Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Patrick William Gading
"ABSTRAK
Kesesuaian Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit Lintasan dengan Uji Jalan Enam Menit Jentera pada Dewasa Sehat IndonesiaAbstrakLatar Belakang. Penilaian kapasitas fungsi seseorang sangatlah penting untuk keperluan penentuan program latihan, evaluasi program latihan dan prognosis seseorang. Sebuah uji yang mudah, cepat, dan tidak membutuhkan perlengkapan yang rumit untuk menentukan kapasitas fungsi kebugaran kardiorespirasi terus dikembangkan, tetapi uji jalan enam menit yang menjadi standar saat ini pun terkadang sulit dilakukan karena keterbatasan fasilitas lintasan. Sehingga dibutuhkan adanya uji alternatif lainnya yang menggunakan fasilitas ruang yang lebih memadai dan mampu laksana dalam kondisi apa pun. Tujuan penelitian ini untuk menilai kesesuaian jarak Uji jalan 6 menit dengan jentera dibandingkan dengan jarak Uji jalan enam menit lintasan sebagai uji penilaian kebugaran kardiorespirasi.Metode. Disain observasional potong lintang. Penelitian ini dilakukan terhadap 46 usia dewasa muda sehat yang didapat secara konsekutif. Jarak tempuh dalam studi ini dilihat tingkat kesesuaiannya dengan menggunakan uji spearman dan uji Bland altmand.Hasil. Jarak tempuh uji jalan enam menit pada jentera memiliki mean 508.8 61, sedangkan lintasan 514.4 47. Berdasarkan Uji t berpasangan didapatkan rerata selisih antara kedua pemeriksaan adalah -5,6 IK 95 -23,6-12,31 dengan hasil nilai p 0,533. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan signifikan antara pengukuran jarak tempuh menggunakan jentera dan lintasan. Hasil uji Spearman mendapatkan nilai p 0.002 dan kekuatan korelasi r=0,463.Simpulan. Didapatkan kesesuaian antara jarak tempuh Uji jalan enam menit jentera dengan Uji jalan enam menit lintasan dengan korelasi sedang.ABSTRACT Agreement between Hallway Six Minutes Walk Distance and Treadmill Six Minutes Walk Distance in Healthy Indonesian AdultsAbstractBackground. Assessment of the functional capacity is important to determine the exercise program, evaluation and prognosis of a person. A test that is easy, fast, and does not require complex equipment to determine the capacity of cardiorespiratory fitness function continues to be developed, but the standard six minute test is at times difficult to perform due to the limitation of space or track. So a need for an alternative test with less adequate space is required. The purpose of this study to assess the agreement of the treadmill six minute walk test compared to the hallway six minutes walk test as a cardiorespiratory fitness assessment test.Methods. A cross sectional observational design. This study was conducted on 46 healthy young adults. The agreement between the distances treadmill and hallway is measured using the Spearman and Bland Altmand test.Results. Treadmill six minutes walk distance has a mean of 508.8 61, while the hallway is 514.4 47. Paired t test found a mean difference between both tests 5.6 95 CI 23,6 12,31 with the result p value 0.533. Thus there is no significant difference between the measurement of the distance between treadmill and hallway. From the Spearman 39 s test we found p 0.002 with correlation strength r 0.463.Conclusions. There rsquo s agreement between treadmill six minute walk distance to hallway six minute walk distance with moderate correlation."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarilia Septiani
"Latar belakang: Evaluasi status fungsional pada pasien dengan angina refrakter yang tidak adekuat dikendalikan dengan terapi medis, angioplasti perkutan (IPK) ataupun bedah pintas arteri koroner (BPAK) dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan six-minute walk test (6MWT). Harapan Kita ECP (HARTEC Study) menggunakan Exernal Counterpulsation (ECP) sebagai pilihan terapi pada pasien dengan angina refrakter yang tidak adekuat dengan terapi konvensional. Saat ini belum ada yang menilai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil 6MWT pada pasien dengan angina refrakter. Tujuan: Mengetahui faktor klinis, parameter klinis, elektrokardiografi dan ekokardiografi apa saja yang berhubungan dengan hasil 6MWT pada pasien dengan angina refrakter yang tidak ideal untuk dilakukan revaskularisasi konvensional yang masuk dalam HARTEC Study. Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan pada 63 pasien angina refrakter yang tidak ideal untuk revaskularisasi konfensional (IPK/BPAK) selama periode Juni 2018-Desember 2019 yang diikutsertakan dalam HARTEC study. Kapasitas fungsional diukur dengan metode six-minute walk test, dimana pasien akan diukur jarak yang dapat ditempuh pasien selama enam menit dalam satuan meter. Hasil: Kapasitas fungsional pada pasien dengan angina refrakter yang diukur dengan 6MWT dipengaruhi oleh faktor-faktor independen diantaranya adalah: (1) jenis kelamin, dimana laki-laki memiliki pengaruh terhadap nilai 6MWT sebesar 47.97 meter (p 0.010) lebih baik dibanding perempuan; (2) Usia memiliki pengaruh sebesar -1.64 meter (p 0.025) yang berarti setiap penambahan usia 1 tahun akan mengurangi jarak tempuh sejauh 1.64meter; (3) Riwayat stroke akan mengurangi 6MWT sejauh  39.96 meter (p 0.014); (4) setiap peningkatan 10 mmHg tekanan darah diastolik memiliki pengaruh sebesar 14 meter (p 0.014); (5) setiap peningkatan 10% LVEF akan memberikan peningkatan 6MWT sebesar 6.9 meter (p 0.050). Kesimpulan: Terdapat lima variabel yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap 6MWT, yaitu: jenis kelamin, Usia, riwayat stroke, tekanan darah diastolik, dan LVEF.

