time, kontinu dan praktis untuk mengukur saturasi oksigen regional sekaligus menggambarkan saturasi oksigen vena global.
Tujuan: Mengetahui kenaikan nilai NIRS serebral pascarenjatan teratasi serta korelasinya dengan perubahan parameter hemodinamik non invasif.

Metoda: Penelitian potong lintang pada anak usia 1 bulan-18 tahun yang mengalami renjatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUD Pasar Rebo dan RSUD Tarakan pada bulan Maret-Juni 2019. Terhadap subjek yang mengalami renjatan dilakukan pengukuran NIRS serebral, MAP, serta pengukuran non invasif Cardiac Index (CI), Systemic Vascular Resistance Index (SVRI), Delivery Oxygen (DO2), Inotrophy Index (INO), Stroke Volume Index (SVI) menggunakan Ultrasonic Cardiac Output Monitoring (USCOM) pada saat renjatan dan diulang ketika renjatan teratasi. Uji korelasi dilakukan untuk menilai hubungan antara perubahan nilai NIRS serebral dan parameter hemodinamik non invasif.

Hasil: Dari 32 subjek yang diteliti ditemukan peningkatan nilai NIRS serebral sebesar 27,7% pascarenjatan teratasi. Parameter hemodinamik, kecuali untuk SVRI, juga mengalami peningkatan pasca renjatan namun tidak berkorelasi dengan peningkatan nilai NIRS.

Simpulan: Hasil pengukuran NIRS serebral menggambarkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan perifer namun tidak berkorelasi dengan parameter hemodinamik non invasif pada penelitian ini.

Kata kunci: Near infrared spectroscopy; parameter hemodinamik non invasif; renjatan; USCOM

Background: Pediatric shock accounts for significant morbidity and mortality worldwide. Early recognition and timely intervention are critical for successful treatment of pediatric shock. A strong indicator of global tissue hypoxia by measuring mixed venous oxygen saturation from pulmonary artery catheter (PAC) or central vein catheter (CVC) is rarely used due to its highly invasive character. Near infrared spectroscopy (NIRS) is a noninvasive, real time, continuous and practical modality is a safe alternative for regional and global oxygen saturation measurement.
Objective: To evaluate the increment of cerebral NIRS post-resuscitation in pediatric shock and its correlation with noninvasive hemodynamic measurements.
Methods: This cross sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Pasar Rebo Hospital and Tarakan Hospital between March and June 2019. Children whose age ranged from1 month to 18 years admitted to Emergency Department (ED) or Pediatric Intensive Care Unit (PICU) due to shock were included. Measurement of cerebral NIRS, MAP, as well as Cardiac Index (CI), Systemic Vascular Resistance Index (SVRI), Delivery Oxygen (DO2), Inotrophy Index (INO), Stroke Volume Index (SVI) using Ultrasonic Cardiac Output Monitoring (USCOM) were performed on admission and after resuscitation when the shock has resolved and the patients were stable. Correlation between cerebral NIRS and other noninvasive hemodynamic parameters were then analysed.
Results: There were 32 subjects participated in this research. Following resuscitation, cerebral NIRS measurements showed an increment of 27,7% compared to cerebral NIRS in shock state. All non invasive hemodynamic parameters, except for SVRI, were also increased after resuscitation but no correlation observed between these parameters to cerebral NIRS (p>0,005).
