Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Toto Suryo Efar
"Latar Belakang: Diagnosis dan tatalaksana osteoartritis lutut sementara ini lebih berfokus pada sendi tibiofemoral dan kesegarisan di bidang tersebut, yang hanya memberikan asosiasi lemah dengan nyeri dan disabilitas. Sementara itu, masih sangat minim studi yang mempelajari kesegarisan patela pada osteoartritis lutut, terutama hubungannya dengan derajat keparahan penyakit secara radiografis, defek kartilago, dan juga nyeri dan disabilitas.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang diikuti oleh pasien RSUPN Cipto Mangunkusumo yang terdiagnosis osteoartritis lutut. Subjek menjalani pemeriksaan radiografis dan magnetic resonance, dari situ dievaluasi kesegarisan patela, grade Kellgren-Lawrence (KL), dan defek kartilago yang dinilai dengan grade International Cartilage Regeneration and Joint Preservation Society(ICRS). Kesegarisan patela dinilai dari sulcus angle(SA), congruence angle(CA), trochlear angle(TA), lateral trochlear inclination(LTI), trochlear depth(TD), bisect offset(BO), patellar displacement(PD), lateral patellar tilt angle(LPTA), dan lateral patellofemoral angle(LPFA).Pasien juga diukur skor WOMAC yang menilai nyeri dan disabilitas.
Hasil: Ditemukan korelasi antaraTA (r = -0,397; p < 0,001), LTI (r = -0,333; p = 0,004), BO (r = 0,268; p = 0,020), dan PD (r = 0,299; p = 0,009) dengan grade KL patelofemoral. TA juga berkorelasi juga dengan grade KL tibiofemoral (r = -0,246; p = 0,033). TA (r = -0,246; p = 0,033) juga berkorelasi dengan grade KL tibiofemoral. Tidak ditemukan parameter kesegarisan patela yang berkorelasi dengan grade ICRS. Sementara itu SA (r = 0,238; p = 0,039), LTI (r = -0,235; p = 0,042), TD (r = -0,374; p = 0,001), BO (r = 0,257; p = 0,026) dan LPTA (r = 0,267; p = 0,021) berkorelasi dengan nyeri. LTI (r = -0,229; p = 0,048), TD (r = -0,251; p = 0,030) dan LPTA (r = 0,314; p = 0,006) berkorelasi terhadap disabilitas.
Kesimpulan: Kesegarisan patela axial berkorelasi dengan keparahan radiografis osteoartritis lutut, tidak hanya pada kompartemen patelofemoral tetapi juga tibiofemoral. Kesegarisan patela juga berkorelasi dengan nyeri dan disabilitas.
......Background: Diagnosis and treatment of knee osteoarthritis has been focused on the tibiofemoral joint and its alignment, even though they provide little contribution to pain and disability. The aim of this study is to evaluate the axial patellar alignment in patients with knee osteoarthritis, especially its association with the radiographic findings, cartilage defect on magnetic resonance, as well as pain and disability.
Methods: Patients with knee osteoarthritis underwent radiographic and magnetic resonance examinations. Patellar alignment was represented by sulcus angle (SA), congruence angle (CA), trochlear angle (TA), lateral trochlear inclination (LTI), trochlear depth (TD), bisect offset (BO), patellar displacement (PD), lateral patellar tilt angle (LPTA), dan lateral patellofemoral angle (LPFA). We evaluated the association between patellar alignment and Kellgren-Lawrence (KL) grade of the radiographs, International Cartilage Regeneration and Joint Preservation Society (ICRS) grade of the cartilage defect on magnetic resonance images, and the Western Ontario and McMaster Universities Arthritis Index (WOMAC) score.
Results: Radiographically, TA  (r = -0,397; p < 0,001), LTI (r = -0,333; p = 0,004), BO (r = 0,268; p = 0,020), and PD (r = 0,299; p = 0,009) were correlated with patellofemoral KL grade. TA was also correlated with tibiofemoral KL grade (r = -0,246; p = 0,033). However, no patellar alignment index was found to be correlated with ICRS grade. Furthermore SA (r = 0,238; p = 0,039), LTI (r = -0,235; p = 0,042), TD (r = -0,374; p = 0,001), BO (r = 0,257; p = 0,026) and LPTA (r = 0,267; p = 0,021) were correlated with pain score in WOMAC. Meanwhile, LTI (r = -0,229; p = 0,048), TD (r = -0,251; p = 0,030) and LPTA (r = 0,314; p = 0,006) were correlated with disability score in WOMAC.
