Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Kabisat
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang analisis perkembangan sanitasi lingkungan di Kota Depok, analisis faktor - faktor yang menentukan perkembangan sanitasi lingkungan di Kota Depok dan analisis efektifitas pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kota Depok. Yang diharapkan dari adanya program STBM adalah menurunnya kejadian diare dan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total. Penelitian ini merupakan kajian empiris yang lebih banyak menggunakan data kuantitatif, baik sekunder maupun primer. Hasil penelitian melihat perkembangan sanitasi di Kota Depok dan Daerah Survey, efektivitas pelaksanaan STBM terjadi penurunan dari persentase rata ? rata kasus diare tahun 2007 ? 2011 sebesar 1,95% menjadi sebesar 1,52% pada tahun 2012 - 2014. Jadi program STBM cukup efektif menurunkan angka kasus diare. Terdapat peningkatan dalam efektivitas pelaksanaan STBM di Kota Depok, yang tadinya hanya mencakup 1 lokasi (1,59%) pada tahun 2012 menjadi 32 lokasi pada tahun 2013 (50,79%) dan pada tahun 2014 menjadi 60 lokasi (95,24%). Berdasarkan pengumpulan data primer, ditunjukkan bahwa rata-rata lama sakit akibat diare adalah 5 hari, dengan kerugian akibat kehilangan pendapatan sekitar Rp. 500.000,-. Karena itu benefit dari perbaikan sanitasi lingkungan adalah amat besar. Hampir seluruh rumah tangga, menggunakan dana sendiri untuk membuat jamban, tetapi umumnya tidak memiliki dana untuk membuat septic tank karena 61,1% responden tidak memiliki septic tank. Faktor yang mempengaruhi adalah kebijakan pemerintah, tingkat pendapatan dan kebiasaan.
This thesis discusses the analysis of the development of environmental sanitation in the city of Depok, analysis of factors that determine the development of environmental sanitation in Depok and analysis of the effectiveness of the implementation of the Community Based Total Sanitation program in the city of Depok. Expected from the program CBTS is decreasing the incidence of diarrhea and disease based on environment related to sanitation and behavior through the creation of sanitary conditions in total. This research is more empirical studies using quantitative data, both secondary and primary. Results of the study saw the development of sanitation in the city of Depok and Regional Survey, effectiveness of implementation CBTS decrease of the percentage of the averages incidence of diarrhea in 2007 - 2011 of 1.95% to 1.52% in 2012 - 2014. So the program is quite effective CBTS reduce the number of cases of diarrhea. There is an increase in the effectiveness of the implementation of CBTS in Depok, which was only includes 1 location (1.59%) in 2012 to 32 locations in 2013 (50.79%) and in 2014 to 60 locations (95.24%). Based on primary data collection, indicated that the average length of illness due to diarrhea was 5 days, with losses due to lost revenues of approximately Rp. 500.000,-. Therefore benefit from the improvement of environmental sanitation is enormous. Almost all households use their own funds to make a latrine, but generally do not have the funds to make the septic tank because 61.1% of respondents do not have a septic tank. Factors that influence the government policy, the level of revenue and habits.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novan Dwi Novembry
Abstrak :
Air limbah domestik merupakan sumber pencemaran air yang berdampak pada penurunan kualitas air bersih. Sumber pencemaran di perkotaan juga disebabkan oleh bocornya air limbah dari tangki septik konvensional dimana desain tangki septik tidak memenuhi standar teknis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pengolahan air limbah domestik menggunakan dua jenis tangki septik dengan filter up-flow dan downflow untuk mereduksi polutan organik. Sampel air limbah diambil dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Janti di Malang. Tangki septik skala laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini memiliki dimensi 54 cm x 22 cm x 37 cm, terbuat dari kaca setebal 5 mm. Laju aliran air limbah yang dimasukkan ke dalam tangki septik skala lab adalah 20 liter/hari dengan waktu detensi 2 hari. Model tangki septik terdiri dari tiga kompartemen dengan ketebalan media filter 15 cm untuk setiap jenisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan polutan pada tangki septik filter upflow adalah 55,84% BOD, 58,64% COD, 87,84% TSS, 75,07% NH4+, dan 57,19% Total Coliform. Sedangkan pada tangki septik filter downflow, efisiensi penyisihan parameter yang sama adalah65,26%, 66,90%, 90,34%, 79,52%, dan 57,54%. Nilai removal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan menggunakan tangki septik filter downflow menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi daripada tangki septik filter up-flow.