Conclusion: Cerebral NIRS is a sensitive parameter of peripheral perfusion but showed not correlation with hemodynamic parameters in this research.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Priyatna
"Teknologi penginderaan jauh menjadi salah satu solusi utama dalam deteksi cepat daerah terkena banjir. Data satelit menghadirkan karakteristik reflektansi objek permukaan bumi yang bervariasi tergantung pada panjang gelombang. Studi terdahulu dalam mengidentifikasi nilai reflektansi pada kondisi tergenang dan tidak tergenang memerlukan peningkatan akurasi, melibatkan data dari laboratorium, lapangan, dan satelit. Penelitian ini bertujuan menemukan spesifikasi spektrum panjang gelombang reflektansi untuk digunakan dalam mendeteksi daerah terkena banjir dengan data satelit penginderaan jauh. Diharapkan, temuan dari penelitian ini akan menghasilkan indeks banjir yang efektif, terutama pada rentang panjang gelombang yang relevan untuk mendeteksi daerah terkena banjir menggunakan data penginderaan jauh. Penelitian ini telah menemukan perbedaan reflektansi daerah tidak tergenang dan tergenang dengan kedalaman tertentu (5 cm, 10 cm, 15 cm, 30 cm, dan 60 cm) pada tiga kelas penutup lahan pemukiman, sawah, dan bantaran sungai, dengan rentang panjang gelombang 325 nm hingga 1075 nm. Hasil uji beda dengan uji t-Test, dengan significance level 0.05 dan analisis selisih, menunjukkan bahwa spektrum panjang gelombang near-infrared Sentinel-2, yaitu pada kanal 6 (733-748 nm), kanal 7 (773-793 nm), kanal 8 (855-900 nm), dan kanal 8A (855-875 nm) memiliki signifikansi yang tinggi dalam membedakan daerah tidak tergenang dan tergenang. Penelitian menyimpulkan bahwa spesifikasi spektrum panjang gelombang dapat digunakan deteksi daerah banjir pada spektrum yang tersebut di atas. Spesifikasi tersebut telah diimplementasikan untuk deteksi daerah banjir dengan data penginderaan jauh Sentinel-2 dan menghasilkan akurasi lebih dari 84.65% pada uji coba di tiga lokasi studi area penelitian. Hasil penelitian ini menyarankan melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengukuran reflektansi pada berbagai objek permukaan bumi dan lokasi penelitian yang beragam, terutama fokus pada tutupan lahan lainnya yang terdampak banjir. Saran lainnya adalah memberikan rekomendasi kepada para pengambil keputusan di bidang teknologi penginderaan jauh, terkait dengan rentang panjang gelombang near-infrared untuk mendeteksi wilayah yang terkena banjir. Rekomendasi ini dapat menjadi dasar penting dalam pembangunan program sensor satelit nasional di Indonesia.

Remote sensing technology is one of the most important solutions to quickly identify areas affected by flooding. Data satellites show the reflective properties of the surface of Earth objects, which vary according to wavelength. Preliminary studies to identify reflectance values in flooded and non-flooded areas require higher accuracy, incorporating data from laboratories, fields and satellites. This research aims to find specifications for the reflection wavelength spectrum that can be used in floodplain detection using remote sensing satellite data. It has been announced that the results of this research will lead to an effective flood index, especially at wavelengths relevant to floodplain detection using remote sensing data. This study has found differences in the reflectance of non-flooded and flooded areas with certain depths (5 cm, 10 cm, 15 cm, 30 cm and 60 cm) in three classes of residential land cover, paddy fields and riverbanks with a wavelength range from 325 nm to 1075nm. The results of the t-test with a significance level of 0.05 and the difference analysis show that the near-infrared wavelength spectrum of Sentinel-2, i.e., channel 6 (733-748 nm), channel 7 (773-793 nm), channel 8 (855-900 nm), and channel 8A (855-875 nm), has high significance in discriminating between non-flooded and flooded areas. The research concludes that the wavelength spectrum specification can be used to detect floodplains in the above spectrum. This specification was implemented for floodplain detection using Sentinel-2 remote sensing data and yielded an accuracy of greater than 84.65% in tests at three sites in the research area. The results of this study encourage further research to be conducted by measuring the reflectance on various objects on the earth's surface and at various research sites, focusing on other land areas affected by flooding. Another suggestion is to provide remote sensing technology decision makers with recommendations related to near-infrared wavelength bands to identify areas affected by flooding. These recommendations can be an important basis for the development of a national satellite sensor program in Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhonan Lutfi Divanto
