Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan sediaan yang efisien serta mutu pelayanan yang terkendali. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan pengelolaan dalam perencanaan kebutuhan obat secara tepat. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit sebagai salah satu puskesmas kecamatan di daerah Jakarta Timur perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti ketersediaan anggaran dan kapasitas ruangan penyimpanan. Terkait dengan ketersediaan anggaran, salah satu sistem perencanaan yang dapat digunakan adalah analisis dengan metode VEN yang mengelompokkan item obat berdasarkan manfaat setiap obat terhadap kesehatan sesuai kategori vital (V), esensial (E), dan non-esensial (N). Sistem perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran dalam menentukan prioritas perencanaan pengadaan obat. Kemudian, perlu dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan menggunakan data konsumsi sebelumnya agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa perencanaan obat berdasarkan metode VEN. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat dan stok akhir yang diambil dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bawa terdapat sebanyak 24 item obat (13,72%) yang termasuk kategori vital (V), 119 item obat (68,00%) kategori esensial (E), dan 26 item obat (18,28%) yang termasuk kategori non esensial (N) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Selain itu, terdapat sebanyak 132 item obat non program yang harus dilakukan pengadaan pada tahun 2023 yang terdiri atas 11 item obat vital, 99 item obat esensial, dan 19 item obat non esensial.

as budget availability and storage room capacity. Regarding budget availability, one of the planning systems that can be used is analysis using the VEN method, which groups drug items based on the health benefits of each drug according to vital (V), essential (E), and non-essential (N) categories. This planning system can increase the efficiency of budget use in determining priority drug procurement planning. Then, it is necessary to calculate procurement planning using previous consumption data in order to obtain more accurate results. The method used to develop this special assignment is a descriptive method to analyze drug planning based on the VEN method. The data used were obtained retrospectively using data on drug use and final stock taken from Usage Reports and Drug Request Sheets (LPLPO) as well as a literature study. The results showed that there were 24 drug items (13.72%) belonging to the vital category (V), 119 drug items (68.00%) essential category (E), and 26 drug items (18.28%) which included nonessential category (N) at the Duren Sawit District Health Center. In addition, there are 132 nonprogram drug items that must be procured in 2023 consisting of 11 vital drug items, 99 essential drug items, and 19 non-essential drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan sediaan yang efisien serta mutu pelayanan yang terkendali. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan pengelolaan dalam perencanaan kebutuhan obat secara tepat. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit sebagai salah satu puskesmas kecamatan di daerah Jakarta Timur perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti ketersediaan anggaran dan kapasitas ruangan penyimpanan. Terkait dengan ketersediaan anggaran, salah satu sistem perencanaan yang dapat digunakan adalah analisis dengan metode VEN yang mengelompokkan item obat berdasarkan manfaat setiap obat terhadap kesehatan sesuai kategori vital (V), esensial (E), dan non-esensial (N). Sistem perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran dalam menentukan prioritas perencanaan pengadaan obat. Kemudian, perlu dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan menggunakan data konsumsi sebelumnya agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa perencanaan obat berdasarkan metode VEN. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat dan stok akhir yang diambil dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bawa terdapat sebanyak 24 item obat (13,72%) yang termasuk kategori vital (V), 119 item obat (68,00%) kategori esensial (E), dan 26 item obat (18,28%) yang termasuk kategori non esensial (N) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Selain itu, terdapat sebanyak 132 item obat non program yang harus dilakukan pengadaan pada tahun 2023 yang terdiri atas 11 item obat vital, 99 item obat esensial, dan 19 item obat non esensial.

