Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifatul Fani
Abstrak :
ABSTRAKTeknik laparoskopi kolesistektomi merupakan baku emas untuk penanganan kolelitiasis simptomatik. Angka kejadian rawat inap ulang merupakan representasi dari kualitas perawatan yang diberikan Rumah Sakit. Kejadian rawat inap ulang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor fisik, sosial budaya, dan medikal pasien. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rawat inap ulang pada pasien paska laparoskopi kolesistektomi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan retrospektif dan memilih 80 responden dengan tehnik consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar pengumpulan data. Analisis hasil penelitian menggunakan uji korelasi Spearman dan Coefficient contingency, serta uji komparasi Mann-Whitney. Analisis multivariat menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kejadian rawat inap ulang pasien paska laparoskopi kolesistektomi ditentukan usia, tingkat ekonomi, kepatuhan diet, dan tingkat aktivitas pasien sebesar 54,1%, sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian rawat inap ulang paska laparoskopi kolesistektomi adalah tingkat aktivitas (β= -0,383).
ABSTRACT Laparoscopic cholecystectomy is the gold standard for the treatment of symptomatic cholelithiasis. The incidence of readmission is a representation of the quality of care provided by the Hospital. Readmission can be influenced by various factors, both physical, socio-cultural, and medical factors. Objective: To analyze factors associated with readmission patients with laparoscopic cholecystectomy. This study used cross-sectional design with retrospective approach and recruited 80 respondents by consecutive sampling technique. Methods of data collection with questionnaires and data collection sheets. Analysis used Spearman and Contingency coefficient correlation, and Mann-Whitney comparison test. Multivariate analysis used linear regression. The results showed that readmission patients pasca laparoscopic cholecystectomy determined by age, economic level, diet adherence, and activity level amounted to 54.1%, while the rest is determined by other factors. The most dominant factor associated with the incidence of readmission pasca laparoscopic cholecystectomy is the level of activity (β = -0,383).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Wijayanti
Abstrak :
Resiko rawat inap pada pasien hemodialisis meningkat seiring dengan peningkatakan jumlah pasien hemodialisis, sehingga menyebabkan pasien beresiko tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit atau rawat inap ulang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap kejadian rawat inap ulang pada pasien hemodialisis di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan pendekatan retrospektif. Jumlah sampel dalam penelitian 111 responden, yang didapatkan dengan consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan cara kuesioner dan lembar pengumpulan data. Analisis hasil penelitian menggunakan Mann Whitneydan Kruskal-Wallis bivariat dengan ?=0,05, didapatkan hubungan yang signifikan antara kejadian rawat inap ulang dengan kepatuhan HD p=0,032 , anemia p=0,048 , dan dukungan sosial p=0,034 . Pada penelitian faktor yang paling dominan terhadap kejadian rawat inap ulang pasien hemodialisis adalah kepatuhan HD.
The risk of hospitalization in hemodialysis patients increases with the increase in the hemodialysis patients, thus causing patients at high risk for re entry to hospital or readmission. The purpose of this study is to determine the factors associated with the incidence of readmission in hemodialysis patients in dr. H. Abdul Moeloek Hospital Lampung Province. This research design used cross sectional study with retrospective approach. The number of samples in the study of 111 respondents, obtained with consecutive sampling. Methods of data collection by means of questionnaires and data collection sheets. Analysis of the results of the study using Mann Whitney and Kruskal Wallis bivariate with 0.05, found a significant relationship between the incidence of readmission with hemodialysis adherence p 0.032 , anemia p 0.048 , and social support p 0.034 . In the study of the most dominant factor on the incidence of readmission in hemodialysis patiens was hemodialysis adherence.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Yoga
Abstrak :
ABSTRAK
Readmisi merupakan kriteria penting dalam sistem pelayanan kesehatan, yakni sebagai indikator kualitas layanan dan efisiensi biaya rumah sakit. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara variabel karakteristik pasien (usia dan jenis kelamin), variabel klinis (lama hari rawat dan tingkat keparahan penyakit) dan variabel rumah sakit (kepemilikan dan tipe kelas rumah sakit) yang berhubungan dengan tingkat potensi readmisi pasien JKN Rawat Inap dengan Kode CMG I di Rumah Sakit Wilayah DKI Jakarta tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Penelitian ini menggunakan dua data sekuder, yaitu klaim pasien JKN di Rumah Sakit tahun 2014 dan sebagai tambahan menggunakan data pasien JKN di Rumah Sakit tahun 2014. Lokasi penelitian dilakukan pada seluruh Rumah Sakit yang bekerjasama dengan program JKN di wilayah DKI Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 (enam) variabel yang diteliti hanya 4 (empat) variabel yang berhubungan signifikan yaitu variabel usia, tingkat perubahan keparahan penyakit, lama hari rawat, kepemilikan Rumah Sakit. Variabel jenis kelamin tidak berhubungan terhadap potensi readmisi. Pada variabel Usia menunjukkan koefisien negatif yang berarti bahwa semakin bertambahnya usia, potensi readmisi semakin rendah. Pada variabel lama hari rawat menunjukkan koefisien positif, berarti bahwa semakin kecil lama hari rawat, peluang potensi readmisi semakin tinggi. Pada variabel tipe kelas Rumah Sakit menunjukkan koefisien positif, berarti semakin rendah tipe kelas Rumah Sakit, peluang untuk risiko potensi readmisi semakin tinggi.

