Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irish Hening
Abstrak :
Adanya masa pemerintahan Jerman Timur merupakan masa yang kelam bagi para warganya. Mereka diatur kebebasannya dan dikekang oleh pemerintah. Dalam novel Schuld, Grit Poppe mengemukakan pandangan dan kritiknya terhadap pemerintahan Jerman Timur. Kritik Grit Poppe terhadap pemerintahan Jerman Timur dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra yang difokuskan pada teori Pierre Bourdieu mengenai arena kekuasaan yang kemudian menjadi alat untuk menganalisa konflik di dalam novel ini yang mencerminkan kondisi sosial pada masa itu. Orang-orang yang melakukan perlawanan dengan pemerintah diawasi dan kemudian ditangkap oleh Stasi dan pihak Stasi tidak memandang umur orang yang ditangkap. Dengan perjuangan para warga Jerman Timur yang merindukan kebebasan, akhirnya Jerman Timur dan Jerman Barat kembali bersatu (Wiedervereinigung) dan masa reunifikasi ini dianggap juga sebagai masa perubahan "Wendezeit". ......The government of East Germany has brought the dark time for its citizens. The government set up a restriction for its citizens liberty and restrained them too. In the novel Schuld, Grit Poppe put her views and criticisms towards the government of East Germany. Her Critics towards the government of East Germany were analyzed by sociology of literature approach that is focused on the theory of Pierre Bourdieu about field of power which used as tools to analyzing the conflicts in this novel that reflects the social conditions in that time. The people, who were against with the government will be monitored and then arrested by the Stasi and the Stasi irrespective of age. Through the struggle of the East German citizens who yearn for freedom, finally East Germany and West Germany reunited (Wiedervereinigung) and reunification is considered to be a time of change "Wendezeit".
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainul Mardhiyah
Abstrak :
Penelitian ini membahas konflik Aceh dalam cerpen “Jaring-Jaring Merah”, “Dua Tengkorak Kepala”, dan “Safrida Askariyah”. Penelitian ini bertujuan menjelaskan situasi konflik Aceh semasa pemberontakan GAM yang digambarkan dalam ketiga cerpen tersebut, serta mengungkapkan perbedaan yang menegaskan sikap dan ideologi para pengarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif, sedangkan sumber data penelitian yang digunakan adalah teks cerpen “Jaring-Jaring Merah” karya Helvy Tiana Rosa, cerpen “Dua Tengkorak Kepala” karya Motinggo Busye, dan cerpen “Safrida Askariyah” karya Alimuddin. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini sosiologi sastra. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa meskipun mengangkat tema yang sama, yaitu konflik Aceh, ketiga cerpen tersebut memiliki fokus bahasan yang berbeda. Cerpen “Jaring-jaring Merah” dan “Safrida Askariyah” memfokuskan ceritanya pada kondisi psikologis perempuan korban perkosaan tentara, sedangkan cerpen “Dua Tengkorak Kepala” memfokuskan cerita pada korban-korban yang ditembak mati oleh tentara pada masa konflik Aceh. Dalam cerpen-cerpen mereka, Rosa, Busye, dan Alimuddin mengkritik cara kekerasan yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam memberantas GAM dan menuntut adanya penindakan terhadap masalah tersebut ......This research discusses Aceh conflict inside the short story titled “Jaring-Jaring Merah” (Red Net), “Dua Tengkorak Kepala” (Two Head Skull), and “Safrida Askariyah”. The purpose of the research is to explain the situation in Aceh during the rebellion of Free Aceh Movement. Another purpose is to reveal the different attitudes and ideologies of the authors. The research uses descriptive analysis and comparative method using the data source from the short story of “Jaring-Jaring Merah” by Helvy Tiana Rosa, “Dua Tengkorak Kepala” by Motinggo Busye, and “Safrida Askariyah” by Alimuddin. As for the theory, the author uses the sociology of literature. Based on the result, the research concludes that even if the three short stories have the same theme, Aceh conflict, but all the authors have different focus of discussion. “Jaring-Jaring Merah” and “Safrida Askariyah” are focusing their story on the psychological condition of the victim that raped by the soldier. Meanwhile, “Dua Tengkorak Kepala” is focusing its story on the victim that shot by the police during Aceh. The author of the short stories, Rosa, Busye, and Alimuddin, also criticize the violence done by the Indonesian Government in combating the Free Aceh Movement and insist to follow up the problems