as budget availability and storage room capacity. Regarding budget availability, one of the planning systems that can be used is analysis using the VEN method, which groups drug items based on the health benefits of each drug according to vital (V), essential (E), and non-essential (N) categories. This planning system can increase the efficiency of budget use in determining priority drug procurement planning. Then, it is necessary to calculate procurement planning using previous consumption data in order to obtain more accurate results. The method used to develop this special assignment is a descriptive method to analyze drug planning based on the VEN method. The data used were obtained retrospectively using data on drug use and final stock taken from Usage Reports and Drug Request Sheets (LPLPO) as well as a literature study. The results showed that there were 24 drug items (13.72%) belonging to the vital category (V), 119 drug items (68.00%) essential category (E), and 26 drug items (18.28%) which included nonessential category (N) at the Duren Sawit District Health Center. In addition, there are 132 nonprogram drug items that must be procured in 2023 consisting of 11 vital drug items, 99 essential drug items, and 19 non-essential drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rapingah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Tenaga Kesehatan dalam memberikan ASI eksklusif. Metode yang digunakan adalah dengan sequencial explanatory mixed methods (kuantitatif dan kualitatif) dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 85 nakes perempuan yang memiliki bayi umur 7-24 bulan di Puskesmas Kecamatan se-Jakarta Timur. Instrumen penelitian menggunakan angket yang diisi oleh responden (self administer). Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemberian ASI eksklusif sebesar 54.1%. Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, dukungan keluarga, dukungan teman kerja, dukungan nakes dengan p value < 0.05.
Hasil analisis multivariat variabel umur dan pengetahuan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif dan faktor yang paling dominan adalah pengetahuan. Penelitian kualitatif dilakukan sebagai pendukung untuk hasil kuantitatif, jumlah sampel sebanyak 10 informan, teknik pengambilan data dengan wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan semi terstruktur. Faktor penghambat dalam perilaku pemberian ASI eksklusif adalah komitmen ibu yang kurang, masalah terkait menyusui, kurang pengetahuan keluarga. Saran agar nakes diberikan pelatihan terkait menyusui untuk meningkatkan pengetahuan, kebijakan yang lebih fleksibel kepada nakes yang masih menyusui, dan melengkapi fasilitas untuk menyusui.

This study aims to determine the factors associated with the behavior of female health workers in exclusive breastfeeding. The method that used in this study is the sequential explanatory mixed methods (quantitative and qualitative) with a cross-sectional study design. Number of samples in this study 85 female health workers who have infants aged 7-24 months in the sub-district primary health care throughout East Jakarta. This research using questionnaires filled out by the respondent (self-administer) for the instrument. This research also use chi-square and multiple logistic regression for analizing data. The results shown that the proportion of exclusive breastfeeding is 54.1%. Variables that associated with exclusive breastfeeding are knowledge, attitude, availability of facilities, family support, support co-workers, and support health workers with p value <0.05.
The result of multivariate analysis shown that behavior of exclusive breastfeeding is associated with age and knowledge and the most dominant factor is knowledge. Qualitative research is done as supported for quantitative results, total samples are 10 informants and using in-depth interviews with a semi-structured guide questions as a data collection techniques. The factor that inhibit mother for exclusive breastfeeding is lack of commitment, problems that related breastfeeding, and lack of knowledge of the family. Suggestion to health workers to be given a training that related to breastfeeding to improve knowledge, more flexible policies for health workers who are still breastfeeding, complementary facilities for breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhona Irani
"Penyakit diare masih termasuk masalah kesehatan masyarakat yang utama terutama di negara berkembang. Dari tahun ke tahun ditemukan sejumlah kasus baru dan masih sering timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa. Sebagian besar anak mengalami dehidrasi parah (kehilangan cairan dan elektrolit) ataupun malnutrisi serta komplikasi penyakit lainnya sebagai akibat dari keterlambatan pengobatan karena tatalaksana diare yang tidak tepat di rumah sehingga menjadi penyebab utama kematian akibat diare. Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan berperan penting dalam pelaksanaan upaya promotif dan preventif serta mendukung kemandirian hidup sehat melalui kerjasama lintas program. Dalam hal ini, promosi kesehatan di Puskesmas Jatinegara dalam bentuk media edukasi sangat diperlukan untuk mengenali diare dan gejala dehidrasi dini, upaya pencegahan melalui kebiasaan hidup sehat serta sanitasi yang baik, dan tatalaksana terapi diare yang tepat di rumah (lintas diare dan pengobatan swamedikasi). Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Jatinegara telah disampaikan dengan media leaflet mengenai edukasi pasien terkait diare mulai dari definisi hingga terapi antidiare yang bisa digunakan untuk swamedikasi.