Conclusion: Axial patellar alignment was correlated with radiographic severity of knee osteoarthritis, not only in patellofemoral compartment but also in tibiofemoral compartment. Patellar alignment was also associated with pain and disability."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Eka Widya Saraswati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan asam amino taurin dan korelasinya dengan aktivitas superoksida dismutase pada darah pasien osteoartritis lutut. Pada osteoartritis terjadi ketidakseimbangan antara prooksidan dengan antioksidan sehingga menimbulkan keadaan yang disebut stres oksidatif. Antioksidan enzimatik superoksida dismutase berperan dalam mencegah terjadinya stres oksidatif dengan cara memutus reaksi berantai radikal bebas sejak awal. Superoksida dismutase bekerja dengan cara mengkatalisis superoksida menjadi hidrogen peroksida. Pada osteoartritis diketahui terjadi peningkatan superoksida dan penurunan aktivitas superoksida dismutase. Asam amino taurin merupakan asam amino yang terdapat dalam jumlah tinggi di tubuh namun tidak ikut berperan serta dalam sintesis protein. Asam amino taurin banyak terdapat dalam bahan makanan sumber protein hewani terutama ikan, daging dan hasil laut. Asam amino taurin mempunyai beberapa sifat antara lain sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan kondroprotektif. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang dengan melibatkan 56 subjek OA lutut yang direkrut melalui consecutive sampling. Asupan taurin diambil dengan metode FFQ semikuantitatif. Sampel aktivitas superoksida dismutase diambil dari darah dan diukur menggunakan RANSOD SD 125 dengan metode spektrofotometri. Uji statistik menggunakan uji korelasi dengan SPSS. Rerata usia adalah 50,75 6,17 tahun, sebanyak 89,3 berjenis kelamin perempuan. Median asupan asam amino taurin adalah 59,77 15,96-278,57 mg per hari. Median aktivitas superoksida dismutase adalah 274,97 152,48-360,97 unit/mL dan didapatkan sebanyak 64,3 subjek dengan aktivitas superoksida dismutase yang meningkat. Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif bermakna dengan kekuatan lemah p = 0,034, r = 0,284 antara asupan asam amino taurin dengan aktivitas superoksida dismutase pada pasien osteoartritis lutut. Kesimpulan: asupan asam amino taurin mungkin mempunyai peranan dengan aktivitas superoksida dismutase pada pasien osteoartritis lutut.
The aim of this research was to observe the correlation between taurine amino acid intakes and superoxide dismutase activities on knee osteoarthritis patients. In osteoarthritis there is an imbalance state between pro oxidant and anti oxidant causing oxidative stress. The enzymatic anti oxidant superoxide dismutase plays an important role in stopping the occurrence of oxidative stress by cutting off the free radicals rsquo chain reaction from the beginning. Superoxide dismutase works by catalyzing superoxide into hydrogen peroxide. Osteoarthritis cases are known by the increase of superoxide and the decrease of superoxide dismutase activities. Taurine is an amino acid that is found abundant in human body that does not play a role in protein synthesis reaction. Taurine amino acid is found in several food sources including fish, meat, and seafood. Taurine amino acid has several characteristics including anti oxidant, anti inflammatory, and chondro protective. This study used cross sectional design with 56 knee osteoarthritis subjects recruited through consecutive sampling. Taurine intake was obtained by semiquantitative FFQ method. The superoxide dismutase activity sample was obtained from whole blood and measured using RANSOD SD 125 with spectrophotometric method. The statistical test used correlation test with SPSS. The mean age was 50.75 6.17 years old, with 89.3 of them were females. Median for taurine intakes was 59.77 15.96 ndash 278.57 mg per day. Median for the superoxide dismutase activities was 274.97 152.48 ndash 360.97 unit per ml, and 64.3 of the subjects with increasing superoxide dismutase activity. This research found a positive yet low significant correlation p 0,034, r 0,284 between taurine amino acid intakes and superoxide dismutase activity in patients with knee osteoarthritis. Conclusion The taurine amino acid intake may have a role with the superoxide dismutase activity in patients with knee osteoarthritis."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jun Absa B.
