Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Bekti Subakir
Abstrak :
Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas angiogenesis plasenta, misalnya VEGF dan oksigenasi dalam plasenta. Pada awal kehamilan normal b-hCG meningkatkan aktivitas VEGF untuk merangsang angiogenesis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar b-hCG pada kultur plasenta dengan aktivitas angiogenik plasenta preeklampsia. Sampel plasenta diambil dari 10 plasenta wanita dengan preeklampsia dan 10 kontrol (wanita dengan kehamilan normal). Semua subjek bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan menandatangani informed consent. Konsentrasi b-hCG dalam supernatan kultur plasenta diukur dengan Microparticle Enzyme Immunoassay (MEIA) dan aktivitas angiogenik plasenta diukur dengan mengukur migrasi sel endotel menuju eksplan plasenta (skor 0-4). Hasil menunjukkan median skor aktivitas angiogenik plasenta pada preeklampsia lebih tinggi secara bermakna dari kontrol (p<0,05). Konsentrasi b-hCG dalam kultur plasenta preeklampsia lebih tinggi secara bermakna dari plasenta kehamilan normal (p<0,001). Konsentrasi b-hCG mempunyai korelasi positif dengan aktivitas angiogenik plasenta baik pada preeklampsia (r=0,50) maupun kehamilan normal (r=0,57). Walaupun korelasi ini lemah, bagaimanapun juga b-hCG merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas angiogenik plasenta. (Med J Indones 2004; 14: 67-70)
Numerous factors, such as VEGF and intra-placental oxygenation, can influence placental angiogenic activity. Early in the normal gestation period, b-hCG enhance VEGF activity to induce angiogenesis. The aims of this study were to identify the correlation between b-hCG concentration in placental culture and placental angiogenic activity in pre-eclampsia. Ten placenta samples from women with pre-eclampsia and 10 from controls (normal pregnancy) were collected. All subjects agreed to participate in this study and signed an informed consent form. b-hCG concentration in supernatant of placental culture was measured by Microparticle Enzyme Immunoassay (MEIA) and placental angiogenic activity was measured by endothelial cell migration toward placental explant (score 0-4). The results showed that the median score of placental angiogenic activity in pre-eclampsia was significantly higher than in normal pregnancy (p<0.05). Concentration of b-hCG in pre-eclampsia was significantly higher than in normal pregnancy (p<0.001). hCG concentration in placental culture was positively correlated to placental angiogenic activity both in pre-eclampsia (r=+0.50) and in normal pregnancy (r=+0.57). Although the correlations were weak, b-hCG is considered one of the factors that influence placental angiogenic activity. (Med J Indones 2004; 14: 67-70)
2005
MJIN-14-2-AprJun2005-67
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Poedjiningsih
Abstrak :
Latar belakang: Angka seksio sesarea (SC) hampir selalu meningkat pada beberapa tahun terakhir. Departemen Kesehatan RI mengindikasikan adanya indikasi tak jelas terhadap SC, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan SC yang belum banyak dilakukan di Indonesia. Metode: Disain penelitian adalah kasus kontrol. Kasus adalah ibu yang melahirkan di RSF dengan tindakan SC, sedangkan kontrol adalah ibu yang melahirkan secara spontan. Kasus dan kontrol berasal dari RS Pendidikan Fatmawati pada bulan Juli 2000 sampai dengan Januari 2001. Kasus dipadankan secara acak dengan kontrol yang dipilih di antara calon kontrol pada bulan yang lama kasus didiagnosis. Hasil: Dan 311 kasus dan 311 kontrol subyek penelitian didapatkan beberapa faktor yang mempertinggi dilakukannya tindakan SC yaitu: gawat janin (OR suaian 544,86 dengan 95% CI 71,85 - 4131,78); distosia (OR suaian 143,80 dengan 95% Cl 52,86 - 391,17); bekas SC (OR suaian 30,23 dengan 95% CI 12,09 - 75,57); preeklampsi berat/eklampsi (OR suaian 8,10 dengan 95 % CI 4,09 - 16,04); indikasi medis lain (OR suaian 7,71 dengan 95% CI 4,12 - 14,44). Sedangkan yang memperkecil risiko adalah cara pembayaran tunai (OR suaian 0,20 dengan 95 % CI 0,11 - 0,34). Jika dibandingkan dengan yang tidak membayar tunai, maka yang membayar tunai mempunyai risiko 80 % lebih rendah Kesimpulan: Pada ibu yang melahirkan dan didapatkan faktor-faktor risiko tersebut, tindakan SC perlu dipersiapkan.
