Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mona Dwi Hardika
"Latar Belakang/Tujuan: Premature cellular senescence yang sering dikaitkan pada kondisi Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit terkait usia. Time restricted feeding sebagai contoh puasa Ramadhan ditengarai dapat menghambat proses penuaan. Sejauh ini, telah banyak studi yang menilai efek puasa
Ramadhan terhadap berbagai parameter metabolik dan antropometrik, namun belum ada studi yang mengevaluasi efek puasa Ramadhan terhadap biomarker aging yang dinilai melalui panjang telomer leukosit relatif (TLR).
Metode: Studi dengan desain potong lintang dan kohort retrospektif pada subjek DMT2
dan subjek non-DM berusia 40 – 60 tahun yang menjalani ibadah puasa Ramadhan setidaknya selama minimal 14 hari pada bulan Mei – Juli 2018 dan bulan Mei – Juli 2019. Perbedaan rerata panjang TLR antar subjek DMT2 dan non-DM dianalisis dengan
uji Mann Whitney sedangkan perbedaan rerata TLR pada subjek DMT2 yang berpuasa dianalisis dengan uji Wilcoxon.
Hasil: Pada 39 subjek DMT2 dan 36 subjek non-DM subjek DMT2 yang ikut dalam penelitian ini didapatkan pemendekan panjang TLR yang bermakna pada subjek DMT2
dibandingkan dengan subjek non-DM (0,436 (0,034 –1,472) vs 1,905 (0,615 –12,380), p =0,000) dan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna pada 48 subjek DMT2 yang menjalani puasa minimal 14 hari (0,391 (0,021 – 1,515) vs 1,117
(0,528 –1,741), p=0,112), namun bermakna secara klinis.
Kesimpulan: Pada subjek DMT2 terjadi pemendekan panjang TLR yang secara statistik bermakna dibandingkan subjek non-DM sedangkan pada subjek DMT2 yang menjalani puasa Ramadan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna
secara statistik namun bermakna secara klinis.

Background/Aim: Premature cellular senescence which is often associated with type 2
diabetes mellitus (T2DM) can increase the risk of various age-related diseases. Time
restricted feeding such as Ramadhan fasting hypotesized could delay the aging process.
So far, there have been many studies assessing the effects of Ramadan fasting on various metabolic and anthropometric parameters, but no studies have evaluated the effect of Ramadhan fasting on aging biomarkers assessed by the relative telomere leucocyte length.
Method: An observational comparative dan cohort retrospective study was conducted from May to July 2018 and May to July 2019 on 40 – 60 years old T2DM and non-DM subjects. The mean difference between TD2M and control was analysed using Mann Whitney test and the mean difference relative telomere length in subjects with T2DM who underwent at least 14 days of Ramadan fasting was analyzed using Wilcoxon test.
Results: A total of 36 subjects with type 2 diabetes dan 39 subjects non-DM who enrolled in this study, there were a significant decrease relative leucocyte telomere in
subjects with type 2, compared with controls (0,436 (0,034 – 1,472) vs 1,905 (0,615 – 12,380), p =0,000) but there were statitically insignificant but clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting at least 14 days (0,391 (0,021–1,515) vs 1,117 (0,528–1,741), p=0,112.
Conclusions: In T2DM subjects, there were a statistically significant decrease relative
leucocyte telomere compared with controls while there were statitically insignificant but
clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Alfian
"Latar Belakang: Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk lansia menjalani puasa pada bulan Ramadhan. Dalam mengevaluasi keamanan berpuasa Ramadhan pada populasi lansia, dilakukan berbagai penilaian, salah satunya adalah profil fungsi ginjal. Profil fungsi ginjal, dinilai dari laju filtrasi glomerulus (LFG), merupakan salah satu parameter penting dalam menentukan kesehatan lansia. Namun, belum terdapat penelitian mengenai profil fungsi ginjal dan faktor-faktor yang memengaruhi pada lansia berpuasa.