"Pendahuluan : Osteoarthrtis (OA) dideskripsikan sebagai sebuah proses degrasi matriks kartilago yang diikuti dengan ketidakefektifan usaha tubuh dalam memperbaiki. Hilangnya elastisitas pada kartilago dapat menyebabkan hilangnya kemampuan menahan air pada penggunaan beban yang berat. Aktivitas yang terbatas, interaksi sosial yang terbatas, Perubahan lingkungan, dan disfungsi bangun tidur yang selalu menjadi masalah karena nyeri yang muncul. Manajemen nonfarmakologi berupa terapi exercises fisik atau olahraga sangat direkomendasi oleh garis panduan klinis sebagai terapi inti atau managemen utama intervensi pasien dengan Osteoartritis. Perangkat VR salah satu metode pengendalian nyeri yang semakin pepuler. Virtual Reality (VR) adalah perangkat multimedia tiga dimensi yang memungkinkan pengguna untuk terlibat secara aktif di ruang virtual. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian terapi stretching exercise dengan media VR terhadap penurunan Skala Nyeri yang disertai kekakuan pada penderita Osteoarthritis (OA) lutut. Metode : Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen pretest postest dengan randomized control group pre post test design. Sampel penelitian adalah pasien osteoartritis grade 1-3 dengan total 46 responden. Nyeri diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), Kekakuan dengan Western Ontario dan McMaster University Arthritis Index (WOMEC) dan media Virtual Reality (VR) yang mengkombinasikan visual gerakan stretching exercises lutut. Hasil : Rerata skor nyeri pada kelompok intervensi menurun dari 5,39 menjadi 3,35 skor kekakuan pada kelompok intervensi menurun dari 6,91 menjadi 5,35. skor kekakuan pada kelompok intervensi menurun dari 6,91 menjadi 5,35. Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh yang signifikan intervensi stretching exercises melalui VR terhadap nyeri dan kekakuan (p=< 0.00; α < 0,05 ). Kesimpulan : Penalitian ini menunjukkan bahwa stretching exercises dengan menggunakan media VR memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri dan kekakuan pada pasien Osteoartritis lutut.
......Introduction : Osteoarthritis (OA) is described as a process of degradation of the cartilage matrix followed by the ineffectiveness of the body's efforts to repair it. Loss of elasticity in cartilage can cause loss of water holding ability when using heavy loads. Limited activities, limited social interactions, environmental changes, and sleep-wake dysfunction are always problems because of the pain that appears. Non-pharmacological management in the form of physical exercises or sports therapy is highly recommended by clinical guidelines as core therapy or main intervention management for patients with osteoarthritis. VR devices are one method of pain control that is becoming increasingly popular. Virtual Reality (VR) is a three-dimensional multimedia device that allows users to actively engage in virtual spaces. Objective: This study aims to identify the effectiveness of providing stretching exercise therapy using VR media to reduce the pain scale accompanied by stiffness in sufferers of knee osteoarthritis (OA). Method : This research method is a quasi-experimental pretest posttest with a randomized control group pre-post test design. The research sample was osteoarthritis patients grade 1-3 with a total of 46 respondents. Pain was measured using the Numeric Rating Scale (NRS), Stiffness with the Western Ontario and McMaster University Arthritis Index (WOMEC) and Virtual Reality (VR) media which combines visual knee stretching exercises. Results: The mean pain score in the intervention group decreased from 5.39 to 3.35. The stiffness score in the intervention group decreased from 6.91 to 5.35. Stiffness scores in the intervention group decreased from 6.91 to 5.35. The statistical test results showed that there was a significant effect of stretching exercises intervention via VR on pain and stiffness (p=<0.00; α <0.05). Conclusion: This research shows that stretching exercises using VR media have a significant effect on reducing pain and stiffness in knee osteoarthritis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Luhur Setyani
"Latar Belakang: Perlu untuk dilakukan uji kepekaan pengukuran sudut femorotibial
dengan foto polos dalam mendeteksi OA lutut dengan memanfaatkat MRI untuk
pemastian hasil pemeriksaan OA lutut dengan pengukuran sudut femorotibial maupun
dengan metoda Kellgren-Lawrence. Selain sebagai pemastian diagnosa OA lutut,
pemeriksaan MRI akan memberikan tambahan informasi mengenai pola kerusakan
dari lutut khususnya kartilago.