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amaliatun Saleha
Abstrak :
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, terjadi perubahan citra wanita Jepang yang cukup signifikan, terutama wanita Jepang berusia lebih dari 30 tahun. Perubahan tersebut adalah peningkatan jumlah wanita bekerja. Seiring dengan perkembangan industri di Jepang, maka kesempatan wanita untuk bekerja semakin besar. Peningkatan kesempatan bekerja bagi wanita ini, secara tidak langsung berimplikasi pada gejala penundaan pernikahan dan penurunan angka kelahiran di Jepang. Penelitian ini berfokus pada analisis mengenai pandangan masyarakat Jepang terhadap perubahan citra wanita Jepang saat ini, terutama wanita bekerja berusia lebih dari 30 tahun, baik yang melajang maupun yang sudah menikah, dan bagaimana citra wanita bekerja dalam masyarakat Jepang, yang digambarkan pada novel Taigan no Kanojo karya Mitsuyo Kakuta (2004). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra berperspektif feminis, dengan menggunakan teori wacana Michel Foucault dan model analisis wacana kritis Sara Mills. Berdasarkan analisis terhadap novel tersebut, disimpulkan bahwa: 1) Novel Taigan no Kanojo merupakan novel yang merepresentasikan realitas masyarakat Jepang saat ini, terutama yang berkaitan dengan wanita Jepang; 2) Citra wanita yang diharapkan oleh masyarakat Jepang adalah ibu rumah tangga yang berperan dalam wilayah domestik. Oleh karena itu, masyarakat Jepang memberikan pandangan negatif terhadap wanita bekerja, baik yang melajang maupun yang sudah menikah. 3) Berdasarkan pandangan masyarakat Jepang tersebut, dalam novel ini digambarkan bahwa citra wanita bekerja yang melajang adalah seseorang yang kurang profesional, dan citra ibu bekerja yang memiliki anak masih kecil adalah seseorang yang lebih mementingkan diri sendiri dan tidak dapat mendidik anaknya dengan baik.
After the World War II, there was a significant change of Japanese women?s image, especially 30?s Japanese women. The change was an increase of Japanese working women as industrialization growth in Japan. This implicated to the late marriage phenomenon and the decrease of birth rate in Japan. This research is focused on the analysis of public perception on 30?s Japanese working women, both single or married, and the image of them as representated in novel titled Taigan no Kanojo (2004) written by Mitsuyo Kakuta. This research was a qualitative research, which used sociology of literature approach in feminism perspective, and the theory of discourse by Michel Foucault in Sara Mills critical discourse analysis model. This research concluded that : 1) This novel representates the reality of Japanese society, especially the reality of Japanese women today; 2) In the Japanese society expected image of Japanese women is a housewife who dedicates on domestic role. Therefore, the working women, both single or married, are considered as negative image; 3) In this novel, the single Japanese working women is thought as unprofessional person and the image of working housewife who has small children, is also considered as negative image, because could not raise the children well and was thought as selfish person.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rasis Setyawan Haddade
Abstrak :