"Pengukuran kadar gula darah merupakan salah satu kebutuhan utama dalam penanganan diabetes. Namun, moda pengukuran kadar gula darah yang umum saat ini, dilakukan secara invasive atau perlu melukai bagian tubuh manusia untuk mendapat nilai kadar gula darahnya. Terdapat metode pengukuran non invasive tanpa melukai manusia, namun metode ini masih belum dapat diandalkan karena banyaknya factor yang mempengaruhi glukosa tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis akurasi dan performa dari pengukuran gula darah secara non invasive menggunakan sensor infrared pada panjang gelombang 940 nm dengan dibantu oleh Artificial Neural Network dan juga untuk mengevaluasi hubungan komponen dasar dari sinyal analog dari sensor yang bersangkutan terhadap kadar gula darah menggunakan Multiple Regression. Akurasi prediksi gula darah dievaluasi menggunakan Clark Grid Error analysis Dalam analisis ini, 81% dari 97 sampel data berada pada zona yang dapat diterima secara klinis, sedangkan sisanya berada pada zona yang tidak. Hal ini belum mencukupi kebutuhan akurasi 95% yang dapat diterima berdasarkan dari standar ISO 15197, maka hasil daripada penelitian ini masih belum memberikan hasil yang baik. Evaluasi menggunakan multiple regression sendiri menghasilkan hubungan yang tidak signifikan antara komponen dari sinyal analog dengan kadar gula darah dengan nilai R-squared sebesar 0.0174, RMSE 66.9, dan P-value keseluruhan sebesar 0.801.

Measuring blood sugar levels is one of the main needs in managing diabetes. However, the current common method of measuring blood sugar levels is carried out invasively or requires injuring parts of the human body to obtain blood sugar levels. There are non-invasive measurement methods without injuring humans, but this method is still not reliable because of the many factors that influence glucose. This research attempts to analyze the accuracy and performance of non-invasive blood sugar measurements using an infrared sensor at a wavelength of 940 nm assisted by an Artificial Neural Network and also to evaluate the relationship of the basic components of the analog signal from the sensor in question to blood sugar levels using Multiple Regression. The accuracy of blood sugar predictions was evaluated using Clark Grid Error analysis. In this analysis, 81% of the 97 data samples were in the clinically acceptable zone, while the rest were in the zone that was not. This does not meet the acceptable 95% accuracy requirement based on the ISO 15197 standard, thus the results of this research still do not provide relatively good results. Evaluation using multiple regression itself produced an insignificant relationship between the components of the analog signal and blood sugar levels with an R-squared value of 0.0174, RMSE 66.9, and an overall P-value of 0.801."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irlisnia
"Latar belakang: Pemberian sedasi dan analgesia yang adekuat sangat penting dalam pemulihan pasien di unit perawatan intensif. Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan desaturasi oksigen otak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran oksigenasi serebri yang diukur dengan Near-infrared spectroscopy (NIRS) pada pasien yang menerima sedasi dan analgesia dan mengetahui intervensi inotrop pada kedua kelompok.
Metode: Penelitian ini adalah sebuah nested cohort observational study dari penelitian utama yang berjudul “Efektivitas penggunaan protokol sedasi dan penyapihan ventilator dibandingkan keputusan klinis pada anak di PICU RSCM” yang dilakukan secara prospektif di PICU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian dilakukan pada anak usia 1 bulan-17 tahun 11 bulan dengan ventilasi mekanik dan diberikan sedasi dan analgesia. Pasien dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sedasi dan analgesia berdasarkan protokol dan berdasarkan keputusan klinis (tanpa protokol). Oksigenasi serebri diukur dengan NIRS dalam lima pengamatan waktu (sebelum sedasi, 5 menit, 1, 6 dan 12 jam setelah sedasi).
