Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988
612.313 LUD t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Savendra Pratama
Abstrak :
Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit yang dialami oleh masyarakat Indonesia, disebabkan oleh proses demineralisasi jaringan keras gigi. Saliva adalah faktor perlindungan alami terhadap karies yang dapat distimulasi oleh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol. Tujuan: Mengetahui pengaruh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol terhadap laju aliran saliva. Metode: Penelitian menggunakan metode cross-over. Total subyek 30 anak diberikan 3 macam perlakuan (pengunyahan parafin, 2 buah dan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol) selama 5 menit. Pemeriksaan menggunakan gelas ukur salivary test kit GC. Hasil penelitian: Uji statistik ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0,05) antara semua kelompok. Kesimpulan: Terjadi peningkatan laju aliran saliva dengan pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol dan peningkatan terjadi seiring dengan penambahan jumlah permen karet yang mengandung xylitol.
Background: Dental caries is a common oral disease to the Indonesians, which is caused by demineralization of tooth?s hard tissues. Saliva is a natural protective agent against caries that can be stimulated by chewing xylitol chewing gum. Objective: To identify the effect of chewing xylitol chewing gum on salivary flow rate. Method: Cross-over method. Thirty children having decayed and filled tooth ≥ 3 teeth are given 3 kinds of treatment (chewing paraffin, chewing 2 pieces, and chewing 4 pieces of xylitol chewing gum) on a 5-minute basis. Salivary flow rates are evaluated using GC salivary test kit metric cups. Result: Statistical evalution of one-way ANOVA shows significant differences (p<0,05) between all groups. Conclusion: There is an increase of salivary flow rate after chewing xylitol chewing gum, and the increase is proportional to the amount of the chewing gum.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Dhearine
Abstrak :
Latar Belakang : Karies adalah penyakit gigi yang sering terjadi di Indonesia. Saliva berperan dalam terjadinya karies. Saat ini xylitol dapat mencegah karies dan belum ada penelitian yang melihat pengaruh xylitol terhadap pH saliva. Tujuan: mengetahui pengaruh mengunyah permen karet yang mengandung xylitol terhadap perubahan nilai pH saliva. Metode: 30 anak berusia 10-12 tahun diberikan tiga perlakuan: mengunyah parafin, 2 permen karet xylitol, dan 4 permen karet xylitol selama 5 menit. Data dianalisis dengan uji statistik dengan p<0,05. Hasil: Kelompok sebelum dan sesudah parafin, 2 xylitol, serta 4 xylitol didapat masing-masing nilai p=0,000; kelompok sesudah parafin dengan sesudah 2 xylitol (p=0,472); kelompok sesudah parafin dengan sesudah 4 xylitol (p=0,000). Kesimpulan: Peningkatan pH saliva terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah permen karet xylitol.
Background: Dental caries is one of the common dental health problem in Indonesia. Saliva has a role in caries process. Recently, xylitol usage can prevent dental caries and no research has studied the effect on salivary pH. Objective: Identify the effect of xylitol xhewing gum on salivary pH. Method: 30 subjects aged between 10-12 years will get three kinds of treatment (cross-over method): chewing paraffin, 2 pieces of xylitol chewing gum, and 4 pieces of xylitol chewing gum on a 5 minute basis. The research data will be evaluated with statistic analysis (p<0,05). Result: Before and after parafin, 2 xylitol, and 4 xylitol p=0,000; between parafin and 2 xylitol p=0,472; between parafin and 4 xylitol p=0,000. Conclusion: The increase of salivary pH is proportional to the amount of the gum chewed.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edward Dwingadi S.
Abstrak :
Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit yang sangat umum terjadi di Indonesia. Faktor - faktor yang menyebabkan karies gigi antara lain peningkatan retensi dan akumulasi plak, asam organic pada gigi, penggunaan flour, frekuensi diet asam dan karbohidrat, serta factor pelindung dari pelikel dan saliva. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah dengan penggunaan xylitol sebagai pemanis pengganti gula karena tidak bisa difermentasi oleh bakteri. Tujuan: Mengetahui pengaruh mengunyah sejumlah permen karet xylitol terhadap kapasitas buffer saliva. Metode: Menggunakan cross-over, melibatkan 30 anak berusia 10-12 tahun yang memiliki gigi karies atau ditambal ≥ 3. Setiap subyek diberikan tiga perlakuan, yaitu: pengunyahan parafin, pengunyahan 2 buah permen karet xylitol, dan pengunyahan 4 buah permen karet xylitol. Pemeriksaan kapasitas buffer saliva menggunakan Salivary Check merek GC. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pengukuran statistic Kruskall- Wallis dan U Mann - Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermaknaan nilai kapasitas buffer setelah pengunyahan antara parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol (p<0,05). Simpulan: Terjadi peningkatan kapasitas dapar saliva setelah mengkonsumsi permen karet yang mengandung xylitol dan peningkatan ini terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah permen karet yang mengandung xylitol.
