Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadiastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Walaupun sudah banyak kemajuan yang dicapai negara kita salama 15 tahun terakhir ini, tarnyata situasi/keadaan anak-anak masih cukup muram terutama dalam bidang pendidikan. Masih banyak anak-anak usia sakoiah yang tidak bersekolah karana kesulitan dana atau sabab lainnya.

Kebijaksanaan yang diambil pamerintah untuk mangatasai masalah dalam bidang pandidikan ini antara lain dengan dicanangkannya program wajib balajar, suatu langkah besar dalam usaha mencerdaskan bangsa. Namin tarnyata dunia pendidikan tidak hanya sekadar mengajak anak-anak agar mereka mau sekolah; melainkan menyangkut pula sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti buku tulis, pensil, pakaian seragam, dan Iain-lain. Hal tersebut tidak selalu dimiliki oleh anak didik dan manjadi penghambat bagi anak-anak untuk bersekolah.

Untuk mangatasi masalah tersebut pemerintah kemudian mencanangkan gerakan orangtua asuh. Dalam konsepsi orangtua asuh ini lebih diutamakan untuk membiayai pendidikan anak-anak kurang mampu, terutama meraka yang belum pernah bersekolah. Dengan demikian konsapsi orangtua asuh marupakan motif kemanusiaan untuk melicinkan jalan bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan dan kebodohan karena semakin tinggi pendidikan yang dicapai seseorang semakin tinggipula kasempatan yang dicapainya, sahingga wajarlah pendidikan dianggap sebagai salah satu unsur penentu terhadap kesejahteraan seseorang.

Dalam mernberikan bantuan biaya pendidikan tersebut orangtua asuh tidak memperoleh hak-hak atupun manfaat dari perjanjian yang ia adakan. Demikian pula dengan pihak anak asuh, si anak asuh tidak dibebani dengan kewajiban-kewajiban sebagai kebalikan daripada hak-hak yang mereka peroleh sebagai anak asuh. Hubungan antara orangtua asuh dan anak asuhnya hanyalah terbatas pada pemberi bantuan dan penerima bantuan belaka.

Oleh karena gerakan orangtua asuh ini bersifat kemanusiaan sehingga tidaklah dipandang perlu untuk mengatur sanksi-sanksi terhadap orangtua asuh maupun terhadap anak asuh. Namun bagi pihak pengelola dana orangtua asuh, walaupun tidak diatur sanksi-sanksi secara tegas, namun apabila mereka menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya itu maka mereka akan dikenakan sanksi sebagai pegawai negeri.

Oleh karena itu sebaiknya dimungkinkan adanya hubungan antara orangtua asuh dengan anak asuhnya, dengan adanya hubungan ini orangtua asuh dapat mengontrol langsung bantuannya, apakah bantuan tersebut benar-benar sampai kepada anak asuh dan dipergunakan untuk tujuan pendidikan atau sebagai kontrol terhadap kebocoran dalam pengalolaan dan penggunaan yang tidak semestinya dari uang pendidikan tersabut.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mudya Johanna
Abstrak :
Berat badan saat lahir merupakan salah satu prioritas kesehatan masyarakat, dan meskipun telah adanya upaya yang berkelanjutan untuk memperkuat komitmen nasional, kemajuan dalam mengurangi berat badan lahir rendah secara global mengalami stagnasi. Pendidikan ibu sebagai penentu utama kesehatan anak, terutama bayi baru lahir, terus melemah sehingga membuka peluang asosiasi dengan tren demografi lainnya. Menggunakan metode regresi logistik biner multilevel, penelitian ini mengkuantifikasi pendidikan orangtua berdasarkan teori assortative mating pada level individu dan faktor kontekstual pada level komunitas yang tidak diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesamaan pendidikan orangtua khususnya di perguruan tinggi (homogami perguruan tinggi) menurunkan kecenderungan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan homogami pendidikan rendah meningkatkan kecenderngan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Selain itu, ketidaksamaan pendidikan orangtua, terutama pada ibu yang berpendidikan tinggi (hipogami), meningkatkan kecenderungan lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah. Pemberian bantuan langsung tunai kepada ibu hamil, peningkatan kualitas pendidikan, perluasan cakupan manfaat kunjungan prenatal yang bersifat preventif, dan penekanan peran suami/pasangan dalam periode prenatal penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan bayi saat lahir. ......Weight at birth has been recognized as a public health priority. Despite of ongoing efforts to strengthen national commitments, progress in reducing low birth weight has been globally stagnant. Maternal education as the main determinant of child health, especially newborns, continues to weaken, thus opening up opportunities for association with other demographic trends. Using the multilevel