Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sita Ayu Lestari
"Pemberian antibiotik pertama kali pada pasien pediatri umumnya hanya diberikan antibiotik empiris sehingga kemungkinan penggantian antibiotik tinggi, terutama jika pemberian antibiotik tidak mengatasi keluhan pasien sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko resistensi pengobatan antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan infeksi yang diderita oleh pasien, waktu pengobatan pasien menjadi lebih lama, meningkatkan risiko kematian, dan meningkatkan biaya pengobatan pasien Peresepan dan penggunaan antibiotik perlu diperhatikan dan dikaji dengan tepat agar tercapainya kerasionalan penggunaan obat. Berdasarkan PMK 73 tahun 2016, salah satu peran apoteker yang dapat dilakukan adalah melakukan pengkajian efek samping antibiotik pada resep agar tidak terjadi efek yang tidak diinginkan atau membahayakan pasien dari pengobatan yang dijalani sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai. Dari hasil pengkajian 4 resep yang diterima oleh Apotek Roxy Pondok Labu di bulan Oktober - November 2022 didapatkan bahwa Gentamisin Sulfat, Amoksisilin, Sefadroksil, dan Sefiksim memiliki efek samping yang dapat fatal apabila penggunaan antibiotik tidak rasional.

The initial administration of antibiotics in pediatric patients typically involves empirical antibiotics, leading to a high likelihood of antibiotic replacement, especially when the initial antibiotic fails to address the patient's symptoms. This can result in an increased risk of antibiotic treatment resistance, leading to heightened infection rates, prolonged treatment durations, elevated mortality risks, and increased treatment costs. The prescription and use of antibiotics require careful consideration and precise evaluation to ensure rational drug utilization. According to PMK 73 of 2016, one crucial role for pharmacists is to assess the side effects of prescribed antibiotics to prevent undesired or hazardous effects on patients' treatment outcomes. An analysis of four prescriptions received by Roxy Pondok Labu Pharmacy in October - November 2022 revealed that Gentamicin Sulfate, Amoxicillin, Cefadroxil, and Cefixime may have potentially fatal side effects if antibiotics are used irrationally. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Purika Hidayat
"Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang sampai saat ini masih mengundang banyak perhatian banyak pihak. Banyak konsep-konsep kemiskinan yang telah ada tetapi hanya menunjukkan kemiskinan dalam konteks kuantitatif (berapa jumlah orang miskin). Sementara kemiskinan dalam konteks kualitatif tidak tercermin/tersentral. Berbagai studi dan proyek-proyek telah dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi kemiskinan.
Berbagai studi dan proyek-proyek penanggulangan dan pengentasan telah dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat dikuranginya kemiskinan secara kuantitatif. Salah satu program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan terutama di daerah perkotaan adalah Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini dilaksanakan untuk menguatkan ketahanan ekonomi rakyat dengan cara pemberdayaan, dengan tujuan untuk keluar dari kemiskinan akibat dari krisis ekonomi.
Adapun kegiatan program P2KP meliputi kegiatan ekonomi berupa suntikan modal usaha dan pembangunan sarana dan prasarana fisik yaitu dengan membentuk kelompok yang dinamakan Kelompok Swadaya Masyarakal (KSM). Pendekatan yang dilaksanakan dalam P2KP adalah penguatan kelembagaan masyarakat melalui pemberdayaan kelompok (KSM) agar dapat membangun inisiatif dalam menyadari potensi yang ada pada masing-masing individu dalam upaya untuk dapat mandiri. Untuk mengetahui keefektifan dari pemberdayaan ini maka penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sampai pada tahap mana proses pemberdayaan serta hasil pemberdayaan yang dicapai dalam pelaksanaan P2KP.
Adapun tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluasi menggunakan analisis kuantitatif melalui pengumpulan data dengan menyebar kuesioner, wawacancara mendalam dan observasi. Populasi pada penelitian ini adalah pada kelurahan penerima manfaat P2KP yaitu pada Kelurahan Pondok Labu dan Cipete Selatan. Adapun sampelnya para anggota KSM yaitu 10 KSM berhasil dan 10 KSM tidak berhasil pada Kelurahan Pondok Labu dan 10 KSM berhasil dan 10 KSM tidak berhasil pada Kelurahan Cipete Selatan (kriteria berhasil atau tidak berhasil adalah menurut penilaian BKM). Teknik analisa data menggunakan uji statistik asosiasi dengan menggunakan coefisien contingensi. Berbagai teori yang menjelaskan kemiskinan digunakan untuk memahami kondisi kemiskinan yang terjadi dan untuk memperkaya wawasan pemahaman terhadap gejala dan kenyataan yang diamati.