Background: Evaluation of functional capacity in refractory angina patients with
debilitating refractory angina inadequately controlled by medical therapy, percutaneous angioplasty (PCI) or coronary artery bypass surgery (CABG) can be measured with six-minute walk test. Harapan Kita ECP (HARTEC study) using
external counterpulsation (ECP) as alternative non-invasive therapy in patients with refractory angina. There has been no study evaluating factors predicting counterpulsation outcome in form of functional capacity with six minute walk test
in patients with debilitating refractory angina.
Objective: To determine what clinical factors, electrocardiography and echocardiography parameters which has correlation to 6MWT in patients with refractory angina inadequately controlled by medical therapy, PCI, or CABG in
HARTEC study. Methods: we conducted retrospective cohort study to 63 patients with refractory
angina inadequately controlled by medical therapy, PCI, or CABG in June 2018-December 2019 who was enrolled in HARTEC study. Functional capacity was
assess with six-minute walk test, the patients were asked to walk as far as they could go in 6 minutes, and the data will be presents in meters
Results: Functional capacity which assessed with 6MWT influenced by independent factors which are: [1] gender, that has contribute to 47.97 meters (p
0.010) better than woman; [2] Age, every one years added will effect in reduced 6MWT as far as 1.64 meter (p0.025); [3] History of stroke will reduced 6MWT 39.96 meter (p 0.014); [4] every 10 mmHg of diastolic pressure will increase 6MWT 14 meter (p 0.014); [5] every 10% of LVEF increased will add 6.9 meter (p 0.050) in 6MWT Conclusion: There are five factors predicting 6MWT as the outcome of externalcounterpulsation, which are: gender, Age, history of stroke, diastolic pressure, and LVEF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutarobin
"Coronary Artery Disease (CAD) atau Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan karena otot miokard kekurangan suplai darah akibat adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah jantung. Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek, baik fisik, psikologis, maupun sosial yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional dan kenyamanan. Rehabilitasi jantung merupakan program pencegahan, pengobatan, pemulihan yang aman serta efektif untuk menilai kapasitas fungsional jantung, hemat biaya, mudah diterapkan pada kelompok besar, dan dapat ditoleransi dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh 6-MWT terhadap kapasitas fungsional jantung dan kenyamanan pada pasien PJK. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment, dengan desain pre-post with control group. Teknik consecutive sampling digunakan untuk merekrut 57 responden yang terbagi menjadi 29 responden kelompok kontrol dan 28 responden kelompok intervensi. Pengumpulan data kapasitas fungsional jantung dilakukan dengan VO2 max dan kenyamanan menggunakan Short General Comfort Questionnaire (SGCQ).
Hasil pengukuran menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan kapasitas fungsional dan kenyamanan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok dengan p-value < 0,001. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, 6-MWT dapat digunakan sebagai modalitas keperawatan bagi pasien PJK. 6-MWT hendaknya dijadikan bagian integral dari manajemen rehabilitasi fase 3 pada pasien PJK.