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi diagnostik dengan disain potong
lintang, pada sebanyak 67 lutut dari 34 orang penderita OA lutut dimana dilakukan
pemeriksaan foto polos lutut AP berdiri dan lateral serta MRI lutut potongan koronal
dan sagital dengan teknik gradient echo (GEFl,Tl-7 ms).
Hasil: Terdapat derajat ringan dengan penilaian Kellgren-Lawrence lama pada 13
lutut (19,4%), 8 lutut (11,9%) dengan Kellgren-Lawrence baru, 5 lutut (7,5%) dengan
MRI derajat sedang didapatkan pada 28 lutut (41,8%) Kellgren-Lawrence lama, 21
lutut (31,1%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 25 lutut (37,3%) dengan MRI.
Derajat berat didapatkan pada 24 lutut (35,8%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 29
lutut (43,3%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 27 lutut (40,3%) dengan MRI.
Derajat berat sekali didapatkan pada 2 lutut (3%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 9
lutut (13,4%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 10 lutut (14,9%) dengan MRI.
Terdapat perbedaan bermakna antara metoda Kellgren-Lawrence konvensional dan Kellgren-Lawrence baru, serta antara metoda KeUgren-Lawience lama dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p<0.005).
Terdapat kesesuaian antara derajat OA lutut dengan metoda Kellgren-Lawrence yang ditambahkan komponen pengukuran sudut femorotibial dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p>0.005).
Kesimpulan: Penambahan komponen pengukuran sudut femorotibial pada Kellgren-Lawrence dapat meningkatkan kepekaan dalam menilai derajat osteoartritis lutut."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merie Octavia
"Cedera MCL menjadi sumber nyeri yang sering dijumpai pada OA lutut kompartemen medial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi kombinasi laser-elastic taping terhadap skor nyeri dan kecepatan berjalan pasien OA lutut dengan cedera MCL non traumatik. Studi double blind, randomized controlled trial ini dilakukan dua kali seminggu selama empat minggu. Skor nyeri diukur dengan VAS dan kecepatan berjalan diukur dengan lintasan 15 meter. Pengukuran outcome dilakukan sebelum penelitian, minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat. Total 30 subjek dibagi menjadi dua kelompok, 15 kelompok perlakuan dan 15 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapat terapi LLLT dan elastic taping tarikan 75% sedangkan kelompok kontrol mendapat terapi LLLT dan sham taping tanpa tarikan. Kedua kelompok diberikan logbook latihan penguatan di rumah. Hasil penelitian terdapat perbedaan bermakna secara statistik skor VAS antar kelompok (p= 0,015) pada minggu keempat. Tidak ditemukan perbedaan bermakna kecepatan berjalan antar kelompok (p= 0,395). Skor VAS dan kecepatan berjalan pada masing-masing kelompok mengalami perbaikan dan secara statistik bermakna. Kombinasi LLLT-elastic taping dengan atau tanpa tarikan dapat mengurangi nyeri dan memperbaiki kecepatan berjalan pasien OA lutut dengan cedera MCL non traumatik. Kelompok LLLT-elastic taping lebih unggul mengurangi nyeri dibandingkan LLLT-sham taping setelah empat minggu.
