Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisana Karomah
"Latar Belakang: Higiene sanitasi dan tingkat kontaminasi Escherichia coli pada makanan di tempat wisata perlu diukur sebagai dasar pertimbangan dalam upaya pengendalian kontaminasi makanan untuk menjamin kesehatan para pengunjung
Tujuan: Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara higiene sanitasi terhadap tingkat kontaminasi Escherichia coli pada makanan dan minuman di Taman Margasatwa Ragunan
Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi potong lintang Sebanyak 24 Tempat Pengolahan Makanan terpilih diambil secara total sampel Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan uji laboratorium Setelah itu dilakukan analisis univariat dan bivariat dengan menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen
Hasil: Hasil studi menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik 58 3 perilaku baik 75 0 tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat 70 8 sanitasi peralatan pengolahan makanan tidak memenuhi syarat 62 5 penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi memenuhi syarat 54 2 dan tingkat kontaminasi Escherichia coli memenuhi syarat 91 6 Hasil uji bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara seluruh variabel independen dan variabel dependen
Kesimpulan: Higiene sanitasi makanan tidak berhubungan dengan tingkat kontaminasi Escherichia coli pada makanan dan minuman di Taman Margasatwa Ragunan

Background: Hygiene sanitation and levels of Escherichia coli contamination in food in tourist spot need to be measured as a basis for consideration in an effort to control food contamination to ensure the health of visitors
Objectives: The main objective of this research was to determine the relationship between hygiene sanitation against contamination levels of Escherichia coli in food in the Ragunan Zoo
Methods: The study was cross sectional study design A total of 24 canteen selected taken place in the total sample Data was collected using a questionnaire and laboratory test After that the univariate and bivariate analysis was done by linking the dependent and independent variables
Results: The study showed that most respondents have a poor knowledge 58 3 good behavior 75 0 not eligible landfills 70 8 not eligible sanitary food processing equipment 62 5 eligible storage of foodstuffs and food 54 2 and the level of Escherichia coli contamination was eligible 91 6 Bivariate test results showed no statistically significant association between all independent variables and the dependent variable
Conclusion: Food sanitation hygiene is not related to the level of Escherichia coli contamination in food and beverages in the Ragunan Zoo
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Widiyastuti
"ABSTRAK
Di seluruh dunia, kemalian bayi bam lahir (neonatus) merupakan 36%
kematian anak di bawah usia lima tahun. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005,
angka kematian neonatus Indonesia adalah 18 kemalian per 1000 kelahiran hidup,
tertinggi se-Asia Tenggara Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini,
morbiditas maupun mortalitas pada bayi baru lahir yang disertai penyulit dapai
ditekan. Unit perinatologi mempakan fasilitas yang terbilang baru di Iingkungan RS
Tugu Ibu dimana tingkat pemanfaatanya masih tergolong rendah. Berdasarkan data
rekarn medis tahun 2007, BOR unit perinatologi adalah 37,l6%. Agar dapat
memaksimalkan pemanfaatan fasilitas perinatologi ini, terlebih dahulu perlu
diketahui karakteristik pasien- pasiennya. Penelitian ini berlujuan untuk mengelahui
hubungan karakteristik pasien dengan pemanfaatan fasilitas perinatologi di RS Tugu
Ibu Depok tahun 2007.
Rancangan penelitian ini adalah studi potong Iintang dengan pendekatan
kuantitalif. Lokasi penelitian adalah unit perinatologi RS Tugu lbu, dan dilaksanakan
pada bulan Maret sampai Mei 2008. Data yang di gunakan adalah data sekunder yang
diperoieh dari buku register pasien perinalologi selama tahun 2007 dengan jumlah
sampel sebanyak 96. Daftar cocok (check list) digunakan sebagai instrumen
pengumpul data. Variabel independen dalam penelilian ini lerdiri dari faklor
predisposisi (umur, jenis kelamin, berat badan dan riwayal asal bayi serta tempat
tinggal orang lua), Faktor enabling (jenis pembiayaan) dan faktor (lama hari
rawat dan lindak Ianjut). Sebagai variabel dependen adalah pemanfaatan fasilitas
perinalologi (inkubator, alat fototerapi, ifgfizs pump. nasal canule dan nnsogaslric
lube). Dala kemudian dianalisa secara mivariat, bivariat (menggunakan uji Kai
Kuadral) dan multivarial (uji regresi logislik).
