Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eksi Wijayanti
Abstrak :
Menopause merupakan suatu Menopause merupakan suatu kondisi fisiologis normal yang umumnya terjadi pada usia 44,6 sampai dengan 52 tahun. Adanya pengaruh genetik, autoimun, iatrogenic dan idiopatik diduga dapat menyebabkan menopause terjadi lebih cepat. Kondisi ini berkaitan dengan infertilitas dan peningkatan risiko terjadinya penyakit tidak menular dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status merokok dengan kejadian menopause dini di Indonesia tahun 2012. Penelitian dilakukan menggunakan disain cross sectional menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 melibatkan 4.973 perempuan usia 45-49 tahun. Untuk menguji hubungan tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan regresi cox. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perempuan perokok berisisko 1,5 kali untuk mengalami menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok setelah dikontrol dengan penggunaan kontrasepsi hormonal (PRadjusted = 1,49, 95% CI = 0,99 - 2,24, nilai p = 0,052). ......Menopause is physiological condition which usually occurs at 44,6 to 52 years. The influence of genetic, autoimmune, infection, and idiopathic thought to cause early menopause. This condition is associated with fertility and increased risk of non communicable disease and mortality. The objectives of present study is to investigate the association between smoking status and early menopause in Indonesia year 2012. A cross-sectional study of IDHS data analysis was conducted on 4973 Indonesian women, ranging in age between 45-49 years. We applied cox regression analyses (crude and adjusted prevalence ratio (PR)) to examine the association between smoking status and early menopause. This study shows that women smokers 1,5 times the risk for early menopause compared with non smokers after controlled use of hormonal contraceptives (PRadjusted = 1,49, 95% CI = 0,99 - 2,24, p value = 0,052).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risnawati Valentina
Abstrak :
Pemanfaatan rawat jalan yang semakin meningkat salah satunya disebabkan oleh meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu faktor risikonya adalah status merokok. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan rawat jalan dengan teori Andersen. Desain pada penelitian ini adalah crosssectional dengan jenis data kuantitatif. Faktor predisposing (predisposisi) yang dikaitkan dengan status merokok dan riwayat PTM, umur lansia, pria, tidak bekerja, pendidikan rendah, menikah adalah kelompok berisiko dalam memanfaatan pelayanan rawat jalan yang tinggi. Faktor enabling (pemungkin) yang jika dikaitkan dengan status merokok dan riwayat PTM, status ekonomi rendah, memiliki jaminan kesehatan swasta dan pemerintah, dan tinggal di pedesaan adalah kelompok berisiko dalam memanfaatkan pelayanan rawat jalan yang tinggi. Faktor need (kebutuhan) yang jika dikaitkan dengan status merokok dan riwayat PTM, mantan perokok dan memiliki keadaan morbiditas adalah kelompok berisiko dalam memanfaatkan pelayanan rawat jalan yang tinggi Adanya keterkaitan antara status merokok, riwayat PTM, dan jaminan kesehatan dirasa perlu untuk membangun kebijakan berdasarkan ke tiga hal tersebut dan membangun kerjasama lintas sektoral.
Outpatient utilization is increasing, one of which is caused by an increase in cases of Non- Communicable Diseases (PTM). One risk factor is smoking status. The purpose of this study was to analyze the factors that influence the use of outpatient care with Andersen's theory. The design in this study is cross sectional with quantitative data types. Predisposing factors that are associated with smoking status and history of PTM, elderly, male, non-working, low education, marriage are at risk groups in utilizing high outpatient utilization. Enabling factors that are associated with smoking status and history of PTM, low economic status, having private and public health insurance, and living in rural areas are at risk in utilizing high outpatient services. Need factor that when associated with smoking status and history of PTM, ex-smokers and having a state of morbidity is a risk group in utilizing high outpatient services. The relation between smoking status, history of PTM, and health insurance is deemed necessary to develop policies based on these three things and build cross-sectoral cooperation.
Depok: Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Rahayu Purnamasari
Abstrak :
ABSTRACT
Data menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ISPA nasional selalu tinggi setiap tahun.Tahun 2012 tercatat sebanyak 53.637 kasus ISPA di depok. Salah satu penyebab ISPA adalah pencemaran udara. Tingginya konsentrasi pencemar udara di jalan margonda diduga sebagai salah satu penyebab ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko kualitas udara ambient (PM10, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin) dan karakteristik individu ( jenis kelamin, umur, status merokok, penggunaan APD, lama kerja dan masa kerja) terhadap kejadian ISPA pada pedagang kaki lima di sepanjang jalan margonda raya, depok, tahun 2014. Desain penelitian ini adalah crossectional dengan sampel berjumlah 100 orang responden. Hasil riset menunjukkan faktor risiko ISPA adalah PM10 (p 0,002; OR 6,952 ; CI : 2,128-22,715), jenis kelamin ( p 0,000 ; OR 48,750 ; CI 9,567-248,409), pendidikan ( p 0,001; OR 7 ; CI 2,164-22,642), kebiasaan merokok ( p 0,000 ; OR 16 ; CI 4,057-63,107) dan penggunaan APD ( p 0,000 ; OR 36.313 ; CI 6,432-205,008).
