Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: UI-Press, 1986
616.072 UNI n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Jamal Isa
"Telah dilakukan penelitian kekerapan nyeri kepala pada
pasien pasca seksio sesaria dengan analgesia spinal dengan
pensil] di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunku-
Sejumlah 100 orang pasien yang menjalani operasi seksio
sesaria baik elektif dan darurat dengan status fisis ASA III.
Pasien-pasien ini dibagi dalam dua kelompok [ I dan II].
Kelompok I mendapat jarum spinal 27 tajam, kelompok II mendapat
jarum spinal 27 tumpul [keduanya dari produk UNISIS].
Sebelum dilakukan analgesia spinal semua pasien mendapat
perlakuan yang sama yaitu dipasang jalur intravena dan
diberikan cairan beban ringer laktat sebanyak 500 ml. Kemudian
pasien dibaringkan dalam posisi lateral dikubitus dan
dilakukan pungsi lumbal [L2-3 atau L3-4] dengan pendekatan
tajam].
Setelah operasi semua pasien dibaringkan dalam posisi
datar [horizontal] selama 6 jam dan mendapat cairan rehidrasi
3000 ml/hari untuk hari pertama dan dilakukan wawancara
keluhan nyeri kepala pasca pungsi dura (NKPPD) pada hari
I,III,V, pasca operasi. Pada pasien tersebut juga ditanyakan
keluhan lain, khususnya yang menyertai keluhan NKPPD. Pada
penelitian ini tidak ditemukan komplikasi NKPPD pada operasi
seksio sesaria dengan mempergunakan jarum no.27 tajam maupun
27 tumpul (UNISIS).
Vll sumo Jakarta dan Rumah Sakit Boedi Kemuliaan Jakarta.
median dengan jarum yang dipilih secara acak [tumpul atau
memakai jarum no.27 tajam [Standard] dan 27 tumpul (UNISIS)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Nathalia Esther
"Hipertensi intrakranial idiopatik merupakan suatu penyakit tidak menular yang meningkatkan tekanan intrakranial seseorang tanpa penyebab yang jelas. Kondisi ini tidak terlalu sering terjadi, namun seiring berjalannya waktu insiden IIH semakin meningkat, dengan gejala yang paling utama dirasakan berupa nyeri kepala. Tujuan laporan ini untuk menganalisis asuhan keperawatan medikal bedah dan keefektifan penggunaan terapi musik pada pasien dengan diagnosis IIH. Metode praktik menggunakan intervensi terapi musik instrumental selama kurang lebih 20 menit dan dilakukan saat pasien mengalami nyeri kepala selama 3 hari. Setelah pemberian intervensi terjadi penurunan sensasi nyeri yang terukur pada skala VAS (Visual Analog Scale) sekitar 1-2 poin setiap harinya. Terapi musik direkomendasikan dapat diaplikasikan juga secara mandiri oleh pasien dan keluarga saat berada di rumah dengan menggunakan media yang ada dan memilih jenis musik sesuai dengan preferensi pasien.

Idiopathic intracranial hypertension (IIH) is a non-transmittable disease that increases a person's intracranial pressure for unknown reasons. This condition does not occur very often, but over time the incidence of IIH has increased, with the main symptom being severe headaches. The purpose of this report is to analyze the surgical nursing care and the effectiveness of using music therapy for patients with a diagnosis of IIH. The method that was used is instrumental music therapy intervention with the approximate duration of 20 minutes and was carried out when the patient experienced headache episodes throughout the span of 3 days. After providing the intervention, there was a decrease in severe pain sensation on the VAS (Visual Analog Scale) scale for approximately 1-2 points daily. Music therapy is also recommended to be applied independently by the patient and family while at home by using available media and choosing the type of music according to the patient's preferences"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustiany
"Latar Belakang: Migrain sebagai salah satu jenis prevalensi nyeri kepala primer pada kedua jenis kelamin mencapai puncaknya antara usia 25 hingga 55 tahun sedangkan puncak prevalensi TTH diamati antara usia 30 hingga 39 tahun, dimana periode tersebut merupakan tahun paling produktif untuk bekerja. Karena dampaknya signifikan terhadap produktivitas, ketidakhadiran, dan kesehatan pekerja, bersama dengan prevalensinya yang tinggi dalam populasi pekerja, nyeri kepala harus dipertimbangkan sebagai prioritas dalam kedokteran kerja. Latihan fisik merupakan salah satu intervensi yang bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi gejala sakit kepala. Laporan kasus berbasis bukti ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas latihan fisik di lingkungan kerja untuk mengurangi gejala, frekuensi dan intensitas, penggunaan analgesik atau perbaikan lain pada pasien nyeri kepala tipe tegang (TTH).