Coronary Heart Disease (CHD) is a disorder of cardiac function caused a deficiency of blood supply to a myocardial muscle. This condition may result in changes various aspects of physical, psychological, and social that will a decrease of functional capacity of the heart and patients comfort. Heart rehabilitation is a safe, effective and effective prevention, treatment, recovery program to assess cardiac functional capacity, cost-effective, easy to apply to large groups, and well tolerated.
The purpose of this study was to identify the impact of 6-MWT on the heart functional capacity and comfort of CHD patients. This study was a quasiexperiment, with a pre and post with control group design. The consecutive sampling technique was used recruited 57 respondent divided into 29 respondent in the control group and 28 respondent in the intervention group. A VO2 max of functional capacity and Short General Comfort Questionnaire (SGCQ).
There were significant differences in functional capacity and comfort before and after treatment in control and intervention groups with the p-value < 0,001. This study suggests that the 6-MWT can be used as a nursing modality for patients with CHD Post. 6-MWT should be made an integral part of phase 3 rehabilitation management in CHD patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Emilda
"

Tesis ini disusun untuk menilai hubungan antara kebugaran kardiorespirasi terhadap kualitas hidup pada pasien hemodialisis, dan faktor terkait lainnya. Penelitian menggunakan desain uji potong lintang. Subjek penelitian merupakan pasien hemodialisis kronik yang berusia diatas 18 tahun. Kebugaran kardiorespirasi dinilai dengan konversi ambilan oksigen puncak (VO2peak) dari hasil uji jalan enam menit dan kualitas hidup dinilai dengan menggunakan kuesioner Short Form-36 (SF-36). Hasil keluaran penelitian ini berupa nilai konversi VO2peak, skor total dan setiap domain dari SF-36 sebagai penilaian kualitas hidup. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebugaran kardiorespirasi dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis. Rerata jarak tempuh adalah 375,49±79 meter dengan nilai konversi VO2peak adalah 15,24±2,37 ml/kg/menit. Skor total SF-36 adalah 63,8 ± 20,8. VO2peak berkorelasi positif terhadap skor total SF-36 (r=0,611), domain fungsi fisik (r=0,725), kesehatan umum (r=0,532) dan nyeri (r=0,362). Kualitas hidup juga berkorelasi positif terhadap kecukupan dialisis atau Kt/V (r=0,32). Usia, jenis kelamin dan komorbiditas juga secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup, namun tidak didapatkan hubungan pada tingkat pendidikan, pekerjaan, heamoglobin dan durasi dialisis. Rerata VO2peak dan kualitas hidup pasien hemodialisis lebih rendah daripada populasi umum. Peningkatan VO2peak diikuti dengan kualitas hidup yang lebih baik.

 


This thesis was aim to determine the relationship between cardiorespiratory fitness and quality of life in hemodialysis patients, and other related factors. The design was cross-sectional study. The subjects were chronic hemodialysis patients aged over 18 years old. Cardiorespiratory fitness was assessed by conversion of peak oxygen uptake (VO2peak) from the distance of the six minute walk test  and quality of life was assessed using the Short Form-36 questionnaire (SF-36). The results of the study stated that cardiorespiratory fitness was related to quality of life in hemodialysis patients. The mean diatance in 6MWT was 375.49±79 meters with VO2peak conversion value was 15.24±2.37 ml/kg/minute. The total score of SF-36 was 63.8±20.8. VO2peak were positively correlated to the total SF-36 score (r=0.611), the domain of physical function (r = 0.725), general health (r = 0.532) and pain (r = 0.362. Quality of life also has a positive correlation with adequacy of dialysis (r = 0.32). Age, sex and comorbidity also significantly related to quality of life. The VO2peak value and quality of life is lower in hemodialysis patients than the general population. The increase in VO2peak was followed by a better quality of life.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danaparamita Hapsari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas latihan aerobik rehabilitasi jantung fase dua berbasis rumah dibandingkan berbasis rumah sakit pada pasien penyakit jantung koroner pascaintervensi koroner perkutan. Jumlah subjek penelitian sebesar 32 subjek, dengan masing-masing 15 subjek pada tiap kelompok yang dapat dianalisis. Subjek rata-rata berusia 57,97±11,59 tahun dan didominasi oleh laki-laki (80%). Kedua kelompok menunjukkan peningkatan bermakna uji jalan enam menit setelah 6 minggu intervensi dibandingkan sebelum (berbasis rumah sakit 397±78-450±73 m; berbasis rumah 350±106-454±67 m) nilai p<0,05. Peningkatan uji jalan enam menit tidak berbeda bermakna secara statistik pada kelompok berbasis rumah sakit (62 m) dibandingkan kelompok berbasis rumah (61 m) nilai p>0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan aerobik rehabilitasi jantung fase dua selama 6 minggu secara signifikan meningkatkan jarak tempuh uji jalan enam menit dan peningkatan tidak berbeda bermakna berbasis rumah sakit dibandingkan berbasis rumah pada pasien pasien penyakit jantung koroner pascaintervensi koroner perkutan.