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2022
728 JUPKIM 17:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anugerah
Abstrak :
ABSTRAK
Sungai Ciliwung merupakan salah satu dari sungai utama yang mengalir di wilayah DKI Jakarta. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung meliputi areal 370.8 km2, dengan panjang sungai utama 124,1 km. DAS Ciliwung dibagi kedalam 3 bagian yang melingkupi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta. Sungai Ciliwung berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal disekitarnya, yaitu sebagai sumber penyediaan air baku, sumber air untuk irigasi, dan kepentingan lain. Penelitian ini dilakukan pada wilayah sungai Ciliwung yang membentang dari Kelurahan Batu Ampar sampai Kelurahan Kampung Bali. Berdasarkan data Bappeda Jawa Barat tahun 2013 bahwa telah terjadinya pencemaran di badan air sungai Ciliwung. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengolahan, membuat pemetaan pengolahan dan memberikan rekomendasi pengolahan air limbah domestik di setiap RW di Kelurahan Batu Ampar sampai Kelurahan Kampung Bali. Data didapat dengan 2 cara, yaitu dengan melihat literatur dan dengan survey sampel sesuai kelurahan yang dilewati sungai Ciliwung. Setelah itu, dilakukan identifikasi pengolahan air limbah domestik dan membuat pemetaan sistemnya. Hasil yang didapat adalah pencemaran air akibat pengolahan limbah domestik tidak dilakukan oleh masyarakat yang memiliki sistem pengolahan air limbah, melainkan oleh masyarakat bantaran sungai yang tidak mengolah air limbah domestik terlebih dahulu. Hal itu bisa dibuktikan dengan data pengolahan bahwa 79% kelurahan memiliki septic tank dan sisanya tidak, sebesar 74% responden memisahkan blackwater dan greywater, sebagian besar kelurahan sudah memiliki MCK dan sebanyak 67% responden tidak setuju dengan pengeluaran biaya untuk retribusi pengolahan air limbah.
ABSTRACT
Ciliwung River is one of the major rivers flowing in the Jakarta area. Ciliwung watershed covers an area of 370.8 km2, with the main stream length about 124.1 km. Ciliwung watershed is divided into 3 sections surrounding Bogor District, Bogor City, Depok and Jakarta Province. Ciliwung contribute in fulfilling the needs of people living, that is, as a source of supply of raw water, the source of water for irrigation, and other interests. The research was conducted on Ciliwung basin that stretches from the Batu Ampar to Kampung Bali district. Based on data in 2013 from Bappeda of West Java stated that Ciliwung river have experienced water pollution. The research aims to identify,mapping of processing and also to provide recommendation of domestic wastewater treatment in every RW (Rukun Warga) from Batu Ampar to Kampung Bali district. The data obtained in 2 ways, by looking at the literature and the corresponding sample survey of each district. The result from this research is water pollution comes from the riverbanks residents who do not have wastewater treatment systems. It can be proved that 79% of respondents from district had a septic tank, 74 % of respondents has been split blackwater and greywater, and 67% of respondents are not willing to pay the waste water treatment retribution.
2014
S55629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woodson, R. Dodge
New York: McGraw-Hill, 2010
628.742 WOO b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Dwiyanti Suryono
Abstrak :
Limbah domestik merupakan salah satu pencemar yang sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran lingkungan, terutama limbah domestik yang berasal dari tangki septik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kota-kota besar di Indonesia sudah tercemar oleh buangan toilet (black Water), yang diperkirakan 70-80% dari limbah ini langsung mencemari air tanah dangkal.

Berdasarkan kenyataan tersebut kebutuhan fasilitas pengolahan limbah tangki septik harus diperhatikan, karena kualitas efluen hasil pengolahan di dalam tangki septik ternyata masih berpotensi untuk mencemari lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif penyelesaian untuk memperbaiki kualitas efluen limbah tangki septik.

Penelitian pengaruh bahan starter terhadap efektivitas pengolahan limbah tangki septik ini dilakukan sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah pengolahan limbah tangki septik. Dengan penambahan bahan starter, berarti ada penambahan sejumlah mikroorganisme ke dalam sistem pengolahan limbah tangki septik yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengolahannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan starter M-Bio dan isi rumen terhadap efektivitas penurunan kadar parameter COD, PO43-, N03-, N02-, padatan tersuspensi, dan E. coli, serta untuk membandingkan pengaruh kedua bahan starter tersebut dalam berbagai variasi dosis.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Penambahan bahan starter M-Bio dapat meningkatkan efektivitas pengolahan limbah tangki septik terhadap parameter COD, P043- N03-, N02-, padatan tersuspensi, dan E. coli,
2. Penambahan bahan starter isi rumen dapat meningkatkan efektivitas pengolahan limbah tangki septik terhadap parameter COD, PO43-, N03-, N02-, padatan tersuspensi, dan E. coli.