Background: Dental caries is a very common disease in Indonesia. Factors that cause dental caries are increased retention and accumulation of plaque, increased production of organic acids at tooth interface, usage of fluoride, frequency carbohydrate and dietary acids, and the protective factors of pellicle and saliva. One of ways to prevent dental caries is by using xylitol as alternative sweeteners because bacteria can?t fementized it. Objectives: To identify the effect of chewing gum that contains xylitol on salivary buffer capacity. Method: Using cross-over method, involving 30 subject aged between 10-12 years who have carious and restored teeth ≥ 3. Every subject will get three kinds of treatment for 5 minutes: chewing paraffin, chewing 2 xylitol chewing gum, and chewing 4 xylitol chewing gum. Salivary buffer capacity is checked with Salivary Test kit from GC. The research data was analized with Kruskall-Wallis and U Mann Whitney. Result : There were reasonable level of significance of salivary buffer capacity after chewing paraffin, 2 pieces of xylitol, and 4 pieces of xylitol (p<0,05). Conclusion: Salivary buffer capacity increased after consuming chewing gum that contains xylitol and the increasing along with the chewing gum amount.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyaningrum Sekar Ardiasti
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas adalah keadaan patologis akibat penimbunan jaringan lemak berlebih. Leptin merupakan indikator biologis untuk mengukur obesitas. Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab karies. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pembentukan biofilm S. mutans in vitro antara anak obesitas dan anak normal (kajian kadar leptin saliva). Sampel plak dan saliva didapatkan dari 20 anak obesitas dan normal, dinilai sampel plak untuk uji biofilm dan ELISA untuk menilai kadar leptin saliva. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna pembentukan biofilm S. mutans in vitro antara anak obesitas dan normal (p=0.14) dengan kadar leptin saliva yang lebih tinggi secara signifikan pada anak obesitas dibandingkan anak normal (p=0.003).
ABSTRACT
Obesity is pathological condition caused by accumulation of fatty tissue in excess. Leptin as biological indicator to measure obesity. Streptococcus mutans is etiology of dental caries. This study aimed to examine difference of biofilm formation S. mutans in vitro between obese and normal children (Review by Salivary Leptin Level). Plaque and saliva samples were collected from 20 obesity and normal children, in value biofilm formation by biofilm test and ELISA to assess salivary leptin level. The study showed no significance difference in biofilm formation S. mutans in vitro between obesity and normal children (p=0.14) with significance difference in salivary leptin in obese compared normal children (p=0.003).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
Abstrak :
Inflamasi gingiva adalah kondisi patologis yang paling sering disebabkan oleh plak bakteri.Secretory immunoglobulin A (sIgA) adalah immunoglobulin yang menonjol pada saliva dan merupakan mekanisme pertahanan spesifik utama rongga mulut.Secretory immunoglobulin A meningkat jika terdapat stimulus imunologi lokal, salah satunya adalah alat ortodonti cekat.Pada penggunaan alat ortodonti cekat juga terjadi peningkatan akumulasi plak dan inflamasi gingiva. Penelitian mengenai hubungan sIgA dengan inflamasi gingiva menunjukkan hasil yang bervariasi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat. Sampel saliva didapatkan dari 16 anak yang menggunakan alat ortodonti cekat dengan inflamasi gingiva dan 16 yang menggunakan alat ortodonti cekat tanpa inflamasi gingiva. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan Gingival Index untuk menilai inflamasi gingiva,dan sample saliva diukur kadar sIgAnya dengan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat (r =0,282 p=0.290). Semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat, maka semakin tinggi inflamasi gingivanya. ...... Gingival Inflammation is a pathologic condition that often caused by bacterial plaque. Secretory immunoglobulin A (sIgA) is the main immunoglobulin in saliva and specific defense mechanism in oral cavity.Secretory immunoglobulin A is stimulated by local immune factor. Orthodontic fixed appliance is one of the local factor. Fixed appliance may increase the value of plaque and gingival inflammation. Research about correlation between sIgA level and gingival inflammation shows vary results. This study aimed to analyze correlation between salivary sIgA and gingival inflammation in children with fixed ortodontic appliance.Saliva samples were collected from 32 children with ortodontic appliance. Sixteen of them have gingival inflammation, and 16 of them have no gingival inflammation. Gingival Index were examined and use ELISA to asses salivary sIgA level. The study showed there is weak and not significant positive correlation between salivary sIgA level and gingival inflammation in children with orthodontic appliance (r =0,282 p=0.290).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meta Yunia Candra
