Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Catharina Mila Yunianti Guritno
"Social withdrawal pada anak merupakan faktor risiko dari gangguan psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Anak dengan social withdrawal perlu memelajari cara membina relasi positif dengan orang lain.Tesis ini memiliki desain penelitian single casedan menerapkan bentuk intervensi social skills training (SST) untuk meningkatkan keterampilan sosial yang nantinya dapat berkontribusi terhadap kompetensi sosial anak secara umum. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun dengan karakteristik social withdrawal tipe conflicted shyness. Sesi terapi dilakukan sebanyak dua belas kali selama lebih kurang 60 - 90 menit setiap sesinya. Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Perubahan terlihat dari dua keterampilan sosial yang sudah baik, yaitu keterampilan melakukan percakapan dan bekerja sama. Selain itu, anak juga sudah baik dalam mengenali emosi orang lain, meminta sesuatu, mengatakan tidak, dan menentukan masalah. Anak juga mengalami penurunan, terutama pada skala withdrawn dan social problems dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL).

Social withdrawal among children is a risk factor steming from psychological problems such as anxiety and depression. A child that shows social withdrawal must learn to develop positive relationships with others. This thesis uses a single case research design and applies the social skills training (SST) intervention method in order to enhance social skills that will contribute to the general competence of the child. The research participant is an nine-year old girl having social withdrawal of the conflicted shyness type. Therapy is conducted through 12, 60-90 minute sessions. The results of this therapy is an effective SST to increase the child?s social skills. Change can be seen from two improved social skills: conversation and cooperation. Furthermore, the child has shown improvement in recognizing other people?s emotions, requesting something, saying ?no,? and identifying problems. The child also experienced reduced scores, particularly on the withdrawn and social problems scale from the Child Behaviour Checklist (CBCL)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Tanujaya K
"Penelitian ini difokuskan untuk meneliti penerapan SST dalam meningkatkan keterampilan sosial pada remaja yang mengalami autism spectrum disorder (ASD). Penelitian ini merupakan penelitian single-case dengan menggunakan teknik pre and post within subject design. Partisipan adalah remaja berusia 14 tahun yang telah didiagnosa mengalami ASD dan mengalami kesulitan dalam interaksi sosial di sekolah. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi melalui observasi, wawancara, dan penggunaan kuesioner Autism Social Skills Profile (ASSP). Sebelum program intervensi diberikan, partisipan tidak mampu membedakan kalimat sindiran dan pujian, merespon dengan ekspresi netral saat teman bercerita, tidak berani mengutarakan pendapat, dan tidak mampu menolak permintaan teman. Penelitian ini menunjukkan bahwa SST mampu meningkatkan keterampilan sosial remaja yang mengalami ASD. Partisipan mampu lebih mengobservasi petunjuk-petunjuk yang membedakan kalimat sindiran dan pujian, merespon dengan kalimat empatik, berani mengutarakan pendapat di antara teman-teman dekat, dan mampu menolak permintaan teman.

This study examined the application of SST in order to enhance social skills in an adolescent with autism spectrum disorder (ASD). The research was conducted using single-case experimental design with pre and post within subject design. The participant of the study was a fourteen-year-old student who had been diagnosed with autism spectrum disorder and had difficulties in social interactions in school. Measurements were taken before and after the intervention program through interviews, observation, and autism social skills profile (ASSP) questionnaire. Before interventions were conducted, the participant was unable to differentiate between sarcasm and compliment, responding to others? emotions with neutral facial expression, couldn't express her feelings, and couldn't say 'no' to friends? invitation or order. The results of this study indicate that SST could enhance social skills in an adolescent with autism spectrum disorder (ASD). The participant became more aware of social clues that indicated sarcasm or compliment, responding to others? stories with empathic statements, able to express her feelings to close friends, and able to say ?no? to friends? invitation or order."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renidayati
"ABSTRAK
Isolasi sosial sebagai salah satu perilaku negatif klien skizofrenia. Kondisi klien yang tidak mengganggu dan tidak merusak lingkungan, mengakibatkan pemberian asuhan keperawatan sering terabaikan. Menempati urutan ketiga terbanyak dignosa keperawatan di RSJ Prof HB Saanin Padang. Penelitian tentang pengaruh social skills training pada klien isolasi sosial. Desain penelitian quasi eksperimen pendekatan pre post test kelompok intervensi dan kelompok kontrol, bertujuan melihat pengaruh social skills training terhadap kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku klien isolasi sosial. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang dengan 60 klien dibagi 2 kelompok, 30 orang kelompok intervensi dan 30 orang kelompok kontrol, dengan pengambilan sampel secara sampling sistematis. Hasil uji statistik dependen t- Test membuktikan adanya perbedaan secara bermakna kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku antara kelompok yang mengikuti social skills training dan kelompok yang tidak mengikuti social skills training. Dari hasil uji independent sample t-Test juga membuktikan ada perbedaan secara bermakna kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku kelompok yang mengikuti social skills training dan kelompok yang tidak mengikuti social skills training sebelum dan sesudah intervensi. Karakteristik klien yang berpengaruh secara bermakna terhadap kemampuan kognitif klien adalah tingkat pendidikan, pekerjaan dan lama sakit klien. Karakteristik yang berpengaruh secara bermakna terhadap kemampuan perilaku klien isolasi sosial adalah pekerjaan. Penelitian ini menyimpulkan kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku klien isolasi sosial meningkat setelah mengikuti social skills training. Kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku klien lebih tinggi pada kelompok yang mengikuti social skills training. Social skills training direkomendasi sebagai terapi keperawatan dalam merawat klien skizofrenia dengan isolasi sosial.