Penelitian eksperimental dilakukan dalam skala laboratorium dengan rancangan penelitian acak lengkap yang disusun secara faktorial, yang dilakukan di Laboratorium Lingkungan, FTUI. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu pengamatan 8 jam, yaitu 0, 8, 16, 24, 32, 40, dan 48 jam, serta pengamatan dilakukan hingga 72 dan 96 jam. Variasi dosis bahan starter,yakni M-Bio dan isi rumen adalah 2,5 ml/L, 5 ml/L, dan 7,5 ml/L, kemudian setiap pengamatan dibandingkan terhadap kontrol. Sampel limbah tangki septik diambil dari asrama mahasiswa UI, Depok. Parameter utama yang diukur adalah COD, PO43-, N03-, N02-, padatan tersuspensi, dan E. coli. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji statistik ANOVA, dan rumus kinetika reaksi biokimia M-Bio dan isi rumen.

Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahan starter M-Bio meningkatkan efektivitas pengolahan limbah tangki septik yang ditunjukkan dengan penurunan bermakna terhadap konsentrasi parameter COD, PO43-, N03-, N02-, padatan tersuspensi, dan E. coli. Sedangkan bahan starter isi rumen tidak dapat meningkatkan efektivitas pengolahan limbah tangki septik terhadap parameter COD, PO43-, N03-, NO2-, padatan tersuspensi, bahan starter isi rumen hanya dapat meningkatkan efektivitas penurunan parameter E. coli.

Perhitungan konstanta kinetika reaksi biokimia M-Bio menghasilkan laju penguraian bahan organik (rsu) antara 6,7552-90,4693 mg/L/jam, dan pertumbuhan bersih mikroorganisme antara 0,0852-0,4011 sel/jam. Sedangkan, perhitungan konstanta kinetika reaksi biokimia isi rumen menghasilkan laju penguraian bahan organik (rsu) antara 1,6735-10,6951 mg/L/jam, dan pertumbuhan bersih mikroorganisme antara 0,0078-0,0852 sel/jam.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Penambahan bahan starter M-Bio dapat meningkatkan efektivitas pengolahan limbah tangki septik yang ditunjukkan oleh penurunan terhadap konsentrasi parameter COD, P043-, N03-, N02-, padatan tersuspensi, dan E. coli.
2. Penambahan bahan starter M-Bio memberikan tingkat efisiensi penurunan konsentrasi parameter COD sebesar 83,06%, P043- sebesar 86,76%, N03- sebesar 65,14%, N02- sebesar 73,40%, padatan tersuspensi sebesar 71,15%, dan E. coli sebesar 83,78%.
3. Penambahan bahan starter M-Bio pada dosis 5 ml/L menunjukkan tingkat penurunan yang paling tinggi dibandingkan dosis lainnya pada parameter COD, P043-, N03-, N02-, dan padatan tersuspensi, sedangkan tingkat penurunan parameter E. coli yang paling tinggi ditunjukkan oleh bahan starter M-Bio dosis 7,5 ml/L.
4. Penambahan bahan starter isi rumen tidak dapat meningkatkan efektivitas pengolahan limbah tangki septik terhadap konsentrasi parameter COD, P043-, N03-, NO2-, padatan tersuspensi, tetapi hanya efektif untuk menurunkan jumlah E. coli.
5. Laju Pertumbuhan bersih mikroorganisme (µ) dan laju penguraian substrat (rsu) pada pengolahan limbah tangki septik dengan dosis 5 ml/L adalah µ = 0,4011/jam dan rsu = 90,4693 mg/L/jam.
Starter Influence on Domestic Wastewater Treatment Affectivity (A Case Study on Septic Tank Wastewater of Indonesia University Dormitory, Depok) Domestic wastewater is one of the pollutants that caused environmental pollution, especially septic tank wastewater. The surveys show that some of city of Indonesia has been polluted by septic tank wastewater (black water), that estimated 70-80% polluted directly the ground water.

Based on this condition, the necessity of septic tank wastewater treatment facility should be attended, because the effluent quality as result of a treatment in septic tank still have chance to pollute the environment. So that, the solving alternative is needed to make septic tank wastewater effluent quality better. This research about starter influence on septic tank wastewater treatment affectivity was conducted as an alternative to solve septic tank wastewater treatment problem. By the starter addition, it means there are a number of microorganisms were added into septic tank wastewater treatment system to increase that treatment affectivity.

The aim of this research is to understand the starter influence of M-Bio and paunch manure on removal affectivity of parameters COD, P043 N03, N02-, suspended solid, and E. coil, and to compare the various dose of both of starter influence.

