Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Biantoro
Abstrak :
Post Operastive Nausea and Vomiting (PONV) adalah akibat yang sering terjadi pada pasien yang dilakukan tindakan operasi. Skor risiko untuk memprediksi kejadian PONV digunakan sebagai cara untuk mengklasifikasikan pasien sesuai dengan prediksi risiko. Penelitian ini dilakukan untuk melihat keakuratan antara skor Apfel dan skor Koivuranta dalam memprediksi PONV. Mual dan muntah post operasi dikaji dengan menggunakan Rhodes Index Vomiting, Nausea and Retching (RINVR). Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, rancangan studi cross sectional analitik. Berdasarkan perhitungan rumus tunggal untuk estimasi proporsi sampel yang digunakan berjumlah 80 pasien yang akan menjalani tindakan operasi. Hasil penelitian skor Apfel memiliki sensitivitas (0,92) dan spesifitas (0,92) lebih tinggi dibandingkan dengan skor koivuranta, skor Apfel memiliki akurasi 0,9. Skor apfel adalah skor prediksi PONV yang sederhana dengan sensitivitas tinggi sangat cocok digunakan di tatanan klinik untuk menskrining mual dan muntah pada pasien post operasi. Setelah diketahui skor prediksi dapat ditentukan penanganan yang tepat mencegah PONV. ...... Post Operastive Nausea and Vomiting (PONV) is a common consequence in patients who underwent surgery. Risk score to predict the incidence of PONV is used as a way to classify patients according to risk prediction. This study was performed to see the accuracy of the Apfel scores and Koivuranta scores in predicting PONV. Postoperative nausea and vomiting was assessed using the Rhodes Index Nausea Vomiting, and Retching (RINVR). The design of study used is descriptive, crosssectional analytical study design. Based on the calculation of a single formula to estimate the proportion of samples used were 80 patients undergoing surgery. The results of the study Apfel score had a sensitivity (0.92) and specificity (0.92) is higher than the Koivuranta score, Apfel has an accuracy score of 0.9. Score prediction score PONV apfel is simple with high sensitivity is very suitable to be used in order clinics to screen nausea and vomiting in postoperative patients. Once known prediction score can be determined proper treatment to prevent PONV.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisna Novika
Abstrak :
Latar belakang: Histeroskopi office merupakan sebuah alat penunjang diagnostik terbaru yang makin marak digunakan dalam praktik sehari-hari. Penggunaan alat ini memudahkan penegakkan diagnosis dan tatalaksana kasus perdarahan uterus abnormal. Namun, sering kali ditemukan perbedaan interpretasi temuan histeroskopi sehingga diperlukan keseragaman kriteria penilaian. Saat ini telah dikenal sebuah sistem skoring temuan histeroskopi yang dikenal sebagai skor hysteroscopy cancer (HYCA) untuk evaluasi patologi pada kasus perdarahan uterus abnormal, terutama kasus keganasan endometrium. Tujuan: (1) Mengetahui akurasi Skor HYCA sebagai metode skrining adanya kanker endometrium pada perdarahan uterus abnormal. (2) Mengetahui kesesuaian inter dan intraobserver dalam penilaian Skor HYCA pada evaluasi perdarahan uterus abnormal menggunakan histeroskopi office. Metode: Desain observasional cross sectional. Peneliti membandingkan skoring HYCA dengan hasil histopatologi untuk menilai keakuratan skor dalam skrining kasus karsinoma endometrium. Dilakukan uji kesesuaian intra dan inter observer dalam menentukan skor HYCA dari rekaman video histeroskopi. Hasil : Rekaman 87 video histeroskopi dengan 4 video dieksklusi karena tidak dapat dinilai. Penelitian ini tidak terdapat pasien false negative, 18 pasien false positive, dan sebelas kasus keganasan endometrium. Pasien dengan keganasan memiliki median usia 57 tahun sesuai usia pasca menopause. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pasaien dengan keganasan dan bukan keganasan endometrium. Body mass index (BMI) pasien tidak berbeda secara bermakna pada kedua kelompok yaitu BMI 25 kg/m2 pada pasien keganasan endometrium dan IMT 24 kg/m2 pada kasus bukan keganasan. Nilai kesesuaian (Kappa) intraobserver A 0.824 dan observer B 0.837. Nilai kesesuaian interobserver 0.732. Sensitivitas 100%, spesifitas 75 %, akurasi 78.31% dan tingkat kesesuaian terhadap hasil patologi dengan nilai Kappa 0.44. Kesimpulan: Metode penapisan menggunakan skoring HYCA memiliki nilai sensitivitas yang tinggi. Angka spesifitas yang rendah ini menunjukkan skoring HYCA ini tidak dapat digunakan sebagai dasar diagnostik.