Dari hasil penelitian didapalkan 25% pasien meunanfaalkan fasilitas
perinatologi selama menjalani perawatan.Didapatkan hubungan yang bermakna
anlara variabel umur, berai badan, riwayat asal, lama hari rawat dan tindak lanjut
dengan pemanfaatan fasilitas perinalologi. Sedangkan variabel tindak lanjut
mempakan faktor dominan dalam pemanfaatan fasilitas perinalologi di RS Tugu Ibu
tahun 2007.
Saran yang dapat diberikan berkaitan penelitian ini adalah menetapkan suatu
kriteria tertenlu bagi pasien yang akan dirawai di unit perinalologi dan
mengembangkan unit perinatologi menjadi NICU (Neonami lntensive Care Unit).

ABSTRACT
Newborn mortality is 36% of under 5 children mortality over the world.
Based on WI-IO?s report in 2005, the newborn mortality in Indonesia was I8
mortalities of l000 live birth, which were the highest in South East Asia The
advance medical technology now days could reduce morbidity and mortality of` the
newborn that?s had trouble around their conditions. Perinatology unit in Tugu Ibu
Hospital was still underutilization. Based on medical report, Bed Occupancy Rate
perinatology unit was 37,16% in 2007. In order to maximize it, the identification of
patients characteristic was urgently needed. This study is to identify the relationship
between patienfs characteristic and utilization ot? perinatology facilities in Tugu Ibu
Hospital in 2007.
The study is quantitative study with a cross sectional design. The location of
this study is at pcrinatology unit in Tugu Ibu Hospital on March- May 2008. The
subject is perinatology patient?s register book in 2007 as a secondary data and the
sample is 96 data. Check list is used as an instrument of this study. Variables studied
are consisting of predisposing factors (age, sex and weight of the newborn; parents
address and referral history), enabling factors (type of financing) and need (length of
Slay and outcome). As a dependent variables is utilization of perinatology facilities
(incubator, phototheraphy device, infusion pump, nasal canule and nasogastric tube).
Data are analyzed by univariate, bivariate (Chi?s square test) and multivariate
(logistic regression test) analysis.
lt was fotmd that 25% patients use perinatology facility during their
treatment. The independent variables, which have significantly related to the
utilization of perinatology facilities are: age, weight, referral history, length of stay
and outcome. The multivariate analysis found that the dominant factor is outcome of
the utilization of perinatology facilities in Tugu Ibu Hospital in 2007.
Based on the study result, it is suggested that hospital must create a specific
criterias for newborn whose need perinatoiogy treatment and up grade this unit
become Neonatal Intensive Care Unit (NICU)."
2008
T31593
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaning Widhi Nugrahani
"Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang dapat meningkatkan morbiditas, mortaIitas, biaya, dan lama perawatan di rumah sakit.
Penggunaan antibotik profilaksis merupakan salah satu cara untuk menurunkan kejadian ILO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis di ruang bedah dengan kejadian ILO di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lrntang dan pengambilan data dilakukan secara prospektif. Sebanyak 200 sampel diambil dari 232 pasien yang menjalani operasi terencana selama peri ode 17 Oktober - 30 November 2012. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejadian ILO sebesar 2,5%. Antibiotik profilaksis digunakan pada sebagian besar operasi (89,0%). Jenis antibiotik profilaksis yang banyak
digunakan adalah cefalosporin generasi III (54,5%) dan cefalosporin generasi IV (37,1%). Sebagian besar pasien (79,0%) menerima antibiotik profilaksis tepat indikasi, 79,2% tidak tepat waktu (terlalu lambat), dan 70,8% tidak tepat durasi
(terlalu lama). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara ketepatan indikasi, ketepatan waktu pemberian, dan ketepatan
durasi pemberian dengan kejadian fLO (p > 0,05). Faktor risiko yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian ILO adalah durasi operasi dan riwayat penggunaan antibiotik sebelum operasi (p < 0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T57592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kindah Mahdiyyah
"Empati penting dimiliki manusia untuk beradaptasi dalam kehidupan. Untuk beradaptasi di kehidupan sosial, manusia membutuhkan soft skill berupa manajemen perilaku prososial yang baik dan kemampuan dalam membangun relasi teman sebaya. Penelitian ini menggambarkan hubungan empati dengan perilaku prososial dan relasi teman sebaya pada anak sekolah dasar usia 4-14 tahun. Studi dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner EQ-C/ SQ-C berbahasa indonesia yang sudah tervalidasi dengan nilai alpha 0,979. Kuesioner EQ-C/SQ-C digunakan untuk mengukur empati anak. Sedangkan, untuk mengukur perilaku prososial dan relasi teman sebaya, peneliti menggunakan kuesioner SDQ. Sejumlah 620 kuesioner diisi oleh orangtua anak sekolah dasar dan dijadikan sampel dari penelitian ini. Orangtua yang dapat mengisi kuesioner memiliki riwayat pendidikan minimal sekolah menengah pertama. Setelah mendapatkan seluruh sampel, dilakukan random sampling dan didapatkan data sejumlah 384 data yang akan dianalisis. Pada proses analisis, brain type dibagi menjadi tiga kelompok, yakni brain type E (Extreme E dan E), brain type B, dan brain type S (Extreme S dan S). Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square menggunakan windows SPSS versi 20. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara empati terhadap perilaku prososial dan relasi teman sebaya (p<0.05).

