Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fifi Prihasti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pakpahan, Omry
Abstrak :
Persalinan prematur definisi adalah persalinan prematur adalah persalinan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (WHO, 1993), penelitian Rooney B & Calhoun B.C, (2003) menjelaskan bahwa prematur terjadi masa kehamilan antara 20 minggu sampai kurang 37 minggu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui risiko penyakit periodontal terhadap kejadian persalinan prematur berdasarkan pemeriksaan klinis, antara lain Level perlekatan klinis (Clinical Attachment Level/CAL), Periodontal poket dalam (Periodontal Pocket in Depth/PPD), Perdarahan probing (Bleeding on Probing/BOP) dan mengetahui ibu hamil menderita penyakit periodontal lebih berisiko terjadi persalinan prematur daripada tidak menderita penyakit periodontal. Penelitian observasional dengan disain kasus kontrol yang dilakukan di fasilitas kesehatan (hospital based). Penelitian dilaksanakan pada beberapa rumah sakit di Pontianak seperti RSUD dr Soedarso, RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa, RSIA Jeumpa dan RS Kharitas Bakti. Besar sampel minimal dalam penelitian dengan kasus 87 responden dan kontrol 98 responden, pengumpulan data dilakukan bulan agustus 2014 s/d mei 2015. Hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi penyakit periodontal dengan persalinan prematur sebesar 71,40% dan pada persalinan aterm 49,00%. Sedangkan proporsi yang tidak menderita penyakit periodontal dengan persalinan prematur 28,60%, pada persalinan aterm 51,00%. Penyakit periodontal berhubungan bermakna dengan resiko 2,4 lebih besar dibandingkan tidak menderita penyakit periodontal. Sebagai konfonder berhubungan bermakna antara lain faktor resiko ANC dan Pekerjaan. Saran penelitian ini, ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan penyakit periodontal pada tata laksana ANC baik pada pelayanan dasar maupun rujukan pada ibu hamil.
Preterm labor is the definition of preterm labor is labor gestation less than 37 weeks (WHO, 1993), research Rooney B.C B & Calhoun (2003) explain that premature occur between 20 weeks gestation until less than 37 weeks. The study was conducted to determine the risk of periodontal disease on the incidence of preterm birth based on clinical examination, including Clinical Attachment Level (CAL), Periodontal Pocket in Depth (PPD), Bleeding on Probing (BOP) that pregnant women suffer from periodontal disease is a risk of premature delivery than not suffer from periodontal disease. Observational study with case control design conducted in health facilities (hospital based). The experiment was conducted at several hospitals in Singapore as dr Soedarso, RSIA Anugrah Mother Equator, RSIA JEUMPA and RS Kharitas Bakti. Minimum sample size in the study with the case of 87 respondents and 98 control respondents, data collection conducted in August 2014 s / d of May, 2015. The result showed that the proportion of periodontal disease and preterm labor at 71.40% and 49.00% of term deliveries. While the proportion who do not suffer from periodontal disease and preterm labor 28.60%, 51.00% in labor at term. Periodontal disease significantly associated with the risk greater than 2.4 do not suffer from periodontal disease. As confounder significant relationship between other risk factors ANC and Employment. Suggestion of this study, pregnant women can conduct examination of periodontal disease in ANC governance both at primary and referral services to pregnant women.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2217
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyohadi
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pek periodontal terhadap kesembuhan jaringan periodontium setelah tindakan kuret.

