Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nida Ghitha Aulia
Abstrak :
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue (DENV) yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk Aedes betina dan masih menjadi perhatian di Indonesia. DENV menginfeksi dimulai dengan penempelan protein virus ke reseptor sel target. Pengobatan spesifik untuk DBD masih dalam proses pengembangan. Piperin, yang merupakan senyawa alkaloid, dapat dijadikan kandidat antivirus yang baik terhadap DENV karena piperin telah diteliti memiliki CC50 227,096μg/ml, IC50 10,708μg/ml, dan SI 21,208. Oleh karena itu, peneliti melakukan uji senyawa murni piperin 2xIC50 yaitu 21,416μg/ml terhadap DENV pada dua perlakuan penghambatan yaitu reseptor sel dan penempelan virus. Penghambatan reseptor sel dilakukan dengan memberikan piperin ke sel Vero kemudian diinfeksikan oleh virus. Penghambatan penempelan virus dilakukan dengan memberikan piperin kepada virus kemudian diinfeksikan ke sel Vero. Persentase efektivitas hambatan dihitung dengan membandingkan titer virus perlakuan dengan perlakuan DMSO dari hasil focus assay. Persentase viabilitas sel dihitung dengan membandingkan absorbansi perlakuan dengan DMSO dari hasil MTT assay. Persentase efektivitas hambatan dan viabilitas sel pada penghambatan reseptor sel sebesar -13,555% dan 105,850%. Persentase efektivitas hambatan dan viabilitas sel pada penghambatan penempelan virus sebesar 29,044% dan 105,850%. Hal ini menunjukkan senyawa murni piperin lebih efektif menghambat DENV pada penghambatan penempelan virus dibandingkan dengan penghambatan reseptor sel ......Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a disease caused by infection with the dengue virus (DENV) which is transmitted to humans through female Aedes mosquitoes and is still a concern in Indonesia. DENV infection begins with the attachment of viral proteins to target cell receptors. Specific treatment for DHF is still under development. Piperine, which is an alkaloid compound, can be a good antiviral candidate against DENV because piperine has been studied to have a CC50 of 227,096μg/ml, an IC50 of 10.708μg/ml, and an SI of 21.208. Therefore, the researchers tested the pure compound piperine 2xIC50, which is 21.416μg/ml against DENV in two inhibitory treatments, namely cell receptors and virus attachment. Cell receptor inhibition was carried out by giving piperine to Vero cells and then infected by the virus. Inhibition of virus attachment was done by giving piperine to the virus and then infecting Vero cells. The percentage of inhibition effectiveness was calculated by comparing the viral titer of the treatment with the DMSO treatment from the results of the focus assay. The percentage of cell viability was calculated by comparing the absorbance of the treatment with DMSO from the MTT assay results. The percentage of the effectiveness of inhibition and cell viability on cell receptor inhibition was -13.555% and 105.850%, respectively. The percentage of effective inhibition and cell viability in inhibiting virus attachment was 29.044% and 105.850%, respectively. This shows that the pure compound piperine is more effective at inhibiting DENV in inhibiting viral attachment compared to inhibition of -cell receptors
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Utomo
Abstrak :