Metode: Pencarian literatur dilakukan melalui tinjauan database elektronik: Pubmed, Google Scholar dan Cochrane. Kata kunci yang digunakan adalah “tension type headache” and “physical exercise” and “workers”. Kriteria inklusi pencarian ini adalah uji coba terkontrol secara acak (RCT), systematic review (SR), pekerja dengan nyeri kepala tipe tegang. Kriteria eksklusi artikel ini adalah artikel yang tidak dapat diakses, RCT yang telah digunakan dalam systematic review terkini.
Hasil: Pencarian literatur dilakukan pada 21 April 2019. Ditemukan 3 artikel yang relevan untuk menjawab pertanyaan klinis; 2 RCT dan 1 SR. Pada artikel pertama, intention to treat analysis menunjukkan penurunan frekuensi dan intensitas nyeri kepala sekitar 50% di semua kelompok intervensi dibandingkan dengan REF pada tindak lanjut 20 minggu (P <0,001). Penggunaan analgesik lebih rendah pada kelompok intervensi yang diamati (1WS, 3WS dan 9WS), tetapi tidak pada kelompok dengan supervisi pelatihan minimal (3MS), dibandingkan dengan REF saat tindak lanjut. Pada artikel kedua, tidak ada efek antar kelompok yang terdeteksi, tetapi dalam kelompok tersebut terdapat penurunan angka dari awal hingga tindak lanjut. Frekuensi TTH pada kelompok ST menurun 11% (P = 0,041) dan durasi menurun sebesar 10% (P = 0,036), sedangkan kelompok koreksi ergonomis dan postur menunjukkan penurunan frekuensi yang signifikan sebesar 24% (P = 0,0033) dan penurunan durasi 27% (P = 0,041). Artikel ketiga adalah SR yang menemukan 15 artikel. Tidak ada artikel yang diklasifikasikan sebagai risiko bias rendah menurut the Cochrane Collaboration’s tool.
Kesimpulan: Ketiga artikel yang dinilai membuktikan bahwa latihan fisik efektif dalam mengurangi gejala, frekuensi, intensitas sakit kepala serta penggunaan analgesik pada pekerja khususnya pekerja kantoran. Latihan tersebut dapat diterapkan pada pekerja kantoran, meskipun tidak dapat disimpulkan mana yang terbaik.

Background : Migraine as one type of primary headache prevalence in both sexes peaks between 25 to 55 years of age whereas the peak prevalence for TTH is observed between 30 to 39 years of age, with those periods often regarded as the most productive years of employment. Because of their significant impact on productivity, absenteeism, and workers’ wellness, together with their high prevalence in the working population, headache disorders should be considered as a priority in occupational medicine. To our knowledge, physical exercise is one of intervention that could be an effective way to reduce the symptoms of headache. This evidence based case report aimed to know about the effectiveness of physical exercise in workplace setting to reduce symptom, frequency and intensity, use of analgesic or any other improvement in tension type headache patient.
Method : Literature searches were conducted through an electronic database review: Pubmed, Google Scholar and Cochrane. The keywords used were “tension type headache” and “physical exercise” and “workers”. The inclusion criteria of this searching strategy were randomizes controlled trial, systematic reviews, workers with tension type headache. The exclusion criteria of this article were inaccessible articles, RCTs that have been used in recent systematic review.