Background: Office hysteroscopy is one of the most frequent diagnostic tool used in diagnosing and treating women with abnormal uterine bleeding. Unfortunately, we often found interpretation findings variability that should be standardized. Therefore there is scoring system, known as HYCA score, to evaluate pathology findings in abnormal uterine bleeding, especially in endometrial malignancy. Aim: (1) To determine the accuracy of the HYCA score as a method of screening for endometrial cancer in abnormal uterine bleeding. (2) To determine the inter and intra-observer suitability in the HYCA Score assessment in the evaluation of continued abnormal bleeding using hysteroscopic office. Method: Observational cross sectional study. We compared the results of HYCA score to histopathological findings to assess the accuracy of HYCA scores for screening tool in endometrial carcinoma. Intra and inter-observer suitability tests carried out for HYCA score assessment from hysteroscopy video recordings. Result: There were 87 hysteroscopy video recordings from (bulan) to (bulan), 4 videos were excluded due to low quality videos. In this study, there weren't any patients assessed as false negative, 18 patients were assessed as false positive and 11 patients were having endometrial malignancy. Median age was 57 years old, corresponded to menopausal ages. Subjects than divided to malignant and non malignant cases. Body mass index wes not significantly different between two groups, 25 kg/m2 iand 24 kg/m2 respectively. The intraobserver (Kappa) suitability value for observer A was 0.824 and B was 0.837. The interobserver compatibility value is 0.732. Sensitivity was 100%, specificity was 75%, accuration value was 78.31% and level of conformity to histopathology with Kappa value was 0.44. Conclusion : High sensitivity finding showed HYCA score as a good screening tool rather than diagnostic tool showed by poor spesificity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Model skor tulen (MST) atau disebut juga sebagai teori tes klasik dalam seajarahnya dapat ditelusiri melalui konsep spearman (1904). Dalam konsepnya,persamaan MST itu diungkapkan sebagai:X,=r,+E,;di mana X,adalah skor amatan,r, skor tulen dan E, kekeliruan acak......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutvianti Zahra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh migrasi orangtua terhadap kognitif anak. Penelitian ini menggunakan data longitudinal dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan tahun 2014 dengan metode Pooled Least Square dan Instrumental Variable Two-Step Least Square (2SLS). Hasil deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata skor kognitif pada saat anak berusia 14-25 tahun mengalami penurunan. Penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan skor kognit if antara anak dari orangtua migran dengan anak non migran. Hasil inferensial juga menemukan bahwa migrasi orangtua tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap kognitif anak. Kognitif anak dipengaruhi oleh karakteristik lain seperti umur, jenis kelamin, lama sekolah, pendidikan ibu, pengeluaran pendidikan per kapita, dan wilayah tempat tinggal. ...... This research aims to study the effect of parental migration on childrens cognitive. This study uses longitudinal data from Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014 with the Pooled Least Squared method and Instrumental Variable Two-Step Least Square (2SLS). Descriptive results show that the average cognitive score of children aged 14-25 years decline. This study found that there were no significant differences in cognitive scores between children of migrant parents and non-migrant parents. Inferential results also found that parental migration did not have a statistically significant effect on childrens cognitive. Childrens cognition is influenced by other characteristics such as age, sex, years of schooling, mothers education, per capita education expenditure, and area of residence.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Fawzia
Abstrak :