The hypotheses of this research are:
1. The addition of M-Bio starter increase the treatment affectivity of septic tank wastewater on parameters COD, P043-, N03-, N02-, suspended solid, and E. coli
2. The addition of paunch manure starter increase the treatment affectivity of septic tank waste on parameters COD, PO43-, N03-, N02-, suspended solid, and E coli.

The experimental study with factorial testing used complete random design and was conducted in the Environmental Laboratory of Engineering, University of Indonesia. The experiment was conducted with interval time of observation 8 hours, that is 0, 8,16, 24, 32, 40, and 48 hours, and the observation was still conducted until 72 and 96 hours. The various dose of both of starter, that is M-Bio and paunch manure is 2,5 ml/L, 5 ml/L, and 7,5 ml/L, and then each observation was compared with control. Septic tank waste samples were taken from Indonesia University dormitory, Depok. The main parameters that were measured were COD, P043-, N03-, N02-, suspended solid, and E. coli. The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and standard formula to find kinetic constants of M-Bio and paunch manure biochemical reactions.

The final result of both of starter influenced indicate, that M-Bio starter increase the affectivity of septic tank wastewater treatment on parameters COD, PO43-, NO3-, NO2-, suspended solid, and E. coli. While, paunch manure starter not increase the affectivity of septic tank wastewater treatment on parameters COD, PO43-, NO3-, NO2-, suspended solid, paunch manure starter just can increase parameters E. coli. The calculation for kinetic constant of M-Bio biochemical reactions obtained the result that the rate of decomposition of organic material (rsu) was between 6,7552-90,4693 mg/L/hour, and the net growth rate of microorganism was between 0,0852-0,4011 cells/hour. While, the calculation for kinetic constant of paunch manure biochemical reactions obtained the result that the rate of decomposition of organic material (rsu) was between 1,6735-10,6951 mg/L/hour, and the net growth rate of microorganism was between 0,0078-0,0852 cells/hour.

The conclusions of this study are:
1. M-Bio starter increase the affectivity of septic tank wastewater treatment on parameters COD, PO43-, N03-, NO2-, suspended solid, and E. coli.
2. The removal efficiency of COD result in 83,06%, PO43- = 86,76%, NO3- = 65,14%, N02- = 73,40%, suspended solid = 71,15%, and E. coli = 83,78%.
3. The most effective dose for parameters COD, PO43-, NO3-, NO2-, suspended solid is 5 ml/L. And, the most effective dose for parameter E. coli is 7,5 ml/L.
4. The addition of paunch manure starter can not increase the treatment affectivity of septic tank waste on parameters COD, PO43-, NO3-, NO2-, suspended solid, but paunch manure effectively increase on E. coli.
5. The rate of decomposition of organic material (r) for dose 5 ml/L is 90,4693 mg/L/hour, and the net growth rate of microorganism (µ) is 0,4011 cell/hours. While, The rate of decomposition of organic material (rsu) for dose 7,5 ml/L is 6,7552 mg/L/hour, and the net growth rate of microorganism (µ) is 0,1582 cells/hour.
2001
T7118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Depok merupakan wilayah yang ditetapkan menjadi wilayah konservasi air dan tanah, dan berfungsi sebagai kawasan yang memberikan perlindungan bagi ketersediaan air Propinsi DKI Jakarta baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pola keruangan wilayah kualitas air tanah dangkal di Kelurahan Beji dan Beji Timur yang merupakan daerah di Kota Depok yang mengalami pertambahan penduduk yang pesat namun tidak diimbangi dengan penyediaan sistem drainase yang memadai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kualitas fisik air tanah dangkal berdasarkan parameter TDS dan DHL masih memenuhi kriteria baku mutu yang ditetapkan dalam PP No.82 tahun 2001. Kualitas kimia air tanah dangkal berdasarkan parameter pH menunjukkan sebagian besar tidak memenuhi baku mutu atau hanya memenuhi baku mutu kelas IV, dimana wilayah ini tersebar di bagian utara, tengah, dan selatan daerah penelitian. Kualitas kimia air tanah dangkal berdasarkan parameter amonia menunjukkan 34,8% daerah penelitian telah tercemar. Persebarannya mengelompok dan cenderung berasosiasi dengan wilayah kedalaman untuk mencapai muka