Hasil evaluasi ketepatan pelaksanaan P2KP diketahui bahwa kelompok sasaran menunjukan 100 % anggota KSM yang dievaluasi bukanlah kelompok orang miskin melainkan masyarakat bukan miskin yang memiliki usaha. Akibatnya evaluasi atas proses pemberdayaan komunitas yang diteliti ini pun rnenjadi terbatas yaitu "KSM" yang memiliki usaha. Dan untuk hasil evaluasi mengenai proses pemberdayaan hanya pada tahap partisipasi belum sampai pada tahap inisiatif kemandirian. Keberhasilan hasil pemberdayaan anggota KSM adalah anggota KSM yang tepat memandang pentingnya kegiatan pendampingan. Dan teridentifikasi pula bahwa pemahaman terhadap proses pemberdayaan anggota KSM menghasilkan pemberdayaan pada tahap partispasi. Di samping itu juga terdapat beberapa permasalahan program seperti sosialisasi program pendampingan dan hasil pemberdayaan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proses pemberdayaan yang dilakukan di lokasi studi tidak tepat sasaran karena penerima program bukanlah kelompok masyarakat miskin yang dituju oleh program melainkan orang yang bukan kategori miskin, yaitu orang yang secara ekonomi berada jauh di atas standar ambang batas kemiskinan. Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini ternvata hasil pemberdayaan masyarakat hanya sampai level partisipasi belum pada tahap inisiatif kemandirian.
Namun demikian jika upaya perbaikan tidak dilakukan maka akan terjadi permasalahan yang lebih serius. Untuk itu diperlukan langkah-langkah perbaikan program kedepan yaitu dengan lebih mendalami arti, makna dan dimensi kemiskinan dalam penentuan sasaran penerima manfaat sehingga tidak terjadi lagi penyimpangan target sasaran serta strategi sosialisasi program yang harus dilakukan hingga ke lapisan paling bawah dari strata sosial masyarakat kita dan penempatan pendamping yang berlatar belakang memiliki pengalaman sebagai community worker regent sebagai pendamping masyarakat penerima program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Roesmarlina
"Penerapan pendidikan berbasis kompetensi (kurikulum 2004) merupakan keputusan pemerintah untuk menghadapi persaingan pada era global. Persaingan yang terjadi pada era ini pada dasarnya terletak pada kualitas sumber daya manusia, yaitu kemampuan yang dapat dilakukan oleh sumber daya manusia. Kemampuan ini disebut juga kompetensi.
Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai fungsi dan tujuan pendidikan nasional meliputi tiga kawasan yaitu kawasan pengetahuan (kognitif) mencakup cakap dan berilmu, kawasan ketrampilan (psikomotor) mencakup kreatif, dan kawasan sikap (afektif) mencakup berakhlak mulia, sehat, beriman dan bertakwa, mandiri dan demokratis. (Pedoman Umum Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompeiensi SMP, Departemen Pendidikan Nasional, 2004).
Untuk mengetahui perkembangan kompetensi peserta didik perlu dilakukan penilaian. Ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaian dan yang sering digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran, penilaian, dan evalilmi bersifat hierarkis, artinya kegiatan dilakukan secara berurutan, yaitu dimulai dengan pengulcnran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.
Pengukuran menurut Guilford (1982) adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Tes berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang memiliki jawaban benar sedangkan non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar.
Penilaian menurut Griffin & Nix (1991) adalah pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Penilaian berhubungan dengan setiap bagian dari proses pendidikan. Kegiatan penilaian oleh karenanya tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja tetapi juga mencakup karakteristik metode pembelajaran, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Pengembangan instrumen penilaian meliputi masalah metode, prosedur formal atau informal, untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik, bisa berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya.
Sesuai jiwa otonomi daerah, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional telah menyediakan silabus nasional dan sistem penilaian sedangkan materi pokok, indikator, dan sistem penilaian dikembangkan oleh masing-masing daerah atau sekolah sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Selain itu sumber daya manusia di semua daerah akan diberdayakan.
Lembaga pendidikan swasta Al Izhar Pondok Labu sebagai salah satu penyelenggara pendidikan dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas, dimana penulis bekerja sebagai pendidik, sangat concern dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan. Usaha peningkatan kualitas pendidikan meliputi usaha peningkatan prestasi belajar selain perbaikan silabus, metode, dan pendekatan pembelajaran adalah usaha peningkatan dan perbaikan sistem penilaian, termasuk di dalamnya peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam hal ini guru-guru dalam pengembangan sistem penilaian yang tepat.
Usaha peningkatan sistem penilaian hasil belajar yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut antara lain dengan mengadakan pelatihan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang penilaian pendidikan dan membentuk sebuah unit kerja "Bank Soal". Unit kerja itu dibentuk untuk melakukan penelitian dan analisa sehingga diperoleh alat ukur penilaian pendidikan yang tepat, cermat, dan akurat khususnya untuk kalangan Perguruan Islam Al lzhar Pondok Labu.