Result : Literature search was carried out on April 21 2019. Found 3 relevant articles to answer clinical question; 2 Randomized control trial and 1 systematic review. In first article, the intention-to-treat analysis showed reduced headache frequency and intensity of approximately 50% in all training groups compared with REF at 20-week follow-up (P<0.001). Use of analgesics was lower in the supervised training groups (1WS, 3WS and 9WS), but not in the group with minimal training supervision (3MS), compared with REF at follow-up. In second article, twenty-three patients completed strength training and 21 completed ergonomic and posture correction (perprotocol). No between-group effect was detected, but within groups numerical reductions were noted in both groups from baseline to follow-up. Frequency of TTH in the strength training group decreased by 11% (P=0.041) and duration decreased by10% (P=0.036), while the ergonomic and posture correction group showed a significant reduction in frequency of 24% (P=0.0033) and a decrease in duration of 27% (P=0.041). Third article was a systematic review which found fifteen articles. None of them were classified as low risk of bias according to the Cochrane Collaboration’s tool for assessing risk of bias.
Conclusion : The three studies that have been appraised prove that physical exercise can be effective in reducing symptoms, frequency, intensity of headache also the use of analgesic in workers especially those experienced by office workers. Those exercise is also applicable in workplace setting especially in office workers, although can not be concluded which one is the best.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afany
"Latar belakang. Karakteristik nyeri kepala sangat penting diketahui untuk penegakan diagnosis dan tata laksananya. International headache society (IHS) merekomendasikan headache diary (HD) untuk memantau nyeri kepala serta respons terhadap pengobatan. Headache diary dipercaya sebagai tools untuk pemantauan keberhasilan terapi melalui items pertanyaan dalam HD untuk menilai intensitas, durasi, frekuensi nyeri kepala serta perubahan terapi. HD terdiri dari dua jenis, yaitu media cetak dan elektronik. Namun sejauh ini belum ada perbandingan kegunaan pada kedua jenis HD di Indonesia. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk melihat perbandingan electronic headache diary (EHD) dan paper headache diary (PHD) sebagai instrumen pemantauan nyeri kepala primer. Metode. Studi kohort dengan data sekunder yang diperoleh pada Januari 2023-April 2024 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi pasien nyeri kepala primer yang terindikasi HD. Subjek tidak diberikan pilihan untuk penggunaan jenis media HD. Dilakukan evaluasi HD untuk melihat karakteristik nyeri kepala pada bulan pertama dan bulan kedua. Kemudian dilakukan analisis untuk membandingkan perubahan karakteristik nyeri kepala pada kedua jenis HD. Hasil. Dari 196 subjek (98 menggunakan EHD dan 98 subjek menggunakan PHD), mayoritas adalah perempuan (82,7 % pada EHD dan 90,8% pada PHD), median usia EHD 33 (19-68) tahun dan median usia PHD, yaitu 40 (18-79) tahun, mayoritas memiliki onset kronis (94,9% pada EHD dan 98% pada PHD). Jenis nyeri kepala terbanyak yang terdeteksi di awal pemantauan adalah migren (72,4% pada EHD dan 80,6% pada PHD). Terdapat perbedaan signifikan pada frekuensi dan durasi nyeri kepala pada EHD dan PHD dengan nilai p < 0,01. Sebagian besar subjek pada EHD dan PHD sudah mendapatkan abortif dan sebanyak 32,7% pada EHD dan 45,9% pada PHD sudah mendapatkan terapi profilaksis. Nilai median intensitas nyeri kepala baik pada EHD dan PHD adalah 7. Pada awal dan akhir pemantauan, terdapat perubahan signifikan yang terdeteksi pada EHD dan PHD, yaitu dalam hal intensitas, frekuensi, durasi nyeri kepala serta perubahan terapi profilaksis dengan nilai p < 0,01. Setelah pemantauan dua bulan, didapatkan jumlah subjek EHD yang mengalami perubahan terapi profilaksis lebih sedikit, yaitu 68,4% dibandingkan subjek PHD, yaitu 46,9%. Selisih durasi nyeri kepala yang terdeteksi pada EHD lebih panjang dan detail, yaitu median 4,5 (0-68) jam dibandingkan PHD, yaitu median 2 (0-67) jam. Kesimpulan. Baik EHD maupun PHD dapat mendeteksi perubahan intensitas, frekuensi, durasi nyeri kepala serta perubahan terapi profilaksis secara bermakna. EHD dapat mendeteksi durasi nyeri kepala lebih panjang dan lebih detail dibandingkan PHD. EHD lebih disarankan untuk pemantauan nyeri kepala dengan pola, episode serangan dan faktor pencetus yang bervariasi seperti migren.