binary logistic regression method, this study quantified parental education based on the theory of assortative mating at the individual level and contextual factors at the community level. The results showed that the similarity of parental education, especially in higher education (homogamy of higher education), decreased the probability to give birth to babies with low birth weight, while homogamy of lower education increased the probability to give birth to babies with low birth weight. In addition, the inequality of parental education, especially when mother has higher education (hypogamy), increases the probability to birth babies with low birth weight. Through interventions that utilising cash transfer directly to pregnant women, improving the quality of education, utilizing the scope of benefits from preventive prenatal visits, and emphasizing the role of husband/ partner in the prenatal period is important to increase the infant health at birth.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
hapus3
Abstrak :
Latar Belakang : Obesitas memiliki dampak terhadap tumbuh kembang anak, dan obesitas masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa serta potensi komplikasi akibat obesitas. Hingga saat ini, belum terdapat data baik mengenai prevalens obesitas pada murid TK maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain tingkat pendidikan orangtua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalens obesitas pada anak taman kanak-kanak dan mengetahui hubungannya dengan tingkat pendidikan orangtua. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang. Sampel diambil secara all sampling. Pada subyek dilakukan pengukuran tinggi dan berat badan, dan diberikan kuesioner untuk menilai faktor risiko. Hasil : Prevalens obesitas pada murid taman kanak-kanak didapatkan sebesar 28,1%, dan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p=0,01; RO: 9,435 (1,198-74,290)) antara obesitas anak dengan tingkat pendidikan ibu. Kesimpulan: Prevalens obesitas pada penelitian ini meningkat bila dibandingkan dengan angka pada SUSENAS 1995. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prevalens obesitas. ......Backgrounds: Obesity has an impact on children?s growth and development and childhood obesity has a high risk of becoming adulthood obesity and its complications. There hasn?t been any data published that reported either on the prevalence of obesity among kindergarten students nor factors contributing to it (e.g. parental education). This research was conducted to figure out the prevalence of obesity among kindergarten students and its relation to parental education. Methods: This research is a cross-sectional study. Height and weight measurements were performed to subjects, and then questionnaires were given to asses the risk factors. Results: Prevalence of obesity among kindergarten students is 28,1% and there is statistically significant relation (p=0,01; RO: 9,435 (1,198-74,290)) between childhood obesity and maternal education. Conclusions: In this study, prevalence of obesity is greater than that of 1995 SUSENAS. There is a relation between obesity and maternal education.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09052fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mathilda Albertina
Abstrak :
Latar Belakang: Pada tahun 2001-2005, angka kejadian penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi meningkat. Berdasarkan data WHO-UNICEF, angka kelengkapan imunisasi, yang digambarkan dengan cakupan imunisasi campak, adalah 78% di tahun 2005. Namun, angka cakupan imunisasi campak belum tentu tepat dalam menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar. Tujuan: Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar, alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar, karakteristik orangtua (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga), pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi, dan hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode: Penelitian cross-sectional dengan wawancara melalui kuesioner pada orang tua yang membawa anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RS. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 04-14 Maret 2008. Hasil: Dari 76 sampel, 65,8% anak balita memiliki status imunisasi dasar yang lengkap dan 34,2% lainnya tidak lengkap. Jenis imunisasi yang paling banyak tidak lengkap adalah hepatitis B (17,1%). Alasan ketidaklengkapan imunisasi antara lain anak sakit (66,7%), orangtua tidak tahu jadwal imunisasi (18,5%), vaksin habis (7,4%), orangtua lupa (3,7%), dan tidak ada Pekan Imunisasi Nasional (3,7%). Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita. Kesimpulan: Kelengkapan imunisasi dasar anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RSCM adalah 65,8%. Ketidaklengkapan imunisasi paling banyak disebabkan karena anak sakit (66,7%). Tidak didapatkan hubungan antara faktor orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RSCM. ......Introduction: From the year 2001 to 2005, number of vaccine-preventable diseases was increased. According to WHO-UNICEF, this number, which regards the coverage of measles immunization, is 78% in 2005. However, the coverage number of measles immunization does not necessarily accurate in representing the number of complete basic immunization. Objective: To explore complete of basic immunization on children under five year old at Pediatric Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), the underlying reasons of incomplete basic immunization, parent's characteristics (educational background, occupation, family income, knowledge and attitude toward immunization) and relationship between parent's characteristic and the completeness of basic immunization. Method: Cross-section study with questionnaire guided interview to parents who brought underfive children to pediatric clinic in Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSCM) on 04?14 March 2008. Result: From 76 samples, 65,8% children have complete basic immunization and 34,2% others have incomplete basic immunization. The most incomplete type of immunization is Hepatitis B (17,1%).The reasons for these children to have incomplete basic immunization were due to sickness occuring concurrently with the immunization schedule (66.7%), parents' unawareness of the immunization schedule (18.5%), insufficient amount of vaccine supply (7.4%), parents not recalling of giving their children immunization (3.7%), and the absence of National Immunization Week or PIN (3.7%). There is no statistically significant relationship between the parent's educational background, occupation, family income, knowledge and attitude toward immunization and complete of basic immunization on children under age five at RSCM's Pediatric Clinic. Conclusion: Complete basic immunization on children under five years old at RSCM's Pediatric Clinic reached 65.8%. The reason of incomplete basic immunization was mostly due to sickness happening concurrently with the immunization schedule (66.7%). There was no relation between parent's characteristisc and the completeness of basic immunization on children under age five at RSCM's Pediatric Clinic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Febriana
Abstrak :
Latar belakang: Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk mencegah terjangkitnya penyakit infeksi. Program imunisasi di Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1977. Namun, berdasarkan data tahun 2001-2005 kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi justru mengalami peningkatan. Sedangkan data mengenai cakupan imunisasi sendiri di Indonesia belum begitu jelas. Menurut WHO-UNICEF, angka cakupan imunisasi campak, yang biasa dipakai untuk menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar adalah 78% di tahun 2005. Tetapi angka cakupan imunisasi campak ini belum tentu dapat menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar yang sebenarnya. Tujuan penelitian: untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita, alasan bila terjadi ketidaklengkapan imunisasi dasar, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan hal tersebut di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta. Metode: Penelitian potong lintang dengan subjek orangtua yang memiliki anak balita berumur 1-5 tahun yang berkunjung ke poli anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta pada tanggal 4-8 Maret 2008. Pengambilan data menggunakan metode kuesioner yang diisi langsung oleh responden atau melalui metode wawancara. Hasil: Angka kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita yang berkunjung ke poli anak RSUD Tarakan yaitu 43,4%. Jenis imunisasi yang memiliki angka ketidaklengkapan tertinggi yaitu hepatitis B (31,6%) dan DTP (44,7%). Besarnya angka ketidaklengkapan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain lupa, ketidaktahuan jadwal imunisasi, dan takut akan efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan orangtua (ayah dan ibu), pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga per bulan, pengetahuan dan sikap terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita. Kesimpulan: Persentase kelengkapan imunisasi pada anak balita yang berkunjung ke poli anak RSUD Tarakan yaitu 43,4 %. Tidak terdapat determinan yang berhubungan dengan persentase kelengkapan imunisasi.