Kegiatan pengembangan bank soal menurut Van der Linden dan Eggen, (1986) adalah mengumpulkan sejumlah besar item/butir soal tes yang mengukur sifat atau domain ilmu pengetahuan yang sama, menyimpannya dalam komputer dengan dilengkapi estimasi dari parameter-parameter item tersebut (Hari Setiadi dan Ronald K. Hambleton, Item Bank To Improve Assessment Practises, 1996).
Mekanisme lebih lanjut adalah mengklasifikasi item, memperkenalkan item baru, mengedit, dan menghapus item-item yang tidak bermanfaat (Prosser, 1974). Memiliki sistem tertentu untuk merawatnya agar berisi item-item yang berkualitas (Newbould & Massey, 1977), atau memiliki item-item dengan tingkat kesulitan yang terkalibrasi dalam satu skala yang sama (Mead, 1981)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Basuki
"ABSTRAK
Seklor informal sebagai salah satu cara mencari nafkah di sebuah kota menjadi sebuah atau bahkan satu-satunya pilihan bagi kaum migran ataupun para pengangguran di Jakarta yang semakin bertambah.Kemudahan untuk memasuki, kecilnya modal yang diperiukan, serta rendahnya tingkat ketrampilan yang dibutuhkan 1,» it di sektor ini ngapjadikan sgktQr¢ini5sebpah¢ pIIihan yang menarik.
Keberadaan pedagang kaki lima, sebagai bagian dari sektor ekonomi informal semakin menjamurdi Jakarta. Hampir di setiap ruang publik yang diisi oleh pedagang kaki lima. Pertambahan ruang publik yang hampir tidak ada, serta semakin banyaknya pedagang kaki lima telah membuat Jakarta menjadi sebuah kota yang semrawut.
Kinilah saatnya kita merenungkan kembali mengapa pedagang kaki lima timbul di sebuah kawasan ? Bagaimana keadaan sebuah ruang publik setelah kedatangan pedagang kaki lima ?"
2000
S48221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wulan
"Penelitian ini mengkaji hubungan antara iklim kelas belajar aktif dan gaya belajar dengan kreativitas. Iklim kelas belajar aktif adalah kondisi yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif baik intelektual, emosional, maupun fisik dalam belajar. Iklim kelas mencerminkan kondisi psikologis dari lingkungan kelas sebagai tempat pembelajaran, sebagaimana yang dipersepsikan oleh individu di dalamnya. Oleh karena itu, iklim kelas berkenaan dengan suasana belajar yang tercipta, yang banyak ditentukan oleh interaksi antara guru dan siswa.
Gaya belajar adalah kecenderungan siswa dalam mengadaptasi strategi tertentu dalam belajar, melalui proses internalisasi dan konsentrasi hingga menemukan pendekatan yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas atau sekolah, serta tuntutan mata pelajaran. Menurut DePorter dan Hemacki (1992), ada tiga macam gaya belajar, yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
Kreativitas adalah kemampuan melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk aptitude maupun non-aptitude, baik karya baru maupun kombinasi hal-hal yang sudah ada, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas dalam penelitian ini diukur melalui Tes Kreativitas Figural (TKF) dengan hasil berupa skor CQ (Creativity Quotient).
Penelitian ini merupakan kajian lapangan dengan tipe non-eksperimental korelasional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive accidental sampling, dengan 34 siswa untuk pengujian item dan 55 siswa untuk pengujian hipotesis, yang berasal dari tiga kelas. Kriteria responden adalah siswa kelas III sekolah dasar dari sekolah dasar yang menerapkan belajar aktif dalam kegiatan pembelajarannya. Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif, yang diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh siswa, tes kreativitas, dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, iklim kelas belajar aktif memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan kreativitas. Namun, gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik tidak memiliki korelasi dengan kreativitas. Demikian pula, iklim kelas belajar visual dan kinestetik tidak berkorelasi dengan kreativitas. Namun, iklim kelas belajar aktif dan gaya belajar auditori memiliki hubungan yang cukup signifikan dengan kreativitas ketika dilihat secara bersama-sama.
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan mempertimbangkan heterogenitas tingkat inteligensi (IQ) siswa serta homogenitas sampel berdasarkan kemampuan akademik siswa melalui nilai rapor. Selain itu, disarankan menggunakan alat ukur gaya belajar yang dapat memberikan hasil identifikasi beserta skor kuantitatifnya, sehingga hasil identifikasi dapat dikonversikan ke dalam angka dengan standar baku. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya menggunakan ilustrasi gambar yang lebih baik, memperluas usia subjek penelitian, serta melakukan analisis data variabel gaya berpikir untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim kelas belajar aktif dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas III sekolah dasar. Oleh karena itu, disarankan kepada para pendidik, baik orang tua maupun guru, untuk menyajikan kegiatan pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak, yaitu dengan menciptakan iklim kelas belajar aktif. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa siswa memiliki gaya belajar yang unik atau berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Oleh karenanya, dalam rangka meningkatkan kreativitasnya, siswa harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan kreatif yang sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga kreativitas siswa akan berkembang secara optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library