Diarrheal disease is still a major public health problem, especially in developing countries. From year to year, a number of new cases are found and they still often arise in the form of Extraordinary Events. Most children experience severe dehydration (loss of fluids and electrolytes) or malnutrition and other complications as a result of delays in treatment due to improper management of diarrhea at home, which is the main cause of death from diarrhea. Puskesmas as the front line of health services play an important role in implementing promotive and preventive efforts as well as supporting independent healthy living through cross-program collaboration. In this case, health promotion at the Jatinegara Health Center in the form of educational media is needed to recognize diarrhea and symptoms of early dehydration, prevention efforts through healthy living habits and good sanitation, and proper management of diarrhea therapy at home (cross diarrhea and self-medication). Health promotion activities at Puskesmas Jatinegara have been delivered through leaflets on patient education related to diarrhea, from its definition to anti-diarrhea therapy that can be done by self-medication."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Chrisanta Veronica
"Pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu aspek penting yang berorientasi kepada pelayanan serta penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, serta bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan informasi obat dibutuhkan untuk membantu mencegah kesalahan penggunaan obat. Leaflet menjadi salah satu media cetak yang mudah dijangkau masyarakat. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan leaflet informasi mengenai cara penggunaan dan pembuangan berbagai jenis obat di Puskesmas Kecamatan Jatinegara.
Penelitian dilakukan secara observasional melalui pendekatan kualitatif. Adapun observasi dilakukan melalui studi literatur berdasarkan referensi ilmiah, regulasi nasional, dan dokumen operasional di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Analisa pemilihan informasi diperdalam dengan melakukan wawancara lanjutan, pencatatan, dan pengamatan secara langsung. Dilakukan penyusunan leaflet informasi obat dengan topik penggunaan lima bentuk sediaan obat dan cara pembuangan obat yang benar di rumah tangga. Kedua leaflet diletakkan pada lokasi pengambilan obat agar dapat dilakukan edukasi informasi obat secara bersamaan. Apoteker berperan penting dalam pemberian informasi obat agar dapat menjaga penggunaan obat rasional.

Pharmacy services at Community Health Centers (Puskesmas) are critical aspects oriented towards service and the provision of quality and affordable pharmaceutical preparations, medical devices and medical consumables for all levels of society. Drug information services are needed to help prevent drug misuse. Leaflets are one print media that is easily accessible to the public. An information leaflet on how to use and dispose of various types of drugs can be helpful at the Jatinegara District Health Center.
Observational research with a qualitative approach was done through literature studies based on scientific references, national regulations, and operational documents at the Jatinegara District Health Center. Follow-up interviews, recording, and direct observation were conducted to gain deeper information. Drug information leaflets were prepared with the topic of using five drug dosage forms and how to dispose of drugs in the household properly. Both leaflets were placed at the drug collection location so drug information education could be carried out simultaneously. Pharmacists are essential in providing information to maintain rational drug use.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tumbelaka, Denanda J.
"ABSTRAK
Kesehatan merupakan salah satu rangkaian dari program pembangunan yang dihadapi bangsa Indonesia di dalam rangka memasuki era tinggal landas menjelang tahun 2000 nanti. Dari data-data tentang status kesehatan yang diukur dengan, angka kesakitan, angka kematian dan status gizi memperlihatkan bahwa kesehatan di Indonesia merupakan suatu masalah yang perlu diperhatikan dan ditangani secara baik dan serius. Masalah-masalah ini timbul karena belum meratanya jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Dalam upayanya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan secara optimal, maka pemerintah mengikutsertakan pihak swasta di dalam program-program pelayanan kesehatan seperti, rumah sakit, balai kesehatan masyarakat, atau pelayanan kesehatan lain pada sekolah, tempat kerja dan lain-lain.
Universitas Trisakti sebagai suatu institusi pendidikan juga terlibat di dalam kegiatan pelayanan kesehatan dengan dibukanya suatu Pusat Kesehatan bagi Sivitas Akademika Universitas Trisakti maupun masyarakat umum yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Setelah berjalan selama kurang lebih 6 tahun ternyata Pusat Kesehatan Universitas Trisakti masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para karyawan Universitas Trisakti sendiri. Melihat kenyataan tersebut di atas, maka diadakanlah penelitian ini dengan tujuan agar diperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemanfaatan Pusat Kesehatan Universitas Trisakti oleh para karyawannya. Penelitian ini merupakan survey deskriptif analitik dengan pendekatan Cross-sectional-Cara pengumpulan data dengan metode mailing list. Tehnik analisis yang digunakan adalah Uji Chi Square yang diperkuat dengan Cramer's V. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran bahwa dari 8 variabel yang diteliti ternyata variabel tingkat pendidikan serta variabel waktu buka dan tarif kunjungan, memperlihatkan hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan Pusat Kesehatan Universitas Trisakti. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa tenaga kesehatan yang ada di Pusat Kesehatan Universitas Trisakti masih belum mencukupi kebutuhan.