Background: Immunization is an effective way to prevent vaccine preventable diseases. In Indonesia, immunization program has been done since 1977. But, based on the data from 2001-2005,the incidence of vaccine preventable diseases increased. There have not been some definite data on the number of complete basic immunization in Indonesia. Based on WHO-UNICEF, this number, which regarded the coverage of measles immunization was 78% in 2005. However, the coverage number of measles immunization didn't necessarily accurate in representing the number of complete basic immunization. Objectives: to explore the coverage complete of basic immunization in underfive children, the underlying reason of incomplete basic of immunization, and its related factors in Tarakan Hospital, Jakarta. Methode: cross-sectional study, with questionnaire guided interview to parents who brought underfive children to pediatric clinic in Tarakan Hospital on 4-8 March 2008 Results: Complete of basic immunization in underfive children which came to child clinic Tarakan Hospital was 43,4%. Immunization which had higher rate uncomplete basic of immunization were hepatitis B(31,6%) and DTP (44,7%). There were some reason why the rate uncomplete basic of immunization was high, such as forgetting the schedule, lacking the information about schedule, and being afraid side effect of immunization. There was no statistically significant relation between respondent's job, education, family income, knowledge, and attitude with the completeness of basic immunization in underfive children. Conclusion: The basic immunization completeness in child clinic Tarakan Hospital was 43,4%. There was no significant relation between related factors with the basic immunization completeness.
2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusie Luciana Permata
Abstrak :
Latar Belakang: Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif terhadap penyakit infeksi. Namun, belum ada data yang jelas mengenai angka kelengkapan imunisasi dasar. Tentu saja ada banyak faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita, dan salah satu yang terpenting ialah orangtua. Tujuan: Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar, alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar, karakteristik orangtua (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan per kapita keluarga per bulan), pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi, dan hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau Bogor, Maret 2008. Metode: Penelitian cross-sectional dengan sampel minimal 73 orang. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 07?16 Maret 2008 di ruang tunggu Poliklinik Anak Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau Bogor dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya. Hasil: Dari 87 sampel, 88,5% balita memiliki status imunisasi dasar yang lengkap dan 11,5% lainnya tidak lengkap. Alasan ketidaklengkapan imunisasi antara lain anak sakit (70%) dan orangtua takut akan efek samping imunisasi (30%). Tidak didapatkan hubungan antara hubungan pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan per kapita keluarga per bulan, pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita. Kesimpulan: Kelengkapan imunisasi dasar anak balita di RS Mary Ciileungsi Hijau Bogor adalah 88,5%. Ketidaklengkapan imunisasi paling banyak disebabkan karena anak sakit (70%). Tidak didapatkan hubungan antara faktorfaktor yang diteliti dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita di RS Mary Cileungsi Hijau Bogor.
Introduction: Immunization is an effective effort to prevent infection. But there's still no data that can show the coverage number of basic immunization. Talking about the complete of basic immunization, surely there are some factors that affect it, including parent's characteristic. Objective: To explore the complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital, Bogor, underlying reasons of incomplete basic immunization, parent's characteristics (educational background, occupation, monthly per capita income, knowledge and attitude toward immunization) and relationship between parent's characteristic and the complete of basic immunization. Method: Cross-sectional study which questionnaire guided interview to parents wgo brought underfive children to pediatric clinic in Mary Cileungsi Hijau Hospital, Bogor, on March 7th?16th, 2008. Minimun samples amount is 73. Result: From 87 samples, 88,5% children got basic immunization completely and 11,5% others incomplete. The reasons for these children incompleteness were due to illness concurrently with the immunization schedule (70%) and parents' fear of the immunization side effect (30%). Statistic showed no relationship between the researched factors and the complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital. Conclusion: Complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital reached 88,5%. The reason for children have incomplete basic immunisation was mostly due to sickness concurrently with the immunization schedule (70%). There was no relationship between parent's characteristisc and the complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital.
2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library