Penelitian aktivitas penghambatan senyawa 4-[(E)-2-(4-okso-3-fenil-kuinazolin-2-il)etenil]benzensulfonamida terhadap siklooksigenase-2 (COX-2) telah dilakukan untuk menentukan aktivitas senyawa 4-[(E)-2-(4-okso-3-fenil-kuinazolin-2-il)etenil]benzensulfonamida dalam menghambat secara selektif enzim COX-2. Pengujian aktivitas dilakukan menggunakan kit COX (ovine) Inhibitor Screening Assay, dimana prostaglandin (PG) yang dihasilkan ditentukan melalui metode Enzyme Immunoassay (EIA). Selanjutnya diukur menggunakan microplate reader pada λ 415 nm. Persen inhibisi senyawa 4-[(E)-2-(4-okso-3-fenil-kuinazolin-2-il)etenil]benzensulfonamida pada konsentrasi 1, 5, 10, dan 20 μM berturut-turut yaitu 19,50; 33,62; 37,29; dan 42,22. Persen inhibisi senyawa pembanding pertama Aspirin pada konsentrasi 1, 10, 25, dan 50 μM berturut-turut yaitu 3,19; 43,50; 50,56; dan 55,51. Persen inhibisi senyawa pembanding kedua Celecoxib pada konsentrasi 0,01; 0,1; 1; dan 10 μM berturut-turut yaitu 15,99; 38,91; 52,50; dan 81,51. Perbandingan persen inhibisi ketiga senyawa tersebut pada konsentrasi yang sama yaitu 10 μM menunjukkan Celecoxib memiliki aktivitas penghambatan COX-2 tertinggi, sedangkan senyawa uji 4-[(E)-2-(4-okso-3-fenil-kuinazolin-2-il)etenil]benzensulfonamida memiliki aktivitas penghambatan COX-2 terendah dan nilai IC50-nya tidak dapat diperoleh karena dari empat konsentrasi larutan uji yang dianalisis, tidak ada yang menghasilkan persen inhibisi melebihi 50%. ......Research on the inhibitory activity of compound 4-[(E)-2-(4-oxo-3-phenylquinazolin-2-yl)ethenyl]benzensulfonamide on cyclooxygenase-2 (COX-2) was performed to determine the activity of the compound 4-[(E)-2-(4-oxo-3-phenylquinazolin-2-yl)ethenyl]benzensulfonamide in selectively inhibiting COX-2 enzyme. Activity assays performed using the COX (ovine) Inhibitor Screening Assay kit, in which prostaglandin (PG) that was produced, determined using Enzyme Immunoassay (EIA) method. Next, PG was measured using microplate reader at λ 415 nm. Percent inhibition of compound 4-[(E)-2-(4-oxo-3-phenylquinazolin-2-yl)ethenyl]benzensulfonamide at concentrations of 1, 5, 10, and 20 μM respectively is 19,50; 33,62; 37,29; and 42,22. Percent inhibition of the first comparator compound Aspirin at concentrations of 1, 10, 25, and 50 μM respectively is 3,19; 43,50; 50,56; and 55,51. Percent inhibition of the second comparator compound Celecoxib at concentrations of 0,01; 0,1; 1 and 10 μM respectively is 15,99; 38,91; 52,50; and 81,51. Comparison of percent inhibition of all three compounds at the same concentration of 10 μM showed that Celecoxib has the highest inhibitory activity on COX-2, while the test compound 4-[(E)-2-(4-oxo-3-phenyl-quinazolin-2-yl)ethenyl]benzensulfonamide have the lowest COX-2 inhibitory activity, and the IC50 value can not be obtained because from the four concentrations of test solutions analyzed, none of which produce over 50% of percent inhibition.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42443
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Ternita
Abstrak :
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditransmisikan melalui nyamuk ke manusia, terutama nyamuk Aedes betina. DBD memiliki dampak yang besar dalam hal masalah kesehatan, mortalitas, dan ekonomi terutama dikarenakan kurangnya vaksin atau obat antivirus yang disetujui di negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Studi eksperimental dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan senyawa murni katekin pada DENV Serotipe 2 Strain NGC yang diinfeksikan pada sel Vero. Efek antivirus pada sel Vero yang terinfeksi DENV dilihat dengan menggunakan 2 kali nilai dari IC50 yaitu 21,457 μg/mL yang didapatkan dari penelitian sebelumnya. Perbandingan antara selisih jumlah fokus perlakuan dengan kontrol DMSO pada metode Focus assay dihitung untuk mengetahui persentase efektivitas hambatan yang terjadi. Viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup pada penelitian ini dihitung menggunakan metode MTT assay dengan membandingkan nilai viabilitas dengan kontrol DMSO. Persentase efektivitas hambatan serta viabilitas sel pada perlakuan pre-post infeksi berturut-turut yaitu 73,03% dan 110,17%. Sedangkan pada perlakuan post infeksi didapatkan 98,37% dan 99,86%. Dapat disimpulkan bahwa senyawa murni katekin memiliki potensi sebagai antivirus.