Some Medical and Non-Medical Factors and Risk of to Cesarea Delivery at Fatmawati Teaching Hospital Jakarta July 2000 - January 2001Background: For the last years sectio cesarea (SC) increased. Ministry of Health of Indonesia indicated some unclear indications. Therefore it is needed to conduct a study to evaluate several factors affecting and determining SC delivery in Indonesia. Methods: This research is a case-control study at Fatmawati Teaching Hospital from July 2000 until January 2001. The case is SC delivery, and the control is spontaneous delivery which is selected using simple random sampling within the month a case was diagnosed. Result: From the research subject of 311 number of case and 311 number of control, we found a number of factors which increase risk SC: fetal distress [(adjusted odds ratio (OR) = 544,86; 95% confidence intervals (CI) = 71,85 - 4131,78)1; distosia (OR = 143,80; 95% CI = 52,86 - 391,17); previous cesarean delivery (OR = 30,23 with 95% CI = 12,09 - 75,57); severe pre eclampsia (OR = 8,10; 95 % CI = 4,09 - 16,04). In contrary cash payment was lowering the risk of SC relative to other schemes (OR = 0,20; 95 % CI = 0,20 - 0,34). Conclusion: SC treatment should be prepared for would be delivery women who had Fetal distress, distocia, previous cesarean delivery, and severe pre eclampsia.
2001
T5787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah Waluyo
Abstrak :
Eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang sejak tahun 1997 ditangani secara serius di RSU Fatmawati Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Eklamsia di kalangan penderita Pre Eklamsia di RSU Fatmawati Jakarta tahun 2000. Metode Studi ini menggunakan rancangan cross sectional. Data diperoleh dari catatan rekam medis pasien, dengan menggunakan formulir pengumpulan data yang dirancang secara khusus oleh peneliti. Inklusi dari sampel penelitian adalah pasien yang didiagnosa oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi sebagai penderita Pre Eklamsia atau Eklamsia Eksklusi sampel yaitu pasien dengan file rekam medis yang tidak dapat memberikan informasi data penelitian secara lengkap, atau yang mempunyai riwayat hipertensi. Analisa multivariat dengan menerapkan regresi logistik dan derajat kepercayaan 75 % serta ukuran dampak potensial. Hasil. Besarnya kejadian Eklamsia di RSU Fatmawati Jakarta pada tahun 2000 adalah 11,80 %. Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel usia, atau paritas atau hyperplasentosis, atau ANC, atau pemberian obat anti kejang sebelum dirujuk dengan kejadian Eklamsia di kalangan penderita Pre Eklamsia. Pemberian obat anti kejang sebelum dirujuk mempunyai nilai prediksi terbesar diantara variabel kontributor yaitu sebesar 51,15 %, dengan p = 0,0000, OR = 0,0499 dan 95 % C I = 0,0142 - 0,1756. Kesimpulan. Pemberian obat anti kejang sebelum dirujuk merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kejadian Eklamsia, dalam bentuk pencegahan. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk memberikan pengobatan anti kejang sebelum merujuk pasien Pre Eklamsia ke rumah sakit guna menurunkan kejadian Eklamsia. ......Factors Related with Prevalence Eclampsia Among Pre Eclampsia Patients at Fatmawati General Hospital in Jakarta, 2000The Eclampsia is one of important complication of pregnancy; it was managed properly at Fatmawati General Hospital in Jakarta since 1997. This study has been conducted in order to analysis some factors related to Eclampsia among Pre Eclampsia patients at Fatmawati General Hospital in Jakarta 2000. A cross sectional study was applied to achieve objective of the study, using the medical records as source of data. The study population were pregnant women with Pre Eclampsia cases who diagnosed by obstetricus gynaecologist as Eclampsia or Pre Eclampsia. The cases whose medical record is not completely filled in, and or who has hypertension history, were excluded. Multivariate logistic regression analysis method was used to analysis the exposure-outcome relationship. Some of study results, is following The prevalence of Eclampsia at Fatmawati General Hospital Jakarta in 2000 are percentage such as 11,80 %. There were significant relationships statistically between age, parity, hypcrpiacentosis, ANC and anti convulsion treatment before referring with Eclampsia. The last variable is the strongest predictor for each and be biggest contributing factors. The value is 51,15 % with p = 0,0000, OR = 0,04999 and 95 % C I = 0,0142 - 0,1756. According to the study result it was recommended to give anti convulsion treatment to Pre Eclampsia patients before they were referred to the hospital, in order to reduce the occurrence of Eclampsia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neny Utami