Background. The characteristics of headaches are crucial to understand for diagnosis and management. The International Headache Society (IHS) recommends a headache diary (HD) to monitor headaches and the response to treatment. A headache diary is believed to be a tool for monitoring the success of therapy through questions in the HD that assess the intensity, duration, frequency of headaches, and changes in therapy. There are two types of HD, namely printed and electronic. However, so far there has been no comparison of the utility of these two types of HD in Indonesia. This study aims to compare the electronic headache diary (EHD) and the paper headache diary (PHD) as instruments for monitoring primary headaches. Method. A cohort study with secondary data obtained from January 2023 to April 2024 at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. The inclusion criteria in this study included primary headache patients who were indicated for HD. Subjects were not given a choice regarding the type of HD media used. HD evaluations were conducted to observe the characteristics of headaches in the first and second months. Then, an analysis was carried out to compare changes in headache characteristics between the two types of HD. Results. Out of 196 subjects (98 using EHD and 98 using PHD), the majority were female (82.7% in EHD and 90.8% in PHD), with a median age of 33 (19-68) years for EHD and 40 (18-79) years for PHD. The majority had a chronic onset (94.9% in EHD and 98% in PHD). The most common type of headache detected at the beginning of monitoring was migraine (72.4% in EHD and 80.6% in PHD). There were significant differences in the frequency and duration of headaches between EHD and PHD, with a p-value < 0.01. Most subjects in both EHD and PHD had received abortive therapy, and 32.7% in EHD and 45.9% in PHD had received prophylactic therapy. The median headache intensity score for both EHD and PHD was 7. At the beginning and end of monitoring, significant changes were detected in both EHD and PHD in terms of intensity, frequency, duration of headaches, and changes in prophylactic therapy, with a p-value < 0.01. After two months of monitoring, the number of EHD subjects who experienced changes in prophylactic therapy was less, at 68.4%, compared to PHD subjects, at 46.9%. The duration of headaches detected in EHD was longer and more detailed, with a median of 4.5 (0-68) hours compared to PHD, with a median of 2 (0-67) hours. Conclusion: Both EHD and PHD can detect significant changes in the intensity, frequency, duration of headaches, and changes in prophylactic therapy. EHD can detect the duration of headaches more extensively and in more detail compared to PHD. EHD is more recommended for monitoring headaches with varied patterns, attack episodes, and triggering factors such as migraines."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Riyanto Wreksoatmodjo
"Penelitian ini dilakukan pada penderita nyeri kepala menahun/berulang yang datang ke Poliklinik Saraf FKUI/RSCM selama jangka waktu lima bulan untuk mendapatkan
gambaran tentang penderita nyeri Kepala menahun/berulang di tempat tersebut, sekaligus dibandingkan dengan hasil penelitian yang serupa/ hampir serupa di tempat lain.
Penelitian secara kuesioner yang dilakukan atas masing-masing 100 mahasiswa di Jakarta dan.di Medan menghasilkan angka prevalensi migren masing-masing sebesar 4% dan 6% (5). Sedangkan di RS Dr.Soetomo, Surabaya, selama tahun 1984 tercatat 1227 penderita nyeri kepala di antara 6488 penderita baru; 180 di antaranya didiagnosis sebagai migren (6).