Skripsi ini meneliti mengenai fenomena chichioya fuzai yang terjadi pada karya adaptasi novel Boruto "Naruto The Movie" dan bagaimana dampaknya pada karakter tokoh Boruto Uzumaki sebagai seorang anak. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi fenomena chichioya fuzai pada keluarga Uzumaki dalam novel Boruto "Naruto The Movie". Hal itu memberi dampak pada karakter Boruto yaitu cepat marah, kurang percaya diri, dan perbedaan pandangan dengan nilai yang berlaku dalam novel. ......This research is about a chichioya fuzai phenomenon that happen in the novel adaptation of Boruto "Naruto The Movie" and how it affects the personalization of Boruto Uzumaki as a son. This is a qualitative and descriptive research with the literature study method. The research shows that chichioya fuzai phenomenon had happened in Uzumaki Family from the novel of Boruto "Naruto The Movie" which gave effects to the personalization of Boruto which are quick-tempered, low confidence, and difference view common sense.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Aulia Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas modus manipulasi sebagai aspek humor yang terdapat dalam novel Pendekar dari Chapei karya Kwee Tek Hoay. Dalam penelitian ini, modus manipulasi dilakukan oleh beberapa tokoh, yaitu Lie Ke Khiang, Lo Lauw Nio, Gouw Beng Nio, dan Ong Boen Lok sedangkan tokoh yang dimanipulasi adalah Siauw Liep Nio, Lie Ke Khiang, dan Soen Niet Nio. Modus manipulasi yang tergambar dalam skripsi ini tidak semua termasuk ke dalam aspek humor. Bentuk modus manipulasi yang dapat dikategorikan sebagai aspek humor. Berdasarkan konsep tindakan lucu menurut Monro dalam Endahwarni, 1994:34-36 ada empat bentuk tindakan lucu dalam novel, yaitu berbentuk omong kosong atau bualan; kemalangan; pengetahuan, pemikiran, dan keahlian; dan penghinaan yang terselubung. Berdasarkan klasifikasi humor menurut Raskin dalam Endahwarni, 1994:30-31 bentuk manipulasi dapat dimasukkan sebagai aspek humor, yaitu intended humor; ridicule; dan suppression atau repression humor.
ABSTRACT
This thesis discusses the manipulation mode as the aspect of humor contained in Kwee Tek Hoay 39s novel Pendekar dari Chapei. In this study, the manipulation mode is performed by several characters, namely Lie Ke Khiang, Lo Lauw Nio, Gouw Beng Nio, and Ong Boen Lok while the manipulated characters are Siauw Liep Nio and Soen Niet Nio. The manipulation modes illustrated in this thesis are not all included in the aspect of humor. The forms of manipulation mode that can be categorized as aspects of humor. According to the theory of humorous act by Monro in Endahwarni, 1994 34 mdash 36 , there are four forms of humorous acts, which are in the form of nonsense words or gibberish misfortune knowledge, thoughts, and expertise and disguised humiliation. According to the classification of humor by Raskin in Endahwarni, 1994 30 mdash 31 , the form of manipulation can be included as an aspect of humor, i.e. intended humor ridicule and suppression or repression humor.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Mohammad Maheswara
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai kondisi politik dan sosial Korea Selatan di tahun 1960-an, melalui sudut pandang tokoh utama dalam novel Yenang Pungmulji karya Lee Byeong-Ju. Tokoh utama digambarkan sebagai seorang mantan narapidana yang menjalani kehidupan sehari-harinya bersama dengan penyakit Tuberkulosis yang ia derita. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-analisis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik arus kesadaran dan pendekatan sosiologi sastra dengan menghubungkan sudut pandang tokoh utama dengan kondisi politik dan sosial masyarakat Korea Selatan pada masa ditulisnya novel tersebut, yaitu pada awal tahun 1970-an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Korea Selatan yang terkenal dengan ekonomi dan hiburannya yang maju sekarang ini, ternyata pernah mengalami masa-masa sulit pasca-Perang Korea. Kesulitan yang dialami oleh masyarakat Korea Selatan pada masa itu, selain terjadi karena Perang Korea yang telah memporakporandakan sumber daya alam maupun sumber daya manusia, juga akibat kondisi yang belum stabil khususnya demokratisasi yang masih dalam perjuangan. Lebih lanjut, Perang Korea dan ketidakstabilan politik berpengaruh juga pada buruknya kondisi bidang lainnya, seperti bidang sosial yang menunjukkan adanya perubahan berkaitan dengan peran gender dalam keluarga dan lingkungan kerja publik.