Abstrak :
ABSTRAK
Perilaku mencari pertolongan kesehatan pada ibu hamil memiliki peran yang penting dalam pencegahan komplikasi kehamilan yang berisiko. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi perilaku mencari pertolongan kesehatan pada ibu hamil pre-eklampsia berat dan faktor yang berkontribusi. Metode penelitian adalah cross sectional dengan convenience sampling pada pengambilan sampel. Responden berjumlah 217 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan pelayanan (nilai p=0,049), pengambilan keputusan (nilai p =0,001) dan tingkat pengetahuan tanda dan bahaya kehamilan (nilai p= 0,001) berkontribusi pada perilaku mencari pertolongan kesehatan pada ibu hamil pre-eklampsia berat. Faktor yang paling dominan berkontribusi pada perilaku mencrai pertolongan kesehatan pada ibu hamil pre-eklampsia berat menunjukkan bahwa pengambilan keputusan OR=2,741(95%CI; 1,49-5,02) dan tingkat pengetahuan tanda dan bahaya kehamilan OR=0,25 (95%CI; 0,13-0,48). Tenaga kesehatan diharapkan mampu meningkatkan edukasi tentang pengambilan keputusan dalam pemanfaatan layanan kesehatan pada masa kehamilan.
ABSTRACT
Maternal health seeking behavior has an important role in the prevention of high risk pregnancy complications. The purpose of this study is to identified the maternal helath seeking behaviour with severe pre-eclampsia and contributing factors. The research method is cross sectional with convenience sampling. There were 217 respondents who met the inclusion criteria. The results of this study indicate that service satisfaction(p value =0,049), decision making (p value = 0,001) and the level of knowledge of signs and dangers of pregnancy (p value = 0,001) are factors that contribute to the maternal health seeking behaviour with severe pre-eclampsia. The dominant factors influencing the maternal health seeking behavior with severe pre-eclampsia were decision making OR=2,741(95%CI; 1,49-5,02) and the level of knowledge of signs and dangers of pregnancy OR=0,25 (95%CI; 0,13-0,48). Health workers are expected to be able to increase education about decision making in utilizing health services during pregnancy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Minata Wathan
Abstrak :
Latar Belakang: Kelahiran preterm merupakan penyebab tertinggi kematian neonatal. Indonesia menduduki posisi tertinggi di ASEAN dan kelima di dunia untuk kelahiran preterm. Rumusan masalah: Belum adanya model prediksi kelahiran preterm yang memperlihatkan prediktor yang berguna untuk mengembangkan program pencegahan. Tujuan: Menemukan model prediksi kelahiran preterm berbasis machine learning untuk deteksi dini kelahiran preterm di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control dengan menggunakan data rekam medis Rumah Sakit (RS) di Palembang yaitu RS YK Madira, RSMH, RS Bunda, RS Ar Rasyid, RS Muhammadiyah, dan RS Bhayangkara tahun 2019 dengan jumlah sampel 1758 responden yang terdiri dari 879 preterm dan 879 aterm. Faktor risiko yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari Systematic Literature Review yang terdiri dari faktor sosiodemografi (10 variabel), faktor perilaku/gaya hidup (5 variabel), faktor maternal/kondisi ibu sebelum kehamilan (8 variabel), faktor kehamilan/obstetri ginekologi (21 variabel), faktor biologis (3 variabel), faktor pelayanan kesehatan (2 variabel) dan faktor janin (4 variabel). Pemodelan dilakukan dengan menggunakan machine learning dengan menggunakan algoritme decision tree, K-Nearest Neighbour (KNN), naïve bayes, logistic regression, Support Vector Machine (SVM) dan neural network (CNN1D, multilayer perceptron dan backpropagation). Hasil: Ditemukan 21 variabel penelitian dari 53 variabel yang dibutuhkan, dan menemukan 6 variabel yang menjadi prediktor utama kelahiran preterm di antaranya pre-eklamsia, perdarahan dalam kehamilan, riwayat ketuban pecah dini, jarak antar dua kehamilan, paritas, dan anemia. Pada penelitian ini ditemukan algoritme terbaik yaitu decision tree dengan nilai akurasi 95% untuk training dan 96% untuk testing dan telah dibuat prototype berupa aplikasi berbasis web untuk deteksi dini di FKTP. Kesimpulan: Ditemukan research novelty yaitu diperoleh model prediksi kelahiran preterm, dimana model ini potensial untuk digunakan di FKTP sebagai upaya deteksi dini. Model prediksi ini akan mendeteksi ibu hamil akan berisiko preterm atau tidak berisiko. Apabila diketahui ibu berisiko kelahiran preterm, maka ibu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan di RS, agar tidak terjadi keterlambatan penanganan yang menyebabkan kematian ibu maupun bayi. Dibandingkan tidak ada model prediksi, maka risiko kelahiran preterm tidak dapat dicegah, sehingga keterlambatan penanganan akan terjadi. ......Background: Preterm birth is the highest cause of neonatal death. Indonesia occupies the highest position in ASEAN and fifth in the world for preterm births. Formulation of the problem: There is no predictive model of preterm birth that provides a useful predictor for developing prevention programs. Objective: To find prediction model of preterm birth based on machine learning for early detection of preterm birth in First Level Health Facilities (FKTP). Methods: This study uses a case control study design using medical record data at the Hospital (RS) in Palembang that isYK Madira Hospital, RSMH, Bunda Hospital, Ar Rasyid Hospital, Muhammadiyah Hospital, and Bhayangkara Hospital in 2019 with a total sample of 1758 respondents consisting of 879 preterm and 879 term. The risk factors used in this study were obtained from a Systematic Literature Review consisting of: sociodemographic factors (10 variables), behavioral/lifestyle factors (5 variables), maternal factors/mother's condition before pregnancy (8 variables), pregnancy/gynecological factors (21 variables), biological factors (3 variables), health service factors (2 variables) and fetal factors (4 variables). The modeling is done using machine learning using decision tree algorithms, K-Nearest Neighbor (KNN), nave Bayes, logistic regression, Support Vector Machine (SVM) and neural networks (CNN1D, multilayer perceptron and backpropagation). Results: Found 21 research variables from 53 variables were needed, and found 6 variables that were the main predictors of preterm birth including pre-eclampsia, bleeding in pregnancy, history of premature rupture of membranes, distance between two pregnancies, parity, and anemia. In this study, the best algorithm was found, namely decision tree with an accuracy value of 95% for training and 96% for testing and a prototype was made in the form of a web-based application for early detection in FKTP. Conclusion: It was found that the research novelty obtained a predictive model of preterm birth, which is the main cause of AKN, where this model has the potential to be used in FKTP as an early detection effort. This predictive model will detect pregnant women will be at risk of preterm or not at risk. If it is known that the mother is at risk of preterm birth, the mother is recommended to do an examination at the hospital, so that there is no delay in handling that causes the death of both mother and baby. Compared to no predictive model, the risk of preterm birth cannot be prevented, so that delays in treatment will occur.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Marsudidjaja
Abstrak :
Latar Belakang: Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang berhubungan dengan kehamilan yang disebabkan oleh kecacatan dalam pembaharuan arteri spiral dalam pembentukan jaringan plasenta. Sebagai hipotesis utama, telah diusulkan bahwa pre-eklampsia terjadi akibat iskemia seluler di placenta. Dimana, hal itu mengarah ke produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang dapat menganggu fungsi jaringan plasenta. Superoksida dismutase (SOD) merupakan salah satu mekanisme pertahanan yang melindung sistem vaskular placenta terhadap ROS. Metode: Sebanyak 28 sampel jaringan plasenta (terdiri dari kehamilan normal, pre-eklampsia awal dan pre- eklampsia lambat) telah dihomogenisasi dan dipelajari untuk menguji aktivitas enzim SOD. Aktivitas spesifik SOD diukur dengan xanthine, xanthine oksidase (XOD) dan INT dimana aktivitas SOD dihitung melalui tingkat penghambatan atas reaksi superoksida (dihasilkan oleh substrat xanthine) dengan INT untuk membentuk warna formazan merah. Lalu, jumlah zat warna yang dihasilkan tersebut dihitung dengan spektrofotometri UV (505 nm). Hasil: Rata-rata log aktivitas spesifik SOD untuk kehamilan normal, pre-eklampsia lambat dan pre-eklampsia awal masing-masing adalah 6.43 U/mg, 3.46 U/mg dan -0.18 U/mg. Analisis statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara aktivitas SOD dalam onset pre-eklampsia (dini dan akhir) dan juga antara kedua onset pre-eklampsia dengan kehamilan normal. Kesimpulan: Aktivitas SOD pada pre-eklampsia awal mempunyai nilai terendah diikuti oleh nilai aktivitas SOD pada pre-eklampsia lambat. Dengan demikian, jaringan plasenta dalam pre-eklampsia awal memiliki stres oksidatif tertinggi dibanding dengan dalam kehamilan normal dan pre-eklampsia lambat.
