Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naila Fairuz Adivarie
Abstrak :
Perilaku sedentari berhubungan dengan kebiasaan tidak banyak melakukan aktivitas fisik yang berdampak buruk pada kesehatan anak-anak dan remaja. Perilaku sedentari menyebabkan peningkatan lemak sehingga seseorang cenderung menjadi gemuk dan berujung pada obesitas. Individu dengan kondisi obesitas memiliki potensi lebih tinggi untuk terserang penyakit tidak menular. Lebih dari 80% populasi remaja dunia kurang melakukan aktivitas fisik. Secara global terdapat peningkatan perilaku sedentari pada anak-anak dan remaja. Proporsi aktivitas fisik kurang di Indonesia pada penduduk umur ≥10 tahun terdapat pada Provinsi Jawa barat sebesar 25,4% dan meningkat menjadi 37,5%. Prevalensi siswa SMP Daar el-Salam dengan obesitas tahun 2019 sebanyak 7,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku sedentari pada siswa SMP di SMP Daar el-Salam Kabupaten Bogor tahun 2023. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 163 siswa SMP kelas VII, VIII dan IX. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reabilitasnya serta dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil analisis menunjukkan prevalensi perilaku sedentari ≥ 2 jam per hari pada siswa SMP sebesar 39,9%. Determinan perilaku sedentari dalam penelitian ini adalah quality of life (OR= 3,19), peer influence (OR= 2,83), sikap siswa (OR= 2,65), dan sleeping time (OR= 2,77). Pencegahan perilaku sedentari pada siswa diperlukan sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti peran UKS (Unit Kesehatan Siswa) dan SHC (School Health Care) SMP Daar el-Salam dalam kegiatan edukasi kepada siswa dan orang tua sebagai bentuk dukungan sosial dalam pencegahan perilaku sedentari dan aktif melakukan aktivitas fisik. Selain itu juga dibutuhkan kebijakan dari dinas pendidikan yang berkoordinasi dengan dinas kesehatan terkait pembuatan kurikulum sekolah mengenai aktivitas fisik dan perilaku sedentari. ......Sedentary behavior is related to habit of not doing much physical activity which has a negative impact on the health of children and adolescents. Sedentary behavior has the risk of causing an increase in fat so that a person leads to obesity. Individuals with obesity have a higher potential for developing non-communicable diseases. More than 80% of the world's adolescent population lacks physical activity. Globally there is an increase in sedentary behavior in children and adolescents. The proportion of less physical activity in Indonesia for people aged ≥10 years was found in West Java Province at 25,4% and increased to 37,5%. The prevalence of obese Daar el-Salam Middle School students in 2019 was 7,9%. This study aims to determine the determinants of sedentary behavior in junior high school students at Daar el-Salam Middle School, Bogor Regency in 2023. The study used a cross-sectional design with a sample size of 163 junior high school students of 7th, 8th, and 9th grade. Data were collected using a questionnaires that have been tested for validity and reliability and analyzed using the chi square test. The results of the analysis showed that the prevalence of sedentary behavior ≥ 2 hours per day in junior high school students was 39,9%. The determinants of sedentary behavior in this study were quality of life (OR= 3,19), peer influence (OR= 2,83), student attitudes (OR= 2,65), and sleeping time (OR= 2,77). Prevention of sedentary behavior in students requires adequate school facilities and infrastructure such as the role of student health care and SHC (School Health Care) of Daar el-Salam Junior High School in educational activities for students and parents as a form of social support in preventing sedentary behavior and being active in physical activity. Apart from that, a policy is also needed from the education office which coordinates with the health office regarding the creation of a school curriculum regarding physical activity and sedentary behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrahma Fitria Ramadhani
Abstrak :
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak membuat cukup insulin atau insulin yang dibuat tidak dapat digunakan secara efektif. Diabetes melitus sendiri dalam 20 tahun terakhir menunjukan angka kejadian yang terus meningkat. Faktor risiko diabetes seperti kelebihan berat badan (obesitas), diet yang tidak sehat, aktivitas fisik kurang yang menyumbang sekitar 80% dari peningkatan prevalensi diabetes. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan sedentari dengan diabetes melitus di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey 5 tahun 2014/2015 dengan desain potong lintang dan didapatkan 3985 responden terbobot. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI: 95%) dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Dari 3985 responden didapatkan 291 (7,8%) responden diabetes dan 583 (14,04%) responden sedentari. Hasil analisis multivariat didapatkan hubungan sedentari dengan diabetes melitus setelah dikontrol dengan variabel konfounding (OR 1,5 95%CI: 1,07-2,11). Maka disimpulkan mengurangi kebiasaan sedenter baik dilakukan guna mencegah terjadinya diabetes melitus, dan diperlukannya perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah terjadinya diabetes melitus. ......Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not make enough insulin or the insulin that is made cannot be used effectively. Diabetes mellitus itself in the last 20 years shows an increasing incidence. Diabetes risk factors such as being overweight (obesity), unhealthy diet, lack of physical activity account for about 80% of the increase in diabetes prevalence. The purpose of this study was to examine the relationship between sedentary and diabetes mellitus in Indonesia. This study uses data from the Indonesia Family Life Survey 5 in 2014/2015 with a cross-sectional design and obtained 3985 weighted respondents. Univariate statistical analysis, bivariate using chi-square (CI: 95%) and multivariate analysis using multiple logistic regression test. From 3985 respondents, 291 (7.8%) diabetic respondents and 583 (14.04%) sedentary respondents. The results of multivariate analysis showed a sedentary relationship with diabetes mellitus after controlling for confounding variables (OR 1.5 95% CI: 1.07-2.11). It is concluded that reducing sedentary habits is good to do to prevent the occurrence of diabetes mellitus, and the need for changes in lifestyle to be healthier to prevent diabetes mellitus.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarnimatul Ummah
Abstrak :
Keterlambatan perkembangan motorik berdampak negatif pada seluruh aspek perkembangan di masa mendatang. Kemudahan dalam mengakses teknologi membuka peluang bagi anak untuk lebih beraktivitas sedentari yang meminimalisasi kesempatan mempelajari kemampuan motorik kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan aktivitas sedentari dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional menggunakan 85 responden (orang tua dan anak prasekolah) di lembaga pendidikan anak usia dini Ujung Berung Bandung dengan teknik consecutive sampling. Modifikasi Children's Leisure Activities Study dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan digunakan untuk mengkaji aktivitas dan perkembangan motorik kasar anak. Penelitian ini menggunakan analisis point-biserial correlation. 85.53% anak memiliki perkembangan motorik kasar yang sesuai dan 16.47% lainnya tidak sesuai. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara kedua variabel adalah sangat lemah (r = 0.007, α = 0.05). Aktivitas sedentari tidak secara langsung memengaruhi perkembangan motorik kasar, tetapi mengurangi anak untuk melakukan aktivitas fisik yang menstimulasi perkembangan motorik kasarnya. Akan tetapi, orang tua tetap perlu membatasi waktu aktivitas sedentari anak sehingga anak akan beraktivitas fisik untuk melatih perkembangan motoriknya. Selain itu, pelayanan kesehatan perlu melakukan skrining perkembangan pada lembaga pendidikan anak usia dini agar keterlambatan dapat ditangani sejak dini. ...... Delay in motor development have a negative impact on all aspects of development in the future. Technology opens up opportunitiy for the children to be more sedentary which will minimize the chance to learn gross motor abilities. This study aimed to determine the strength of relationship between sedentary activity and gross motor development of preschool age children. The study design was a cross sectional study with 85 respondents (parents and preschool children) in early childhood education institutions Ujung Berung Bandung which were collected with consecutive sampling technique. A modification of Children's Leisure Activities Study and Kuesioner Pra Skrining Perkembangan was used to assess children activities and gross motor development. This study uses point-biserial correlation analysis. 85.53% of respondents had appropriate gross motor development and as many as 16.47% were not. The result showed that the relationship between sedentary activity and gross motor development is very weak (r = 0.007, α = 0.05). Sedentary activity did not directly affect gross motor development, but it can reduce the children to perform physical activities that stimulate gross motor development. Therefore, parents still need to limit sedentary activity time of the children, so that they will physically active to develop their motor ability. In addition, health services need to screen on the children development in early childhood education institutions, so that delays can be treated earlier.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Dharmawan
Abstrak :