Penelitian ini telah dilakukan pada 6 pasien yang terdiri dari 4 pria dan 2 wanita dengan usia 18-35 tahun. Pasien mempunyai kelainan periodontitis marginalis kronis dengan poket supraboni 3-4 mm. Jumlah gigi yang terlibat sebanyak 80 gigi yang terbagi dalam 10 pasang kelompok gigi. Sebelum tindakan kuret, subyek dilakukan perawatan inisial yang meliputi pembersihan karang gigi, ?occlusal adjustment? dan intruksi untuk menjaga kebersihan mulut. Tindakan kuret dilakukan setelah Gingival index dan Plague index kurang atau sama dengan 1. Aplikasi pek periodontal dilakukan dengan menggunakan metoda "toss coin technic". Penilaian tingkat kesembuhan dievaluasi pada hari ke 7, 14 dan 21 dengan menggunakan parameter Papilla Bleeding Index.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada kesembuhan klinis jaringan periodontium setelah tindakan kuret pada kelompok gigi dengan atau tanpa penggunaan pek periodontal.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhias Salsabila Putri
Abstrak :
Latar belakang: Populasi di Asia memiliki beberapa faktor risiko periodontitis terkait anatomi dan mikroorganisme dalam rongga mulutnya. Periodontitis merupakan ancaman besar terhadap kesehatan mulut dan dapat menimbulkan gejala perubahan klinis seperti munculnya tanda-tanda inflamasi serta terjadinya peningkatan pocket probing depth (PPD) dan clinical attachment loss (CAL) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada penderitanya baik dalam aspek fisik, psikologis, maupun sosial. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh terapi periodontal terhadap nilai OHRQoL pada penderita periodontitis di Asia dari studi yang menggunakan kuesioner OHIP-14. Metode: Uji meta-analisis serta penyusunan systematic review (PROSPERO CRD42020203254) dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, Scopus, dan EBSCO. Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan inklusi menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan systematic review dan empat studi dengan intervensi terapi periodontal nonbedah diikutsertakan dalam meta-analisis. Analisis kuantitatif dilakukan pada tiga rentang waktu follow-up yaitu minggu ke-1 dan 2 dengan mean difference [95% CI]: - 13,31 [-33,71 ; 7,10], minggu ke-4 dan 5 dengan mean difference [95% CI]: -16,12 [- 35,27 ; 3,03], serta minggu ke 9 hingga 12 dengan mean difference [95% CI]: -4,14 [- 6,85 ; -1,43]. Kesimpulan: Terapi periodontal dapat meningkatkan OHRQoL penderita periodontitis di Asia. Peningkatan tersebut dapat terlihat paling signifikan pada minggu ke-4 dan 5 pasca terapi.
Background: Asians have periodontitis risk factors regarding to the anatomy and microorganisms found in their oral cavity. Periodontitis is one of the most prevalent diseases that affects the oral cavity, causing several symptoms such as inflammation and increase in pocket probing depth (PPD) and clinical attachment loss (CAL). Symptoms caused by periodontitis may cause discomfort in some aspects of life such as physical, psychological, and social aspect. Objective: To analyze the impacts of periodontal therapy on OHRQoL in periodontitis patients in Asia from studies using OHIP-14 questionnaire. Methods: Meta-analysis and systematic review (PROSPERO CRD42020203254) of the studies obtained from three databases (PubMed, Scopus, and EBSCO). Identified studies were screened and assessed following the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines. Results: From 641 studies retrieved, six met the criteria for qualitative analysis. Studies using non-surgical periodontal treatment are also included for meta-analysis. Quantitative analysis were conducted by categorizing the follow-up period into three groups: 1-2 weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -13.31 [-33.71 ; 7.10], 4-5 weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -16.12 [-35.27 ; 3.03], and 9-12 weeks followup with mean difference [95% CI]: -4.14 [-6.85 ; -1.43]. Conclusion: Periodontal therapy can enhance the OHRQoL of periodontitis patients in Asia. The most significant impact can be seen on the follow-up period of 4-5 weeks