air tanah < 5m. Kualitas air tanah dangkal di Kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur menunjukkan bahwa makin dekat dengan septic tank dan makin dangkal muka air tanah, kualitasnya semakin buruk. Faktor kedalaman untuk mencapai muka air tanah berpengaruh cukup kuat terhadap kualitas air tanah dangkal, sedangkan faktor jarak dari septic tank berpengaruh lemah terhadap kualitas air tanah dangkal. Sementara itu, kepadatan rumah tidak mempengaruhi kualitas air tanah dangkal di Kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur. Kata Kunci : Jarak dari Septic Tank, Kedalaman Untuk Mencapai Muka Air Tanah, Kepadatan Rumah, Kualitas Air Tanah Dangkal. Xii + 87 hlm. ; 1 lampiran ; 18 gbr ; 4 tabel ; 9 Peta Bibliografi : 25 (1972 ? 2007)
Universitas Indonesia, 2007
S33899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zatia Nurfina Kurniawan
Abstrak :

Pasca Tsunami Banten bulan Desember 2018 lalu, Kecamatan Sumur, Pandeglang menjadi salah satu daerah yang paling terdampak dan mengalami kerugian besar. Universitas Indonesia, dengan program UI Peduli dari DRPM UI, berinisiatif membantu membangun kembali Kecamatan Sumur, salah satunya dengan memperbaiki kualitas sanitasinya. Huntara Sumberjaya merupakan Hunian Sementara yang menampung 220 KK dari Desa Sumberjaya dan Desa Kertajaya, dan dibangun sebagai tempat tinggal darurat untuk 2 tahun. Teknologi biofilter dapat menjadi alternatif pengolahan limbah domestik yang murah dan mudah digunakan. Media bioball, blanko, dan batu karang yang digunakan pada tangki septik kapasitas 30-35 KK memiliki efisiensi penyisihan (berurut) BOD sebesar 80%-67%-60%, COD 52%-43%-48%, TSS 74,5%-57,5%-85%, amonia 60%-24%-63%, nitrit 54%-44%-64%, nitrat 51%-33%-54%, minyak dan lemak 67%-52,5%-72%, and koliform 18%-12%-11%. Sebagai validasi, digunakan uji statistik yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov, Uji t-tailed, serta Uji One Way ANOVA. Didapatkan hasil bahwa media batu karang memiliki efisiensi penyisihan yang mirip dengan media bioball, dan memiliki penyisihan TSS yang paling baik. Kedua tangki bermedia menghasilkan efisiensi penyisihan BOD, COD, E. coli, serta minyak dan lemak yang sama dengan tangki tanpa media, namun menghasilkan efisiensi penyisihan parameter nitrogen yang lebih baik. Secara karakteristik, batu karang dapat dijadikan alternatif media biofilter yang mudah didapatkan, mudah digunakan, dan murah.

 


Post the Banten Tsunami disaster last December 2018, Sumur sub-district, Pandeglang was one of the areas most heavily influenced and suffered enormous loss. Universitas Indonesia, supported by the Department of Research and Community Engagement’s “UI Peduli” programme, initiated to aid revitalization, with sanitation being one of the key highlights. Huntara Sumberjaya is a temporary shelter that accommodates 220 families from Sumberjaya and Kertajaya Village, within the period of 2 years. Biofiltration technology can potentially become a municipal wastewater treatment alternative, cheaper and easier to operate. Bioballs, unfiltered, and coral rocks used for the 30-35 families capacity septic tank produces a removal efficiency for (in order) BOD of 80%-67%-60%, COD 52%-43%-48%, TSS 74,5%-57,5%-85%, ammonia 60%-24%-63%, nitrite 54%-44%-64%, nitrate 51%-33%-54%, oil and grease 67%-52,5%-72%, and coliform 18%-12%-11%. To validate, Kolmogorov-Smirnov test, t-tailed test, and One Way ANOVA test were conducted. The statistical analysis proved that natural coral rocks have similar removal efficiency with the commercially used bioball, as well as having the best TSS removal efficiency. Both filtered tanks generated a higher removal efficiency than unfiltered tanks, but produced a significantly higher removal efficiency for Nitrogen parameters. Generally, dried coral rocks may serve as a biofiltration media that is easily accessible, easy to use, and cheap.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Girl Rajasha
Abstrak :