ABSTRACT
This research explains about social and political condition of South Korea in 1960 39s from the point of view of the main character of Yenang Pungmulji written by Lee Byeong Ju. The main character is an ex convict who lives a suffered life from Tuberculosis. This research is a qualitative research with a descriptive analysis method. Stream of consciousness technique and sociology of literature theory is used in this study by connecting the point of view of the main character with the social and political condition in South Korea society during the time this novel was written in 1970 39s. The findings of this research show that South Korea which was known for their advanced economy and entertainment, have had experienced difficulties after Korean War. The difficulties that South Korean people faced during that time is due to Korean War that had exploited human and nature resources. It is also due to political unstability that they faced the struggle of democratization. That situation brought bad impacts on other sectors which led to social changes. In other words, during post Korean War, gender roles in family and public work environment shows dissimilarity than before the war happened.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Ratu Abdillah
Abstrak :
Penelitian ini membahas fenomena para remaja yang melarikan diri dari rumah dan membentuk kelompok yang mereka anggap sebagai keluarga semasa melakukan pelarian. Kelompok ini yang kemudian disebut sebagai gachulfam (가출팸). Munculnya fenomena gachulfam bukanlah hal baru dalam sebuah karya sastra di Korea Selatan, bahkan hal ini dapat dianggap sebagai kritik sosial melalui media populer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji fenomena gachulfam di Korea Selatan yang terepresentasikan dalam webtoon Chamgyoyuk (The Real Lesson) melalui pendekatan sosiologi sastra. Webtoon Chamgyoyuk ini dapat dijadikan sebagai media serta bukti dari realitas yang sebenarnya terjadi di Korea Selatan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menunjukkan penyebab para remaja bergabung dengan gachulfam. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan potongan gambar, dialog dan monolog, penelitian terdahulu, jurnal, serta berita di Korea yang kemudian diterjemahkan dan dianalisis. Setelah menganalisis keterkaitan antara realitas di Korea dan materi penelitian, dapat disimpulkan bahwa webtoon Chamgyoyuk mencerminkan dengan baik realitas sosial mengenai gachulfam yang terjadi di Korea Selatan. ......This research discusses the phenomenon of teenagers who run away from home and form a group that they consider to be their family during their escape. This group is then referred to as gachulfam (가출팸). The emergence of the gachulfam phenomenon is not new in South Korean literature, and it can even be considered as social criticism through popular media. The purpose of this study is to examine the phenomenon of gachulfam in South Korea represented in the webtoon Chamgyoyuk (The Real Lesson) through a literary sociology approach. This Chamgyoyuk webtoon can be used as a medium and evidence of the reality that actually occurs in South Korea. In addition, this study also aims to show the causes of teenagers joining gachulfam. The data used in this study are snippets of images, dialogues and monologues, previous research, journals, and news in Korea which are then translated and analyzed. After analyzing the relationship between the reality in Korea and the research material, it can be concluded that the webtoon Chamgyoyuk reflects well the social reality of gachulfam in South Korea.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
RIZKY KHAIRUNNISA
Abstrak :
Sastra adalah sebuah teks yang memiliki arti atau keindahan tertentu, digunakan oleh manusia untuk menyampaikan gagasannya. Sosiologi sastra adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami karya sastra tersebut. Melalui pendekatan ini, dihasilkan sebuah pemikiran bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat. Adanya hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dengan ideologinya, model pembaca yang dituju, dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dua buah karya sastra di dua masa yang berbeda, Aufkl?rung dan Klassik, memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat dan masa itu sendiri. Hal ini bertujuan agar pembaca lebih memahami bahwa meskipun Klassik merupakan masa lanjutan dari Aufkl?rung, karya sastra di kedua masa kental akan rasio, tetapi pada masa Klassik sisi kedewasaan juga sangat ditonjolkan. ......Literature is a text that has a particular meaning or sense of "beauty", is used by humans to convey her ideas. Sociology of literature is an approach used to understand the literature. Through this approach, produced an idea that literature is an expression and part of the community. The existence of the relationship between the author by his social class, social status with ideology, the intended reader model, and so on. This research aims to determine how two literary works in two different periods, Aufkl?rung and Klassik, provide its influence on society and the period itself. It is intended that the reader better understand that although Klassik is an advanced period of Aufkl?rung, literature in these two periods focus on ratio, but at Klassik time the maturity sides also highlighted.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Susilastri