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Prevalensi penyakit periodontal di Indonesia sangat tinggi. Cara penanggulangan penyakit ini yang umum dilakukan adalah ?flap operation? (FO). Penyembuhan FO membutuhkan waktu cukup lama. Beberapa peneliti menemukan berat penyakit periodontal erat kaitannya dengan produksi ?gingival crevicular fluid? (GCF), konsentrasi ?alkaline phosphatase? (ALP) dan protein dalam GCF. Mineral zinc (Zn) berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh di antaranya mempercepat proses penyembuhan luka bakar dan bedah mayor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manfaat suplementasi Zn per oral terhadap penyembuhan luka FO, dan apakah aktivitas ALP dapat digunakan sebagai parameternya. Sejumlah 23 subyek dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok A (12 orang) memperoleh kapsul ZnSO4 220 mg dan kelompok B (11 orang) mendapat plasebo. Masing-masing 3x1 sehari selama 14 hari. FO dilakukan pada hari ke 5. Pada hari ke 5, 12, 19, 26 (F0, K1, K2, K3) dilakkan pemeriksaan klinik dan laboratorik. Data klinik yang diteliti adalah ?papillary bleeding index? (PBI), kedalaman poket, dan kegoyangan gigi. Pemeriksaan laboratorik meliputi konsentrasi Zn plasma; besar produksi, konsentrasi protein dan aktivitas ALP GCF. Status gizi para subyek juga diperiksa. Hasil dan kesimpulan : Status gizi subyek baik. Data PBI dan kegoyangan gigi kelompok A saat K2 menunjukkan kemaknaan penyembuhan klinik. Konsentrasi Zn menunjukkan kemaknaan penyembuhan klinik. Konsentrasi Zn plasma A selama penelitian (F0 149, K1 127, K2 117 ug/dl) walau tidak bermakna. Saat K1 produksi GCF B meningkat bermakna (p < 0,01) dan konsentrasi protein A menurun bermakna (p < 0,01). Didapatkan perbedaan bermakna (p < 0,01) dari konsentrasi protein A saat K1 dan K3 dibandingkan dengan B. Pemberian ZnSO4 per oral dapat mempercepat penyembuhan FO. Aktivitas ALP GCF tidak mempercepat penyembuhan FO. Aktivitas ALP GCF tidak dapat dinilai, sehingga penggunaan ALP GCF sebagai parameter penyembuhan tersebut belum dapat disimpulkan. ......Scope and Method of Study: the prevalence of periodontal disease in Indonesia is still high. Flap operation (FO) is the common therapy for this disease is closely related to the production of the gingival crevicular fluid (GCF), alkaline phosphatase (ALP) and protein levvel in GCF. Zinc (Zn) is a mineral with various physiological functions eg to accelerate the healing process of burns and wounds after surgery. The purpose of this study is to investigate the benefit of Zn given orally to wound healing after FO and whther the GCF ALP could be used as the parameter of the healing. The 23 subjects were devided into 2 groups. Group A (12 persons) received 220 mg ZnSO capsuls and group B (11 persons) received placebo 3 ti d for 14 days. FO was done on day 5 of the study. On day 5, 12, 19, 26 (FO, K1, K2, K#) the following were examiner: papillary bleeding index (PBI), pocket depth, looseness of the tooth, plasma Zn level, GCF production, protein level, ALP activity in GCF and the nutritional status was assessed. Findings and conclusions: all the subjects were in good nutritional status. PBI and the looseness of the tooth of group A on K2 showed significant clinical healing. Although not significantly different the plasma Zn level of group A (FO 208, K1 227, K2 209 ug/dl) was higher than group B (FO 149, K1 127, K2 117 ug/dl). The GCF production of group B on K1 was significantly increased (p <0,01) and GCF protein level of group A was significantly decreased (p < 0,01). The difference in protein level between group A and group B on K1 and K3 was significant (p<0,01). Thus ZnSO4 given orally accelerated the healing of the FO wound. The use of GCF ALP as a parameter for the healing of an FO wound could not yet be proven.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vilia Wibianty
Abstrak :
Latar belakang: Populasi lanjut usia (lansia) Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Kerapuhan dan penyakit periodontal merupakan kondisi kronis yang umum terjadi pada populasi lansia. Keduanya juga diketahui memiliki kesamaan dalam beberapa faktor risiko yang ada. Keterbatasan individu lansia dalam merawat diri sendiri merupakan dasar dari hubungan kerapuhan lansia dengan kondisi kesehatan periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kerapuhan dengan status periodontal pada lansia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada subjek lansia berusia ≥60 tahun. Pemeriksaan tingkat kerapuhan menggunakan kuesioner kerapuhan berdasarkan resistensi, aktivitas, penyakit, usaha berjalan, dan kehilangan berat badan. Status periodontal yang diperiksa berupa skor plak, indeks kalkulus, bleeding on probing (BoP), jumlah gigi, dan stage periodontitis. Hasil Penelitian: Total 60 subjek penelitian