Tujuan: Mengetahui profil dan faktor risiko perubahan fungsi ginjal pada usia lanjut yang berpuasa Ramadhan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan menggunakan data primer pada subyek usia > 60 tahun yang menjalani puasa Ramadhan di kelurahan Jatinegara sejak April 2019 hingga Juli 2019. Profil fungsi ginjal dihitung menggunakan pemeriksaan (LFG) pada 1 minggu sebelum berpuasa, 3 minggu berpuasa, dan 2 minggu pasca berpuasa. Faktor risiko yang dinilai adalah usia, indeks massa tubuh, diabetes melitus, hipertensi, kebiasaan merokok, konsumsi protein, dan konsumsi cairan. Analisa bivariat dilakukan menggunakan uji chi-square atau Fisher. Analisis multivariat dilakukan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya faktor risiko yang secara signifikan berpengaruh terhadap perubahan fungsi ginjal selama puasa bulan Ramadhan pada lanjut usia. Beberapa farktor dapat mempengaruhi fungsi ginjal pada usia lanjut yang berpuasa Ramadhan, salah satunya adalah usia. Mayoritas lanjut usia yang mengalami penurunan GFR selama bulan Ramadhan berusia 60-70 tahun berjumlah 89 orang atau 68,5%. Sisanya berjumlah 10 orang atau 58,8% berusia >70 tahun. Namun, setelah dilakukan analisis, hubungan antara usia dengan penurunan GFR selama puasa Ramadhan tidak bermakna (p=0,426).
Kesimpulan: Tidak ditemukan adanya perubahan signifikan pada fungsi ginjal dengan usia lanjut yang menjalankan puasa dibulan Ramadhan.

Background. As a country with a majority Muslim population, most Indonesians, including the elderly, fast during the month of Ramadan. To evaluate the safety of fasting during Ramadan in the elderly population, various assessments were carried out, one of which is kidney function profile. Kidney function profile, assessed using glomerular filtration rate (GFR), is one of the important parameters in determining the health of the elderly. However, there has been no research on kidney function profile and its affecting factors on fasting elderly in Indonesia.
Aim:. To determine the profile and risk factors for changes in kidney function in elderly who fast during Ramadan.
Methods. This study used prospective cohort design using primary data on subjects aged > 60 years who were undergoing Ramadan fasting in Jatinegara village from April 2019 to July 2019. The kidney function profile was calculated using glomerular filtration rate (GFR) examination on 1 week before fasting, 3 weeks fasting, and 2 weeks post fasting. The risk factors assessed were age, body mass index, diabetes mellitus, hypertension, smoking habits, protein consumption, and fluid consumption. Bivariate analysis was performed using the chi-square or Fisher test. Multivariate analysis was performed using logistic regression.
Result. In this study, no risk factors were found significantly influencing changes in kidney function during the Ramadan fasting in the elderly. Some factors can affect kidney function in elderly who fasted in Ramadan, one of which is age. The majority of elderly who experienced a decrease in GFR during the month of Ramadan aged 60-70 years amounted to 89 people or 68.5%. The rest amounted to 10 people or 58.8% aged> 70 years. However, after analysis, the relationship between age and decreased GFR during Ramadan fasting was not significant (p = 0.426).
