Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Heriati Gunawan
1983
S2109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Teressa
Abstrak :
Seni pertunjukan merupakan aktivitas yang melibatkan sekelompok penampil dan penonton, biasanya melibatkan desain set panggung. Salah satu bentuk pertunjukan adalah fashion show. Fashion show umumnya menggunakan scenery untuk membantu menyampaikan konsep yang diangkat oleh koleksi fesyen. Penonton menggunakan kemampuan visualnya untuk memahami koleksi dan lingkungannya, sehingga terbentuk persepsi visual. Dari sekian banyak stimulus visual yang hadir, perancang desain set perlu dapat mengarahkan fokus penonton. Oleh karena itu, skripsi ini akan membahas peran dari ruang pertunjukan dan scenery dalam mengarahkan persepsi visual terhadap koleksi fesyen pada fashion show. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan melakukan studi literatur dan analisis studi kasus. Hal ini dilakukan untuk menelusuri peran dari stimulus visual berupa ruang pertunjukan dan scenery dalam mengarahkan persepsi visual penonton untuk memahami konsep koleksi fesyen pada fashion show. Studi literatur dilakukan untuk menelusuri bagaimana pesepsi visual memengaruhi hubungan antara scenery, koleksi fesyen, dan manusia. Studi kasus dilakukan dengan mengaji scenery yang hadir pada fashion show yang menampilkan koleksi haute couture. Berdasarkan analisis yang dilakukan, koleksi pakaian merupakan attended stimulus sedangkan scenery dan ruang pertunjukan merupakan unattended stimulus. Meski begitu, scenery dapat menjadi attended stimulus ketika karakteristik dari komposisi dan elemen penyusunnya dapat menarik perhatian penonton. Scenery dan ruang pertunjukan turut menyampaikan makna dan dapat mengarahkan perhatian penonton menuju bagian yang ingin ditekankan sehingga penonton dapat dengan lebih baik memahami konsep yang diangkat. ......Performance art is an activity that involves a group of performers and spectators, commonly involves the usage of set design. An example of performance art is fashion show. Fashion shows generally use scenery to help convey the concepts of the presented collection. The audience uses their visual ability to understand the collection and its environment, hence visual perception is formed. Of the many visual stimuli that are present, set designers need to be able to direct audiences focus. Therefore, this thesis will discuss the role of theatrical space and scenery in directing audiences visual perception towards a fashion collection in fashion shows. The method used was qualitative method, by conducting literature studies and analysis of case studies. This was done to explore the role of visual stimulus in the form of theatrical space and scenery in directing the audiences visual perception to understand the concept of fashion in a fashion show. Literature studies were conducted to explore how visual perception affects the relationship between scenery, fashion collection, and humans in fashion shows. The case study was conducted by analyzing the scenery of a fashion show that presented a haute couture collection. Based on the analysis conducted, the presented collection is the attended stimulus while scenery and theatrical space are unattended stimulus. Even so, scenery can also act as attended stimulus when the characteristics of the composition and its elements have the ability to attract audiences attention. Scenery and theatrical space also convey meaning and can direct audiences attention towards a specific part that needs to be emphasized so that the audience can understand the concept of the collection better.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Puti Dira Maslita
Abstrak :
Jumlah muslin di Indonesia berbanding lurus dengan perkembangan pembangunan masjid di Indoneisa. Kini, peruntukkan masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah, namun juga membangun masyarakat madani agar tercipta simbiosis mutualisme antara masjid, aktivitas, dan masyarakat untuk saling mendinamisasi kehidupan. Di sisi lain, persepsi visual timbul secara serta merta dari manusia sebagai penerima persepsi tanpa melalui proses kognitif. Hal ini, memungkinkan aktivitas non ibadah memasuki ruang ibadah. Sehingga, terjadi pergeseran makna fungsi ruang ibadah yang berpeluang mengintervensi tingkat kekhusyukan dalam beribadah. Hal ini menjadi penting untuk dibahas karena menunjang kemaslahatan orang banyak.