Secara uji multivariat, variabel terkuat yang berhubungan dengan tingkat potensi readmisi adalah kepemilikan Rumah Sakit, dimana Kepemilikan Rumah Sakit merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan potensi readmisi dengan OR = 2 dan hasil estimasi diperoleh nilai koefisien positif, artinya pasien yang berasal dari rumah sakit swasta berpeluang 2 kali berpotensi readmisi setelah dikontrol dengan variabel usia pasien, dan lama hari rawat inap.
ABSTRACT
Readmission is an important criterion in the healthcare system, which is an indicator of the quality of service and cost efficiency of the hospital. This study aims to analyze the relationship between the variables of patient characteristics (age and gender), clinical variables (length of stay and level of severity) and the variable hospitals (ownership and type of hospital class) related to the potentially readmission patients JKN Hospitalization with Code I CMG Regional Hospital in Jakarta in 2014. the design study is a cross-sectional study. This study uses data from two secondary data, which claims JKN patients in the hospital in 2014 and in addition to using Data Provider (Hospital) in 2014. The research location is on the whole hospital in cooperation with JKN program in Jakarta.

The results showed than six (6) variables examined only four (4) significant variables related to the variable age, the rate of change in disease severity, length of stay, hospital ownership. Gender variable is not related to the potentially readmission. At the age variable indicates negative coefficient means that as we grow older, the lower the potentially readmission. In the variable length of stay showed a positive coefficient, meaning that the smaller the length of stay, the higher the potentially readmission. In class type Hospital variable showed a positive coefficient, meaning the lower the class type Hospital, opportunities for higher readmission potentially risks.

In multivariate analysis, the variables strongest related to the level of potentially readmission is proprietary Hospital, where private Hospital is the most dominant variable related to potentially readmission with OR = 2 and the estimated values obtained positive coefficient, meaning that patients from private hospitals 2 times the chance of potentially readmission after controlling for the variables age of the patient, and long days of hospitalization.