Conclusion. There was no significant changes in kidney function on fasting elderly during Ramadan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Adinizam
"Kapitalisasi dan komersialisasi nampakya sudah menjadi hal yang tidak bisa dihindari lagi dalam kehidupan saat ini. Kapiltalisasi dan komersialisasi bahkan sudah merasuk dalam sendi-sendi kehidupan beragama. Salah satunya terlihat dengan menjamumya acara-acara "berbau" Islam di televisi ketika memasuki bulan Ramadhan. Alih-alih peduli dengan dakwah Islam, acara-acara Ramadhan di televisi ini justru menciptakan jarak yang semakin lebar dengan dakwah Islam yang ideal karena pihak televisi lebih berorientasi pada keuntungan kapital. Skripsi ini berusaha mengungkapkan bagaimana strategi kapitalisme memanfaatkan ritual puasa ramadhan dan dakwah Islam untuk kepentingan akumulasi modal industri televisi dalam konteks masyarakat Indonesia. Selanjutnya, skripsi ini juga berusaha menunjukkan bahwa strategi-stategi kapitalisme yang bekerja di balik industri televisi tersebut, secara tidak langsung, turut melanggengkan pemahaman umat Islam Indonesia mengenai makna dakwah nilai-nilai ajaran Islam yang belum menyeluruh. Strategi kapitalisme yang umum dipakai adalah komodifikasi, yaitu proses merubah nilai guna menjadi nilai tukar.Dalam konteks penelitian ini, nitai guna ideal televisi yang memiliki potensi yang besar untuk merubah pemahaman masyarakat Indonesia terhadap Islam ke arah yang lebih baik-tidak verbalis dan simbolik semata dengan sadar dirubah menjadi sarana transaksi antara televisi dengan industri-industri prL~duk konsumsi dan gaya hidup hanya untuk mencari keuntungan kapital saja. Peneliitian dengan pendekatan kualitatif dan perspektif kritis ini mengambi! tiga episode program Ramadhan Sahur Kita di SCTV sebagai unit analisis. Alasannya, SCTV dengan program Sahur Kita-nya adalall stasiun televisi di Indonesia yang mempelopori acara ramadhan di televisi dengan format full hiburan dan komedi namun masih terus bertahan tiap tahunnya .sampai saat ini Metode analisis utama yang akan dipakai untuk membedah tiap epsode Sahur Kita adalah analisis kritis wacana. Dengan kerangka Analisis Kritis Wacana Norman Fairclough skripsi ini berusaha mengaitkan konteks mikro yang dilihat melalui konstruksi yang terjadi dalam teks acara Sahur Kita dengan konteks makro masyarakat yang lebih luas Padci level mikro, teks acara Sahur Kita akan dianalisis menggunakan teknik semiotika pendekatan Ferdinand de Saussure. Teknik ini dipilih penulis karena dapat melihat keterkaitan tanda-tanda simbolis di luar bahasa tertulis, dalam hal ini citra visual yang menjadi karakter program televisi. Selanjutnya. pada level praktik wacana akan dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dart wawancara mendalam tak berstruktur dengan pihak pembuat teks dan data-data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka. artikel dan internet. Sedangkan level praktik sosial budaya akan dianalisis berdasarkan studi kepustakaan. Analisis intertekstualitas terhadap acara Kopi Darat 103 FM SCTV juga dilakukan untuk melihat adanya kesinambungan idiologis dari pembuat teks pada program televisi yang lain. Hasil analisis dan intepretasi menunjukkan bahwa strategi kapitalisme umum SCTV untuk merubah nilai guna dakwah ritual Ramadhan menjadi nilai tukar (komodifikasi) adalah melalui penope'1gan komoditas (fefishm of commodifies) dan pembentukan kesadaran palsu (false conciousness) yang bekerja lewat strategi pengemasan acara. promosi dan iklan. lsi acara Sahur Kita di kemas menjadi penuh hiburan yang memanfaatkan komedi. musik. video klip. kuis yang semuanya didukung oleh selebriti (komedian). Komodifikasi ini di latar belakangi oleh jumlah penganut Islam Indonesia yang sangat besar sehingga menjadi sumber yang potensial bagi SCTV untuk meraup keuntungan kapital yang besar di tengah-tengah persaingan antar televisi yang semakin ketat. Secara sosial budaya. proses konstruksi dan komodtfikasi dakwah ritual Ramadhan juga bersumber dari pemahaman masyarakat Islam di Indonesia yang masih sangat partikularis. tik simbolik dan patemalistik sehingga acara-acara Ramadhan yang dibuat pembuat teks adalah program Ramadhan yang penuh nilai partikularistik simbolik, dan paternalistik. Lalu, program Ra~adhan yang seperti ini ditangkap khalayak sebagai suatu yang selalu dianggap wajar dan benar (commonsense) Kesimpulannya, televisi di Indoenesia telah sengaja mengeksploitasi rasa- rasa keberagamaan dan ritual-ritual agama Islam-yang notabenenya rnemilki jumlah penganut yang sang at besar-seperti Ramadhan untuk menghasilkan keuntungan kapital yang besar dan memastikan keberlangsungan usahanya. Eksploitasi dan komodifikasi terhadap ritual-ritual Ramadhan ini justru semakin memantapkan struktur pemahaman mengenai dakwah dan nilai-nilai Islam yang tidak komprehensif pada masyarakat Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S3754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Safyanty
"ABSTRAK
Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang wajib dijalankan umat muslim termasuk
pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe-2. Perubahan pola makan saat puasa menyebabkan
perlu dilakukan penyesuaian pemakaian obat agar pasien dapat berpuasa dengan aman.