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diani Mega Sari
Abstrak :
Turbinaria conoides mengandung floroglusinol yang diketahui memiliki penghambatan aktivitas tirosinase, sehingga berpotensi sebagai pencerah kulit. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh krim ekstrak T. conoides yang efektif, stabil, dan aman sebagai pencerah kulit. Uji penghambatan aktivitas tirosinase ekstrak T. conoides secara in vitro dengan enzim mushroom tirosinase. Uji keamanan kulit dilakukan menggunakan metode uji tempel tertutup tunggal selama 24 jam dan uji manfaat pencerah kulit dilakukan pada 30 sukarelawan selama 28 hari menggunakan krim ekstrak T. conoides 3% dan krim kontrol. Hasil penghambatan aktivitas tirosinase ekstrak T. conoides menunjukkan adanya aktivitas dengan nilai IC50 188 ug/mL. Hasil evaluasi keamanan pada kulit menunjukkan krim ekstrak T. conoides 3% tidak menimbulkan iritasi dan hasil uji manfaat krim ekstrak T. conoides 3% efektif menurunkan indeks melanin kulit selama 28 hari dengan nilai p=0,003 (p<0,05) secara statistik, dibandingkan dengan krim kontrol. Ekstrak T. conoides memiliki manfaat sebagai pencerah kulit. Turbinaria conoides contains fluoroglusinol which is known to have inhibition of tyrosinase activity, so that it has the potential to be a skin lightening. The purpose of this study was to obtain cream of 3% T. conoides extract as skin lightening, which can effective, stable and safe. Tyrosinase inhibitor activity test on T. conoides extract using in vitro method with enzyme mushroom tyrosinase. Skin safety test was carried out using a single closed patch test method for 24 hours and efficacy test of skin lightening was carried out on 30 volunteers using cream of 3% T. conoides extract and control cream for 28 days. The results of tyrosinase inhibitor activity on T. conoides extract showed activity with IC50 value 188 ug / mL. Evaluation results of the skin safety test showed that the cream of 3% T. conoides extract did not cause irritation and the results of the efficacy test showed cream of 3% T. conoides extract effective in reducing skin melanin index for 28 days with significant value p = 0.003 (p <0.05 ) compared to control cream. T. conoides extract has benefits as a skin lightening.
2019
T51974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Hapsari Nawawi
Abstrak :
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berpotensi sebagai antioksidan dan anti tirosinase sehingga dapat menghambat pembentukan melanin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sediaan gel yang mengandung ekstrak jamur tiram yang mempunyai aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase, stabil dan aman. Metode yang digunakan adalah 1,1 difenil dipikrilhidrazil (DPPH) untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan dopakrom untuk mengetahui penghambatan terhadap enzim tirosinase. Parameter adanya aktivitas ditunjukkan oleh nilai IC50 dan persentase inhibisi. Uji stabilitas fisik terhadap sediaan gel selama 12 minggu dan uji keamanan kepada sukarelawan menggunakan metode single application closed patch epicutaneous test under occlusion. Hasil uji aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase menunjukkan ekstrak etanol 70% memiliki nilai IC50 yang lebih tinggi (79,0324 g/mL; 1,125 mg/mL) dibandingkan ekstrak air jamur tiram (94,4674 g/mL; 2,350 mg/mL). Ekstrak etanol 70% jamur tiram dibuat sediaan gel dengan 3 macam konsentrasi yaitu 0,2; 0,4 dan 0,8% (b/b). Hasil uji aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase terhadap sediaan gel menunjukkan persentase inhibisi yaitu gel 0,2% (52,63; 22,73%), gel 0,4% (64,9; 29,74%) dan gel 0,8% (70,47; 38,22%). Hasil uji stabilitas fisik selama 12 minggu menunjukkan ketiga konsentrasi gel bersifat stabil dan uji keamanan terhadap gel 0,8% tidak menimbulkan iritasi sehingga aman diaplikasikan ke kulit.