......Injury to periarticular structures, namely Medial Collateral Ligament (MCL) sprain is a common cause of pain in medial compartment knee osteoarthritis (OA). This study aims to see the effect of combined LLLT laser therapy and elastic taping in the MCL area on improvement of pain scores and gait speed. This study is a double-blind, randomized controlled trial in patients with knee OA with non-traumatic MCL sprain confirmed by knee ultrasonography. The study was conducted twice a week for four weeks. The pain score was measured with a VAS score and gait speed was measured on a 15-meter track. Outcome measurements were carried out before the study (baseline), during the first, second, third, and fourth weeks. A total of 30 subjects were divided into two groups, 15 in the treatment group (group A) and 15 in the control group (group B). Group A was given LLLT therapy and elastic taping with 75% tension, while group B was given LLLT and sham taping without tension. Both groups were given a logbook for home program strengthening exercises. The results showed that there was a statistically significant difference in the VAS score between group A and group B (p = 0.015) in the fourth week. There was no significant difference in walking speed between groups (p = 0.395). The VAS score and walking speed in each group improved and were statistically significant. The combination of LLLT and elastic taping with or without tension can reduce pain and improve walking speed in knee OA patients with non-traumatic MCL sprain. After four weeks, the LLLT and elastic taping group were superior in reducing pain compared to the LLLT and sham taping group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sheena R Angelia
"Osteoartritis OA adalah penyakit sendi kronis yang merupakan penyebab utama disabilitas menahun di dunia saat ini. Salah satu faktor yang berperan penting dalam patogenesis OA adalah terjadinya stres oksidatif berlebih, yang menginduksi kerusakan kondrosit akibat dan ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid MDA . Asam lemak omega-3 memiliki peran dalam menghambat terjadinya stres oksidatif, namun sebaliknya asam lemak omega-6 memiliki fungsi yang berlawanan. Kedua asam lemak ini bersifat esensial di dalam tubuh, dan kadarnya ditentukan oleh asupan dari bahan makanan sumber. Rasio antara asupan asam lemak omega-6/omega-3 yang optimal dapat mengurangi terjadinya stres oksidatif dalam tubuh. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 terhadap kadar MDA plasma pada pasien OA lutut. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, dilakukan di poli ortopedi RS Bhayangkara Tk I RS. Sukanto dan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, terhadap pasien OA lutut derajat 2-4, berusia 40-60 tahun, pada bulan April-Mei 2018. Asupan asam lemak omega-3 dan omega-6 untuk 1 bulan ke belakang didapatkan dengan menggunakan semi-quantitative food frequency questionnaire. Besarnya rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 dihitung dengan cara membagi rata-rata asupan harian asam lemak omega-6 total dengan rata-rata asupan harian asam lemak omega-3 total. Kadar MDA plasma diukur dengan metode spektrofotometri. Dari 57 subjek yang mengikuti penelitian, didapatkan rerata usia 50 tahun, sebanyak 87,7 adalah subjek perempuan, serta sebagian besar 89,5 masuk dalam kategori obesitas. Persentase asupan kedua asam lemak masih kurang bila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi AKG , dengan nilai tengah asupan asam lemak omega-3 total subjek adalah 0,864 0,351-2,200 g/hari, sedangkan asupan asam lemak omega-6 total sebesar 6,830 3,066-19,110 g/hari. Didapatkan rerata rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 yaitu 8,8:1, dan rerata kadar MDA plasma pada subjek sebesar 0,773 0,199 nmol/mL. Setelah mengontrol faktor usia, IMT dan skor aktivitas fisik dengan uji regresi linear ganda, didapatkan hasil setiap kenaikan 1 unit rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 dapat meningkatkan kadar MDA plasma sebesar 0,023 nmol/mL = 0,023, 95 CI = 0,004 ndash; 0,042, p = 0,017 . Rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 yang tinggi berhubungan dengan peningkatan kadar MDA plasma pada pasien OA lutut derajat II-IV. Oleh karena itu diperlukan edukasi untuk mendapatkan rasio yang optimal sehingga dapat mecegah peningkatan progresivitas OA lutut.