Penelitian ini melihat hubungan penyesuaian obat berdasarkan International Diabetes
Federation - Diabetes and Ramadhan International Alliance (IDF-DAR) dengan nilai
HbA1c pasien DM tipe-2 setelah puasa Ramadhan di RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Penelitian dilakukan di poli penyakit dalam dan poli endokrin RSUD Pasar Rebo
Jakarta dengan desain studi cross sectional melibatkan 80 pasien DM tipe-2 yang
puasa. Penelitian bertujuan melihat penggunaan obat DM selama puasa, menilai
hubungan penyesuaian obat berdasarkan IDF-DAR dan faktor perancu terhadap nilai
HbA1c pasien setelah puasa. Pengumpulan data dari hasil wawancara dan rekam medis
yang dilakukan pada bulan Juli sampai November 2016 dan dianalisis dengan uji Chi
Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien DM Tipe-2 yang menjalani puasa
Ramadhan persentase terbesar patuh menggunakan obat 62,5%, menggunakan obat oral
sebesar 60% yaitu golongan obat biguanid + sulfonilurea 27,5% dan sesuai dengan
rekomendasi IDF-DAR sebesar 56,2 %. Rerata nilai HbA1c sebelum penyesuaian obat
adalah 8,75 ± 1,90, menurun menjadi 8,63 ± 1,82 setelah penyesuaian obat, namun
penurunan tersebut secara statistik tidak bermakna (p 0,082). Terdapat perbedaan
bermakna antara nilai HbA1c pasien DM yang menggunakan obat sesuai dengan
rekomendasi IDF-DAR dibandingkan yang tidak sesuai dengan IDF-DAR dengan nilai
p 0,030 (p<0,05). Ketidaksesuaian penggunaan obat berdasarkan IDF-DAR 3,222 kali
lebih besar menyebabkan nilai HbA1c tidak terkontrol dibandingkan kesesuaian
penggunaan obat berdasarkan IDF-DAR. Jenis obat merupakan variabel yang
berpengaruh secara bermakna terhadap nilai HbA1c (p 0,050). Obat insulin-kombinasi
insulin 3,754 kali lebih besar menyebabkan nilai HbA1c tidak terkontrol dibandingkan
obat hipoglikemik oral setelah dikontrol variabel kesesuaian penggunaan obat
berdasarkan IDF-DAR.