Hasil: Dari 69 subjek, 39 subjek mendapatkan sedasi dan analgesia berdasarkan protokol dan 30 lainnya tanpa protokol. Tren penurunan nilai NIRS >20% dari data dasar, lebih banyak ditemukan pada kelompok protokol pada 5 menit (6,7%), 1 jam (11,1%), 6 jam (26,3%) dan 12 jam (23,8%). Nilai rerata NIRS lebih rendah dan intervensi inotrop lebih banyak ditemukan pada kelompok sedasi tanpa protokol, walaupun tidak bermakna secara statistik.
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan penurunan NIRS > 20% didapatkan pada anak dengan penggunaan sedasi dan analgesia berdasarkan protokol, dan NIRS terbukti dapat mengukur desaturasi serebri yang terjadi selama penggunaan obat sedasi dan analgesia.

Background: Adequate sedation and analgetic agents are imperative in the recovery patients at intensive care units. Inappropriate use may induce cerebral desaturation. This study aims to know about cerebral oxygenation measured by Near-infrared spectroscopy (NIRS) in children receiving sedation and analgesia and to evaluate the differences use of inotropic agents from two groups.
Methods: This is a nested prospective cohort study of the major study entitled “Effectiveness of ventilator sedation and weaning protocols compared with clinical decisions in children in PICU RSCM”, conducted in Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Cipto Mangunkusumo Hospital. Subjects were one-month-old to seventeen-year-old children used mechanical ventilator. They were divided into two groups, sedation and analgetic based on protocol and without protocol. Cerebral oxygenation measured at five different timings (before sedation, 5 minutes, 1, 6 and 12 hours after sedation and analgesia).
Results: There were total 69 children included, 39 subjects were received protocol and 30 subjects without the protocol. NIRS were reduced > 20% from the baseline in the protocol group at 5 minutes (6,7%), 1 hours (11,1%), 6 hours (26,3%) and 12 hours (23,8%). NIRS average was lower and the use of inotropic agents was found more in group without protocol. However, these findings are not statistically significant.
Conclusion: This study shows that NIRS decreased >20% from baseline was observed in children who were sedated using protocol and NIRS are useful to measure cerebral desaturation that happens during the administration of sedation and analgetic agents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ariq Fauzan
"ABSTRACT
Umumnya untuk membedakan antara lidah perokok dan lidah bukan perokok adalah dengan melihat secara visual yang dilakukan oleh praktisi medis dan masih bersifat invasif. Dalam penelitian ini, sistem pengenalan lidah perokok dibangun dengan menggunakan teknik pencitraan hiperspektral dengan rentang spektrum panjang gelombang VNIR Visible Near Infrared berbasis kombinasi ciri spektral dan ciri tekstur. Tujuan penelitian ini adalah membangun sistem pengenalan lidah perokok berbasis kombinasi ciri spektral dan ciri tekstur untuk meningkatkan nilai akurasi pada sistem pengenalan lidah perokok yang berbasis ciri spektral saja. Ciri spektral yang digunakan adalah nilai reflektansi yang didapat langsung dari ROI Region of Interest citra lidah, sedangkan untuk ciri tekstur yang digunakan adalah nilai energi, homogenitas, korelasi, dan kontras yang didapat pada metode ekstraksi ciri GLCM Gray level Co-occurence Matrix. Kedua ciri tersebut dikombinasikan sebagai input yang digunakan pada tahapan seleksi ciri dengan metode PLS Partial Least Square, yang kemudian akan diklasifikasikan menggunakan metode SVM Support Vector Machine. Hasil klasifikasi SVM kemudian dilakukan validasi dengan menggunakan metode k-cross validation. Nilai Akurasi yang didapat dari hasil klasifikasi SVM dengan kombinasi ciri spektral dan ciri tekstur di 4 bagian lidah, lebih baik dibandingkan dengan nilai akurasi yang didapat dari hasil klasifikasi SVM dengan ciri spektral saja, dengan kenaikan akurasi sebesar 1,19 untuk lidah bagian anterior, 3,35 untuk lidah bagian posterior, 7,95 untuk lidah bagian lateral A, dan 1,02 untuk lidah bagian lateral B.