ABSTRACT
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jumaini
"Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif skizofrenia merupakan kegagalan individu untuk menjalin interaksi dengan orang lain akibat dari pikiran-pikiran negatif serta pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai ancaman terhadap individu. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh terapi CBSST terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di BLU RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 60 orang yang meliputi 29 orang kelompok intervensi dan 31 orang kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan kognitif dalam menilai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta kemampuan psikomotor dalam bersosialisasi meningkat secara bermakna setelah dilakukan terapi CBSST (p value<0.05). Peningkatan kemampuan bersosialisasi lebih tinggi secara bermakna pada kelompok yang mendapat CBSST dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan CBSST (p value<0.05). CBSST direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan dalam merawat klien dengan isolasi sosial.

Social isolation as one of the negative symptoms of schizophrenia is the failure of individuals to establish interaction with others resulting from negative thoughts and unpleasant experiences as a threat to the individual. The purpose of this study was to determine the effects of CBSST therapy on socialization ability the client with social isolation in the Marzoeki Mahdi hospital, Bogor. The research design was quasi-experimental pre-post test with control group. The sample of this research are clients of social isolation with amount of 60 respondents including 29 respondents in the intervention group and 31 respondents in the control group.
The results showed that the cognitive ability to judge ourselves, others and the environment and psychomotor ability in socialization increased significantly after CBSST therapy (p value < 0.05). This research showed significant comparation of socialization ability in socialization between group with CBSST therapy and neither (p value < 0,05). CBSST therapy recommended as nursing therapy used to treat client with social isolation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Meizvira
"Studi ini menggunakan program social skills training (SST) untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak perempuan usia 9 tahun dengan perilaku menarik diri (social withdrawal). Melalui program ini, anak dilatih untuk menguasai keterampilan sosial yang diharapkan dikuasai oleh anak 9 tahun. Keterampilan sosial tersebut diukur dengan menggunakan skala perilaku adaptif Vineland (ranah sosialisasi) dan perilaku dalam keterampilan sosial yang didasarkan pada teori Kolb dan Hanley-Maxwell serta teori Elliott dan Busse. Studi ini menggunakan desain before-after atau pre-test post-test dengan partisipan tunggal.
Hasil dari pelaksanaan social skills training menunjukkan adanya peningkatan skor pada skala perilaku adaptif Vineland dan partisipan mampu menguasai perilaku dalam keterampilan sosial yang didasarkan pada teori Kolb dan Hanley-Maxwell serta teori Elliott dan Busse. Hasil ini menunjukkan bahwa social skills training efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak middle childhood dengan perilaku menarik diri (social withdrawal).