Pusat Kesehatan Universitas Trisakti dapat meningkatkan perannya sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan yang baik apabila dapat berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat terwujud apabila faktor-faktor yang dianggap menjadi hambatan bagi perannya tersebut dapat ditangani sacara baik oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini pimpinan Universitas Trisakti dan unsur-unsur terkait lainnya. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Agung
"Dari uraian di atas tampak bahwa penerapan program masih banyak terdapat hambatannya. Uraian pada bab-bab sebelumnya memperlihatkan, penerimaan kedua program tersebut Baru pada penerimaan program Puskesmas saja yang berhubung_an dengan upaya penyembuhan penyakit yang tergolong ringan dan hanyapat dirasakan langsung hasil dan manfaatnya, misalnya penyakit muntaber atau diare yang sering menimpa penduduk setempat. Sebaliknya pada penyakit yang tergolong berat dan lama, seperti penyakit TBC, Berta penerapan program KB be-lum dapat diterima oleh warga kedua desa yang kami teliti"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Permata Sari
"Pelaksanaan manajemen lokakarya mini di puskesmas merupakan sarana evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan pada bulan sebelumnya. Tujuan dari lokakarya mini ini adalah untuk membahas hambatan yang ditemui terhadap pencapaian target cakupan program, serta membuat rencana kerja baru untuk bulan yang akan datang (Plan of Action/POA). Masih belum optimalnya manajemen lokakarya mini di puskesmas dicerminkan dengan proses perencanaan yang belum tersusun dengan baik, jadwal lokakarya mini yang sering ditunda, frekuensi yang tidak rutin, sehingga belum sesuai dengan pedoman lokakarya mini. Akibatnya, evaluasi dan lokakarya mini tidak dapat dilakukan secara optimal untuk penilaian kinerja puskesmas.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran manajemen lokakarya mini di puskesmas dengan pendekatan sistem. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam pada pimpinan puskesmas dan staf puskesmas yang terdiri dari kepala tata usaha, pemegang program KIA, imunisasi, dan PKM, serta melakukan telaah dokumen terhadap proses manajemen lokakarya mini yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Kebun Sikolos, pelaksanaan lokakarya mini puskesmas belum berjalan dengan baik dan belum sesuai dengan petunjuk buku pedoman lokakarya mini puskesmas. Masih kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan lokakarya mini, masih kurangnya pedoman dan protap lokakarya mini bagi seluruh staf, dan sebagian besar staf belum mengetahui pedoman dan protap tersebut. Perencanaan belum berjalan dengan baik, dimana jadwal kegiatan belum ada, pelaksanaan lokakarya mini sering ditunda karena kesibukan pimpinan dalam mengikuti rapat. Frekuensi lokakarya mini masih jarang, pelaksanaannya kadang-kadang 3 bulan sekali. Lokakarya mini sering diadakan karena keadaan yang mendesak, sering dilaksanakan pada pagi hari sebelum pelayanan puskesmas dimulai dengan waktu 1-1,5 jam, sehingga tujuan yang diharapkan belum maksimal. Hambatan yang ditemukan belum pernah dibahas untuk mencari upaya pemecahan masalahnya. Belum adanya rencana kerja bulan berikutnya dari hasil pelaksanaan lokakarya mini yang dilakukan untuk setiap program. Evaluasi pelaksanaan lokakarya mini juga belum pernah dilaksanakan sehingga penilaian kinerja puskesmas tidak tergambar.