This study aims to determine the effectiveness of home-based phase II cardiac rehabilitation aerobic exercise compared to hospital-based in patients with coronary heart disease after percutaneous coronary intervention. Total subjects were 32 subjects, with 15 subjects in each group that could be analyzed. The average subject’s age was 57.97±11.59 years old and dominated by men (80%). Both groups showed a significant increase in the six-minute walk test after 6 weeks of intervention compared to baseline (hospital-based 397±78-450±73 m; home-based 350±106-454±67 m) with p value<0.05. The increase in the six-minute walk test was not statistically significantly different in the hospital-based group (62 m) compared to the home-based group (61 m) with p value>0.05. The conclusion of this study is Cardiac rehabilitation aerobic exercise in phase two for 6 weeks significantly increased the distance traveled on the six-minute walk test and the increase was not significantly different from hospital-based compared to home-based in patients with coronary heart disease after percutaneous coronary intervention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya
"Pasien dengan penyakit jantung koroner akan mengalami penurunan kapasitas fungsional yang dapat diukur dengan uji jalan enam menit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan uji jalan enam menit pada pasien rawat inap pascaintervensi koroner perkutan dengan kajian respon tanda vital, skala borg, dan skala angina. Penelitian ini merupakan studi one group pre and post test design pada pasien rawat inap pascaintervensi koroner perkutan di Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Subjek penelitian melakukan uji jalan enam menit sebanyak dua kali dengan istirahat lima menit di antaranya. Pemeriksaan tanda vital, skala borg, skala angina sebelum dan sesudah uji jalan. Jumlah subjek penelitian sebesar 30 subjek (27 laki-laki dan 3 perempuan) dengan mayoritas memiliki stratifikasi risiko rendah. Uji jalan enam menit dilakukan dalam waktu dua hari atau lebih pada 56.7% subjek. Rerata jarak tempuh uji jalan keseluruhan adalah 294.68 ± 57.02 meter. Tanda vital tekanan darah sistolik dan diastolik, laju nadi, laju nafas, dan skala borg usaha mengalami peningkatan selama uji dan menurun ke nilai dasar setelah beristirahat selama lima menit dengan p-value <0.05 pada uji Wilcoxon Signed Rank, namun tidak didapatkan adanya perubahan bermakna pada saturasi, skala borg sesak nafas, kaki lelah, dan skala angina. Seluruh subjek penelitian tidak ditemukan kejadian tidak diharapkan mayor. Kesimpulan penelitian ini adalah uji jalan enam menit aman untuk dilakukan pada pasien rawat inap pascaintervensi koroner perkutan dengan perubahan respon tanda vital, skala borg, dan skala angina sesuai respon fisiologis.

Patients with coronary heart disease has a decrease in functional capacity that can be measured by a six-minute walk test. This study aims to determine the safety of the six-minute walk test in inpatients after percutaneous coronary intervention by assessing the response of vital signs, borg scale, and angina scale. This study is a one group pre and post test design study in inpatients after percutaneous coronary intervention at the Integrated Cardiac Service at Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta. Research subjects conducted a six-minute walk test twice with a five-minute break in between. Examination of vital signs, borg scale, angina scale before and after walking test. The number of research subjects was 30 subjects (27 male and 3 female) with the majority classified as a low-risk stratification. The six-minute walk test was performed over two days or more in 56.7% of the subjects. The average covered distance was 294.68 ± 57.02 meters. Vital signs of systolic and diastolic blood pressure, pulse rate, respiratory rate, and RPE Borg scale increased during the test and decreased to baseline ​​after resting for five minutes with p-value <0.05 in the Wilcoxon Signed Rank test, but there were no significant change on saturation, dyspnea and leg fatigue of the borg scale, and angina scale. All study subjects did not have major adverse events. The conclusion of this study is the six-minute walk test is safe to do in inpatients after percutaneous coronary intervention with vital signs, borg scale, and angina scale change accordingly to physiological response."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library