Penelitianpun telah banyak dilakukan, baik dari segi epidemiologik, klinik maupun eksparimental, yang semuanya bertujuan untuk lebih memahami penyakit yang sangat umum ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Oktra Saputri
"Nyeri kepala digambarkan sebagai rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada struktur wajah atau tengkorak yang ditemukan pada remaja dengan prevalensi nyeri kepala lebih dari 50%, dan di Indonesia sendiri penelitian mengenai nyeri kepala lebih sering dilakukan pada dewasa, dan jarang ditemukan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik remaja, frekuensi, jenis, dan dampak nyeri kepala pada remaja dengan nyeri kepala. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, dengan jumlah sampel 412 responden, menggunakan sampel acak sederhana, dan accidental sampling, serta analisis univariat dengan aplikasi pengolah data statistik. Hasil penelitian menunjukan nyeri kepala lebih banyak terjadi pada remaja perempuan, dengan frekuensi 1-2 kali sebulan terakhir, kemudian jenis nyeri kepala yang paling sering dialami adalah migrain. Dampak yang dialami remaja akibat nyeri kepala berupa mengalami keterbatasan minimal dalam aktivitas, dan kualitas hidup lebih rendah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat, dan bagi peneliti selanjutnya dapat memberikan dasar untuk penelitian lanjutan. 

Headache is described as pain or discomfort in the structure of the face or skull found in adolescents with a headache prevalence of more than 50%, and in Indonesia alone research on headaches is more often carried out in adults, and rarely found in adolescents. This study aims to identify the characteristics of adolescents, frequency, type, and impact of headaches in adolescents with headaches. This study uses a descriptive research design, with a sample of 412 respondents, using a simple random sample, and accidental sampling, as well as univariate analysis with statistical data processing applications. The results showed that headaches were more common in adolescent girls, with a frequency of 1-2 times in the last month, then the most common type of headache was migraine. The impact experienced by adolescents due to headaches is in the form of experiencing minimal limitations in activities, and lower quality of life. It is hoped that the results of this study can provide information for the community, and for further researchers, it can provide a basis for further research."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Ilona
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan marah dengan pendekatan kognitif perilaku pada penderita nyeri kepala tegang Tension Type Headache . Ditemukan bahwa penderita nyeri kepala tegang memliki kecenderungan menahan emosi marah secara berlebihan. Selain itu, ditemukan bahwa para penderita nyeri kepala tegang berpotensi mengalami penurunan produktivitas dan waktu untuk bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi- eksperimental dalam bentuk within-subject design, dengan satu kelompok partisipan yang terdiri dari 6 subyek. Masing-masing partisipan mengikuti sesi sebanyak lima kali, disertai satu kali pra-sesi dan satu kali sesi post test. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dan kualitatif dari hasil pre-test dan post-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan emosi marah dengan pendekatan kognitif dapat mengurangi gejala nyeri kepala pada penderita Tension Type Headache. Seluruh partisipan menunjukkan pengurangan perilaku menahan marah Anger Expression-In dalam STAXI-2 dan penurunan gejala nyeri kepala secara frekuensi, durasi dan intensitas.