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Penerbang Sipil merupakan profesi pekerjaan yang memiliki resiko mengalamistres karena tantangan yang dihadapinya setiap hari, seperti lingkungan penerbangan, ketinggian,kebisingan, komunikasi, dan getaran. Penerbangan jarak dekat yang terjadi di Indonesia sebagainegara kepulauan tidak dapat dihindirai oleh penerbang sehingga dapat menjadi pemicu terjadikelelahan yang menyebabkan stres. Untuk mengukur kelelahan yang menyebabkan stres padapenerbang sipil dapat diketahui berdasarkan kuesioner dan biomarker stres dapat mengunakansampel saliva dengan mendeteksi kadar enzim alfa amilase saliva. Tujuan : Dengan mengetahuihubungan stres akibat faktor kelelahan pada penerbang sipil Indonesia terhadap kadar enzim alfaamilase saliva, maka diharapkan dapat meningkatkan keselamatan penerbangan sipil Indonesia.Metode : membandingkan kadar enzim alfa amilase saliva pada dua kelompok penerbang sipilIndonesia yang melakukan penerbangan sektor dan memiliki jam terbang total lebih dari 6624 jamdengan kelompok penerbang sipil Indonesia yang yidak melakukan penerbangan sektor danmemiliki jam terbang total kurang dari 6624 jam. Hasil : Terdapat hubungan peningkatan kadarenzim alfa amilase saliva pada kelompok penerbang sipil dengan Indonesia yang melakukanpenerbangan sektor dan memiliki jam terbang total lebih dari 6624 jam dengan kelompokpenerbang sipil Indonesia yang tidak melakukan penerbangan sektor dan memiliki jam terbangtotal kurang dari 6624 jam. Kesimpulan : Kadar enzim alfa amilsae saliva berbeda secarasignifikan pada dua kelompok penerbang, sehingga enzim alfa amilase saliva dapat dijadikanbiomarker untuk mengetahui adanya stres pada penerbang sipil Indonesia.
ABSTRACT
Background Aviators are one of the high risk jobs that have high levels of stress due to aviationenvironment, altitude, noise, communication and vibration. Indonesia as an archipelagic countryrequires its civilian aviators to go through high frequency intersection routes between islands. Thiscircumstance triggers fatigue that leads to a stress condition. Salivary amylase is an enzyme thatcan be used as a stress biomarker. Aim This study aims at analyzing the effect of stress on salivary amylase levels in Indonesian civil aviators. Methods comparing salivary alpha amylaseenzyme levels in two groups of Indonesian civil aviators who are on a sector flight and have a totalflight time of more than 6624 hours with Indonesian civil aviation groups that do not fly sectorsand have a total flight time of less than 6624 hours. Result Nineteen people 47.5 from 40subjects were clinically diagnosed fatigue. Ten out of nineteen subjects 52.6 had high SAAlevel and the rest had moderate one. Summary Based on this study, SAA level can be utilized asan effective tool for forensic investigation on aviation accidents and or incidents caused by humanfactors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ismayanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh saliva buatan dengan pH yang berbeda-beda terhadap terhadap kekuatan tarik diametral Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) yang dilapisi bahan pelindung varnish dan nanofilled coating agent. Spesimen yang dilapisi bahan pelindung direndam dalam saliva pH 4,5, 5,5, dan 7 selama 24 jam dalam inkubator bersuhu 37°C. Kekuatan tarik diametral diuji dengan Universal Testing Machine. Hasil menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada seluruh spesimen yang dikelompokkan berdasarkan tingkat keasaman saliva serta jenis bahan pelindung (p>0,05). Bahan pelindung varnish maupun nanofilled coating agent dapat bertahan dengan baik pada SIKMR dalam kondisi asam yang merupakan simulasi keadaan rongga mulut pada kelompok orang dengan resiko karies tinggi selama 24 jam proses maturasinya.