The quantity of muslin in Indonesia is directly proportional to the development of mosque construction in Indonesia. Now, the designation of the mosque is not only as a means of worship, but also to build a civil society in order to create a symbiotic mutualism between mosques, activities, and communities to mutualize each other 39 s lives. On the other side, visual perception arises instantaneously from human beings as recipients of perception without going through cognitive processes. This, allowing non worship activities to enter the worship space. Thus, there is a shift in the meaning of the function of worship space which has the opportunity to intervene in the worship level. This becomes important to be discussed because it supports the welfare of the people.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baxandal, Michael
Hongkong: The Bath Press, Bath, 1995
701.8 BAX s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanny Febrina
Abstrak :
Pencahayaan buatan merupakan salah satu aspek desain interior untuk menerangi interior ruang komersil yang bergerak di bidang food & beverages. Dalam hal ini, pencahayaan buatan juga berperan penting untuk membentuk suasana interior dan suasana hati pengunjung, karena berkaitan dengan interaksi visual pengunjung dalam mengalami sebuah ruang ketika sedang menikmati makanan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kriteria mendesain interior ruang komersil yang menjual western cake melalui pencahayaan buatan serta standar iluminasi yang dibutuhkan untuk sebuah kios di pasar dan kafe sehingga dapat mengetahui pengaruh pencahayaan buatan terhadap persepsi visual manusia. Penulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan, studi kasus, wawancara dan kuisioner untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Studi kasus dilakukan dengan mengamati dan membandingkan karakteristik suasana yang terbentuk melalui pencahayaan buatan pada sebuah kios dan kafe yang masih tergolong baru. Pencahayaan buatan pada suasana interior di kedua tempat tersebut membentuk karakteristik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi visual manusia dalam menerima intensitas cahaya yang dibutuhkan ketika sedang menikmati kue, kawasan dimana kios dan kafe tersebut berada, dan target pengunjung yang datang untuk menikmati kue. ......Artificial lighting is one aspect of interior design to illuminate the interior of commercial space engaged in food & beverages. In this case, artificial lighting also has an important roles to form the interior atmosphere and mood of visitors, because it related to the visual interaction of visitors in experiencing a space while enjoying the food. This thesis aims to determine the criteria for designing the interior of commercial space that sells western cake through artificial lighting and illumination standards required for a kiosk at the market and cafe so it can determine the effect of artificial lighting on human visual perception. The methods used literature studies, case studies, interviews and questionnaires to obtain the required data. Case studies conducted by observing and comparing the characteristics of the atmosphere that is formed through artificial lighting at a new kiosk and cafe. Artificial lighting on the interior atmosphere in both places forming different characteristics. It is influenced by human visual perception in receiving the required light intensity while enjoying cake, an area where the kiosk and cafe are located, and the targeted visitors who come to enjoy the cake.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Arsyansyah
Abstrak :
Manusia beraktivitas dalam satuan waktu pada suatu ruang dan memberikan makna baru ke dalam ruangnya. Makna tersebut dapat direpresentasikan dan dapat disampaikan melalui berbagai media, salah satunya adalah komik. Komik merupakan representasi persepsi komikus yang disampaikan melalui susunan gambar untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. Komik menyampaikan informasi dengan gambar dan kata yang disatukan dalam sebuah panel yang kemudian disusun agar informasinya dapat terhubung. Informasi yang didapatkan merupakan isyarat terhadap pembentukan ruang dan waktu yang disampaikan komikus dalam komik. Keterhubungan informasi pada panel komik dapat dibaca dengan prinsip Gestalt. Prinsip Gestalt membantu pembentukan persepsi ruang dan waktu dalam komik agar informasi dalam setiap panelnya dapat menjadi satu kesatuan informasi. Dalam aplikasinya terhadap panel dalam komik, prinsip Gestalt yang dominan digunakan adalah figure-ground untuk memisahkan antara karakter dengan latarnya, proximity yang mengelompokkan informasi dari figure-ground sesuai dengan penyusunan panelnya, dan closure yang menghubungkan keseluruhan informasi dari panelnya sehingga terbaca sebagai ruang dan waktu yang utuh dari komik. Sehingga dalam merepresentasikan ruang dan waktu, bagian dari informasinya dapat disampaikan ke dalam media dengan aplikasi prinsip Gestalt khususnya figure-ground, proximity, dan closure agar persepsi visualnya dapat terbentuk. ...... Humans activities occured in units of time in a space and give new meaning to the space. These meanings can be represented and can be conveyed through various media, one of which is comics. Comics are representations of comic artists' perceptions conveyed through the arrangement of images to convey information to readers. Comics convey information with pictures and words that are put together in a panel which is then arranged so that the information can be connected. The information obtained is a sign of the formation of space and time delivered by comics in the comic. The connection of information in the comic panel can be read with the Gestalt principle. The Gestalt principle helps to form perceptions of space and time in comics so that the information in each panel can become a single unit of information. In its application to the panel in comics, the dominant Gestalt principle used is figure-ground to separate characters from background, proximity which groups information from figure-ground according to the arrangement of panels, and closure that connects all information from the panel so that it reads space and time complete from comics. So that in representing space and time, part of the information can be conveyed into the media with the application of the principle of Gestalt specifically figure-ground, proximity, and closure so that visual perception can be formed.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Andhika Putri
Abstrak :
Perkembangan informasi dan teknologi telah menghasilkan suatu ruang baru yang dinamakan dengan cyberspace. Cyberspace ini dapat dijadikan sebagai tempat berkegiatan manusia sehingga membuka potensi baru dalam arsitektur. Melalui penggunaan komputer yang disertai internet seseorang telah memasuki cyberspace, maka disini indera penglihatan memegang peranan penting. Penulisan ini mencoba mencari tahu sejauh mana penerapan aspek visual dapat berperan dalam pembentukan persepsi manusia ketika mengalami ruang di cyberspace, tanpa hadirnya indera lain. Metode studi kasus dilakukan dengan cara menganalisis pengalaman ruang di cyberspace pada permainan online Second Life oleh penulis dan responden, dikaitkan dengan isu persepsi visual (teori Gestalt dan affordance). Berdasarkan kesimpulan, didapatkan bahwa pengalaman ruang melalui visual saja mampu memberikan berbagai macam persepsi yang mempengaruhi tindakan seseorang ketika berada di ruang tersebut. Namun dalam penerapannya, aspek visual ini tergantung pula dengan pengalaman atau memori yang dimiliki sebelumnya, avatar pengguna ketika berada di cyberspace, dan informasi berupa teks.