Previous studies reported that oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) was potential as antioxidant and tyrosinase inhibitory effect so be able to inhibit melanin formation. The aim of the study was to formulate into gel containing Pleurotus ostreatus extract which had the antioxidant and tyrosinase inhibitor activity, stable and safe. The methode used 1,1- diphenyl-dipicrylhydrazil (DPPH) to determine antioxidant activity and dopachrome to determine tyrosinase inhibitory effect. The parameters for identifying the activity were determined by IC50 dan inhibitory percentage. Physical stability test was done for 12 weeks and safety test in human used single application closed patch epicutaneous test under occlusion method. The results showed that 70% ethanolic extract was higher in IC50 (79,0324 g/mL; 1,125 mg/mL) than water extract (94,4674 g/mL; 2,350 mg/mL). The 70% ethanolic extract was formulated into gel for three kinds concentrations (0,2; 0,4 and 0,8% (w/w). The results for antioxidant and tyrosinase inhibitory activities were gel 0,2% (52,63; 22,73%), gel 0,4% (64,9; 29,74%) dan gel 0,8% (70,47; 38,22%). The physical activity test for 12 weeks showed that three concentrations of gel were stable and safety test for gel 0,8% no irritation was found. It?s be concluded that the gel was safe for skin topical.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30315
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Bintoro
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompleks kitosan-alginat terhadap pelepasan propranolol HCl dari mikrosfer. Kitosan merupakan polimer kationik yang akan membentuk kompleks dengan polimer anionik seperti natrium alginat dengan kalsium klorida sebagai coagulation agent. Mikrosfer dievaluasi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, kandungan obat dan uji pelepasan obat. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe I (keranjang) dengan medium asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5. Sampel diambil setelah 0,5; 1; 2; 4; 6; dan 8 jam dan dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar jumlah polimer maka penghambatan pelepasan obat akan semakin besar. The study was conducted to know the influence of chitosan-alginate complex for propranolol hydrochloride released from microspheres. Chitosan as cationic polymer can made a complex with anionic polymer such as sodium alginate with calcium chloride as coagulation agent. Microspheres was evaluated with shape and morphology particle distribution analysis, drug content and drug release studies. In vitro drug release was studied using the dissolution apparatus I (basket) with acid chloride (pH 1,2) and phosphate buffer (pH 7,5) as medium. Samples was collected after 0,5; 1; 2; 4; 6; and 8 hours and analyzed using spectrophotometric method. The results showed that drug released influenced by polymer. With higher polymer, the drug released slower.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norman Emil Ramadhan
Abstrak :
Inflamasi adalah respon dari sistem imun tubuh terhadap hal yang dapat membahayakan tubuh, seperti patogen, sel yang rusak, zat beracun, atau radiasi. Proses inflamasi yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa penyakit kronis, seperti inflammatory bowel disease, diabetes melitus tipe I, artritis, dan kanker. Beberapa terapi inflamasi menargetkan untuk menghambat metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) dan 5-lipoksigenase (5-LOX). Kurkumin merupakan senyawa alami yang memiliki beberapa aktivitas antiinflamasi dan antiproliferasi. Namun, kurkumin memiliki kestabilan dan kelarutan yang buruk. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut beberapa modifikasi struktur telah dilakukan, antara lain siklisasi gugus 1,3-dikarbonil membentuk cincin pirazol dan substitusi gugus basa Mannich. Pada penelitian ini dilakukan pengujian in silico dengan penambatan molekuler senyawa turunan kurkumin pirazol Mannich terhadap COX-1, COX-2, dan 5-LOX untuk memprediksi potensi aktivitas antiinflamasi senyawa tersebut. Proses validasi dilakukan dengan program AutoDock dan AutoDock Vina. Hasil validasi menunjukkan bahwa program AutoDock mempunyai nilai Root Mean Square Deviation (RMSD) yang lebih baik dibandingkan dengan AutoDock Vina. Hasil penambatan molekuler menunjukan bahwa seluruh senyawa turunan kurkumin pirazol Mannich memiliki selektivitas terhadap COX-2 dibandingkan terhadap COX-1. Senyawa yang memiliki energi bebas ikatan terendah berturut-turut pada COX-1, COX-2, dan 5-LOX adalah kurkumin pirazol tersubstitusi basa Mannich metilpiperazin  (-7,47 kkal/mol), dimetilmorfolin (-11,01 kkal/mol), dan morfolin (-6,55 kkal/mol). Senyawa yang memiliki nilai selektivitas tertinggi adalah kurkumin pirazol tersubstitusi basa Mannich dibutilamin dan morfolin dengan nilai S 0,0001. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa senyawa kurkumin pirazol Mannich diprediksi memiliki potensi anti-inflamasi melalui penghambatan COX-2 selektif.
