Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yesi Astri
"

Pendahuluan:  Pasien dengan tumor otak pada umumnya mengalami nyeri kepala (90%) yang biasanya muncul pada malam hari sesuai dengan fisiologis tubuh. Hal ini menyebabkan pasien dapat berisiko mengalami gangguan tidur atau perubahan pola tidur. Sebaliknya, pasien tumor otak dapat mengalami penurunan kesadaran berupa cenderung tidur hingga sulit dibangunkan. Hal ini harus bisa dibedakan oleh dokter dan keluarga dengan gangguan tidur. Polisomnografi merupakan baku emas pemeriksaan klinis gangguan tidur yang akan menghasilkan luaran berupa arsitektur tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran arsitektur tidur pada pasien tumor otak primer yang mengalami gangguan tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 

Metode: Studi ini bersifat deskriptif dengan metode potong lintang pada pasien tumor otak primer dengan penapisan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).  Pasien yang dinyatakan poor sleepers akan dilakukan pemeriksaan polisomnografi (PSG).

Hasil: Sebanyak 40 subjek penelitian, terdiri dari 14 laki-laki dan 26 perempuan. Rerata usia subjek penelitian adalah 45,5±11,7 tahun dengan median durasi sakit 12 (2-72) bulan. Arsitektur tidur didapatkan sleep latency 8,5 (1,0-212,5) menit, sleep efficiency 88,0 (22,0-99,0) menit, total sleep time342 (92,0-462,5) menit, N1 19,5 (4,0-99,0)%, N2 59,5 (1,0-92,0)%, 8,0 (0-29,0)%, REM 4,5 (0-24,0)%, dan arousal index 8,9 (0,4-36,9). Terdapat kemaknaan secara statistik antara jenis kelamin, nyeri kepala, efek desak ruang, riwayat penurunan kesadaran, dan lama tidur malam dengan total sleep time, N1, N3, dan REM.

Kesimpulan: Pasien tumor otak primer yang mengalami gangguan tidur memiliki abnormalitas arsitektur tidur dan memiliki kecenderungan tidur hanya sampai fase light sleep.

Kata Kunci: arsitektur tidur, gangguan tidur, polisomnografi, tumor otak primer


Background: Brain tumor patients run into cephalgia (90%) and commonly experienced at night that conform to physiology of the body. It generate the patients have higher risk to underwent sleep disorders or change the sleep cycle. Whereas brain tumor patients also experience altered consciousness in the form of tend to sleep and difficult to wake up.This condition must be able to be distinguished with sleep disoders by doctor and family. Polysomnography known as gold standard method to examine sleep disorder and obtain sleep architecture. This research aimed to get sleep architecture profile in primary brain tumor that experience sleep disorder and the influenced factors.

Method: This is a cross sectional research in primary brain tumor patients that passed the screening of Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Poor sleepers then undergoing polysomnography.

Results: There are 40 subjects consist of 14 male and 26 female. Age median 45,5±11,7 years and duration of illness 12 (2-72) months. Sleep architecture’s profiles are sleep latency 8,5 (1,0-212,5) minute, sleep efficiency 88,0 (22,0-99,0) minute, total sleep time 342 (92,0-462,5) minute, N1 19,5 (4,0-99,0)%, N2 59,5 (1,0-92,0)%, 8,0 (0-29,0)%, REM 4,5 (0-24,0)%, and arousal index 8,9 (0,4-36,9). There are statistical significancy of gender, cephalgia, space occupying effect, altered conccioussness, and duration of sleep with total sleep time, N1, N3, and REM.

Conclusion: Primary brain tumor patients experience abnormal of sleep architectures and tend to have light sleep.

Keywords: polysomnography, primary brain tumor, sleep architecture, sleep disorder

 

 

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yulianti
"Kecemasan pre operasi merupakan salah satu masalah yang paling umum terjadi pada pasien
rencana operasi tumor otak. Tidak mengendalikan masalah ini dapat berdampak negatif pada
hasil pasca operasi. Salah satu intervensi nonfarmakologis saat ini untuk mengurangi
kecemasan pre-operasi adalah edukasi pasien. Salah satu media edukasi yang telah
dikembangkan dan digunakan sebagai pendekatan alternatif yang semakin populer untuk
mengelola kecemasan pre operasi yaitu melalui teknologi virtual reality (VR). Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi berbasis VR terhadap
kecemasan pre operasi tumor otak primer. Penelitian quasi-eksperimental melibatkan 54
pasien yang dibagi menjadi masing-masing 27 responden kelompok intervensi dan kontrol.
Kecemasan pre-operasi diukur menggunakan The Amsterdam Preoperative Anxiety and
Information scale (APAIS) sebelum dan setelah intervensi dilakukan. Hasil skor kecemasan
rata-rata sebelum intervensi adalah 20,96 dan 19,15 sedangkan skor kecemasan rata-rata
setelah intervensi adalah 14 dan 19 pada kelompok intervensi dan kontrol. Terdapat
hubungan yang bermakna antara skor kecemasan rata-rata setelah intervensi pada kelompok
intervensi dan kontrol (p 0,000). Edukasi berbasis virtual reality terbukti efektif menurunkan
kecemasan pre operasi tumor otak primer dibandingkan dengan kelompok yang menerima
perawatan standar. Pengenalan VR secara umum untuk populasi pasien yang besar yang
menjalani operasi tumor otak primer harus dipertimbangkan untuk mengurangi kecemasan
pada populasi tersebut.
......Preoperative anxiety is one of the most common problems in patients planning brain tumor surgery.
Not controlling this problem can have a negative impact on postoperative outcomes. One of the
current nonpharmacological interventions to reduce pre-operative anxiety is patient education. One
educational medium that has been developed and used as an increasingly popular alternative
approach to managing preoperative anxiety is through virtual reality (VR) technology. Therefore,
this study aims to determine the effect of VR-based education on primary brain tumor preoperative
anxiety. The quasi-experimental study involved 54 patients who were divided into 27 intervention
and control group respondents each. Preoperative anxiety was measured using The Amsterdam
Preoperative Anxiety and Information scale (APAIS) before and after the intervention. The mean
anxiety scores before the intervention were 20.96 and 19.15, while the mean anxiety scores after the
intervention were 14 and 19 in the intervention and control groups, respectively. There was a
significant relationship between the average anxiety scores after the intervention in the intervention
and control groups (p 0.000). Virtual reality-based education proved effective in reducing
preoperative anxiety of primary brain tumors compared to the group receiving standard care. The
general introduction of VR to a large population of patients undergoing primary brain tumor surgery
should be considered to reduce anxiety in this population."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library