Osteoarthritis OA is a chronic disease characterized by joint pain, and is a major cause of disability in the patient. One of several factors in the pathogenesis of OA is the generation of oxidative stress, inducing chondrocytes apoptosis due to lipid peroxidation, characterized by the increasing of malondialdehyde MDA level. Omega 3 fatty acids have role in inhibiting the oxidative stress, meanwhile omega 6 hold contradicting role. Both fatty acids are essential in human body, and their levels are determined by the intake from the food sources. The omega 6 omega 3 ratio should be optimal in order to reduce the oxidative stress. This study aims to investigate the association between the ratio of omega 6 omega 3 fatty acids intake to MDA plasma level in patients with knee OA. This was a cross sectional study, conducted at orthopedic clinic at Bhayangkara RS. Sukanto Hospital and Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, in patients with II IV grade Kellgren Lawrence of knee OA, aged between 40 60 years. The 1 month history of omega 3 and omega 6 intake was obtained by using semi quantitative food frequency questionnaire. The omega 6 omega 3 ratio was calculated by dividing the average daily intake of total omega 6 fatty acids by the average daily intake of total omega 3 fatty acids. The MDA plasma level was measured by spectrophotometry method. Of 57 subjects participated, the mean age was 50 years, 87,7 were female, and mostly 89,5 were obese. The percentage of both fatty acids intake was below the Recommended Dietary Allowance RDA , the median for omega 3 and omega 6 intake were 0,864 0,351 2,200 g day and 6,830 3,066 19,110 g day. Thus the ratio of omega 6 omega 3 intake was 8,8 1, and the mean MDA plasma level was 0,773 0,199 nmol mL. The age, BMI, and physical activity score variables were then controlled through multiple linear regression test. The results found were the increase of 1 unit of omega 6 omega 3 intake ratio would increase MDA level of 0,023 nmol mL 0,023, 95 CI 0,004 ndash 0,042, p 0,017 . A high ratio of omega 6 omega 3 intake is associated with elevated plasma MDA level in knee OA patients. Therefore, a subsequent education is necessary in achieving optimal ratio thus prevent the progressivity of knee OA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Puspita Dewi
"

Latar Belakang : Osteoartritis lutut merupakan artritis tersering menyebabkan disabilitas. MagneticResonance Imaging (MRI) adalah modalitas pilihan untuk evaluasi struktur intraartikular terutama kartilago. Pengukuran nilai waktu relaksasi T2 pada sekuen T2 mapmendeteksi penurunan proteoglikan dan perubahan awal biokimia kartilago pada osteoartritis, namun pemeriksaan ini membutuhkan perangkat lunak. Sistem semi kuantitatif MagneticResonance Imaging Osteoartritis Knee Score (MOAKS) dapat mengevaluasi tujuh aspek lutut pada osteoartritis dengan menggunakan protokol rutin MRI. Terapi sel punca mesenkimal asal tali pusat meregenerasi kartilago dan menghambat proses inflamasi pada osteoartritis lutut.  Tujuan :  Mengetahui korelasi nilai waktu relaksasi T2 dan nilai skor MOAKS pada osteoartritis pra dan pasca terapi implantasi sel punca Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder pada osteoartritis lutut derajat Kellgren Lawrence satu hingga empat. Sampel penelitian adalah 63 lutut pra dan 47 lutut pasca implantasi sel punca. Menganalisis nilai MOAKS dengan sekuens proton density (PD), T2 fat saturated, T1W dan T1 fat saturated pada 14 subregio lutut Pengukuran nilai relaksasi T2 dengan sekuens T2 map pada 12 subregio lutut.  Hasil : Korelasi sedang antara nilai waktu relaksasi T2 dan nilai MOAKS pra sel punca (Ï? : 0,4, p: 0,001) dan korelasi lemah (Ï?: 0,22, p: 0,142) `pasca terapi sel punca. Korelasi kuat pada derajat osteoartritis Kellgren Lawrence dan nilai MOAKS pada pra (Ï?: 0,68, p: 0,000)  dan pasca terapi sel punca (Ï?: 0,71, p: 0,000).Simpulan: Sistem semi kuantitatifMOAKS dapat digunakan untuk diagnosis osteoartritis tapi tidak untuk evaluasi pasca terapi. Kellgren Lawrence berpotensi memprediksi lesi intraartikular.