2016
T48621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Theresa Ayu Febrinia
Abstrak :
Pendahuluan. Bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada remaja dan dewasa muda secara global. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa 62% pasien mengalami readmisi psikiatri dengan risiko bunuh diri sebagai alasan terbanyak. Saat ini tidak banyak penelitian yang menilai faktor risiko yang memengaruhi readmisi pada pasien berisiko bunuh diri. Berdasarkan kebutuhan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang mempelajari tentang profil dan karakteristik pasien-pasien yang mengalami readmisi berulang karena risiko bunuh diri serta hubungannya dengan kejadian readmisi. Metode. Penelitian dengan rancangan studi potong lintang dengan melibatkan 38 rekam medis pasien yang dirawat inap psikiatri dengan indikasi risiko bunuh diri selama Januari 2020 hingga Juni 2022. Kedatangan ke Ruang Rawat Inap Psikiatri RSCM ditelusuri dari Electronic Health Record. Analisis data menggunakan uji chi-square, uji regresi logistik biner, dan Independent Sample T-test. Hasil. Terdapat 33 (86,84%) sampel yang mengalami rawat inap psikiatri berulang dalam satu tahun di RSCM. Tidak ditemukan hubungan bermakna profil demografi (usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan), frekuensi rawat inap sebelumnya, derajat risiko bunuh diri dan profil kepribadian terhadap kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri. Terdapat hubungan bermakna antara episode depresi dengan kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri, dengan peningkatan risiko 21,333 kali, namun tidak dapat digeneralisasi pada populasi umum karena interval kepercayaan yang lebar. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik, dan menerapkan evaluasi panduan tatalaksana bunuh diri yang menekankan pada kelompok yang rentan mengalami perawatan berulang atas indikasi risiko bunuh diri. ......Introduction. Suicide is one of the leading causes of death in adolescents and young adults globally. Study found 62% of patients had psychiatric readmissions with the risk of suicide being the most common factor. There were few literatures for risk factors in psychiatric readmission due to suicide risk. It is necessary to carry out research that studies the profiles and characteristics of patients who experience repeated readmissions due to the risk of suicide and its association to psychiatric readmissions. Method. The research was a cross-sectional study design involving 38 patient medical records who admitted to psychiatric ward RSCM with suicide risk in January 2020 – June 2022. Admission to the psychiatric ward were traced from the Electronic Health Record. Data analysis used chi-square test, fisher exact’s test, binary logistic regression test and independent sample t-test. Result. There were 33 samples (86,84%) who had psychiatric readmission within one year with suicide risk. No significant relationship was found between demographic factor (sex, age, working status, marital status), suicide risk severity, history of previous admission, and personality with readmissions due to the risk of suicide. There was significant relationship between depressive episode with readmissions due to the risk of suicide, which heighten the risk 21,333 folds. Nevertheless, high range of confidence interval indicates that this finding cannot be applied in general population. Conclusion. This study highlighted the need for a better study method and evaluating suicide risk management guideline with emphasis on group at risk for readmission due to suicide risk.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atmiroseva
Abstrak :
Sistem pembayaran INA-CBG dalam JKN diduga meningkatkan kejadian readmisi, didefenisikan sebagai kasus rawat-inap kembali pasien dalam waktu kurang 30 hari dengan kondisi Sama (diteliti dalam 4 model readmisi yaitu CMG/Adjacent-DRG/Severity-Level/Diagnosis-Primer Sama), cara pulang rawatan sebelumnya sembuh, pada rumah sakit yang Sama. Hanya satu kasus readmisi dihitung dalam 30 hari dari tanggal pemulangan pasien pada rawatan pertama per-periode-kasus-readmisi. Desain penelitian potong-lintang dengan data sekunder klaim rawat-inap Rumah Sakit wilayah BPJS-Kesehatan Cabang Sukabumi terverifikasi, data tahun 2015. Kejadian readmisi didapatkan pada 11 dari 13 Rumah Sakit untuk keempat model readmisi diteliti, terbanyak pada Readmisi-CMG-Sama, dan paling sedikit pada Readmisi-Severity-Sevel-Sama. Variabel independen adalah kepemilikan RS, Kelas/Tipe RS, diagnosis klinis (CMG, jenis-rawat-inap, Severity-Level, Diagnosis-Primer), selisih biaya, dan LOS (Length of Stay). Analisis multivariat menunjukkan variabel diagnosis-primer (kategori-kronis) dan severit-level (kategori-akut) paling berpengaruh. Selisih biaya negatif dan LOS yang lebih rendah tidak terbukti memiliki risiko readmisi lebih tinggi. Diagnosis Congestive Heart Failure dan Typhoid Fever memiliki kekerapan readmisi tinggi sekaligus diagnosis dengan selisih biaya positif tertinggi. Diagnosis Chemoterapy Session for Neoplasm, Aplastic Anaemia (unspecified), dan End-stage Renal Disease perlu mendapat perhatian karena kekerapan readmisi tinggi dan selisih biaya minus tertinggi. Risiko biaya total lebih 2 kali dari biaya kasus original (initial-admission). ...... The INA-CBG payment system in JKN is suspected to increase the incidence of readmission, defined as a case of patient re-hospitalization in less-than-30-days under the same conditions (studied in 4 readmission models of same- CMG/Adjacent-DRG/Severity-Level/Diagnosis-Primer), previous case recovered, at the same hospital. Only one case of readmission was calculated within-30-days from the date of discharge in the initial-admission per- readmission-case-periode. This is a cross-sectional study design with secondary data of verified-inpatient-claims of the Hospital of BPJS-Kesehatan-Sukabumi- Branch in 2015. The incidence of readmission was found in 11 of the 13 Hospitals of all four models, mostly in the same-CMG-readmission, and at least at the same-severity- level-readmission. The independent variables are hospital-ownership, hospital- types, clinical-diagnosis (CMG, inpatient-type, Severity-Level, Primary- Diagnosis), cost-difference, and LOS (Length of Stay). Multivariate analysis shows the primary diagnosis-type (chronic-category) and severity-level (acute- category) most influential. A lower-negative-cost and lower-LOS are not shown to have a higher risk of readmission. Diagnosis Congestive-Heart-Failure and Typhoid-Fever have high readmission frequency as well as diagnosis with the highest positive-cost-difference. Diagnosis of Chemotherapy Session for Neoplasm, Aplastic Anaemia (unspecified), and End-stage Renal Disease need attention because of high read-list-frequency and highest-minus-cost-difference. The total cost risk is more than 2 times the original-admissions cost.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Joice Polanida
Abstrak :
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering memerlukan pengobatan ulang di rumah sakit. Tingginya tingkat readmission pada pasien gagal jantung sering terjadi karena keterlambatan dalam mengenal gejala, ketidakpatuhan terhadap diet dan pengobatan, kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam self care. Self care dapat mencegah terjadinya perburukan sehingga readmission tidak terjadi, selain itu self care juga berdampak terhadap kualitas hidup. Individu dalam melakukan self care dipengaruhi beberapa faktor dari dalam maupun luar individu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik responden, status fungsional, komorbiditas, tingkat depresi, dukungan sosial, persepsi penyakit dengan self care pasien gagal jantung yang readmission. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan tehnik purposive sampling pada 93 responden pasien gagal jantung yang readmission di Ruang Rawat Inap dan Poliklinik Jantung RSUP Persahabatan. Hasil penelitian setelah dianalisis dengan Chi-square menunjukkan status perkawinan (p 0,028; α 0,05), pendidikan (p 0,018; α 0,05), komorbiditas (p 0,034; α 0,05), tingkat depresi(p 0,006; α 0,05), dukungan sosial (p 0,000; α 0,05), dan persepsi penyakit (p 0,002; α 0,05) memengaruhi self care responden secara signifikan. Kesimpulan penelitian ini adalah perlunya meningkatkan follow up setelah pasien pulang dan melibatkan keluarga dalam upaya self care.
Heart failure is the chronic diseases most often requires repeat treatment at the hospital. The high level of readmission patients heart failure often occurs due to delays in recognizing symptoms, noncompliance diet and treatment, lack of skills and knowledge self care. Self care can prevent deterioration so the readmission does not occur, besides it affects the quality of life. Individuals doing self care influenced by several factors from inside and outside. The purpose of this study to know the relationship of respondent characteristics, functional status, comorbidity, depression, social support, illness perception with self care patients heart failure readmission. The study used design cross sectional with purposive sampling technique in 93 patients heart failure readmission at Inpatient and Outpatient Care RSUP Persahabatan. The results this study after being analyzed by Chi square showed marital status (p 0,028; α 0.05), education (p 0,018; α 0,05), comorbidity (p 0,034; α 0,05), depression (p 0,006; α 0,05), social support (p 0,000; α 0,05), and illness perception (p 0,002; α 0,05) significantly influenced self care. The conclusions this study need to improve follow up after the patient returns home and involves the family effort to self care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Naulita