ABSTRACT
Generally, to differentiate between smoker 39s tongue and non smoker 39s tongue is by doing an eye examination, which is invasive and performed by medical practitioners. In this research, smoker 39s tongue recognition system is built by using hyperspectral imaging technique with range of VNIR wavelength spectra, which is based on a combination of spectral features and texture features. The aim of this study is to built smoker 39s tongue recognition system based on a combination of spectral features and texture features to increase the value accuracy of smoker 39s tongue recognition system based on its spectral features only. The spectral features used are the reflectance value obtained from ROI Region of Interest from tongue images, while the texture characteristics used are the energy value, homogenity, correlation, and contrast obtained from extraction method of GLCM Gray Level Co occurence Matrix features. Both features are combined as an input used in the feature selection stage by using PLS Partial Least Square method, which then will be classified by using SVM Support Vector Machine method. After that, the SVM classification result will be validated by using k cross validation method. The value accuracy which is obtained from SVM classification result, by combining the spectral features and the texture characteristics in four regions of tongue, is better than the value accuracy from SVM classification result with spectral features only, with an accuracy increase of 1.19 for anterior region of tongue, 3.35 for posterior region of tongue, 7.95 for lateral A region of tongue, and 1,02 for lateral B region of tongue."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoshua Baktiar
"Latar Belakang: Disfungsi kognitif pascabedah (postoperative cognitive
dysfunction/POCD) merupakan komplikasi pascabedah yang sering ditemui pada
pasien yang menjalani bedah jantung terbuka yang mengganggu fungsi sosial dan
ekonomi serta berkaitan dengan peningkatan mortalitas. Patofisiologi POCD belum
diketahui secara jelas, namun diperkirakan melibatkan hipoksia serebral.
Penurunan kandungan oksigen dan penurunan ekstraksi oksigen perioperatif
diperkirakan berkontribusi terhadap POCD. Penggunaan pemantauan nearinfrared
spectroscopy (NIRS) memungkinkan pengukuran status oksigenasi pada
jaringan otak. Protein S100B adalah penanda biologis kerusakan jaringan otak.
Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh kandungan oksigen dan ekstraksi
oksigen intra dan pascabedah, desaturasi serebral dan peningkatan kadar protein
S100B terhadap kejadian POCD.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah kohort prospektif di unit Pelayanan Jantung
Terpadu RS dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian dimulai setelah mendapatkan persetujuan
komite etik dan ijin lokasi. Kriteria penerimaan adalah pasien berusia ≥18 tahun yang
dijadwalkan menjalani bedah jantung terbuka dengan menggunakan mesin
cardiopulmonary bypass (CPB), sehat secara mental, dapat membaca dan berbahasa
Indonesia. Pasien akan menjalani evaluasi kognitif menggunakan 6 tes psikometrik pada 1
hari prabedah dan diulang pada 5 hari pascabedah. POCD didefinisikan sebagai penurunan
>20% skor kognitif pascabedah dibandingkan prabedah pada 2 atau lebih tes. Sampel darah
arteri dan vena diambil untuk menilai kandungan dan ekstraksi oksigen pada 5 waktu: (1)
sebelum induksi, (2) intra-CPB, (3) pasca-CPB, (4) enam jam pascabedah, dan (5) 24 jam
pascabedah. Pemantauan saturasi serebral menggunakan NIRS dilakukan sepanjang pembedahan. Kadar protein S100B diukur pada 2 waktu: sebelum induksi dan 6 jam
pascabedah. Data dianalisis dengan uji statistik yang sesuai menggunakan piranti lunak SPSS
versi 20.