Empathy is the ability to understand and relate to others feelings or emotion. Empathy is one of the critical skills to alter in life. To adapt in human social life, people requires soft skills in the form of good prosocial behavior and good management in building peer relations. This cross-sectional study describes the relationship of empathy skills with prosocial behavior and peer relations in primary school children aged 4-14 years. The instrument used for this study is Indonesian language EQ-C/SQ-C questionnaire which value 0,979 in Cronbachs alpha to measure childrens empathy skills. To measure prosocial behavior and peer relationships, researchers used the SDQ questionnaire. A total of 620 questionnaires were filled in by parents of primary school children in Indonesia and were sampled for this study. Parents who can fill out the questionnaire have a minimum education of junior high school. Researchers obtained 384 data through random sampling to be analyzed. In the analysis process, empathy skills are devided into three groups, namely type E (Extreme E and E), type B and type S (Extreme S and S). Data analysis was done by Chi-Square test with SPSS program version 20 for both sample. Due to lack of sample (<5) for abnormal prosocial behavior, we look for Fisher test for the result of prosocial behavior. The result shows siginificant outcome. State that there is a relationship between empathy skills with prosocial behavior and peer relationships (p<0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Sofia Garnetta
"Latar Belakang
Peningkatan insiden setiap tahun menjadikan meningioma sebagai salah satu masalah primer tumor jinak sistem saraf pusat (54,5%), dengan karakteristik laju pertumbuhan dan rekurensi tinggi. Maka, diperlukan penetapan rangkaian tatalaksana meningioma yang efektif dan efisien, dengan mempertimbangkan faktor pasien, lokasi tumor, volume, dan riwayat medis.
Metode
Penelitian menggunakan pendekatan studi potong lintang deskriptif-analitik untuk mengamati luaran radiologis meningioma pasca-GKRS. Digunakan data rekam medis pasien meningioma dari tahun 2018 hingga 2023 berupa MRI follow up satu tahun pasca- GKRS. Selain penyajian data pasien meningioma pasca-GKRS secara deskriptif, dilakukan analisis data laju pertumbuhan meningioma pasca-GKRS terhadap volume awal, lokasi, dan riwayat tindakan pra-GKRS.
Hasil
Dari 50 data rekam medis, sebanyak 44% tumor alami regresi; 44% tumor ukuran stabil, dan 12% tumor mengalami peningkatan ukuran. Mayoritas pasien meningioma pasca- GKRS berjenis kelamin perempuan, berusia 46 – 59 tahun, memiliki lokasi tumor supratentorial, volume awal ≤30 cc, dan tanpa riwayat tindakan pra-GKRS. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara laju pertumbuhan meningioma pasca- GKRS terhadap volume awal, lokasi, maupun riwayat tindakan pra-GKRS. Kesimpulan
Laju kontrol pertumbuhan tumor meningioma mencapai efektivitas 88% dalam jangka satu tahun pasca-GKRS. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara volume awal, lokasi meningioma, maupun riwayat tindakan pra-GKRS terhadap luaran laju pertumbuhan tumor tertentu.

Introduction
Increasing incidence of meningioma every year makes it one of the primary problems of benign tumors of the central nervous system (54.5%), with characteristics of high growth rate and recurrence. Therefore, it is necessary to determine an effective and efficient management of meningioma by considering patient factors, tumor location, volume, and medical history. One of the newest meningioma treatment modalities in Indonesia is Gamma Knife Radiosurgery, a minimally invasive radiation surgery. Although it has been implemented since 2018, there are no studies analyzing the outcomes of Gamma Knife treatment for meningioma patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Method
The study used a descriptive-analytic cross sectional study approach to observe the radiological outcomes of meningioma after Gamma Knife. Medical record data of meningioma patients from 2018 to 2023 in the form of MRI follow-up one year after GKRS was used. In addition to descriptive presentation of Gamma Knife meningioma patient data (age and gender), significance tests of meningioma control rate after Gamma Knife have been analyzed towards the initial volume, location, and medical history prior to GKRS.