Background: Pre-eclampsia is a pregnant-related syndrome caused by a defect in spiral arterial remodeling in placenta formation. It has been proposed as central hypothesis that pre-eclampsia is a product of cellular ischemia in the placenta. Therefore, leading to production of Reactive Oxygen Species (ROS) which began the disruption of the placental function. Superoxide dismutase (SOD) is one of the defense mechanism that protect the placental vascular system against ROS. Method: A total of 28 placenta tissue samples (consist of normal pregnancy, early pre-eclampsia and late pre- eclampsia) were homogenized and studied for SOD enzyme activity assay. The specific activity of SOD was measured by xanthine, xanthine oxidase (XOD) and INT as the SOD activity is calculated by degree of inhibition of reaction of generated superoxide (produced by xanthine substrate) with INT to form red formazan dye. In which, the amount of dye is calculated by spectrophotometry UV (505 nm). Result: The average log of specific activity of SOD is 6.43 U/mg, 3.46 U/mg and -0.18 U/mg for normotensive pregnancy, late pre-eclampsia and early pre-eclampsia respectively. The statistical analysis also revealed that there is significant difference between SOD activities of onset of pre-eclampsia (early and late) and also between both onset of pre-eclampsia with normal pregnancy (p<0,05). Conclusion: SOD activity in early pre-eclampsia has the lowest value, seconded by late pre-eclampsia. Thus, placenta of early pre-eclampsia has the highest oxidative stress compare to in normal pregnancy and in late pre- eclampsia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasyafania Budi Putranti
Abstrak :
Dari seluruh kasus komplikasi selama kehamilan, hipertensi pada kehamilan memiliki jumlah kasus sebesar 5-10%. Hipertensi pada kehamilan adalah penyebab terbesar kasus kematian ibu di Jawa Tengah pada tahun 2019 dengan angka 29.6% dari total angka kematian ibu. Salah satu faktor risiko hipertensi pada kehamilan adalah berat badan berlebih dan obesitas. Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan angka obesitas tertinggi di Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan status gizi ibu yang dilihat dari indeks massa tubuh dengan hipertensi pada kehamilan di Kabupaten Brebes tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah sampel total 160 pasien, 80 pasien kasus dan 80 pasien kontrol. Data diambil dari rekam medis ibu hamil dan dianalisis menggunakan uji chi square dengan nilai kemaknaan p<0,05. Analisis hubungan antara status gizi berlebih dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan hasil bermakna dengan nilai odds ratio: IMT <25 kg/m2 (OR 3,857; 95%CI 1,867-7,969), IMT 25,1-29,9 kg/m2 (OR 3,429; 95%CI 1,550-7,583), dan IMT >30 kg/m2 (OR 4,821; 95%CI 2,029-11,458). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan kejadian hipertensi pada kehamilan di Kabupaten Brebes. ......Of all cases of complications during pregnancy, hypertension in pregnancy has a number of cases of 5-10%. Hypertension in pregnancy is the biggest cause of maternal deaths in Central Java in 2019 with a rate of 29.6% of the total maternal mortality rate. One of the risk factors for hypertension in pregnancy is overweight and obesity. Brebes Regency is one of the districts in Central Java with the highest obesity rate in Central Java. This study was conducted to examine the relationship between maternal nutritional status as seen from body mass index and hypertension in pregnancy in Brebes Regency in 2021. This study used a case-control design with a total sample of 160 patients, 80 case patients and 80 control patients. Data were taken from medical records of pregnant women and analyzed using the chi square test with a significance value of p<0.05. Analysis of the relationship between excess nutritional status and hypertension in pregnancy showed significant results with odds ratio values: BMI <25 kg/m2 (OR 3.857; 95% CI 1.867-7.969), BMI 25.1-29.9 kg/m2 (OR 3.429; 95% CI 1.550-7.583), and BMI > 30 kg/m2 (OR 4.821; 95% CI 2.029-11.458). It can be concluded that there is a relationship between the nutritional status and the incidence of hypertension in pregnancy in Brebes Regency.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library