Abstrak :
Latar Belakang: Meskipun kontroversial, hospital readmission (HR) dapat mencerminkan keadaan pasien saat dipulangkan dan sebagai indikator untuk mengevaluasi mutu perawatan rumah sakit (RS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi dan faktor risiko HR pada pasien infeksi intrakranial. Metode Penelitian: Studi kohort retrospektif pasien infeksi intrakranial periode April 2019-November 2021, menggunakan data Indonesian Brain Infection Study dan telusur rekam medis. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dan Mann Whitney, dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik. Hasil: Insidensi HR pasien infeksi intrakranial sebesar 28,45%. Mayoritas subjek mengalami HR sebelum 30 hari (64,7%). Penyebab HR terbanyak adalah penyakit lain yang berbeda dengan diagnosis awal (55,9%). Komorbid penyakit ginjal meningkatkan risiko HR (aOR=7,2, IK 95%=2,2-23,8,p=0,000). Gejala klinis saat perawatan awal berupa kelemahan motorik dan kejang juga meningkatkan risiko HR (aOR=2,27,IK 95%=1,28-4,01, p=0,001) dan (aOR=1,93,IK 95%=1,02-3,62, p=0,037). Sedangkan ketersediaan pelaku rawat dapat menurunkan risiko HR (aOR=0,07,IK 95%=0,03-0,45, p=0,002). Kesimpulan: Insidensi HR pada pasien infeksi intrakranial dalam waktu 6 bulan sebesar 28,45%. Penyakit ginjal, gejala klinis kelemahan motorik dan kejang pada perawatan awal merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko HR, sedangkan ketersediaan pelaku rawat merupakan faktor yang dapat menurunkan risiko HR.  ......Background: Although controversial, hospital readmission (HR) can reflect the patient's condition at discharge and as an indicator to evaluate the quality of hospital care. This study aims to determine the incidence and risk factors for HR in intracranial infections. Method: A retrospective cohort study of intracranial infection patients, in period April 2019-November 2021, using secondary data from the Indonesian Brain Infection Study and tracing medical records. Bivariate analysis using Chi Square and Mann Whitney test, followed by multivariate logistic regression analysis. Results: The incidence of HR in patients with intracranial infections was 28.45%. The majority of subjects experienced HR before 30 days (64.7%). The most common cause of HR was other diseases that were different from the initial diagnosis (55.9%). Kidney disease comorbidity increased HR risk (aOR=7.2;95%CI=2.2-23.8;p=0.000). Clinical symptoms during initial treatment such as motor weakness and seizures also increased the risk of HR (aOR=2.27;95%CI=1.28-4.01;p=0.001) and (aOR=1.93;95%CI=1.02-3.62;p=0.037). Meanwhile, the availability of caregivers can reduce HR risk (aOR=0.07;CI 95=0.03-0.45;p=0.002).   Conclusion: The incidence of HR in patients with intracranial infection within 6 months was 28.45%. Kidney disease, motor weakness and seizures are factors that can increase the risk of HR, while the availability of caregivers is a factor that can reduce the risk of HR.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Darmawan
Abstrak :
Latar belakang: Asma merupakan penyakit ditandai peradangan saluran napas kronik. Satu dari tiga kasus tidak memberikan respon adekuat. Modalitas alternatif terapi  asma adalah magnesium inhalasi. Inhalasi magnesium memiliki efek samping sistemik minimal. Oleh karena itu, peran magnesium inhalasi perlu diteliti lebih lan Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan keamanan pemberian magnesium inhalasi pada pasien dewasa mengalami  asma akut. Metode: Penelusuran literatur dilakukan dua peneliti independen melalui: PubMed/ MEDLINE, Google Scholar, ProQuest, dan Cochrane dengan kata kunci “magnesium inhalasi” dan “serangan asma” dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Pencarian manual dan snowballing dilakukan di portal data nasional. Studi yang dimasukkan adalah uji acak terkontrol mengenai perbandingan magnesium inhalasi dengan terapi standar pada serangan asma akut. Penilaian efektivitas berdasarkan parameter readmisi, tanda vital, perbaikan klinis, serta fungsi paru, sedangkan keamanan berdasarkan parameter efek samping. Protokol telaah sistematis didaftarkan pada PROSPERO. Hasil: Lima artikel diikutsertakan dalam telaah sistematis. Dua artikel diikut-sertakan menilai aspek  readmisi. Tiga studi  menilai hubungan magnesium terhadap tanda vital pasien. Dua studi menilai tingkat keparahan penyakit dan perbaikan klinis. Studi menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna pemberian magnesium inhalasi pada aspek readmisi pasien (RR 1; IK 95% 0.92 - 1,08; p= 0,96), dan saturasi oksigen (MD  1,82; IK 95%: -0.89 - 4.53; p= 0.19). Ada penurunan bermakna laju napas pasien  (MD -1,72; IK 95% -3,1 -0.35; p= 0.01), dan perbaikan gejala pada pasien  (RR 0.29; IK95% 0.18 - 0.47; p <0.001). Ada peningkatan bermakna efek samping pasien magnesium inhalasi (HR 1.56; IK 95% 1.05 – 2.32; p= 0.32). Efek samping relatif ringan  berupa hipotensi dan rasa mual.  