Hasil:Lima puluh lima subyek mengikuti penelitian ini. POCDditemukan pada 31 (56,4%)
subyek. Kandungan oksigen dan ekstraksi oksigen ditemukan tidak berbeda bermakna di
antara kedua kelompok pada seluruh waktu. Desaturasi serebral ditemukan lebih lama (55
[0-324] vs. 6 [0-210], p=0,03) dan nilai AUC rScO2 lebih tinggi (228 [0-4875] vs. 33 [0-
1100], p <0,01) pada pasien yang mengalami POCD dibandingkan yang tidak. Dengan
analisis ROC ditemukan nilai AUC rScO2 >80 menit% berpengaruh terhadap kejadian
POCD (RR 3,38, IK 95%: 1,68-6,79, p <0,01). Kadar protein S100Bmeningkat 1,5x lebih
tinggi pada pasien POCD, namun tidak mencapai kemaknaan statistik.
Simpulan:Desaturasi serebral yang diukur menggunakan NIRS berpengaruh pada kejadian
POCD.

Background: Postoperative cognitive dysfunction/POCD is commonly found
postoperative complication after cardiac surgery with profound social and
economic effect and also known correlated with mortality. The pathophysiology
remains unclear and multifactorial, but hipoxia have been postulated as one of the
mechanisms. Reduced arterial oxygen content (CaO2) and reduced oxygen
extraction perioperatively may contribute to POCD. Use of near-infrared
spectroscopy (NIRS) monitoring may provide oxygenation status on brain tissue.
S100B protein is known brain injury biological marker. This trial aims to
investigate effects of perioperative oxygen content and extraction, cerebral
oxygenation status and S100B protein level changes to POCD.
Methods: This prospective cohort study was conducted at Integrated Heart Service unit of
RS dr. Cipto Mangunkusumo, a tertiary teaching hospital in Jakarta, Indonesia. This study
was started after ethical approval obtained. Inclusion criteria was 18 years old or above
patients scheduled for open-heart surgery using cardiopulmonary bypass machine, healthy
mental status, and can speak/read Indonesian language. Subjects were undergone 6
psychometric evaluation on day prior to surgery and 5 days after surgery. POCDdefined as
decrease of >20% score from baseline on 2 or more tests. Arterial and venous blood samples
were taken on 5 moments: (1) before induction of anesthesia, (2) during CPB, (3) After
separation of CPB, (4) six hours after surgery, and (5) 24 hours after surgery. NIRS
monitoring was applied continously during surgery. S100B protein level was measured on
before induction of anesthesia and 6 hours after surgery.Data was analyzed with appropriate
statistical tests using SPSS 20 software.
Results: Fifty-five subjects were included in this study. POCD was found in 31 (56.4%)
subjects. Oxygen contents and extractions were found not differ in both groups at all times.
Cerebral desaturation was found more longer (55 [0-324] vs. 6 [0-210]mins, p = 0.03) and
severe (AUC rScO2 228 [0-4875] vs. 33 [0-1100] min%, p <0,01) in subjects with POCD
compared to non-POCD. Using ROC analysis, it is determined subjects with AUC rScO2
>80 min% were exposed with higher risk of POCD(RR3.38x, 95%CI: 1.68-6.79, p <0.01).
S100B protein level increased higher in subjects with POCDbut no statistical significant was
found.