This study uses social skills training program to improve social skills in 9 years old girl with social withdrawal. Through this program, children are trained to master social skills expected to be mastered by 9 years old children. Social skills are measured with Vineland adaptive scale (socialization aspect) and behaviors check list based on Kolb and Hanley-Maxwell and Elliott and Busse. This study uses before-after design or pre-test post test design with single case study.
The result of social skills training program shows improvement in Vineland adaptive scale socialization scores, and participant can master some behavior needed in social skills based on Kolb and Hanley-Maxwell and Elliott and Busse. So we can conclude that social skills trainingsare effective for improving social skills in middle childhood children with social withdrawal.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriyk H
"Isolasi sosial merupakan gejala negatif skizofrenia yang ditandai dengan defisiensi berpikir, persepsi, afek tidak wajar atau tumpul dan perilaku sosial baik penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi serta mengalami kesukaran dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Social skills training terhadap perubahan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi sosial. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Kriteria sampel adalah pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi sosial, laki-laki dan perempuan, dapat membaca dan menulis, dirawat di ruang rawat inap stabilisasi psikiatri RSJ Dr H Marzoeki Mahdi Bogor berjumlah 98 responden yang terdiri dari kelompok intervensi 49 responden dan kelompok kontrol 49 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data yaitu univariat dan bivariat dengan uji parametrik. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden terbanyak laki-laki, usia dewasa muda, SLTP, tidak bekerja, belum menikah, lama rawat 4 tahun, terapi psikofarmaka atipikal. Ada perubahan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Ada perbedaan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi setelah mendapat tindakan keperawatan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lama sakit dan terapi psikofarmaka dengan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi (p value > 0,05), namun ada hubungan jenis kelamin dengan tanda gejala isolasi sosial (p value < 0,05) tetapi tidak ada hubungan dengan kemampuan sosialisasi (p value > 0,05) Tindakan keperawatan generalis dan social skills training direkomendasikan sebagai upaya penurunan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi sosial.

Social isolation is a negative symptom of schizophrenia which is characterized by deficiencies in thinking, perception, unnatural or blunted affect and decreased social behavior or communication as well as experiencing difficulty in carrying out daily activities. The aim of the research was to determine the effect of social skills training on changes in signs and socialization abilities in schizophrenia patients with social isolation treatment problems. Pre-post test quasi-experimental research design with a control group. Sampling was taken using a purposive sampling technique. The sample criteria were schizophrenic patients with social isolation treatment problems, male and female, able to read and write, treated in the psychiatric stabilization inpatient ward of RSJ Dr H Marzoeki Mahdi Bogor totaling 98 respondents consisting of the intervention group 49 respondents and the control group 49 respondents. Data collection uses questionnaires and observations. Data analysis is univariate and bivariate with parametric tests. The research results showed that the characteristics of the respondents were mostly male, young adults, junior high school, not working, not married, length of stay 4 years, atypical psychopharmaceutical therapy. There were changes in signs and symptoms and socialization abilities before and after being given a dangerous action in the intervention group and control group (p value < 0.05). There were differences in signs of symptoms and socialization abilities after receiving cessation measures in the intervention group and the control group (p value < 0.05). There is no relationship between age, education, employment, marital status, length of illness and psychopharmaceutical therapy with signs of symptoms and socialization abilities (p value > 0.05), but there is a relationship between gender and signs of symptoms of social isolation (p value < 0.05 ) but there is no relationship with socialization abilities (p value > 0.05). Generalist killing measures and social skills training are recommended as efforts to reduce signs of symptoms and socialization abilities in schizophrenia patients with social isolation protection problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Patricia Semet
"Perilaku agresif pada anak merupakan faktor resiko terjadinya penolakan dari teman sebaya yang dapat menurunkan motivasi dan prestasi belajar anak di sekolah. Anak dengan perilaku agresif kurang mampu menyelesaikan masalah dengan orang lain secara positif, sehingga hubungan sosialnya pun terganggu. Tesis ini menerapkan social skills training (SST) dengan single-case design untuk meningkatkan keterampilan emosional dan sosial anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan usia 5 tahun 7 bulan dengan perilaku agresif. Terapi diberikan sebanyak delapan sesi yang masing-masing berlangsung kurang lebih 30-40 menit. Sesi terapi dilaksanakan dua hari sekali. Hasilnya adalah SST tidak efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Setelah diberi SST, perilaku agresif anak masih bertahan dan skornya dalam skala aggressive behavior dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL) tetap berada dalam rentang yang membutuhkan perhatian klinis.