Kondisi pandemi COVID-19 membuat seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring dan memicu kurangnya aktivitas fisik yang nantinya dapat berpengaruh pada kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan perilaku sedentari dengan kualitas tidur pada mahasiswa kesehatan selama pandemi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini melibatkan 213 mahasiswa kesehatan di rumpun ilmu kesehatan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Instrumen yang digunakan yaitu International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF), Sedentary Behaviour Questionnaire (SBQ), dan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan Chi-square menghasilkan tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur (p=0,636; α=0,05) dan menggunakan uji Spearman antara perilaku sedentari dengan kualitas tidur (p=0,808; α=0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pengajar/dosen dapat membuat sesi khusus untuk peregangan setelah beberapa jam selama mengajar agar dapat meningkatkan motivasi mahasiswa untuk melakukan aktivitas fisik dan menjaga tidur dikala pandemi. ......The COVID-19 pandemic condition makes all learning activities became online and triggers a lack of physical activity which can affect sleep quality. This study aims to determine the relationship between physical activity and sedentary behavior with sleep quality in health students during the COVID-19 pandemic. This research was used analytical descriptive with a cross-sectional approach. There were 213 health students in the health sciences group who participated by using convenience sampling technique. The instruments used are International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF), Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ), and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results of research analyzed by using Chi-square method and showed no relationship between physical activity and sleep quality (p = 0.636; = 0.05) and using Spearman test between sedentary behavior and sleep quality (p = 0.808; = 0.05). Based on the results of the study, teachers/lecturers can create special sessions for stretching after a few hours during teaching in order to increase students' motivation to do physical activity and maintain sleep during the pandemic.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatihatul Aghnia
Abstrak :
Mahasiswa yang mengerjakan skripsi rentan mengalami stres serta memiliki gaya hidup sedentari. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perilaku sedentari dengan tingkat stres mahasiswa skripsi. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Sebanyak 110 mahasiswa Universitas Indonesia yang mengerjakan skripsi dipilih dengan teknik proportional random sampling. Stres diukur menggunakan Perceived Stress Questionnaire (PSQ) dan perilaku sedentari Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Sebanyak 79,1% mengalami stres berat dan 90% terlibat perilaku sedentari tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku sedentari dengan tingkat stres (p= 0,508; α=0,05). Rekomendasi penelitian selanjutnya lebih memfokuskan jenis perilaku sedentari. ...... Students who completed thesis was prone to stress and had a sedentary lifestyle. This study aimed to find the relationship between sedentary behavior with stress level of students who doing thesis. This study was quantitative descriptive correlation with crosssectional. The sample was 110 students of Universitas Indonesia who was doing thesis that chosen by proportional random sampling. Stress level measured with Perceived Stress Questionnaire (PSQ) and sedentary behavior measured with Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). The are 79,1% of respondents perceived severe stress and 90% involved with high sedentary behavior. This study showed no significant association between sedentary behavior with stress level (p= 0,508; α=0,05). The author suggests to more focused on each kind of sedentary behavior for further research.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikriya Rusyda
Abstrak :
ABSTRACT
Menurut WHO prevalensi status gizi lebih anak usia sekolah meningkat dari tahun ke tahun. Status gizi lebih pada anak usia sekolah dapat menimbulkan masalah kesehatan baik secara klinis, mental, maupun sosial. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik anak jenis kelamin, usia, dan persepsi sehat, karakteristik orang tua pendidikan dan pekerjaan, perilaku makan kebiasaan konsumsi fast food serta buah dan sayur, dan perilaku sedentari kebiasaan menonton TV, menggunakan handphone, dan bermain video games dengan status gizi lebih pada siswa MI Yahya Bekasi. Sampel penelitian merupakan siswa kelas 3-6 MI Yahya. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, secca, microtoise, dan data sekunder milik sekolah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 27,8 siswa MI Yahya yang memiliki status gizi lebih. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi lebih dengan karakteristik anak, karakteristik orang tua, perilaku makan ataupun perilaku sedentari. Pihak sekolah disarankan mengadakan kegiatan pencegahan khusus bagi penderita status gizi lebih, memantau status gizi siswa secara rutin melalui program UKS, dan menyediakan makanan yang bergizi seimbang.