ABSTRACT
Fasting Ramadan is a mandatory worship of Muslims including patients type-2 Diabetes
Mellitus (DM). Dietary changes during fasting cause a drug adjustment is needed so
that DM patients can fast safely. This study looked at the correlation of drug adjustment
based on International Diabetes Federation - Diabetes and Ramadhan International
Alliance (IDF-DAR) and HbA1c value of type 2 DM patient after Ramadan fasting at
RSUD Pasar Rebo Jakarta. The study was conducted in outpatient clinic of Pasar Rebo
Hospital Jakarta with cross-sectional study design involving 80 patients with fasting
type 2 diabetes. The study aimed to see the use of DM drugs during fasting, assessed the
relation of drug adjustment based on IDF-DAR and confounding factors and the HbA1c
values of patients after fasting. Data collection from interview and medical record
conducted in July until November 2016 and analyzed by Chi-Square test. The results
showed that the patients with Type-2 DM who execute Ramadan fasting, the largest
percentage of medication adherence 62.5% , using oral medication by 60% of the
biguanide + sulfonylurea 27.5% and 56,2% drug adjustment according to IDF-DAR
recommendations. The mean HbA1c value before the drug adjustment was 8.75 ± 1.90
and after adjustment 8.63 ± 1.82 but the reduction was not statistically significant (p
0.082). There was a significant difference in HbA1c value of DM patients after
obtaining drug use adjustment based on IDF-DAR compared with IDF-DAR
incompatible with p value 0,030 (p <0,05). Discrepancy of drug use based on IDF-DAR
3,222 times greater causes uncontrolled HbA1c compared with drug use according to
IDF-DAR. The drug type is the main statistically significant variable that gives effect to
HbA1c value (p 0,050). Insulin-combination insulin drugs are 3,754 times larger
causing the HbA1c value to be uncontrolled than oral medication after controlled by the
suitability of drug use based on IDF-DAR variable."
2018
T49012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwindo
"Latar Belakang: Puasa ramadan menurunkan petanda inflamasi pada individu sehat. pasien PGK (Penyakit ginjal kronik) yang menjalanin hemodialisis rutin meskipun dianjurkan tidak berpuasa sebagian besar masih tetap berpuasa ramadan. PGK merupakan kondisi inflamasi kronik dengan petanda inflamasi IL-6 yang tinggi, IL-6 berkorelasi kuat dengan skor inflamasi malnutrisi dan menjadi prediktor mortalitas pasien PGK yang menjalanin HD rutin. Saat ini belum diketahui pengaruh puasa ramadan pada pasien PGK yang menjalanin HD rutin apakah akan juga mempengaruhi petanda inflamasi seperti individu sehat.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan pada pasien dengan hemodialisis rutin terhadap inflamasi.
Metode: Penelitian dengan desain kohort prospektif yang dikerjakan pada ramadan tahun 2022 (April-Mei) pada pasien hemodialisis rutin di 3 unit HD, dibagi menjadi 2 kelompok (berpuasa/tidak berpuasa) dimana subjek dengan kondisi infeksi, dalam terapi steroid, edema pulmo, diabetes yang tidak terkontrol, disabilitas, tuli pendengaran serta memiliki penyakit kardiovascular berat dikeluarkan dalam penelitian ini. Kadar IL-6 dan skor MIS dinilai sebelum menjalankan proses HD di minggu pertama dan terkhir ramadan. Analisis dilakukan dengan menghitung median dari tiap variable dependen.
Hasil: Total 70 subjek diikutsertakan pada penelitian ini. Sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki (54,3%), berusia lebih dari 45 tahun (52,9%), berasal dari rumah sakit PMI (42,9%) dengan jenis dialiser LF (Lowflux) 78,6%. Durasi lama puasa lebih dari sama dengan 15 hari adalah 70%, tidak menjalankan ibadah puasa saat HD 71,4% dengan lama menjalani hemodialisis lebih dari 5 tahun 48,6% dan komorbid hipertensi 64,3%. Delta kadar IL-6 Kel berpuasa 6,1 pg/mL, kel tidak berpuasa 13,6 pg/mL dengan p=0,828. Delta MIS kel berpuasa 1 point dan kel tidak berpuasa 2 point dengan p=0,376.