Background : Knee osteoarthritis is the leading cause of dysability.  MRI is the modality of choice for evaluating intra- articular structure, specifically cartilage in osteoarthritis. T2 Relaxation time of T2 maps sequence can detect decrease of proteoglycan and early biochemical changes in osteoarthritic cartilage, but it needs special software. Magnetic Resonance Imaging Osteoartritis Knee Score (MOAKS), a semiquantitative system can evaluate seven aspects of osteoarthritic knee with routine protocol sequence. Mesenchymal stem cell from umbilical cord can  regenerate cartilage and inhibit inflammation process. Objective : ToDetermine the correlation between MOAKS and T2 relaxation time of knee osteoarthritis before and  after implantation of stem cell . Methods : This study used cross sectional design with secondary data on knee osteoartrthritis classified as Kellgren Lawrence grade one to four.  The study included 63 knees before and 47 knees after implantation of stem cell. MOAKS was analized  with proton density (PD), T2 fat saturated, T1W dan T1 fat saturated sequence on 14 sub-region and T2 relaxation time was calculated with T2 map sequens on 12 sub-region. Result : We foundModerate correlation between MOAKS and T2 relaxation time of knee osteoarthritis before implantation (Ï? :0,4, p :0,001). and weak corellation after implantation of stem cell (Ï?: 0,22, p: 0,142). We also found strong corellation between  Kellgren Lawrence grading of osteoarthritis and MOAKS before (Ï?: 0,68, p: 0,000)  and after implantation of stem cell (Ï?: 0,71, p: 0,000). Conclusion :MOAKS, asemiquantitative system can be used  to diaognose osteoarthritis but not reliable for post treatment evalution. Kellgren Lawrence grading has potential to predict intra articular lesion. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuri Annisa Iqbal
"Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan kondisi degeneratif sendi kronis yang umum terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Nyeri adalah gejala predominan OA yang memengaruhi kualitas hidup pasien. Penyebab OA bersifat multifaktorial dan berat badan berlebih ataupun obesitas merupakan faktor risiko OA yang dapat diubah dan paling berpengaruh. OA bersifat nonreversibel sehingga tata laksananya saat ini berfokus pada manajemen rasa nyeri yang ditimbulkan. Penelitian ini utamanya bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan nyeri lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis genu. Metode Penelitian ini dilakukan dengan desain studi potong lintang analitis. Populasi penelitian merupakan pasien obesitas dengan osteoartritis lutut di Indonesia. Data subjek penelitian didapatkan dari rekam medis pasien yang menjalani rehabilitasi di Poli Rehabilitasi Medik RSCM. Hasil data dianalisis dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk uji normalitas data. Analisis hubungan variabel dilakukan dengan menggunakan uji Spearman. Hubungan dinyatakan bermakna apabila p<0.05. Hasil Hubungan indeks massa tubuh dengan nyeri lutut memiliki nilai p<0.001 dan nilai r=0.457. Kesimpulan Rerata indeks massa tubuh pasien obesitas dengan osteoartritis genu Poli Rehabilitasi Medik RSCM adalah 30.17 kg/m2. Rerata skor nyeri lutut yang dialami pasien adalah 3.9 dengan semua pasien mengalami nyeri. Terdapat hubungan bermakna antara indeks massa tubuh dan nyeri lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis genu.
......Introduction Osteoarthritis (OA) is a common chronic degenerative joint condition that occurs worldwide, including in Indonesia. Pain is the predominant symptom of OA that affects the quality of life of patients. The causes of OA are multifactorial, and excess body weight or obesity is a modifiable and influential risk factor for OA. OA is nonreversible, so current management focuses on addressing the pain it causes. The main aim of this study is to determine the relationship between body mass index and knee pain in obese patients with knee osteoarthritis. Method This research was conducted with an analytical cross-sectional study design. The study population consisted of obese patients with knee osteoarthritis in Indonesia. Subject data were obtained from the medical records of patients undergoing rehabilitation at the Medical Rehabilitation Clinic of RSCM. Data results were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test for data normality. Variable relationships were assessed using the Spearman test. The relationship was considered significant when p<0.05. Results The relationship between body mass index and knee pain has a p-value of <0.001 and an r-value of 0.457. Conclusion The mean body mass index of obese patients with knee osteoarthritis at the Medical Rehabilitation Clinic of RSCM is 30.17 kg/m2. The mean knee pain score experienced by patients is 3.9, with all patients experiencing pain. There is a significant relationship between body mass index and knee pain in obese patients with knee osteoarthritis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 20023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Noor Adiba
"Tesis ini disusun untuk menilai pengaruh latihan penguatan otot abduktor dan/atau adduktor panggul bersama otot kuadrisep terhadap kapasitas fungsional dan performa fisik pasien osteoatritis (OA) lutut dengan metode evidence-based case report (EBCR). Metode penelitian EBCR adalah metode pelaporan sebuah masalah klinis dengan pendekatan berbasis bukti. Pencarian literatur dilakukan pada Cochrane, Pubmed, Scopus, Science direct, Oxford Academic dan Sage Journals sesuai dengan pertanyaan klinis. Seleksi judul dan abstrak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, penyaringan ganda dan pembacaan jurnal secara menyeluruh menghasilkan dua buah artikel. Dilakukan metaanalisis kedua jurnal yang ditemukan dengan menilai kualitasnya berdasarkan validitas, kepentingan dan aplikabilitasnya. Dari hasil metaanalisis didapatkan bahwa pada pasien OA lutut yang mendapatkan latihan penguatan otot abduktor bersama dengan kuadrisep memiliki kemampuan berjalan yang lebih baik dibandingkan dengan yang hanya melakukan penguatan otot kuadrisep. Dan pada analisa sub-grup didapatkan luaran yang lebih baik pada kelompok penguatan otot abduktor bersama dengan kuadrisep terhadap skala nyeri, kapasitas fungsional yang dinilai dari Western Ontario and McMaster University OA Index (WOMAC) dan performa fisik yang dinilai dengan uji timed up and go (TUG) dan uji jalan 15 meter. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan penguatan otot abduktor yang dikombinasikan dengan latihan penguatan otot kuadrisep dapat meningkatkan kapasitas fungsional dan performa fisik pasien OA lutut.