Rumah Sakit Sumber Waras adalah rumah sakit tipe B sesuai dengan penggolongan Rumah Sakit di Indonesia oleh Depkes RI dengan 18 jenis pelayanan spesialis. RSSW menyelenggarakan Pendidikan Keperawatan Tingkat Akademi sejak tahun 1998 dan merupakan rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara sejak tahun 1970 hingga sekarang. Status akreditasi penuh tahap I juga telah diberikan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia kepada RS Sumber Waras dikeluarkan di Jakarta tanggal 12 Maret 1999 dengan sertifikat No. YM.00.03.3.3.5.1154. Dan studi awal penelitian ini, didapatkan informasi rumah sakit ini mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 400 buah dengan pemakaian air bersih minimum berdasarkan Kep.Dirjen PPM dan PLP no.HK.00.06.6.44 tahun 1993 sebesar 500 liter per tempat tidur perhari, jika seluruh tempat tidur terisi maka jumlah air bersih yang dibutuhkan adalah sebesar 200 m3 perhari, tetapi kapasitas IPAL sebesar 60 m3 per hari, sehingga dapat dikatakan )PAL sudah melampaui batas, atau limbah tersebut hanya sebagian diolah dalam IPAL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji sistem pengelolaan limbah cair di RSSW. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yang dilakukan antara bulan April sampai dengan Agustus 2003. Pengambilan data kualitas limbah cair dilakukan dengan pengambilan sampel limbah cair secara langsung dari saluran limbah cair dan IPAL dan wawancara mendalam dengan responden terpilih. Analisa data dalam penelitian ini dengan menggunakan tabulasi tabel dan linear regresi untuk mendapatkan gambaran terdapatnya kecenderungan data. Dan observasi diperoleh hasil, sistem pengelolaan limbah cair di RSSW belum berjalan dengan baik, karena hanya 4 unit (gedung rawat inap, kamar operasi, bagian gizi dan laundry) dari 30 unit yang menghasilkan limbah cair disalurkan menuju IPAL atau sebesar 13,3%, sisanya disalurkan melalui septic tank serta sebagian lagi dibuang menuju sungai. Dengan diasumsikan kebutuhan air untuk masing-masing unit sama, maka air yang digunakan sebesar 13,3% dari total air bersih yang digunakan, atau sebesar 86,05 m3 per hari. Dengan asumsi limbah cair yang terbentuk sebesar 60-85%, maka limbah cair yang masuk ke dalam IPAL sebesar 51,63-73,14 m3 per hari. Dari data diatas, maka kondisi IPAL RSSW saat ini dapat mengalami kelebihan pemasukkan air limbah sebesar 13,14 m3 per harinya. Kesimpulan yang didapat dari penelitian yaitu:
  1. Kualitas limbah cair yang berada di luar IPAL menunjukkan lebih besar dari baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah, terutama pada saluran 1, yang menunjukkan konsentrasi TSS 35.00 mg/L, BOD 48.60 mg/L, COD 163.37 mg/L dan Total Coliform sebesar 3.105 yang kesemuanya lebih besar dari pada baku mutu yang ditetapkan oleh Men.LH No.58 tahun 1995. Konsentrasi yang besar ini disebabkan banyaknya kegiatan yang berada di saluran. Pemakaian air bersih di RSSW sebesar 647 m3 perhari, maka volume limbah cair total yang terbentuk sebesar 388.20-549.95 m3 perhari. Efisiensi IPAL sebesar 66.67%-95%, tetapi untuk parameter mikrobiologi menunjukkan harga MPN sebesar 24.104 lebih besar batas yang diijinkan oleh pemerintah sebesar 1.104. Upaya yang dapat dilakukan RSSW dengan mengurangi pemakaian air berarti dapat menurunkan penggunaan air sebesar 471.194-538.01 m3lharinya.
  2. Sumberdaya manusia yang mengelola limbah belum diberikan tugas khusus dan pemahaman mengenai limbah cair. Kebijakan yang telah dibuat oleh pihak RSSW dalam mengelola limbah cair adalah memasukkan pengelolaan limbah cair ke dalam bagian instalasi pemeliharaan sarana, tetapi belum membentuk bagian khusus yang mengelola limbah tersebut. Kurangnya sumberdaya manusia menyebabkan rencana yang tidak tertata baik seperti memeriksa disinfektan untuk menurunkan kadar mikrobiologi, membersihkan bar screen dan lain-lain.
  3. Kebijakan yang dibuat oleh RSSW dalam mengelola limbah cair berupaya untuk memenuhi baku mutu limbah cair sesuai dengan Kep.Gubernur KDKI Jakarta no.582 tahun 1995, tetapi pemantauannya yang rutin dilakukan hanya dilakukan pada instalasi pengolahan limbah saja, di samping itu kurangnya kelengkapan informasi lingkungan yang terdapat pada RSSW menjadi kendala dalam pengelolaan limbah cair.
  4. Disebabkan karma krisis ekonomi dan penurunan BOR, maka penggunaan dana digunakan untuk biaya operasional IPAL yaitu pembelian bahan kimia dan pemakaian listrik. Perbaikan alat-alat hanya digunakan untuk kondisi tertentu seperti penggantian pampa submersible dan lain-lain.
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:
  1. RSSW sebaiknya melaksanakan audit lingkungan yang diwajibkan seperti yang tertera dalam Kep.Men.LH Nomor 30 tahun 2001.