Simpulan: Pasien hemodialisis rutin yang berpuasa ramadan menunjukan peningkatan kadar IL-6 dan skor MIS lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak berpuasa walaupun secara statistik tidak bermakna
Background and Objectives Ramadan fasting reduces sign of inflammation in healthy individuals. CKD patients who undergo routine hemodialysis, although those patients are not recommended to fast, most of them were still fasting. CKD is a chronic inflammation condition which indicated by high level of IL-6. Level of IL-6 is strongly correlated with Malnutrition- Inflammatory Score (MIS) and is a mortality predictor in PGK patients who undergo routine dialysis. Currently, there is no information on the effect of Ramadan fasting on CKD patients who undergo dialysis and whether it has similar effect on inflammation index compared to healthy individuals.
Materials and Methods: The study employed prospective cohort design which was done during Ramadan 2022 (April – May) on routine hemodialysis patients in 3 hemodialysis unit. The subject was divided into two groups (i.e. fasting/ non- fasting) where subjects with infection conditions, undergoing steroid therapy, pulmonary edema, uncontrolled diabetes, disability, hearing impaired, and cardiovascular disease are excluded from this study. Level of IL-6 and MIS score was taken before undergo hemodialysis in the first and last week of Ramadan. Data analysis was done by calculating median to every dependent variable.
Results: A total of 70 subjects were included in this study. Most of the subjects are male (54.3%), aged more than 45 years old (52.9%), taken from PMI hospital (42.9%), and with low-flux membrane dialyzers (LF) (78.6%). The duration of fasting was more or equal to 15 days (70%), undergo hemodialysis without fasting (71.4%), have been undergo hemodialysis for more than five years (48.6%) and comorbidity of hypertension (64.3%). The change of IL-6 level in fasting group was 6.1 pg/mL; not fasting group was 13.6 pg/mL with p value= 0.828. The difference in MIS in fasting group was 1 point and non-fasting group was 2 points with p value=0.376.
Conclusion: Patients undergo routine hemodialysis in fasting group showed increase in IL-6 levels and MIS score lower compared to non-fasting group, although statistically insignificant. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reinhart Greglorio
"Puasa Ramadan dapat menyebabkan perubahan pola tidur dan makan yang memengaruhi pasien dengan penyakit neurologis kronis. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas tidur pasien selama puasa Ramadan. Studi potong lintang ini melibatkan 40 pasien dengan penyakit neurologis kronis di Poliklinik Saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Februari hingga Juni 2023. Kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severity Index (ISI), Epworth Sleepiness Scale (ESS), dan STOP-BANG. Hasil menunjukkan 77,5% subjek mengalami gangguan tidur setelah puasa, dengan perubahan signifikan pada tingkat insomnia (ISI) dan risiko obstructive sleep apnea (OSA). Namun, tidak terdapat perubahan signifikan pada kualitas tidur menurut ESS dan PSQI. Mayoritas subjek (75%) adalah perempuan dengan usia rata-rata 40,25 tahun. Kesimpulannya, meskipun puasa dapat memicu gangguan tidur, manajemen yang tepat memungkinkan pasien menjalankan puasa tanpa dampak buruk yang signifikan terhadap kualitas tidur. Hal ini memberikan harapan bagi pasien dengan penyakit neurologis kronis untuk tetap menjalankan puasa secara aman.

Ramadan fasting can lead to changes in eating and sleeping patterns that affect patients with chronic neurological diseases. This study aimed to evaluate the sleep quality of patients during Ramadan fasting. A cross-sectional study was conducted involving 40 patients with chronic neurological diseases at the Neurology Clinic of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from February to June 2023. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severity Index (ISI), Epworth Sleepiness Scale (ESS), and STOP-BANG. The results showed that 77.5% of the subjects experienced sleep disturbances after fasting, with significant changes in insomnia severity (ISI) and the risk of obstructive sleep apnea (OSA). However, there were no significant changes in sleep quality as measured by ESS and PSQI. The majority of subjects (75%) were female, with an average age of 40.25 years. In conclusion, while fasting may trigger sleep disturbances, proper management enables patients to fast without significant adverse effects on sleep quality. This finding provides hope for patients with chronic neurological diseases to safely observe Ramadan fasting."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library