Inflammation is the response of the body's immune system to things that can harm the body, such as pathogens, damaged cells, toxic substances, or radiation. Excessive inflammatory processes can cause several chronic diseases, such as inflammatory bowel disease, type I diabetes mellitus, arthritis, and cancer. Some inflammatory therapies target to inhibit the arachidonic acid metabolism of the cyclooxygenase pathway (COX-1 and COX-2) and 5-lipoxygenase (5-LOX). Curcumin is a natural compound having several biological activities such as anti-inflammatory and antiproliferation. However, curcumin has poor stability and solubility. To improve these deficiencies several structural modifications have been done, such as cyclization of the 1,3-dicarbonyl moiety to form pyrazole ring and the substitution of Mannich base group. In this study, an in silico test was carried out by molecular docking of curcumin pyrazole Mannich derivatives against COX-1, COX-2, and 5-LOX to predict the anti-inflammatory activity potential of the compounds. The validation process was performed using the AutoDock and AutoDock Vina programs. The validation results indicated that the AutoDock program showed a better value of Root Mean Square Deviation (RMSD) compared to AutoDock Vina. The results of the molecular docking study showed that all pyrazole curcumin Mannich derivatives have selectivity to COX-2 compared to COX-1. Compounds having the lowest free binding energy against COX-1, COX-2, and 5-LOX respectively were curcumin pyrazole substituted Mannich base of methylpiperazine (-7.47 kcal/mol), dimethylmorpholine (-11.01 kcal/mol), and morpholine (-6.55 kcal/mol). The compounds having the highest selectivity value are curcumin pyrazole substituted Mannich base of dibutylamine and morpholine with a value of S 0.0001. Therefore, it can be concluded that curcumin pyrazole Mannich derivatives were predicted to have anti-inflammatory potential by selective inhibitory to COX-2.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nora Amalia Hayati
Abstrak :
Latar belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue (DENV) dan ditularkan oleh nyamuk. Peningkatan kasus DBD masih menjadi masalah kesehatan utama di berbagai negara. Belum terdapat obat antivirus spesifik untuk mengobati atau mencegah infeksi DENV. Moringa oleifera, atau dikenal dengan tanaman kelor, memiliki kandungan bioaktif sebagai antivirus. Pada penelitian sebelumnya, Moringa oleifera memiliki potensi sebagai antivirus DENV dengan nilai IC50 31.51μg/ml,CC50>320μg/ml,danSI>10,2.Namun,mekanismepenghambatannya masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme penghambatan replikasi DENV-2 oleh fraksi butanol dari ekstrak etanolik daun Moringa oleifera. Metode: DENV-2 secara in vitro diinfeksikan terhadap sel Vero serta diberi perlakuan ekstrak melalui mekanisme penghambatan yang berbeda yaitu: pre, prepost, post, dan entry step. Metode focus assay dan MTT assay digunakan untuk mengetahui persentase penghambatan dan persentase viabilitas. Hasil: Hasil persentase viabilitas pada perlakuan entry step, pre, pre-post dan post adalah 106,2 %, 125,3%, 112,6% dan 111,8%. Sementara itu, nilai persentase penghambatan tiap perlakuan secara berurutan adalah sebesar 7,42%, 100%, 95,91% dan 93,76% Kesimpulan: Fraksi butanol dari ekstrak etanolik daun Moringa oleifera secara aman memiliki efek antivirus baik pada awal maupun akhir infeksi. Mekanisme penghambatan dengan hasil yang lebih baik ditunjukkan oleh perlakuan pre diikuti perlakuan prepost, post, dan entry step. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab mengenai kandungan zat bioaktif spesifik yang berperan dalam inhibisi ekstrak daun M. oleifera terhadap DENV. ......Introduction: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus (DENV) and is transmitted by mosquitoes. The increase in dengue cases is still a major health problem in many countries. There are no specific antiviral drugs to treat or prevent DENV infection. Moringa oleifera, otherwise known as the Moringa plant, has bioactive properties as an antiviral. In previous studies, Moringa oleifera has potential as a DENV antiviral with IC50 values of IC50 31.51 μg/ml, CC50 >320 μg/ml, and SI >10,2. However, the mechanism of inhibition is still unknown. This study aimed to determine the mechanism of inhibition of DENV-2 replication by the butanol fraction of the ethanolic extract of Moringa oleifera leaves. Method: DENV-2 was infected with Vero cells in vitro and treated with extracts through different inhibition mechanisms, namely: pre, prepost, post, and entry step. Focus assay and MTT assay methods were used to determine the percentage of inhibition and the percentage of viability. Result: The results of the percentage of viability in the entry step, pre, pre-post and post treatments were 106.2%, 125.3%, 112.6% and 111.8%. Meanwhile, the percentage inhibition values for each treatment were respectively 7.42%, 100%, 95.91% and 93.76%. Conclusion: The butanol fraction of the ethanolic extract of Moringa oleifera leaves safely has an antiviral effect both at the beginning and at the end of the infection. The inhibition mechanism with better results was shown by pre treatment followed by prepost, post, and entry steps. However, further research is needed to answer the specific content of bioactive substances that play a role in the inhibition of M. oleifera leaf extract against DENV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nur Anggraeni
Abstrak :
Kulit buah manggis (Garcinia Mangostana L.) merupakan sumber senyawa xanton dan derivatnya yang memiliki aktivitas inhibisi tirosinase. Senyawa ini dapat menghambat proses oksidasi tirosin dan l-dopa dalam mekanisme pembentukan melanin pada kulit. Ekstrak kulit buah manggis diformulasi menjadi krim yang dibedakan metode pembuatan krimnya yaitu metode dingin dan panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dan aktivitas inhibisi tirosinase dari formulasi krim ekstrak kulit buah manggis yang dibuat dengan metode dingin dan panas. Uji kestabilan fisik krim dilakukan dengan penyimpanan krim pada suhu yang berbeda yaitu suhu 4oC, suhu kamar, dan suhu 40oC. Centrifugal test dan cycling test juga dilakukan pada kedua krim. Pengukuran aktivitas penghambatan tirosinase dilakukan dengan metode dopakrom. Dopakrom yang terbentuk pada reaksi invitro diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukan krim ekstrak kulit manggis yang dibuat dengan metode dingin dan metode panas menunjukan kestabilan secara fisik berdasarkan parameter- parameter uji kestabilan fisik. Hasil pengukuran aktivitas penghambatan tirosinase dari krim yang mengandung ekstrak kulit manggis 1,5% yang dibuat dengan metode dingin dan panas berturut-turut 33,91 dan 39,99%. Hasil tersebut menunjukan aktivitas penghambatan tirosinase oleh ekstrak kulit buah manggis dalam krim tidak dipengaruhi oleh metode pembuatan krim, yaitu metode dingin dan metode panas.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33194
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Aprinita
Abstrak :
Kurangnya produksi asam urat serta hasil produksi yang berlebih asam urat dalam tubuh dapat menyebabkan asam urat. enzim xantin oksidase adalah enzim yang memiliki peran dalam mempercepat oksidase hipoxantin dan xantin menjadi asam urat. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dari beberapa tanaman obat dalam menghambat enzim xantin oksidase serta identifikasi golongan senyawa kimia.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1076
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>