ABSTRACT
According to World Health Organization WHO the prevalence of over nutrition in school age children has increased over the years. Over nutrition in school age children can lead to clinical, mental, and social health problems. This research aims to analyze the relationship between child characteristics sex, age, and health perception, parents characteristics education and employment, pattern of food consumption fast food, fruit, and vegetable consumption, and sedentary activities watching TV, using handphone, and playing video games with over nutrition on students at Madrasah Ibtidaiyah Yahya, Bekasi in 2018. The samples are the students from grade 3th 6th MI Yahya, Bekasi. Data were taken by using quistionnaire, seca, microtoise, and secondary data from the school profile. The result of the study showed that 27,8 students of MI Yahya are over nutrition. There is no independent variable that has a significant relationship with over nutrition. The school is advised to hold a special prevention activities for the students with over nutrition, monitor the nutritional status of MI Yahya students regularly through the UKS program, and provide the balance nutrition meal for the students.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Dwi Heryani
Abstrak :
Latar Belakang: Gangguan ansietas di tempat kerja merupakan masalah yang serius. Secara global, sebanyak 14,9% atau 264 juta orang menderita gangguan ansietas. Mental health foundation di UK melaporkan adanya kejadian ansietas di tempat kerja sebanyak 12,8%. Ansietas di tempat kerja akan berdampak pada penurunan kemampuan kerja dan memperbanyak cuti sehingga diperlukan untuk mengetahui faktor penyebab ansietas di tempat kerja. Salah satu tantangan manajemen sumber daya manusia di abad ke-21 adalah masalah keseimbangan kehidupan kerja dan pekerjaan sedentari. Beberapa penelitian di dunia menunjukan bahwa pekerjaan sedentari dan keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh pada kejadian ansietas di tempat kerja Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitis observasional dengan potong lintang untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan sedentari dan keseimbangan kehidupan kerja terhadap ansietas di tempat kerja dengan menggunakan 6 Item Parker dari Job Stress Scale, International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) untuk menilai pekerjaan sedentari, dan kuesioner keseimbangan kerja adaptasi dari Fisher dkk (2009) yang telah tervalidasi. Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus perbandingan dua proporsi yaitu sebesar 109 sampel.  Hasil: Sebanyak 117 pekerja masuk ke dalam kriteria inklusi dan diikutsertakan dalam peneltian. Hasil memperlihatkan sebanyak 23 responden (19,7%) mengalami ansietas di tempat kerja kategori tinggi. Nilai rata-rata skala ansietas di tempat kerja yaitu 16,07 dengan nilai standar deviasi sebesar 4,647, sedangkan nilai rata-rata skala keseimbangan kehidupan kerja yaitu 46,83 dengan standar deviasi 8,815. Pekerja yang memiliki keseimbangan kehidupan kerja dimensi WIPL yang tinggi, yaitu pekerja yang merasa pekerjaan mengganggu kehidupan pribadinya memiliki risiko 3,16 kali lebih tinggi untuk mengalami ansietas di tempat kerja  (IK 1,19-8,38) dan dimensi PLIW yang tinggi, yaitu pekerja yang merasa kehidupan pribadi mengganggu pekerjaannya memiliki risiko 4,86 kali lebih tinggi untuk mengalami ansietas di tempat kerja (IK 1,84-12,85). Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan sedentari dan ansietas di tempat kerja. Kesimpulan: Terdapat hubungan dimensi WIPL dan PLIW terhadap ansietas di tempat kerja. Hal ini dikarenakan adanya peran ganda dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi sehingga menyebabkan terjadinya ansietas di tempat kerja.  ......Background: Anxiety disorders have a prevalence rate of 14.9% among the worldwide population, whereas the Indonesian population has a prevalence rate of 6.1%. The mental health foundation in the UK reports that the incidence of anxiety in the workplace is 12.8%. An inadequate equilibrium between work and personal life has the potential to give rise to mental health conditions, such as workplace anxiety. The presence of workplace anxiety has been shown to have detrimental effects on productivity, as well as an increase in sick leave and financial costs for the company in question. The primary objective of this research is to examine the correlation between work-life balance and workplace anxiety within the context of Indonesia. Methods: This study is an observational analytical study with a cross-sectional design to determine the relationship between sedentary work and work-life balance