The purpose of this research is to the effect of anger management by using cognitive behavioral approach in Tension Type Headache TTH sufferers. Tension Type Headache sufferers tend to suppress their anger exceedingly. Tension Type Headache also can decreased productivity and amount of time to work the individual who has Tension Type Headache. This research is a form of quasi experiment, one group consists of six participants. Each participants attended five sessions, followed by one pre session and one post test session. After that, the analysis will be done by comparing quantitative and qualitative data from the result of the pre test and post test session. Results suggest that anger management by using cognitive behavioral approach reduced symptoms in Tension Type Headache sufferers. All participant reduced their Anger Expression In STAXI 2 and reported a decreasing in the frequency, intensity and duration of their headaches.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Newanda Mochtar
"ABSTRAK
Latar belakang:Migren adalah serangan nyeri kepala primer, bersifat spesifik,
paroksismal, dengan atau tanpa aura, dengan manifestasi subjektif baik sebelum
maupun sesudah serangan, merupakan nyeri kepala tipe kronik dengan gejala rekurensi,
menyerang usia produktif dan dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja hingga
80%, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup dan kehidupan perekonomian dan
pendidikan secara global yang mengarah kepada kerugian bagi penderita migren dan
institusi tempat penderita migren bersekolah ,bekerja serta dalam kehidupan keluarga
penderita. Dengan tingginya angka prevalensi dan disabilitas pada penderita migren,
dilain pihak sampai saat ini pengobatan yang tepat terhadap migren belum didapatkan
secara maksimal maka diperlukan pendalaman dalam pengobatan maupun pencegahan
migren sangat dibutuhkan., dan sampai saat ini belum didapatkan obat yang pasti, baik
terhadap pencegahan dan pengobatan, sehingga perlu dikembangkan terapi yang dapat
memberikan pertolongan yang lebih akurat pada penderita migren
Tujuan penelitian ini adalah menilai keberhasilan dalam penatalaksanaan migren dalam
mengurangi frekuensi serangan, mengurangi intensitas serangan dan mengurangi durasi
serangan dari minggu ke-0,ke-4 hingga ke-8. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal
dengan kontrol dilakukan terhadap 34 subjek dengan migren yang dialokasikan secara
acak kedalam kelompok manual akupunktur (n=17), serta kelompok medikamentosa
(n=17). Penilaian menilai frekuensi, durasi dan intensitas serangan migren yang dinilai
pada saat sebelum perlakuan, minggu ke-4 dan minggu ke-8 dari baseline. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada
rerata jumlah frekuensi (p=0,040), durasi (p=0,012) dan intensitas (p=0,003) serangan
migren pada minggu ke-4 dibandingkan dengan medikamentosa. Serata terdapat
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pada rerata jumlah jumlah frekuensi
(p=0,029), durasi (p=0,001) dan intensitas (p<0,001) serangan migren pada minggu ke-
8. Kesimpulan: Intervensi akupunktur manual dapat menurunkan frekuensi, durasi dan
intensitas serangan migren lebih baik dibandingkan dengan preventif farmakologi asam
valproat pada minggu ke-4 dan minggu ke-8.

ABSTARCT
Migraine is a primary headache attack, specific, paroxysmal, with or without aura, with subjective manifestations both before and after the attack, a chronic
type of headache with symptoms of recurrence, attacks at productive age and can cause a decrease in work productivity up to 80%, so that it will affect the quality of life, economic life and education globally which leads to losses for migraine sufferers and
institutions where migraine sufferers attend school, work and in the lives of sufferers
families. With the high prevalence and disability rates for migraine sufferers, on the
other hand, the right treatment for migraine has not yet been obtained to the maximum,
it is necessary to deepen the treatment and prevention of migraine is needed, and until
now there has been no definitive cure, both for prevention and treatment, so it is
necessary to develop therapies that can provide more accurate relief for migraine
sufferers. The purpose of this study is to assess the success in managing migraine in
reducing the frequency of attacks, reducing the intensity of attacks and reducing the
duration of attacks from weeks 0, 4 to 8. Methods: A randomized controlled trial with
control was conducted on 34 subjects with migraine who were randomly allocated into
the manual group of acupuncture (n = 17), as well as the medicine group (n = 17). The
assessment of frequency, duration and intensity of migraine attacks assessed at the time
before treatment, at the fourth and eight week from baseline. Results: The results
showed there were significant differences between the two groups in the mean number
of frequencies (p = 0.040), duration (p = 0.012) and intensity (p = 0.003) of migraine
attacks at the fourth week. There were significant differences between the two groups in
the average number of frequencies (p= 0.029), duration (p=0.001) and intensity
(p<0.001) of migraine attacks at the eight week. Conclusion: Manual acupuncture
interventions can reduce the frequency, duration and intensity of migraine attacks
better than the use of valproic acid in the fourth and eight week."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>