Pendahuluan: Depresi mempengaruhi 45,19% pasien tuberkulosis paru (TB) dalam kepatuhan terhadap pengobatan, yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian, resistensi obat yang meningkat, serta penularan penyakit yang terus berlanjut. Usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, status gizi, komorbiditas, fase terapi, dan status HIV adalah faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap depresi pada pasien TB. Infeksi Mycobacterium tuberculosis menyebabkan peradangan sistemik, mengubah respons pusat sistem kekebalan tubuh di sistem saraf pusat, mengaktifkan sumsum tulang belakang-hipotalamus-kelenjar adrenal (HPA) dan saraf simpatis, serta berkontribusi terhadap masalah psikiatri. Komposisi asam lemak, termasuk jumlah tinggi EPA dan DHA, mempengaruhi fungsi sel dengan memodifikasi pola produksi eikosanoid, resolvin, dan protektin. Selain itu, fluiditas membran sel yang meningkat dengan peningkatan asam lemak omega-3 dibandingkan dengan asam lemak omega-6 mempengaruhi kejadian depresi. Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang terhadap 99 orang dengan TB paru. Data dikumpulkan menggunakan Semi-Kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), pengukuran antropometri, dan Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Hasil: Analisis korelasi menggunakan uji Spearman menunjukkan rasio asupan omega-6/omega-3 PUFA sebesar 7,78 ± 1,13, dengan nilai median skor depresi sebesar 9 (10-36). Tidak ada korelasi antara asupan omega-6/omega-3 PUFA dan skor depresi (r=0,063; p = 0,534). Kesimpulan: Tidak ada korelasi antara rasio asupan omega-6/omega-3 PUFA dan skor depresi pada pasien TB paru.  ......Introduction: Depression affects 45.19% of pulmonary tuberculosis (TB) patients in their adherence to treatment, leading to increased morbidity, mortality, drug resistance, and disease transmission. Factors like age, gender, education, income, nutrition, comorbidities, therapy phase, and HIV status contribute to TB-related depression. Mycobacterium tuberculosis infection induces systemic inflammation, alters the immune response in the central nervous system, activates the hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis and sympathetic nerves, and influences psychiatric issues. Fatty acid composition, particularly high levels of EPA and DHA, modifies cellular function by affecting eicosanoid, resolvin, and protectin production. The greater cell membrane fluidity with omega-3 fatty acids compared to omega-6 fatty acids affects depression occurrence. Methods: A cross-sectional study of 99 individuals with pulmonary TB was conducted. Data was collected using the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), anthropometric measurements, and Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Results: Spearman correlation analysis revealed an omega-6/omega-3 PUFA intake ratio of 7.78 ± 1.13, with a median depression score of 9 (10-36). No correlation was found between omega-6/omega-3 PUFA intake and depression score (r=0.063; p = 0.534). Conclusion: No correlation exists between the omega-6/omega-3 PUFA intake ratio and depression scores in pulmonary TB patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Septianus
Abstrak :
Sepak bola merupakan sebuah jenis olahraga yang memiliki tingkat popularitas tinggi di dunia. Popularitas tersebut membuat sepak bola digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan hiburan dan merekatkan tali kekeluargaan. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan arus globalisasi, sepak bola perlahan menjadi sebuah industri. Sepak bola sebagai sebuah industri sangat erat dengan keuntungan finansial besar yang membuat banyak pihak tertarik mendapatkannya melalui berbagai cara, termasuk pengaturan skor. Praktik pengaturan skor, utamanya di sepak bola Indonesia, sudah sangat sering terjadi yang dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satunya penyuapan. Akan tetapi, penegakan hukum terhadap para pelaku pengaturan skor masih sangat minim. Padahal, Indonesia setidaknya memiliki UU Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap untuk menjerat para pelaku pengaturan skor. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya benturan di antara Sport Law dengan State Law. ......Football is a sport that has a high level of popularity in the world. This popularity has made football used by the society to get entertainment and strengthen family relationships. In addition, along with the times marked by globalization, football is slowly becoming an industry. Football as an industry is closely related to large financial benefits that make many people interested in getting it through various ways, including match-fixing. The practice of match-fixing, especially in Indonesian football, has very often occurred which is carried out in various forms, such as bribery. However, law enforcement against the perpetrators of match-fixing is still very minimal. In fact, Indonesia at least has Law Number 11 of 1980 concerning the Crime of Bribery to ensnare the perpetrators of match-fixing. There are various factors that cause this, one of which is the clash between Sport Law and State Law. In this paper, The Author tries to give a way out and a bright spot for law enforcers to ensnare match-fixers in Indonesian football, mainly using the provisions in Law Number 11 of 1980.