Conclusion: Cerebral desaturation measured by NIRSmonitoring contributes to POCD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Gery Rafaniel
"Pencitraan fluorescence merupakan salah satu jenis pencitraan yang digunakan oleh tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit yang dimiliki pasien. Pencitraan ini juga mampu dilakukan secara intraoperative tanpa harus mengakibatkan efek samping seperti mutasi gen yang disebabkan oleh jenis pencitraan lainnya yang menggunakan radiasi elektromagnetik dan radioaktif (CT, MRI, dan PET). Keterbatasan dana menjadi penyebab tidak semua rumah sakit mampu membeli sistem deteksi pencitraan fluorescence yang mahal. Salah satu komponen penting dalam pencitraan ini adalah filter optik yang mampu memblokade sinar eksitasi dan membiarkan sinar emisi untuk dideteksi oleh kamera. Penelitian ini dimaksudkan untuk merancang filter optik sinar fluorescence dengan menggunakan bahan dasar plastik mika yang didapat secara komersil. Perancangan filter menggunakan kombinasi plastik mika dan foto film serta kamera CCTV berbasis IP yang telah dimodifikasi untuk mampu mendeteksi sinar fluorescence pada area sinar infra merah. Pengujian dilakukan pada ruang yang gelap dengan objek yang diuji adalah campuran Indocyanine Green (ICG) yang dicampurkan dengan air steril. Perancangan filter menggunakan spektrofotometer sehingga menghasilkan kombinasi filter abu abu gelap-foto film yang memiliki rasio gain sebesar 2,56. Pada saat pengujian, filter mampu meningkatkan sinyal cahaya fluorescence (S/B) dari 0,675 menjadi 1,502 akibat adanya peredaman sinar eksitasi pada bagian latar belakang gambar.

Fluorescence imaging is a type of imaging used by medical professionals when diagnosing disease in patients. This imaging can also be performed intraoperatively without causing side effects such as genetic mutations caused by other types of imaging (CT, MRI, and PET) that use electromagnetic and radioactive radiation. Funding constraints are why not all hospitals can afford expensive fluorescent imaging detection systems. One of the important components of this imaging is the filter, which blocks the excitation beam and allows the camera to detect the emitted light. This study aimed to design fluorescence filters using commercially available mica plastic as the base material. The filter design combines mica paper and film with a modified IP-based CCTV camera capable of detecting fluorescence in the infrared region. The test was carried out in a dark room, and the test object was a mixture of indocyanine green (ICG) and sterile water. The filter design uses a spectrophotometer to produce a dark gray-film filter combination with a gain ratio of 2.56. When tested, the filter was able to increase the fluorescence (S/B) light signal from 0.675 to 1.502 due to attenuation of the excitation light on the image background."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Praditya
"ABSTRAK
Identifikasi lapisan lilin pada buah sangat sulit dilakukan tanpa adanya suatu sistem yang bersifat non-destruktif. Pada umumnya, dilakukan metode yang bersifat destruktif untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu lapisan pada buah, seperti merendam buah pada air panas, menggunakan campuran cuka dengan air, atau campuran soda kue dengan air. Adapun metode destruktif lainnya yang menggunakan instrumentasi kromatografi gas, dimana proses ini membutuhkan waktu yang lama dan pengoperasian yang sulit. Citra VNIR menjadi metode terbaru untuk mengatasi masalah tersebut karena metode ini bersifat non-destruktif dan lebih mudah untuk dioperasikan. Dalam penelitian ini, sistem identifikasi ada atau tidaknya lapisan lilin pada buah apel berhasil dibuat. Proses dimulai melalui akuisisi citra, koreksi citra, object detection, window averaging, model klasifikasi, hingga mendapatkan status pelapisan (coating status). Citra diakuisisi pada rentang panjang gelombang 400 hingga 100 nm. Profil reflektansi yang didapat, selanjutnya dikomparasikan antara satu kelas dengan kelas lainnya, sehingga terlihat perbedaan yang mencolok diantara keduanya. Selanjutnya, model akan diuji dan dievaluasi menggunakan data referensi yang merupakan hasil klasifikasi secara manual. Pembuatan dan pengujian model dilakukan melalui proses traning dan testing data. Pada penelitian ini, digunakan beberapa model klasifikasi yang dibuat berdasarkan profil reflektansi dari setiap citra yang telah diakuisisi. Hasil akurasi model melalui evaluasi confusion matrix didapat sebesar 70,83% untuk model PCA-SVM, 95,42% untuk model DT, dan 98,33% untuk model RF.