dengan 46,6% subjek mengalami kerapuhan. Terdapat korelasi bermakna antara kerapuhan dengan skor plak, indeks kalkulus, BoP, jumlah gigi, dan stage periodontitis pada lansia (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada skor plak antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,000), pada BoP antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,003) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,003), serta pada jumlah gigi antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,011) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,023). Kesimpulan: Tingkat kerapuhan berhubungan dengan status periodontal pada lansia. ...... Background: Population of elderly in Indonesia is expected to continue to increase. Frailty and periodontal disease are chronic conditions that are common in the elderly population. Both are also known to have similarities in several existing risk factors. The limitations of elderly individuals in taking care of themselves are the basis of the relationship between frailty of elderly and periodontal health conditions. Objective: To analyze the relationship between frailty and periodontal status in the elderly. Method: This research is a cross-sectional study. Data collection was carried out on elderly subjects aged ≥60 years. Examination of frailty using a frailty questionnaire based on resistance, activity, disease, effort to walk, and weight loss. Periodontal clinical parameters examined were plaque score, calculus index, bleeding on probing (BoP), number of teeth, and stage of periodontitis. Results: A total of 60 research subjects with 46.6% of subjects experiencing frailty. There was a significant correlation between frailty and plaque score, calculus index, BoP, numbers of teeth, and stage of periodontitis in the elderly (p<0.05). There were significant differences in plaque scores between frail and normal subject groups (p=0.000), in the BoP between the frail and normal subject groups (p=0.003) and the pre-frail and frail subject groups (p=0.003), and in the number of teeth between the subject groups. frail to normal (p=0.011) and pre-frail subjects to frail (p=0.023). Conclusion: Frailty is associated with periodontal status in the elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Safira
Abstrak :
"ABSTRAK
" Latar Belakang: Impaksi makanan merupakan salah satu faktor lokal penyebab penyakit periodontal. Belum ada penelitian mengenai evaluasi impaksi makanan di Indonesia. Tujuan: Memperoleh evaluasi klinis dan radiografis impaksi makanan gigi posterior serta hubungannya dengan jaringan periodontal. Metode: Studi retrospektif menggunakan data sekunder dengan pendekatan potong lintang dari rekam medik RSKGM FKG UI periode 2015-2016. Hasil: Didapatkan 53 subjek yang mengalami impaksi makanan di regio posterior dengan jumlah 124 kasus. Impaksi makanan lebih sering terjadi pada laki-laki, kelompok usia yang lebih tua, di ruang interdental antara molar-1 dan molar-2 maksila maupun mandibula. Kesimpulan: Impaksi makanan paling sering terjadi akibat hilangnya kontak proksimal pada gigi 47, dengan kedalaman poket absolut dan kehilangan perlekatan sebesar 4-6 mm. Kerusakan tulang paling sering mencapai 1/3 servikal akar dengan pola vertikal, disertai dengan pelebaran ruang periodontal dan kerusakan lamina dura. "
" "ABSTRACT
" Background Food impaction is one of the local factors contributing in periodontal diseases. There has been no research on the evaluation of food impaction in Indonesia. Objective Get the clinical and radiograph evaluation of food impaction in posterior teeth and its relationship with periodontal tissues. Method A cross sectional study using medical records in RSKGM FKG UI 2015 2016. Result There were 53 subjects that had food impaction in posterior teeth with total 124 cases. Food impaction is found more frequently in male subjects, elderly, and in interdental spaces between first and second molars in both maxilla and mandible. Conclusion The most common etiology is the loss of proximal contact in 47, with 4 6 mm periodontal pocket depth and attachment loss. Bone destruction vertically reaches 1 3 of tooth cervix.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dibart, Serge
Lowa: Blackwell Munksgaard, 2007
617.632 DIB p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Karimbux, Nadeem
Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, 2012
617.632 KAR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>