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Gangguan fungsi kognitif, mulai dari gangguan ringan hingga demensia, yang prevalensinya semakin meningkat seiring dengan peningkatan angka harapan hidup, akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hingga saat ini, minimnya pemanfaatan pemeriksaan patologi untuk menegakkan diagnosis definitif menjadikan pemeriksaan fungsi luhur sebagai pemeriksaan baku emas dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Seiring kemajuan teknologi kedokteran, MRI kepala mulai digunakan secara luas untuk menilai proses neurodenegeratif dan patologi vaskular otak yang berkorelasi kuat dengan gangguan fungsi kognitif. Penilaian temuan kelainan dengan metode skala pengukuran visual yang menggabungkan temuan atrofi dan lesi vaskular terbukti memberikan hasil yang baik dalam penegakkan diagnosis dan prediksi prognosis gangguan fungsi kognitif. Titik potong baku dan valid untuk menegakkan diagnosis dan memprediksi adanya gangguan fungsi kognitif perlu diteliti untuk meningkatkan peran MRI kepala dalam penilaian fungsi kognitif.Metode: Uji deskriptif dengan pendekatan potong lintang untuk mengetahui nilai titik potong skor atrofi serebri, skor lesi substansia alba, dan skor infark serebri pada pasien dengan demensia dan gangguan fungsi kognitif ringan. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan data pemeriksaan fungsi kognitif dan MRI kepala terhadap 76 subjek penelitian dalam kurun waktu Januari 2014 hingga Desember 2016.Hasil: Skala pengukuran visual dapat menggambarkan perubahan struktur otak pada pasien dengan gangguan fungsi kognitif. Dengan perhitungan receiver operation curve ROC dari skor atrofi, lesi vaskular, dan skor visual gabungan pada pasien dengan demensia dan gangguan fungsi kognitif ringan didapatkan bahwa skor visual gabungan memiliki nilai akurasi diagnostik terbaik dengan nilai AUC 78,3 95 IK 68,1 -88,6 . Kemudian didapatkan titik potong skor visual gabungan sebesar 8,5 sensitivitas 55,6 , spesifisitas 82,5 dengan tingkat spesifisitas tertinggi dalam membedakan pasien dengan demensia dan gangguan fungsi kognitif ringan.Kesimpulan: Skor visual gabungan mempunyai nilai akurasi diagnostik sedang dan dapat digunakan pada praktik klinis dalam membedakan pasien dengan demensia dan gangguan fungsi kognitif ringan
ABSTRACT Background and objective Impaired cognitive function, ranging from mild impairment to dementia, whose prevalence increases with increasing life expectancy, will affects the quality of life. Until now, the lack of utilization of pathology examination to make a definitive diagnosis makes the neuropsychological screening instruments as a gold standard examination with good sensitivity and specificity. As medical technology advances, head MRIs are beginning to be widely used to assess neurodegenerative processes and brain vascular pathology that are strongly correlated with cognitive impairment. Assessing findings of abnormalities by a visual measurement scale method that combines the findings of atrophy and vascular lesions proved to provide good results in the diagnosis and prediction of cognitive function impairment prognosis. Standard and valid cutoff points for diagnosis and predicting cognitive dysfunction need to be investigated to improve the role of head MRI in cognitive function assessment. Methods A descriptive test with a cross sectional approach to determine the value of the cutoff point of cerebral atrophy, white matter lesion, and cerebral infarct score in patients with dementia and mild cognitive impairment. The examination was performed based on cognitive function and head MRI examination data on 76 subjects in the period from January 2014 to December 2016. Result The scale of visual measurements can describe changes in brain structure in patients with cognitive impairment. With the calculation of receiver operation curve ROC of atrophic scores, vascular lesions, and combined visual scores in patients with dementia and mild cognitive impairment, AUC 78.3 95 CI 68.1 88.6 was obtained with cut point cut point 8.5 with the highest level of specificity sensitivity 55.6 , specificity 82.5 in distinguishing patients with dementia and mild cognitive impairment. Conclusion The combined visual score cutoff point has a moderate diagnostic value of accuracy and can help to distinguish patients with dementia and mild cognitive impairment in clinical practice.