ABSTRACT
Wax coating identification on fruits is very difficult without a non-destructive system. In general, destructive methods were used to find out whether or not there are coatings on fruit, such as soaking fruit in hot water, using a mixture of vinegar and water, or baking soda and water. There are other destructive methods using instrumentation like gas chromatography, where this process takes much time and difficult to operate. VNIR imaging becomes the latest method to overcome this problem because this method is non-destructive and easier to operate. In this study, identification system for the presence or absence of wax coating on apples has been successfully made. The process starts through image acquisition, image correction, object detection, window averaging, classification model, until we got the coating status. The image was acquired on a wavelength range from 400 to 1000 nm. The reflectance profile is obtained, then it is compared between one class and the other class, until there is a noticable difference between the two. Next, the model will be tested and evaluated using reference data which is the result of manual classification. The making and testing of the model was done through the process of data training and data testing. In this study, several classifications models were made based on the reflectance profile of each acquired image. The accuracy of the model through confusion matrix evaluatin were 70.83% for the PCA-SVM model, 95.42% for the DT model, and 98.33% for the RF model."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Rosario
"Pencitraan fluoresens near-infrared (NIR) merupakan metode pencitraan yang menjanjikan dalam dunia kedokteran dengan menggunakan kamera khusus dan kontras agen indocyanine green (ICG). Teknik ini menawarkan keamanan dalam penggunaannya, resolusi yang tinggi, dan sensitivitas yang baik sehingga kebutuhan akan perangkat pencitraan ini terus meningkat. Beberapa studi melaporkan penggunaan metode pencitraan fluoresens NIR dalam berbagai aplikasi medis baik menggunakan perangkat komersial, maupun perangkat rakitan sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sistem pencitraan fluoresens near-infrared menggunakan filter plastik mika dan kamera IP CCTV serta metode subtraksi dalam mendeteksi fluoresens ICG.
Karakterisasi filter plastik mika menggunakan spektrometer dilakukan untuk mengetahui respons filter dan menentukan kombinasi warna paling efektif. Perancangan prototipe menggunakan kamera IP CCTV yang dimodifikasi sebagai komponen utama dalam mengambil citra. Metode subtraksi yang digunakan mampu menjadi alternatif dalam mendeteksi fluoresens yang dihasilkan ICG dengan mengurangi piksel dari 2 buah gambar dengan kondisi berbeda. Kombinasi filter yang paling efektif dalam meredam cahaya tampak adalah merah-kuning-hijau-biru (MKHB) yaitu pada panjang gelombang 400 nm – 680 nm dengan transmitansi sebesar 64,55%. Rata-rata koefisien absorpsi pada filter plastik mika MKHB sebesar 9,87 cm-1 pada panjang gelombang 830 ± 20 nm. Keseluruhan prototipe berhasil dibuat dan memiliki resolusi yang masih dapat diterima serta biaya produksi sebesar Rp512.000,00.

Near-infrared (NIR) fluorescent imaging is a promising imaging method in medicine using a special camera and indocyanine green (ICG) contrast agent. This technique offers safety in use, high resolution, and good sensitivity so that the need for this imaging device will continue to increase. Several studies have reported the use of NIR fluorescent imaging methods in various medical applications using either commercial devices or handmade devices. The aim of this research is to design a near-infrared fluorescent imaging system using mica plastic filters and IP CCTV cameras and subtraction methods to detect fluorescent ICG.
Characterization of mica plastic filters using a spectrometer was carried out to determine the response of the filter and determine the most effective color combination. The prototype design uses a modified CCTV IP camera as the main component in taking images. The subtraction method used can be an alternative in detecting fluorescence produced by ICG by subtracting pixels from 2 images with different conditions. The most effective filter combination in reducing visible light is red-yellow-green-blue, which is at a wavelength of 400 nm – 680 nm with a transmittance of 64,55%. The average absorption coefficient on MKHB plastic mica filters was 9,87 cm-1 at a wavelength of 830 ± 20 nm. The entire prototype was successfully made and has an acceptable resolution and a production cost of 512,000.00 IDR.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library