The aim of this study was to evaluate the effect of artificial saliva with different acidities on the diametral tensile strength of RMGIC coated with varnish and nanofilled coating agent. The specimens coated with coating agents were immersed in artificial saliva with the pH of 4.5, 5.5, and 7 for 24 hours at 37°C. The diametral tensile strength of the specimens were tested with Universal Testing Machine. There were no significant differences on the diametral tensile strength of all specimens that were put into groups based on the acidity of the saliva and the type of coating agent (p>0.05). Both varnish and nanofilled coating agent stayed on the RMGIC in the acidic condition that simulated the true condition of oral cavity of people with high caries risk for the 24 hours of maturation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farahdillah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pH saliva terhadap kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca (SIK) yang dilapisi coating agent. Spesimen SIK yang telah dilapisi varnish dan nanofilled coating agent direndam dalam saliva buatan pH 4,5 5,5 dan 7 selama 24 jam pada suhu 37ºC, kemudian dilakukan pengujian kekuatan tarik diametral dengan Universal Testing Machine. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna nilai kekuatan tarik diametral SIK yang dilapisi varnish maupun nanofilled coating agent dengan menurunnya pH saliva (p<0,05). Disimpulkan bahwa pH saliva tidak mempengaruhi kekuatan tarik diametral SIK yang dilapisi varnish maupun nanofilled coating agent.
The aim of this study was to analyze the effect of salivary pH to diametral tensile strength of Glass Ionomer Cement (GIC) coated by coating agent. GIC specimens coated by varnish and nanofilled coating agent were stored in artificial saliva pH 4,5 5,5 and 7 for 24 hours at 37ºC, then diametral tensile strength was tested by Universal Testing Machine. Result showed that there was no significant different in diametral tensile strength of GIC coated by varnish and nanofilled coating agent with decreasing of salivary pH (p<0,05). It can be concluded that salivary pH does not affect the diametral tensile strength of GIC coated by varnish or nanofilled coating agent.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aliya Khairunnisa
Abstrak :
Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivator stimulus simpatis yang berpengaruh pada komposisi saliva, termasuk Streptococcus mutans-binding salivary protein SMBSP. Interaksi antara SMBSP dengan bakteri rongga mulut dapat memfasilitasi atau menghambat pertumbuhan biofilm S. salivarius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pemberian SMBSP dari subjek pelari dan non-pelari terhadap pertumbuhan biofilm S. salivarius. Metode pengelompokkan subjek pelari dan non-pelari dikelompokkan menggunakan metode subjektif melalui riwayat lari dan metode objektif melalui uji kapasitas kebugaran VO2max. SMBSP didapatkan melalui interaksi protein saliva pelari dan nonpelari dengan bakteri S. mutans. Uji pertumbuhan biofilm bakteri S. salivarius ATCC 9222T dilakukan dengan pewarnaan crystal violet selama waktu inkubasi 3 jam dan 24 jam. Data dianalisis menggunakan uji One-way ANOVA dan Kruskal Wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan biofilm S. salivarius dengan pemberian SMBSP pelari meningkat namun tidak signifikan p>0.05 pada waktu 3 jam dan 24 jam, sedangkan dengan pemberian SMBSP non-pelari meningkat signifikan pada waktu 3 jam p le;0.05 dan meningkat tidak signifikan p>0.05 pada waktu 24 jam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah SMBSP dari subjek pelari tidak memiliki efek menghambat terhadap pertumbuhan biofilm S. salivarius, sedangkan dari subjek nonpelari efektif memfasilitasi pertumbuhan biofilm S. salivarius pada waktu inkubasi 3 jam. ...... Physical exercise is a strong activator of the sympathetic nervous system which may affect saliva composition, including Streptococcus mutans binding salivary protein SMBSP. SMBSP interaction with oral bacteria may facilitate or inhibit the growth of S. salivarius biofilm. The aim of the study was to analyze the effect of SMBSP from runners and non runners towards S. salivarius biofilm growth. The methods used for runner and non runners grouping were a running history subjective method and VO2max fitness capacity test objective method. SMBSP was obtained by the interaction of both groups salivary protein with S. mutans. Biofilm growth assay of S. salivarius ATCC 9222T was conducted using crystal violet staining in 3 and 24 hours incubation time. The data were analyzed using One way ANOVA and Kruskal Wallis test. There was an increased growth of S. salivarius biofilm added by the runners rsquo SMBSP although not significant p 0.05 both in 3 and 24 hours incubation time. Meanwhile, when added by non runners rsquo SMBSP, the S. salivarius biofilm growth increased significantly p le 0.05 at 3 hours incubation time. This results suggested that the SMBSP from runners does not inhibit S. salivarius biofilm growth, while that from the non runners facilitates S. salivarius biofilm growth at 3 hours incubation time.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>