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melyana
Abstrak :
Latar belakang: Model prediksi risiko operasi memiliki peranan penting pada tindakan operasi katup jantung. Perubahan karakter pasien dan fasilitas pembedahan dalam waktu tertentu dapat mempengaruhi nilai prediksi skor risiko operasi. Tujuan: Mengetahui perbandingan validasi EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita dalam memprediksi mortalitas di rumah sakit pasca operasi katup jantung. Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap 416 pasien yang menjalani operasi katup jantung pada periode November 2018 hingga Desember 2019. Data berasal dari rekam medis dengan metode sampling konsekutif. Didapatkan nilai kalibrasi dan diskriminasi EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita. Hasil: Angka kematian yang diobservasi sebesar 6,7%. EuroSCORE II, skor Ambler and skor Harapan Kita memiliki kalibrasi yang baik (uji Hosmer-Lemeshow p=0,065, p=0,233 and p=0,314). Kemampuan diskriminasi skor dalam memprediksi kematian di rumah sakit EuroSCORE II (AUC 0,763; 95% IK;0.660-0.867), diikuti skor Ambler (AUC 0.748; 95% IK; 0.655-0.841) dan skor Harapan Kita (AUC 0,694; 95% IK; 0.584-0.804) Kesimpulan: EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita memiliki validasi yang cukup baik. Kalibrasi ketiga skor baik dengan kalibrasi skor Harapan Kita relatif lebih baik dari dua skor lainnya, sedangkan nilai diskriminasi skor Harapan Kita di bawah EuroSCORE II dan skor Ambler. ......Background: Preoperative risk prediction models have important role in cardiac valve surgical management. Changing in patient characteristics and surgical facilities over time, might affect the predicting value of those scoring system. Objective: This study aimed to compare the validation of EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score in predicting in-hospital mortality at patients underwent heart valve surgery Methods: Cohort restrospective study was performed at 416 patients who underwent heart valve surgery from November 2018 to December 2019. Data was taken from the medical records by consecutive sampling method. The calibration and discrimination value of EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score were obtained. Results: Observed in-hospital mortality was 6,7%. EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score have good calibration (Hosmer-Lemeshow test p=0,065, p=0,233 and p=0,314). The discriminative value of these three scores in predicting in-hospital mortality for EuroScore II AUC 0,763 (95% CI; 0.660-0.867), Ambler score AUC 0.748 (95% CI; 0.655-0.841) and Harapan Kita score AUC 0,694 (95% CI; 0.584-0.804) Conclusion: EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score have fairly good validation. Those scoring system have good calibration with Harapan Kita score calibration relatively better than EuroSCORE and Ambler score, meanwhile Harapan Kita score has less discrimination value than EuroScore II and Ambler score.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Yuliani Sekriptini
Abstrak :
Pengambilan darah intravena dapat menimbulkan nyeri dan traumatik pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh madu terhadap skor nyeri anak saat pengambilan darah. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sampel diambil dengan consecutive sampling, terdiri dari kelompok intervensi yang mendapatkan madu per oral (34 responden) dan kelompok kontrol mendapatkan plasebo (34 responden) usia responden 1-6 tahun. Skor nyeri dievaluasi dengan Children?s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata skor nyeri anak pada kelompok madu dan kelompok plasebo (p=0,001). Peneliti menyimpulkan pemberian madu per oral dapat menurunkan skor nyeri pada anak saat pengambilan darah intravena. ......The intravenous blood taken can cause pains and be traumatic for child.This research has the aims to identify The influence of giving honey decreasing on the score of pain. The design of this research is quasi experiment. Samples were taken by consecutive sampling which consists of the intervened group who obtained honey per oral (34 respondents) and controlled group obtained plasebo (34 respondents) kelompok.The score of pains are evaluated with Children?s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS) respondents aged 1-6 years. The result of analysis shows there is a significant difference on the average score of pains between the intervened and controlled group (p=0,001). The researcher concluded that the giving of honey per oral can decrease the score of pains on child when the intravena blood taken.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinal Effendi
Abstrak :
Latar Belakang : Penggunaan penanda anatomis jarak tiromental (TMD) dan skor Mallampati banyak digunakan sebagai prediktor kesulitan visualisasi laring preoperatif, namun akurasi kedua penanda tersebut masih dipertanyakan. Penelitian ini mengevaluasi perbandingan tinggi badan terhadap jarak tiromental (RHTMD) sebagai salah satu prediktor kesulitan visualisasi laring kemudian dibandingkan dengan TMD dan skor Mallampati yang merupakan prediktor yang sudah ada sebelumnya. Metode Penelitian : Data didapatkan dari 277 pasien yang dijadwalkan operasi elektif yang akan dilakukan anestesia umum. Pengukuran TMD, RHTMD dan penilaian skor Mallampati dilakukan preoperasi. Laringoskopi dan penilaian skor Cormack-Lehane dilakukan oleh residen anestesi minimal tahun kedua. Data kemudian diolah menggunakan SPSS 15 untuk mendapatkan nilai AUC, sensitifitas, spesifitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif. Nilai AUC dari RHTMD, TMD dan skor Mallampati kemudian dibandingkan untuk memperlihatkan performa dari masing-masing prediktor. Hasil : Kesulitan visualisasi laring didapatkan pada 28 orang (10,1%), luas daearah dibawah kurva AUC RHTMD (85,5%) sedikit lebih baik dibandingkan TMD (82,7%) dan jauh lebih baik dibandingkan dengan skor Mallampati (61,4%), dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa akurasi RHTMD lebih baik bila dibandingkan dengan TMD dan skor Mallampati. ...... Background : Preoperatif evaluation anatomycal landmark of TMD and Mallampati score has widely used to identify potentially difficult laryngoscopies; however it’s predictive reliability is unclear. This research purpose are to evaluate the ratio height to thyromental distance (RHTMD) as a new predictor of difficult laryngoscopies compare to thyromental distance (TMD) and Mallampati score. Methode : The authors collect data on 277 consecutive patients schedule to receive general anesthesia for elective surgery. TMD, Mallampati score and RHTMD are evaluated preoperatively. Residents of anesthesia minimum at second years performed laryngoscopy and grading (as in Cormack-Lehane classifications). all data processed with spss 15 to get the AUC, sensitivity, spesifity, positive predictive value and negative predictive value. The AUC of each predictor were compared to determine the perform. Result : Difficult visualisation of the laryng occur in 28 patient (10,1%). The AUC of RHTMD (85,5%) is better compared to TMD (82,7%) and much better if compared to Mallampati score (61,4%). The authors conclude thatRHTMD had better accuracy in predicting difficult laryngoscopy than TMD and Mallampati score.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>