Results
Of the 50 medical records, 44% had regression, 44% had stable size, and 12% had increased size. The majority of GKRS meningioma patients were female, aged 46 - 59 years, had supratentorial tumor location, initial volume ≤30 cc, and no history of pre- GKRS treatment. There was no significant relationship between meningioma control rate after GKRS and initial volume, location, or history of pre-GKRS treatment.
Conclusion
The meningioma tumor growth control rate reached 88% effectiveness within one year after Gamma Knife. There was no significant association between initial volume, meningioma location, or history of pre-GKRS treatment on the trend of specific tumor control rate outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Raditya
"Pendahuluan:Penentuan jenis cairan pleura menggunakan Kriteria Light merupakan langkah awal dalam diagnosis suatu efusi pleura. Kriteria Alternatif Heffner belum banyak diteliti dan digunakan di Indonesia. Kriteria ini memiliki kelebihan dibandingkan Kriteria Light, yaitu tidak memerlukan pengambilan serum darah. Ultrasonografi (USG) toraks juga memiliki nilai diagnostik dalam penentuan jenis cairan pleura dan penggunaannya semakin rutin. Apabila Ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan jenis cairan pleura tentunya akan meningkatkan efisiensi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dengan sampel konsekutif sebanyak 60 orang untuk membandingkan penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium dengan Kriteria Alternatif Laboratorium saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Kriteria inklusi adalah pasien efusi pleura dengan usia lebih dari sama dengan 18 tahun dan kriteria eksklusi adalah pasien yang pernah dilakukan pungsi pada sisi yang sama sebelumnya. Penelitian dilakukan di RSCM pada Januari-Maret 2019. Pada subyek penelitian dilakukan pemeriksaan USG toraks dan pemeriksaan LDH,protein, dan kolesterol cairan pleura serta LDH dan protein cairan serum darah.
Hasil: Pada pemeriksaan cairan efusi pleura menggunakan Kriteria Alternatif Heffner didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 94,12 % (IK 95% 71.31-99.85) . Sementara pada penambahan USG toraks pada Kriteria Alternatif didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (IK 95% 63,56-98,54).
Diskusi: Kriteria Alternatif Heffner memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik dalam menentukan eksudat/transudate. Nilai sensitifitas dari penambahan USG tidak lebih baik dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Hasil gambaran efusi pleura kompleks pada USG dapat bermanfaat untuk perencanaan awal kasus eksudat.
Simpulan: Penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium menurut Heffner memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tidak lebih baik dibandingkan dengan Kriteria Alternatif saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat sesuai Kriteria Light sebagai baku emas pada populasi penderita efusi pleura di RSCM

Introduction: Determining the Nature of Pleural Effusion using Light Criteria is the first step to find the right etiology in pleural effusion patient. The Heffner Alternative Criteria was introduced to replace Light Criteria when there are difficulties to obtain blood serum. The use of this new criteria is very few in Indonesia and there are no research in Indonesian population yet. Thorax Ultrasonography is also a routine diagnostic imaging modalities in pleural effusion. It is used to guide safe thoracocentesis. The use of ultrasonography thereby can increase efficiency.
Methods: This was a cross sectional diagnostic study, using 60 consecutive samples. The population of this study is patient in RSCM Hospital between January-March 2019. Inclusion criteria is pelural effusion patient age 18 years old or older. Patient were excluded if already puncture at the same side before. Thorax Ultrasonography was done and the LDH, Protein, Cholesterol of the pleural fluid was obtained.
Discussion: Heffner alternative criteria had a good sensitivity and specificity in diagnosing exudate/transudate. But the sensitivity of adding USG was not better in diagnosing exudate/transudate. USG could have benefits in early planning intervention for exudate.
Results:The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) and 94,12 % (CI 95% 71.31-99.85). The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria with added Thorax Ultrasonography were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (CI 95% 63,56-98,54).
Conclusions:Adding Ultrasonography to Heffner Alternative Criteria was not improving the already very good Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone in determining the nature of pleural effusion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library