on work anixety using the 6 items Parker from Job Stress Scale, International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) questionnaire to assess sedentary work, and the adaptive work balance questionnaire from Fisher et al. (2009) which has been validated. The sample size in this study was calculated using the ratio of two proportions, namely 109 samples. Results: A total of 117 workers met the inclusion criteria and were included in the study. The results showed that 23 respondents (19,7%) experienced severe anxiety at work. The average value of the work  anxiety scale is 16.07 with a standard deviation value of 4.647, while the average value of the work-life balance scale is 46.83 with a standard deviation of 8.815. Workers who have a high work-life balance on the WIPL dimension who feel that work interferes with their personal life, have a 3.16 times higher risk of experiencing work anxiety (CI 1.19-8.38) and a high PLIW dimension, who feel that their personal life interferes with their work have a 4.86 times higher risk of experiencing work anxiety (CI 1.84-12.85). There is no significant relationship between sedentary work and work anxiety. Conclusion: There is a relationship between WIPL and PLIW dimensions on anxiety at work. This is due to the dual roles in work and personal life, causing work anxiety.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellia Arsy Mahardhika
Abstrak :
Permasalahan gizi yang selalu terjadi sepanjang tahun masih belum pernah terpecahkan salah satunya yaitu kejadian obesitas yang meningkat menjadi masalah kesehatan global. Keterlibatan remaja dalam gaya hidup sedentari dan aktivitas fisik perlu mendapatkan perhatian serius sebagai langkah untuk mengatasi kejadian obesitas pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup sedentari dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada usia remaja di Kota Depok. Desain penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 312 siswa, yang diambil dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara gaya hidup sedentari dengan kejadian obesitas (p value = 0,015) dan adanya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (p value = 0,001). Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan gaya hidup yang sehat terutama aktivitas fisik dalam upaya menurunkan angka obesitas pada remaja. ......Nutritional problems have always existed throughout the years and have never been fully solved, one of them is obesity which has increased to become a global health problem. Adolescent involvement in a sedentary lifestyle and physical activity needs serious attention as a step to overcome the incidence of obesity in adolescents. This study aims to determine the relationship between a sedentary lifestyle and physical activity on the incidence of obesity in adolescents in Depok City. This research design uses a cross-sectional study with a sample size of 312 students, taken using random sampling techniques. The results of the study showed that there was a significant relationship between a sedentary lifestyle and the incidence of obesity (p-value = 0.015) and there was a significant relationship between physical activity and the incidence of obesity (p-value = 0.001). Therefore, promoting a healthy lifestyle, especially physical activity, is important to reduce obesity rates in adolescents.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Guna Dharma
Abstrak :
Perilaku sedentari, ditandai dengan adanya kegiatan dalam jangka waktu yang lama yang melibatkan duduk atau berbaring, telah dilaporkan terkait dengan adanya peningkatan risiko jantung dan pembuluh darah. Duduk lebih dari 10 jam sehari dibandingkan dengan duduk kurang dari 5 jam sehari dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular. Tingkat permasalahan yang ada di perusahaan ini, karena dari hasil pemeriksaan berkala pada 1 departemen didapatkan angka yang cukup signifikan terhadap faktor-faktor risiko PJK. Sedangkan pada departemen lainnya tidak ada sama sekali penilaian terhadap faktor-faktor risiko PJK. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat stratifikasi risiko PJK pada pekerja main office dan pekerja site dengan menggunakan Skor Kardiovaskular Jakarta, untuk masukan bagi manajemen perusahaan sebagai rekomendasi menggunakan skor tersebut untuk menilai risiko PJK pekerja, khususnya pekerja yang berada di main office. Metode penelitian menggunakan disain potong lintang dengan analisis komparatif. Hasil yang paling berhubungan dengan stratifikasi risiko kardiovaskular Jakarta adalah faktor risiko riwayat penyakit keluarga p=0.021, OR=1334.3, dan 95 CI=147.1-12103.6. ...... The sedentary behaviour, characterized by long term activities involving sitting or lying down, has been reported to be associated with an increased risk of cardiovascular disease. Sitting more than 10 hours a day compared to sitting less than 5 hours a day is associated with increased risk of cardiovascular disease.The underlying problems in this company, is that the periodic check results in one department obtained a significant number of risk factors for cardiovascular disease. While in other departments there is no assessment of cardiovascular disease risk factors. The purpose of this research was to determine the level of cardiovascular disease risk stratification using Jakarta cardiovascular score, as an input for company management to recommend using this score to assess workers cardiovascular disease risks, especially for workers in the main office. A cross sectional study was used as a design for this research, with comparative analysis. The most closely related result with cardiovascular risk stratification is a family history with cardiovascular disease p 0.021, OR 1334.3, dan 95 CI 147.1 12103.6.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Arihandayani
Abstrak :
Proporsi perilaku sedentari semakin meningkat pada semua kelompok umur baik pada orang dewasa dan anak-anak dari tahun ke tahun. Pada anak-anak dan remaja berbagai dampak kesehatan merugikan dapat terjadi akibat perilaku sedentari yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Beberapa faktor berhubungan dengan terjadinya perilaku sedentari pada anak-anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sedentari pada siswa SMP di kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 312 siswa SMP kelas 7 dan kelas 8. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya serta dianalisis menggunakan regresi logistik ganda. Regresi logistik ganda menunjukkan 50,6 responden melakukan perilaku sedentari lebih dari 6 jam. Hasil analisis membuktikan faktor umur OR: 1,5, pola asuhorang tua OR: 3,0, dukungan teman sebaya OR: 1,5, fasilitas sekolah OR:0,4, dan peraturan sekolah OR: 5,0 berhubungan dengan perilaku sedentari. Pola asuh orang tua dan peraturan sekolah yang mendukung merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku sedentari. Responden yang mendapat pola asuh tidak baik berpeluang untuk melakukan perilaku sedentari 3,0 kali dibanding yang mendapat pola asuh baik. Responden yang bersekolah di sekolah dengan peraturan yang tidak mencukupi berpeluang untuk melakukan perilaku sedentari 5,0 kali dibanding yang bersekolah di sekolah dengan peraturan yang sudah cukup. Untuk itu dalam upaya pencegahan perilaku sedentari pada siswa perlu melibatkan peran orang tua siswa disamping juga perlu didukung oleh peraturan dan fasilitas sekolah yang mencukupi. Adanya dukungan teman sebaya diantara siswa juga diperlukan untuk mendukung pencegahan perilaku sedentari pada siswa. ...... The proportion of sedentary behavior is increasing in all age groups in both adults and children year to year. In children and adolescents a variety of adverse health effects can occur as a result of continual perpetual behavior. Several factors are associated with the occurrence of sedentary behavior in children and adolescents. This study aims to determine the factors associate dwith sedentari behavior in junior high school students in sub district Cibinong, Bogor regency, West Java. The research used cross sectional design with 312 students of 7th and 8th grade. Data were collected using questionnaires that have been tested for validity and reliability and analyzed using multiple logistic regression. The results showed 50.6 of respondents performing behavior sedentari more than 6 hours. The results of the analysis prove the agefactor OR 1.5, parenting patterns OR 3.0, peer support OR 1.5, school facilities OR 0.4, and school rules OR 5.0 is associated with sedentary behavior. Parenting parenting and supporting school rules are the most dominant factors associated with sedentary behavior. Respondents who received poor upbringing had the opportunity to conduct behavior as much as 3.0 times compared to those who received good parenting. Respondents who attend school with insufficient regulations have the opportunity to conduct behavior 5 times less than those who attend school with sufficient regulation. Therefore, in the effort of prevention of student's sedentari behavior, it is necessary to involve the parent's role as well as to be supported by adequate school rules and facilities. The presence of peer support among students is also needed to support the prevention of sedentary behavior in students.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>