Child aggressive behavior is a risk factor in peer rejection that can lower child's motivation and academic achievement at school. Children with aggressive behavior are less capable in solving problem positively, hence disturbed relationship with others. This thesis applies social skills training (SST) with single-case design to increase child’s emotional and social skills. Subject is 5 years 7 months old girl with aggressive behavior. Eight sessions of therapy were conducted with 30-40 minutes in each session, held once in every two days. The result was SST ineffective to increase subject’s social skill. Subject’s aggressive behavior persists after SST and her score in aggressive behavior scale from Child Behavior Checklist (CBCL) remains in clinical range."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T39326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Lindianindita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas dari penerapan strategi structured learning untuk meningkatkan ketrampilan menampilkan posisi tubuh yang pantas saat melakukan percakapan pada A, seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun 4 bulan dengan gangguan pervasive developmental disorder-not otherwise specified (PDD-NOS). Strategi structured learning ini mengacu pada program yang dikembangkan oleh Baker (2004) untuk melatih ketrampilan sosial pada anak dengan gangguan pervasive developmental disorder. Strategi structured learning terdiri dari empat tahap, yaitu psikoedukasi, modeling, roleplay, dan latihan pada setting natural. Keempat tahapan tersebut berfungsi untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan anak atau remaja dengan gangguan pervasive developmental disorder, seperti kurangnya pengetahuan mengenai norma sosial dan keterampilan sosial dalam situasi sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada ketrampilan menampilkan posisi tubuh yang pantas saat melakukan percakapan pada A. Peningkatan ketrampilan tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada durasi mempertahankan kontak mata dan penurunan frekuensi berjalan-jalan saat sedang melakukan percakapan.

The aim of this research is to see how effective structured learning strategy are to increase appropriate body positioning skills during conversations for A; 14 year 4 months old adolescent with pervasive developmental disorder-not otherwise specified. These structured learning strategy refer to programs developed by Baker (2004) to train social skills for children with pervasive developmental disorder. Structured Learning strategy consist of four stages; psychoeducation, modelling, roleplay, and practice in natural settings. These four stages are designed to tackle the difficulties children or adolescent with pervasive developmental disorder, such as the lack of understanding of social norms and social skills in day to day life. The result of this research shows increase in social skills, specifically appropriate body positioning skills during conversations for adolescent with PDD-NOS. The increase in the aforementioned skills are evident through the increase of eye conact duration and the decrease in frequency of restless walking during conversations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcelina Melisa Dewi Tetono
"ABSTRAK
Pada masa remaja, hubungan dengan teman sebaya merupakan hal yang penting, salah satunya mempengaruhi pembentukan persepsi diri individu. Keterampilan sosial dibutuhkan agar remaja dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya. Oleh karena itu, remaja dengan defisit keterampilan sosial membutuhkan intervensi. Penelitian ini menggunakan desain pre and post test untuk melihat efektivitas penerapan Social Skills Training untuk meningkatkan keterampilan sosial pada remaja yang mengalami masalah hubungan pertemanan di sekolah. Partisipan penelitian adalah remaja perempuan berusia 14 tahun dengan masalah defisit keterampilan sosial. Sesi terapi dilakukan sebanyak delapan sesi selama 30-60 menit setiap sesinya. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu terdapat peningkatan keterampilan sosial S pada semua target perilaku intervensi. Berdasarkan Child rsquo;s Behavior Checklist, terjadi peningkatan skor pada sub-skala kompetensi sosial. Berdasarkan Social Skills Questionnaire, terjadi peningkatan skor total dan skor pada komponen perilaku sosial, persepsi sosial, regulasi diri, dan pemecahan masalah sosial. Guru dan teman dilibatkan sebagai observer untuk menilai keterampilan sosial partisipan. Peningkatan keterampilan sosial pada komponen perilaku sosial didukung hasil observasi dan wawancara oleh guru, sedangkan peningkatan pada komponen regulasi diri didukung oleh hasil observasi dan wawancara teman partisipan. Berdasarkan Self-Perception for Adolescent, terjadi peningkatan skor pada sub-domain social competence, physical appearance, close friendship, dan global self-esteem.

ABSTRACT
Peer relationship is important for adolescence, especially for the development of their self perception. Adolescent need adequate social skills to have positive peer relationships. Social skills deficits on adolescent needs immediate treatment. This study conducted a pre and post test design in order to testing the effectiveness of increasing social skills on adolescent with peer relationship problems in school. A fourteen year old girl with social skills deficit was selected as participant. A total of eight treatment sessions for 30 60 minutes each were conducted in this study. The result indicated that Social Skills Training could be applied to increasing social skills deficit in adolescent with peer relationship problems. The score of social competence sub scales in Child rsquo s Behavior Checklist were increased. The total score and the score of behavioural social skills, social perception skills, self regulation, and social problem solving components in Social Skills Questionnaire was increased as well. Teacher and friends were participating as observer in this intervention. The increasing score of behavioural social skills component was also conducted by teacher rsquo s observation, whereas the increasing score of self regulation component were conducted by peer rsquo s observation. The score of social competence, physical appearance, close friendship, and global self esteem sub domain in Self Perception Profile for Adolescent were increased as well."
2017
T47364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>