Information and technology development has produced a new space called cyberspace, which can be used as a place for human activities. This kind of new space become a potential space for architecture. Through the use of computer with internet, someone is entering the cyberspace. So the visual plays an important aspect here. This essay examines how far the visual could be used in creating human perception while experiencing the cyberspace, without involving the other senses. The method is achieved by analyzing the spatial experience in cyberspace-Second Life online game by myself and respondent based on the issue of visual perception (Gestalt and affordance theory). Consequently, the visual experience can give various perceptions that affect the actions in this space. But this visual aspect also depends on the memory or the experiences before, the avatar's user in cyberspace, and text based information.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51600
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Meiliana
Abstrak :
Galeri adalah sebuah gedung atau ruang untuk memamerkan karya-karya seni. Dalam sebuah galeri umumnya perhatian pengunjung akan difokuskan pada karya-karya seni yang dipamerkan. Dan menjadi tanggung jawab seorang perancang untuk merancang sistem pencahayaan sebuah galeri sehingga karya seni yang dipamerkan dapat tervisualisasi dengan baik, tanpa merusak kualitas dan keadaan dari karya itu sendiri baik dengan pencahayaan alami maupun buatan. Umumnya ruang galeri hanya menggunakan pencahayaan buatan, tapi kini mulai ada galeri yang juga menggunakan pencahayaan alami. Dalam melihat sebuah ruang manusia memiliki kemampuan untuk membentuk sebuah persepsi yang disebut dengan persepsi visual. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi visual seseorang. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri manusia tersebut ataupun dari luar. Seperti dalam melihat sebuah ruang galeri, apakah pencahayaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi visual seseorang - Dan pencahayaan yang bagaimanakah yang baik untuk sebuah galeri - apakah pencahayaan alami atau pencahayaan buatan. ......Gallery is a building or space used to display artworks. In a gallery, the main visual attraction for the visitors would have to be the artworks on display. It is become the responsibility of the designers or the architect to design the lighting system of the gallery so that the artwork in exhibit can be well visualized, without do any harm or decreasing the quality of the artwork itself, either by day lighting or artificial lighting. In visualizing a space for real people have the ability to form a perception, called visual perception. There are many factors to influence someone's visual perception. Those factors came from the people itself or the outside surrounding. Just like in a gallery, is lighting system one of the facctor which can effect someone's visual perception' And what kind of lighting is best for a gallery'is it daylighting or artificial lighting
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52281
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
Abstrak :
[Gaya hidup sehat dan bugar merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Saat ini terdapat banyak Pusat Kebugaran yang berkembang di sekitar kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kehadiran ruang Pusat Kebugaran secara visual menjadi semakin terasa melalui elemen-elemen yang membentuk ruang interior. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi visual dapat berpengaruh terhadap kenyamanan bergerak pada aktivitas manusia, khususnya aktivitas berolahraga pada Pusat Kebugaran, elemen seperti apa yang dihadirkan pada sebuah ruang secara visual, juga bagaimana dimensi dan tata letak memberikan kenyamanan untuk bergerak sehingga dapat mengoptimalkan aktivitas berolahraga. Skripsi ini membahas sebuah Pusat Kebugaran yang memiliki fasilitas all-in di dalamnya. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa elemen pembentuk ruang seperti pencahayaan, warna dan material serta dimensi dan tata letak memberikan pengaruh terhadap kenyamanan bergerak pada aktivitas berolahraga di Pusat Kebugaran. ...... , Healthy and fit lifestyle is a part of human needs. Currently there are a lot of Fitness Centers evolving to meet those needs. The presence of Fitness Center felt increasing visually through the elements that create interior space. The discussion is made to discover how visual perception can affect the comfort in human’s activities, especially in Fitness Center, which kind of elements that are presented in a space visually, as well as how dimensions and layouts can provide comfort to move and also to optimize the exercising activities. This thesis discusses a Fitness Center which has all-in facility. The analysis showed that space forming elements such as lighting, color, material, dimensions and layout can affect the body movement comfort during exercise activities in Fitness Center.]
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>