  2. Pemasangan pengukur debit limbah cair pada inlet dan outlet IPAL RSSW.
  3. Kep.Gub. DKI Jakarta No. 582 tahun 1995 sebaiknya menambahkan parameter coliform sebagai acuan cemaran mikrobiologi.
......Management of Hospital Waste Water (a case study at Sumber Waras Hospital West Jakarta)Sumber Waras Hospital is a B type hospital refers to Indonesia hospital classification with 18 specializations. This hospital provides Nursery Academy since 1998 and since 1970 until now and also become medicine education program for Department of Medicine University of tarumanegara. Sumber Waras Hospital also accomplished full accreditation stage I from Department of Health Republic of Indonesia at 12 Maret 1999 with certification no. YM.00.03.3.3.5.1154. From pre-research gathered some information this hospital has 400 beds with minimum water consumption per bed, according to Kep. Dirjen PPM and PLP no.HK.00.06.6.44 in year 1993 is 500 liters per bed per day, if every bed is occupied then water needed is 200 m3 per day, but the capacity of treatment plant is 60 m3 per day. In this situation, treatment plant is overloading or not all of wastewater is treated in wastewater treatment plant. The aim of this research is for knowing wastewater management system in Sumber Waras Hospital. This research used analytical descriptive method and persisted since April to August 2003. Collecting wastewater data is conducted by directly picking up sample from treatment plant and sewer, and also hospital's database. Depth interview with selected respondent is also used. Data analysis in this research used table tabulation and linear regression to describe tendency of data. From observation resulted, the wastewater management system at Sumber Waras Hospital is not properly working, because only 4 units from 30 units that potentially produce wastewater connected to treatment plant, or only 13,3%, and the rest of it, is divided into two section, septic tank and sewer. By assuming water needed for each section is equal then water used is about 86,05 m3 per day, and also by assuming wastewater produce is about 60-85%, then wastewater entered to wastewater treatment plant is about 51,63-73,14 m3 per day. From data above, Sumber Waras Hospital's wastewater treatment plant has already overloaded in about 13,14 m' per day. Conclusions from this research are:
  1. Wastewater quality outside treatment plant had shown above the government standard especially at sewer one had shown significantly above the government standard. This is caused by large number of activities around sewer one. Water consumption is 647 m3 per day, and wastewater production is about 388.20-549.95 m3 per day. Treatment plant's efficiency is about 66.67-95%, but for microbiology parameter, coliform, had shown MPN (Most Probable Number) value 24.104 above government allowed standard, MPN value 1.104. This hospital can reduce water consumption is about 471.194-538.01 m3 per day.
  2. Human resources that manage wastewater had not been assigned for handling and knowledge improvement. Management policy had made maintenance facility department to put in charge for operating treatment plant and government laboratory analysis respond, yet not made special section who really put in charge. Lack of manpower resources resulted unstructured planning, such as checking disinfectant for microbiological reduction, cleaning bar screen, etc.
  3. Policy that had been made by Sumber Waras Hospital for managing wastewater is to fulfill wastewater standard based on Kep.Gubernur DK1 Jakarta no.582 tahun 1995, but surveillance is only conducted for wastewater treatment plant. Lack of environmental information that exists in Sumber Waras Hospital is also burden in wastewater management.
  4. Due to economic crisis and declining bed occupation ratio, the existing fund is for only chemical and electricity consumption, maintaining is only incidental situation, such as replacing submersible pump, etc.
Recommendation:
  1. Sumber Waras Hospital should perform environmental audit as mention at Kep.MenLH Nomor 30 tahun 2001.
  2. Placement of wastewater flow rate at inlet and outlet Sumber Waras Hospital's wastewater treatment plant.
  3. Kep.Gub.DKI Jakarta No. 582 tahun 1995 should be added by coliform parameter as an indicator of microbiology pollutants.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danisha
Abstrak :
Pada tahun 2023, sektor limbah menyumbang 12% emisi GRK di Indonesia, dimana perhitungannya masih menggunakan pendekatan pemodelan. Dimana, sekitar 80% masyarakat di Indonesia menggunakan teknologi air limbah setempat. Hal ini merupakan tantangan besar dalam perhitungan GRK dari sektor air limbah yang berkorelasi dengan rencana mitigasi pengurangannya. Penelitian ini berfokus dalam mengukur laju emisi GRK secara langsung (direct measurement) dari sistem pengolahan air limbah setempat. Hingga saat ini, belum terdapat standar pengukuran emisi GRK dari sistem pengolahan air limbah setempat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan mengembangkan perangkat penangkap GRK berupa flux chamber (FC), mengestimasi laju emisi GRK berdasarkan sampel GRK yang diambil secara langsung, dan menganalisis dampaknya pada skala nasional dengan menggunakan studi kasus di Asrama Universitas Indonesia. Tangki septik objek studi dipilih karena memiliki ukuran manhole yang cukup untuk perangkat FC dan pengurasan rutin yang dilakukan oleh pihak Asrama UI. Dari segi infrastruktur, tangki septik Asrama UI memiliki kekurangan berupa lubang manhole tidak tertutup sempurna, tidak ada pipa ventilasi, dan terdapat genangan air pada outlet. Perangkat FC yang dirakit dalam penelitian ini dibuat menggunakan pipa PVC yang bersifat non-reaktif dan mudah ditemukan sehingga cocok untuk digunakan di negara berkembang. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tangki septik yang terletak di Gedung F Asrama UI dan data diambil sebanyak dua kali dalam bulan yang berbeda. Tangki septik Gedung F Asrama UI melakukan pengurasan rutin setiap 6 bulan sekali. Hasil analisis gas diuji secara ex situ menggunakan uji gas chromatography (GC). GRK yang diukur dalam penelitian ini adalah gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Konsentrasi gas yang didapatkan selama 60 menit pengambilan data berkisar di angka 276,886—1.931.765 mg/m3 untuk gas CH4 dan 1.150,553—7.381,237 mg/m3 untuk gas CO2. Konsentrasi kedua gas cenderung mengalami peningkatan sepanjang waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan laju emisi GRK yang dihasilkan dari penampungan lumpur tinja dalam tangki septik berada 20 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan estimasi laju IPCC. Jika dibandingkan dengan penelitian serupa, laju emisi GRK yang dihasilkan dari penelitian ini tergolong kecil. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan, seperti periode pengurasan tangki septik, waktu tinggal air limbah dalam tangki septik, dan infrastruktur tangki septik yang memengaruhi laju emisi GRK. Meskipun data yang digunakan hanya berasal dari 1 tangki septik yang diukur sebanyak dua kali, penelitian ini tetap melakukan perhitungan awal untuk emisi GRK di skala nasional. Hasil penelitian kemudian diekstrakpolasi ke skala nasional dengan mengalikan laju emisi per kapita dengan persentase penduduk yang menggunakan tangki septik. Laju emisi GRK dari sektor pengolahan air limbah setempat berdasarkan penelitian ini diperkirakan berkontribusi hingga 2% dari emisi GRK sektor limbah di Indonesia. ......In 2023, the waste sector will contribute 12% of GHG emissions in Indonesia, where the calculations still use a modeling approach. Around 80% of people in Indonesia use local wastewater technology. This is a big challenge in calculating GHG from the wastewater sector, which is correlated with the reduction mitigation plan. This research focuses on measuring the rate of GHG emissions directly (direct measurement) from local wastewater treatment systems. Until now, there is no standard for measuring GHG emissions from local wastewater treatment systems. Therefore, this research aims to design and develop a GHG capture device in the form of a flux chamber (FC), estimate the GHG emission rate based on GHG samples taken directly, and analyze the impact on a national scale using a case study at the University of Indonesia Dormitory. The study object's septic tank was chosen because it has a sufficient maintenance hole size for the FC device, and the UI Dormitory carries out routine draining. Regarding infrastructure, the UI Dormitory septic tank has shortcomings in the form of maintenance holes that are partially closed, no ventilation pipes, and standing water at the outlet. The FC device assembled in this research was made using PVC pipe, which is non-reactive and easy to find, making it suitable for use in developing countries. Research data was collected in a septic tank in Building F of the UI Dormitory, and data was collected twice in different months. The septic tank in Building F, UI Dormitory, is drained routinely every 6 months. The gas analysis results were tested ex-situ using the gas chromatography (GC) test. The GHGs measured in this study are methane gas (CH4) and carbon dioxide (CO2). The gas concentration obtained during 60 minutes of data collection ranged from 276,886—1.931,765 mg/m3 for CH4 gas and 1.150,553— 7.381,237 mg/m3 for CO2 gas. The concentration of both gases tends to increase throughout the sampling time. The research results show that the GHG emission rate from storing fecal sludge in septic tanks is 20 times lower than the IPCC estimated rate. Compared with similar studies, the rate of GHG emissions resulting from this research is relatively small. This may occur due to several possibilities, such as the draining period of the septic tank, the residence time of wastewater in the septic tank, and the septic tank infrastructure, which influences the rate of GHG emissions. Even though the data used only comes from 1 septic tank, which was measured twice, this research still performs initial calculations for GHG emissions nationally. The research results were then extracted to a national scale by multiplying the per capita emission rate by the population percentage using septic tanks. Based on this research, the rate of GHG emissions from the local wastewater processing sector is estimated to contribute up to 2% of the GHG emissions from the waste sector in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library