ABSTRACT
The data show that the national prevalence of respiratory disease is always high every years.This year 2012, there were 53 637 cases of ARI in Depok. ARI is one of the causes of air pollution. The high concentrations of air pollutants on the road Margonda suspected as one cause of ARI. This study aims to determine how much ambient air quality risk factors (PM10, temperature, humidity, and wind speed) and individual characteristics (gender, age, smoking status, use of PPE, and work long working life) on the incidence of respiratory infection on vendors Margonda five along the highway, Depok, 2014. was cross-sectional design of this study with a sample of 100 respondents. Research shows the risk factors of ARI is PM10 (p 0.002; OR 6.952; CI: 2.128 to 22.715), gender (p 0.000; OR 48.750; CI 9.567 to 248.409), education (p 0.001; OR 7; CI 2.164 to 22.642) , smoking (p 0.000; OR 16 CI 4.057 to 63.107) and the use of PPE (p 0.000; OR 36 313 CI 6.432 to 205.008).
2014
S55210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arif Musoddaq
Abstrak :
ABSTRAK
Merokok berbahaya bagi perokok aktif maupun perokok pasif (Aditama, 2001). Asap rokok mengandung nikotin yang dapat memicu aktivitas kelenjar tiroid pada manusia (Utiger, 1998). Wanita lebih rentan mengalami hipertiroid (Greenspan and Baxter, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status merokok dengan kejadian hipertiroid pada pasien wanita usia subur di Klinik Balai Litbang GAKI Magelang tahun 2013-2014. Penelitian dilakukan dengan disain kasus-kontrol. Penelitian melibatkan 51 responden pasien wanita usia subur penderita hipertiroid dan 102 responden pasien wanita usia subur dengan fungsi tiroid normal (eutiroid). Pengumpulan data dilakukan pada status merokok, umur, penggunaan kontrasepsi hormonal, melahirkan 1 tahun terakhir, tingkat stres, dan kebiasaan penggunaan garam beriodium rumah tangga responden. Data dianalisa menggunakan uji regresi logistik. Pasien wanita usia subur terpajan asap rokok baik perokok aktif atau pasif berisiko mengalami hipertiroid 2,05 kali dari risiko pasien wanita usia subur di Klinik Balai Litbang GAKI Magelang setelah dikontrol variabel kontrasepsi hormonal dan tingkat stres. Menggunakan kontrasepsi hormonal menurunkan risiko hipertiroid, sedangkan stres berat meningkatkan risiko hipertiroid. Wanita usia subur hendaknya menghindari pajanan asap rokok dan melakukan manajemen stres untuk mengurangi faktor risiko hipertiroid.
ABSTRACT
Smoking is harmful to the active smokers and passive smokers (Aditama, 2001). Tobacco smoke contains nicotine, chemical that are known can lead hyperthyroidism in human (Utiger, 1998). This study aimed to determine the relationship between smoking status on hyperthyroidism in patients of childbearing age women in the Clinic of IDD (Iodine Deficiency Disorders) Research Center, Magelang in 2013-2014. The study was conducted with a casecontrol design. The study involved 51 childbearing-age women patients with hyperthyroidism patients and 102 childbearing-age women patients with normal thyroid function (euthyroid). Data collection was conducted on smoking status, age, hormonal contraceptive use, giving birth in the past one year, the level of stress, and the habits of the use of iodized salt in the household. Data were analyzed using logistic regression. Chiilbearing-age women patients who were active/passive smokers at risk of hyperthyroidism 2.05 times the risk of childbearing-age women patients in the Clinic of Iodine Deficiency Disorders (IDD) Research Center, Magelang after controlled by hormonal contraceptives and stress levels variables. Use of hormonal contraceptives reduce the risk of hyperthyroidism, whereas severe stress increases the risk of hyperthyroidism. Childbearing-age women should avoid exposure to cigarette smoke and do stress management to reduce risk factors for hyperthyroidism.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Elaphria Permatahati Betaputri
Abstrak :
Sugar-sweetened beverages dengan kandungan gula tambahan yang tinggi energi namun rendah nilai gizi, jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan penyakit tidak menular lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan frekuensi konsumsi SSB berdasarkan status merokok, tingkat stres, karakteristik individu, dan faktor lingkungan pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 221 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67,4% mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia mengonsumsi SSB dalam tingkat tinggi (≥2x/minggu). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara keterpaparan media promosi SSB, ketersediaan SSB di tempat tinggal, dan status rokok dengan tingkat konsumsi SSB. Peneliti menyarankan agar mahasiswa lebih memperhatikan jumlah SSB yang dikonsumsi dan dapat memilih alternatif minuman lain. Produsen SSB disarankan untuk dapat mencantumkan informasi nilai gizi pada SSBnya, terutama bagi perusahaan SSB waralaba. Peneliti juga menyarankan bagi pemangku kebijakan, untuk dapat mencanangkan informasi nilai gizi dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, terutama untuk mengetahui kandungan gula di dalam produk. ......Sugar-sweetened beverages (SSB) with high energy but low nutritional value-added sugar content, if consumed excessively, can lead to obesity and other non-communicable diseases. The purpose of this study is to find out the difference in SSB consumption based on smoking status, stress level, individual characteristics, and environmental factors in Universitas Indonesia non-health students in 2022. The research design used is a cross- sectional study with a sample count of 221 people. The data will be collected by filling out online questionnaires independently by respondents. Data will be analyzed univariate and bivariate (chi-square). Based on the result, the prevalence of non-health students at Universitas Indonesia that consumed high levels of SSB (≥2x/week) is 67,4%. The bivariate analysis showed different levels of SSB consumption based on exposure to SSB promotional media, availability of SSB, and smoking status. Researchers suggest students to pay more attention to the amount of SSB consumed and choose other alternative drinks. SSB producers are advised to include nutritional value information on their SSB, especially for franchised SSB companies. The researcher also suggests policymakers to publish nutritional value information in a form that is easier to read, especially to find out the sugar content of the product.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Munir
Abstrak :
Nyeri pinggang bawah merupakan masalah kesehatan kerja yang paling tua dalam sejarah. Sampai sekarang masih tetap merupakan masalah yang sering dijumpai. Di perusahaan ini nyeri pinggang bawah selama dua tahun terakhir ini menduduki urutan kedua dari sepuluh penyakit terbanyak. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi keluhan nyeri pinggang bawah ini. Metoda penelitian: Berupa studi kros seksional dengan analisis kasus kontrol. Jumlah sampel pada kelompok terpajan (bagian mixing) sebanyak 230 orang dan pada kelompok tidak terpajan (bagian quality control) sebanyak 109 orang. Data penelitian didapat dari medical records, medical check up, kuesioner, observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Hasil penelitian : Pada kelompok mixing (n=230) didapatkan angka prevalensi untuk keluhan nyeri pinggang sebesar 92,2% dan pada kelompok quality control (n=109) sebesar 21,1%. Dan faktor-faktor yang berpengaruh secara bermakna pada terjadinya keluhan nyeri pinggang dari yang paling kuat pengaruhnya adalah berat beban, merokok, status, umur, masa kerja, pengetahuan cara mengangkat, frekuensi mengangkat dan pendidikan (pada kelompok mixing dan quality control). Untuk kelompok mixing saja faktor yang paling kuat mempengaruhi adalah umur (p=0,0000; 13 ,325). Untuk yang quality control yang besar pengaruhnya adalah pendidikan (p=0,000 ;B=0,412). Diskusi : Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa faktor berat beban, merokok, status, umur, masa kerja, pengetahuan cara mengangkat, frekuensi mengangkat dan pendidikan (p = < 0,05) bermakna dalam mempengaruhi keluhan nyeri pinggang . Dan faktor lain seperti pelatihan, SOP dan alat pelindung diri yang tidak bisa dibuktikan secara statistik tetapi kenyataannya berpengaruh. Ini terbukti dari penelitian yang dilakukan di Rusia oleh Toroptsova NV (et al). Maka dan itu untuk mencegah dan mengurangi keluhan nyeri pinggang perlu kerjasama yang baik dari pihak manajemen, tenaga kerja dan dokter perusahaan. ......Low Back Pain Among the Workers Food Spices Factory in Purwakarta and the Factors that Related Low back pain is the very old occupational and safety problem in history. Until now still as an occupational and safety problem that most happen. In this factory, low back pain became the second top of ten kinds of diseases that often happen after upper respiratory tract infection. That's why, this case study done with goal to know the prevalence and the factors that related with low back pain. Method: A cross sectional study with case control analysis. Sample consisted of mixing group 230 workers and quality control group 109 workers. Data were collected from medical records, medical check up results, questioners, observation, interview and physical examination. Results: The prevalence of low back pain among mixing group is 92,9% and among quality control group is 21,1%. The factors that related significantly with low back pain are: weight of load, smoking, status, age, duration of working, knowledge of the technique for lifting, frequency of lifting and education among mixing group and among quality control group (p=<0,05). For the mixing group the factor that is strongly influents low back pain is age (p ,0000 : B-0,325). And for the quality control group is education (p=0,0000; B= 0,412). Discussion: There were statistically significant relation between weight of load, smoking, status, age, duration of working, knowledge of the technique for lifting, frequency of lifting and education (p<0,05) with low back pain. The other factors like training, SOP (Standard Operation Procedure) and protection equipment that were statistically can not proved but in fact these factors can significantly related with low back pain In Toroptsova NV (et a!) study already proved those factors could cause low back pain. That's why for preventing and reducing this problem needs cooperation between management, workers and occupational and safety doctor in factory.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library