......This thesis is design to determine the effect of combining hip abductor and/or adductor muscle strengthening with quadriceps muscle on the functional capacity and physical performance of knee osteoarthritis (OA) patient with evidence-based case report (EBCR) method. EBCR is a clinical case report with evidence-based approach method. Literature searching was conducted on Cochrane, PubMed, Scopus, Science direct, Oxford Academic dan Sage Journals on clinical query. The screening of title and abstract using inclusion and exclusion criteria, double filtering, and full text reading led to two suitable articles. From meta-analysis of these journals, the validity, importance and applicability were appraised. The result shows that strengthening of hip abductors muscle along with quadriceps muscle in patient with knee osteoarthritis have better walking ability than the quadriceps muscle strengthening only. Sub-group analysis also shows better outcome such improvement of pain scale, functional capacity assessed by Western Ontario and McMaster University OA Index (WOMAC) and physical performances assessed with timed up and go test and 15-meter walking test. Conclusion of this study is strengthening exercise of hip abductors muscle along with quadriceps muscle can improve functional capacity and physical performance in patient with knee OA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Binar Sasono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas latihan terprogram dengan telerehabilitasi di rumah pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut terhadap skor visual analogue scale, indeks massa tubuh dan WOMAC. Penelitian ini adalah penelitian pre-post study pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Subjek penelitian melakukan serangkaian program latihan di rumah selama 28 hari. Sebelum program, terdapat penilaian awal dari psikolog dan ahli gizi. Selama program, terdapat teleedukasi, telemonitoring dan telekonsultasi dari dokter. Jumlah subjek penelitian sebesar 26 subjek perempuan. Skor visual analogue scale mengalami penurunan signifikan secara statistik pada setiap minggunya, hingga akhir minggu keempat dibandingkan dengan sebelum intervensi (p<0,001). Skor indeks massa tubuh mengalami penurunan signifikan secara statistik pada akhir minggu keempat dibandingkan dengan sebelum intervensi (p<0,001). Skor WOMAC mengalami penurunan signifikan secara statistik pada akhir minggu keempat dibandingkan dengan sebelum intervensi (p<0,001). Analisis lebih lanjut pada seluruh komponen WOMAC pada kelompok intervensi meliputi nyeri, kaku dan fungsi fisik juga menunjukkan penurunan yang signifikan secara statistik (p<0,001). Latihan terprogram dengan telerehabilitasi di rumah terbukti secara statistik menurunkan skor visual analog scale, indeks massa tubuh dan WOMAC pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut.
......This study aims to determine the effectiveness of programmed exercise with telerehabilitation at home in obese patients with knee osteoarthritis on visual analogue scale scores, body mass index and WOMAC. This research is a pre-post study in obese patients with knee osteoarthritis. Research subjects performed a series of exercise programs at home for 28 days. Before the program, there is an initial assessment from a psychologist and nutritionist. During the program, there is teleeducation, telemonitoring and teleconsultation from doctors. The number of research subjects was 26 female subjects. Visual analogue scale scores decreased statistically significantly every week, until the end of the fourth week compared to before the intervention (p<0.001). Body mass index scores decreased statistically significantly at the end of the fourth week compared to before intervention (p<0.001). WOMAC scores decreased statistically significantly at the end of the fourth week compared to before intervention (p<0.001). Further analysis of all WOMAC components in the intervention group including pain, stiffness and physical function also showed a statistically significant decrease (p<0.001). Programmed exercise with telerehabilitation at home has been statistically proven to reduce visual analog scale scores, body mass index and WOMAC in obese patients with knee osteoarthritis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>