Kesimpulan: Magnesium inhalasi memperbaiki  klinis pasien asma terutama gejala, laju napas, dan fungsi paru.  Magnesium inhalasi dikatakan aman jika diberikan pada pasien, namun hati-hati penggunaan pada pasien hipotensi. ......Background:  Asthma is a disease characterized by chronic airway inflammation. Asthma occurs to many people worldwide. One third of asthmatic case did not respond adequately to standard therapy (Short Acting Beta Agonist, Anticholinergic, Corticosteroid). One of alternative treatment of asthma is inhaled magnesium.  Theoretically, inhaled magnesium is thought to have less systemic side effect and could act directly to respiratory tract. However, the role of inhaled magnesium therapy is not established yet. Objective: This review is made to evaluate the effectiveness and safety of nebulized magnesium in adult with acute asthma attack. Methods: Literature search was conducted by two independent investigators through online databases: PubMed/MEDLINE, Cochrane, ProQuest, and Google scholar using the keywords “inhaled magnesium” and “asthma” in English and Indonesian. Manual searches and snowballing were carried out through national data portals and medical faculty e-libraries. Journal articles included in this study are randomized controlled trials that observed inhaled magnesium in adult with acute asthma attack. All the protocol of this systematic review has been registered in PROSPERO. Result: There are five articles included in this review. Two of them evaluate the effect of magnesium in term of readmission, three of the studies measures effect of magnesium in vital sign, and two of them evaluate the effect of magnesium in term of severity of asthma There is no significant difference in readmission rate and oxygen saturation in magnesium group compared to control (RR 1; 95% CI 0.92 to 1,08; p= 0,96 and MD 1,82; 95% CI -0.89 to 4.53; p= 0.19, respectively). There is significant reduction of respiratory rate and clinical severity in magnesium (MD -1,72; 95% CI   -3,1 to 0.35; p= 0.01, RR 0.29; 95% CI 0.18 to 0.47; p <0.001, respectively). There was a higher risk of side effect in magnesium group (HR 1.56; 95%CI 1.05 to 2.32; p= 0.03). However, the side effect is relatively mild such as hypotension and nausea. Conclusion: Inhaled magnesium improves clinical outcome for patient with asthma attack especially lung function, improvement of clinical outcome, and lung function. Moreover, Inhaled magnesium is considered safe to be given to asthmatic patient. However, the inhaled magnesium is given with caution in patient with hypotension.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dya Pratama Andryan
Abstrak :
Latar Belakang : Aplikasi mHealth menjadi modalitas menjanjikan dalam prevensi sekunder sindrom koroner akut. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi mHealth HARKIT iCare terhadap angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat. Tujuan : Mengetahui efek penggunaan aplikasi HARKIT iCare dibandingkan dengan layanan standar terhadap angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat. Metode : Studi ini adalah uji klinis acak tunggal,106 subyek pasien pasca-sindrom koroner akut dirandomisasi dengan permutasi blok acak ke kelompok aplikasi berbasis aplikasi ponsel pintar HARKIT iCare atau layanan standar. Subyek diikuti selama 6 bulan lalu dilihat angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 sebagai parameter luaran. Hasil : Rehospitalisasi berulang lebih rendah pada kelompok iCare dibandingkan kontrol setelah dilakukan analisis multivariat (2 [3.7%] vs 7 [13.5%], HR 0.11 [IK 95% 0.01-0.98], p=.048). Rehospitalisasi tak terencana lebih rendah pada kelompok iCare dibanding kontrol, tidak berbeda bermakna (13 [24.1%] vs 16 [30.8%], HR 0.73 [IK 95% 0.35-1.53], p=.41). HARKIT iCare berkorelasi pada peningkatan tingkat kepatuhan secara signifikan setelah dilakukan analisis multivariat (16 [30.8%] vs 26 [48.1%], RR 2.37 [IK 95% 1.00-5.61], p=.049). Terdapat peningkatan bermakna secara statistik perbedaan nilai median kepatuhan minum obat berdasarkan MMAS awal dan akhir pada kelompok iCare