Abstrak :
Tesis ini membahas keadilan dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma.Penelitian ini menggunakakan metode deskriptif analitik. Kajian sosiologi sastra digunakan dengan alasan Kalatidha dipandang sebagai teks yang diciptakan oleh pengarang sebagai bentuk usaha menanggapi realitas di sekitarnya, berkomunikasi dengan realitas, atau menciptakan kembali realitas itu. Kalatidha mengangkat persoalan keadilan dalam kisah-kisah di balik G 30 S/PKI tahun 1965 dengan cara metaforis yaitu sebagai 'dunia kabut', sebuah sisi suram dari peristiwa yang bersifat nasional. Pemerintah Orde Baru telah membuat narasi resmi tentang G 30 S/PKI; terhadap realitas sosial tersebut Kalatidha berfungsi sebagai penegasi. ......This thesis studies about justice which is represented in Kalatidha, a novel by Seno Gumira Ajidarma. This research is using analytic descriptive method. The sociology of literature is used because Kalatidha as a text created by author as effort to answering of reality, communicating with reality, or re-create that reality. Kalatidha criticize the problem of justice behind G 30 S/PKI in 1965, by using metaphor. It is represented as a 'fog world', a dark side of national incident. New Order government had created official explanation about G 30 S/PKI; Kalatidha has a function as a negation of that social reality.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T38871
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahmi Pradana
Abstrak :
Sebagai dampak globalisasi, isu keragaman budaya memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, khususnya dalam kesusastraan. Sapardi Djoko Damono membawa topik tersebut ke novelnya berjudul Segi Tiga. Penelitian ini berfokus kepada isu keragaman budaya yang ditampilkan pada Segi Tiga. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah keragaman budaya dan konflik yang timbul akibat keragaman tersebut dalam cerita. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan: (1) penggambaran keragaman budaya dalam novel dan (2) konflik yang disebabkan oleh keragaman budaya dalam novel. Hasil penelitian ini adalah terdapat representasi keragaman budaya yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh dalam novel Segi Tiga, terutama pada tokoh Suryo dan Noriko. Suryo dihadapkan pada nilai-nilai kepriayian yang dibawa oleh keluarganya, tetapi kemudian dibentur oleh budaya modern setelah ia tinggal bersama keluarga Tia di Jakarta. Sementara itu, Noriko memiliki keterikatan pada budaya Jawa sebagai budaya yang dipelajari selama ia menetap di Solo dan Jepang sebagai budaya tanah kelahirannya. Keragaman budaya tersebut dapat menyebabkan beberapa konflik dalam cerita, yaitu selisih paham yang terjadi pada keluarga Suryo dalam menanggapi dampak internet dan krisis identitas yang dialami oleh Noriko. ......As a result of globalization, the issue of cultural diversity affects various aspects of today's social life, especially in literature. Sapardi Djoko Damono brings this topic to his novel titled Segi Tiga (Triangle). This research focuses on the issue of cultural diversity presented in Segi Tiga. The problems discussed in this study are cultural diversity and the conflicts that arise as a result of this diversity in the story. This study uses a descriptive method with a qualitative approach which aims to explain: (1) the depiction of cultural diversity in the novel and (2) the conflict caused by cultural diversity in the novel. The results of this study are that there are representations of cultural diversity displayed by the characters in the novel Segi Tiga, especially in the characters Suryo and Noriko. Suryo was confronted with the values ​​of the nobility brought up by his family, but then collided with modern culture after he lived with Tia's family in Jakarta. Meanwhile, Noriko has an attachment to Javanese culture as a culture that she learned during her stay in Solo and Japan as the culture of her homeland. This cultural diversity can cause several conflicts in the story, namely differences in understanding that occur in the Suryo family in response to the impact of the internet and Noriko's identity crisis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>