Hasil penelitian ini menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang untuk menyusun suatu petunjuk teknis lokakarya mini puskesmas dan melakukan bimbingan teknis ke Puskesmas Kebun Sikolos agar menjalankan lokakarya mini puskesmas secara rutin. Bagi Puskesmas Kebun Sikolos disarankan untuk melaksanakan lokakarya mini secara rutin, terjadwal, sesuai dengan baku pedoman lokakarya mini puskesmas dengan tetap memperhatikan kegiatan pelayanan kepada masyarakat, misalnya dari jam 11.00 - 16.00, sehingga waktu diskusi dan perumusan pemecahan masalah dapat berjalan optimal, membuat perencanaan yang baik dengan melibatkan seluruh staf yang ada, didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana yang cukup sehingga tujuan dari lokakarya mini dapat tercapai. Diharapkan pimpinan puskesmas dapat mendorong pemberdayaan staf, membina kerjasama, serta membangun semangat kerjasama tim, sehingga dapat dihasilkan tim kerja yang solid dan handal.

The practice of mini workshop management in puskesmas serves as an evaluation tool for activities conducted in the previous month. The purpose of the mini workshop is to discuss obstacles encountered in achieving program coverage targets and to create a new action plan for the upcoming month (Plan of Action/POA). The less-than-optimal management of mini workshops in puskesmas is reflected in poorly organized planning processes, frequently postponed schedules, and irregular frequency, which do not align with the mini workshop manual. Consequently, evaluations and mini workshops are not optimally conducted for puskesmas performance assessment.
This research aims to review mini workshop management in puskesmas using a systems approach. The study employs qualitative methods, including in-depth interviews with puskesmas leadership and staff, such as administrative heads, KIA program holders, immunization officers, and PKM staff, as well as a document review of the mini workshop management process.
The research shows that at Puskesmas Kebun Sikolos, mini workshop management has not been well implemented and does not adhere to the puskesmas mini workshop manual. There is a lack of facilities and infrastructure required for conducting mini workshops, insufficient guidelines and protocols for all staff, and most staff are unaware of these guidelines and protocols. Planning is not well-executed, with no established schedule, and mini workshops are often postponed due to the leadership's involvement in meetings. The frequency of mini workshops is infrequent, sometimes occurring only once every three months. Mini workshops are often held under urgent circumstances, typically in the morning before puskesmas services start, taking 1-1.5 hours, which prevents achieving the desired outcomes. Obstacles encountered have not been addressed to find solutions. There is no working plan for the next month based on mini workshop results for each program. Evaluation of mini workshop execution has not been conducted, resulting in an unclear assessment of puskesmas performance.
This research suggests that the Health Agency of Padang Panjang City should develop technical guidelines for puskesmas mini workshops and provide technical guidance to Puskesmas Kebun Sikolos to conduct mini workshops regularly. Puskesmas Kebun Sikolos is advised to hold mini workshops routinely, on a scheduled basis, in accordance with the mini workshop manual, while maintaining service activities to the public, for example from 11:00 AM to 4:00 PM, so that discussion and problem-solving time can be optimized. Proper planning should involve all staff, supported by adequate facilities and infrastructure, so that the objectives of the mini workshop can be achieved. It is expected that puskesmas leaders will encourage staff empowerment, foster cooperation, and build team spirit to produce a solid and reliable team.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T32502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Rahmadanty
"Apoteker merupakan bagian dari tim pelayanan kesehatan yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas hidup pasien. Apoteker perlu memiliki kecakapan, keterampilan, dan sikap profesional agar dapat menjalankan perannya dengan baik. Agar dapat mencapai hal ini, calon apoteker perlu dibekali dengan kompetensi yang dibutuhkan. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan melalui praktik kerja profesi. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT Forsta Kalmedic Global pada bulan Januari—Februari 2022, Apotek Roxy Cabang Biak pada bulan Maret 2022, dan Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan pada bulan April 2022. Kegiatan praktik kerja di industri farmasi, apotek, dan pusat kesehatan masyarakat diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengalaman sehingga calon apoteker dapat melakukan praktik kefarmasian secara profesional.

Pharmacist is part of the healthcare team who plays a vital role in improving patients’ quality of life. Pharmacists ought to have professional attitudes and skills in order to perform successfully in their roles. To be there, young pharmacists must possess the necessary competences. One form of effort made through professional practices at PT Forsta Kalmedic Global in January–February 2022, Apotek Roxy Cabang Biak in March 2022, and Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan in April 2022. Professional practices in the pharmaceutical industry, pharmacy, and primary health care are expected to provide young pharmacist with insight and experience that will allow them to practice pharmacy professionally."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>