dibandingkan kontrol (iCare - MMAS awal 6.5 [2-8] akhir 8 [4-8] Δ median = +1.5, p=.000 ; kontrol - MMAS awal 7 [3-8], akhir 8 [5-8], Δ median = +1, p=0.053 ). Kesimpulan Penggunaan aplikasi HARKIT iCare berkorelasi dengan angka rehospitalisasi berulang yang lebih rendah dan peningkatan derajat kepatuhan minum obat diukur dengan peningkatan median MMAS. ......Background Smartphone based mHealth applications is a promising platform for increase adherence to secondary prevention programs post acute coronary syndrome. The aim of this study is to know the impact of smartphone based mHealth applications HARKIT iCare on rehospitalization and medication adherence. Objective To determine the impact of HARKIT iCare apps on secondary prevention compared to standard care on rehospitalization and medication adherence. Method Study was a single blinded randomized clinical trial involving 106 subjects post-acute coronary syndrome. Subjects were randomized by permuted block randomization into HARKIT iCare (intervention) group or standard care. Subjects were followed for 6 months. The outcome of this study was rates of unplanned and recurrent rehospitalization, and also medication adherence by questionnare MMAS-8. Result Recurrent hospitalization occurred fewer in the iCare group compared to control (Adjusted, 2 [3.7%] vs 7 [13.5%], HR 0.11 [CI 95% 0.01-0.98], p=.048). Unplanned rehospitalization also occured fewer in iCare group compared to control, significantly different (13 [24.1%] vs 16 [30.8%], HR 0.73 [CI 95% 0.35-1.53], p=.41). HARKIT iCare related to increased levels of adherence (Adjusted, 16 [30.8%] vs 26 [48.1%], RR 2.34 [CI 95% 1.03-5.33], p=.049). Comparison between pre and post median MMAS was significant for iCare group but not with control group. (iCare - MMAS pre 6.5 [2-8] post 8 [4-8] Δ median = +1.5, p=.000 ; control - MMAS pre 7 [3-8], post 8 [5-8], Δ median = +1, p=.053). Conclusion HARKIT iCare related with fewer recurrent rehospitalization, increase of medication adherence and improvement of median MMAS significantly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Sekarsari
Abstrak :
Perawatan mandiri merupakan bagian integral dalam keberhasilan manajemen pasien gagal jantung. Peneliti menggunakan 3 pendekatan model terintegrasi yaitu transtheoretical, orem dan motivational interviewing model yang disebut model "PrOMiSe". Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan perilaku perawatan mandiri pasien gagal jantung. Kuasi-eksperimental disain digunakan dalam penelitian ini. Sejumlah 100 pasien gagal jantung didaftar selama rawat inap. Kelompok intervensi diberikan intervensi model "PrOMiSe" selama tiga bulan dari perawat kardiovaskular terlatih. Uji statistik menggunakan independent t-test, chi square, uji Mann Whitney, regresi logistik, Kaplan Meier dan Cox regresi. Hasil: terdapat perbedaan bermakna perawatan mandiri, indek pengetahuan dan tahap perubahan, readmission dan atau kematian pasien gagal jantung setelah intervensi model antar kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan: Model "PrOMiSe": integrasi edukasi dan konseling efektif dalam meningkatkan perawatan mandiri, pengetahuan, tahap perubahan dan menurunkan peluang readmission dan atau kematian pasien gagal jantung. Rekomendasi: diperlukan kebijakan penerapan model dan penelitian lanjutan tentang konseling perawatan. ...... Self-care is an integral part in the successful management of heart failure patients. The aims of research was to increase self-care behavior of patients with heart failure. We used a three model integrated approach, the transtheoretical, orem and motivational interviewing model, or simply termed "PrOMiSe". Quasiexperimental design was used in this study. One hundred patients with heart failure enrolled during hospitalization. Intervention group received intervention "PrOMiSe" model over a three month period from nurse trained. Statistical tests used independent t-test, chi square, Mann Whitney test, multiple logistic regression, Kaplan Meier and Cox regression. Results: there were significant differences􀀁in heart failure self-care, knowledge heart failure index and stages of change and readmission and/ or death after the intervention "PrOMiSe" model between the control and intervention group. Conclusion: the "PrOMiSe" model was effective in increasing heart failure self-care, knowledge heart failure index, stages of change and reducing survival readmission and/ or death in heart failure patients. Recommendation: necessary policy and further research related with counseling heart failure self care is needed.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
D1458
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>