Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farida Soetiarto
Abstrak :
ABSTRAK
Rokok kretek mengandung bumbu bumbu dengan rasa dan aroma yang berbeda dengan rokok putih, yang mungkin mempu -nyai potensi eebagai penyebab kerusakan gigi.

Asumsi tersebut muncul dengan adanya laporan kasus kerusakan gigi yang spesifik pada perokok kretek.

Atas dasar fenomena tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kerusakan gigi, nilai insiden dan hubungan antara kebiasaan merokok kretek dengan kerusakan gigi yang spesifik.

Desain penelitian adalah kohort retrospektif, pada 1160 sopir bus P.P.D. yang tidak merokok kretek dan yang merokok kretek.

Hasil penelitian rrmenunjukkan adanya kerusakan yang spesifik, berbeda baik bentuk, letak maupun patofisiologisnya dengan karies pada umumnya, dengan nilai insiden 55.8% Secara statistik kerusakan dipengaruhi oleh lama merokok kretek dalam tahun, dan jumlah batang rokok kretek yang dihisap setiap hari yang berinteraksi dengan lama merokok.

Dengan merokok kretek selama > 10 th - < 15 th, dan jumlah rokok yang dihisap 7 - 12 batang/hari maka prediksi resiko terjadi kerusakan gigi yang spesifik = 83 %. Bila merokok kretek > 15 th., dengan jumlah rokok > 18 batang/hari, maka prediksi resiko kerusakan gigi 95 %.

Dapat disimpulkan bahwa kejadian kerusakan gigi yang spesifik pada perokok kretek cukup tinggi.

Hal ini dipengaruhi oleh lama kebiasaan merokok dalam tahun dan jumlah batang rokok kretek yang dihisap setiap hari. Berdasarkan temuan tersebut disarankan untuk memperkenalkan bentuk kerusakan gigi yang spesifik tersebut kepada tenaga kesehatan dan masyarakat untuk memberi peringatan akan bahayanya rokok kretek terhadap jaringan keras gigi. Untuk memperoleh jawaban lebih lanjut tentang mekanisme kerusakan masih diperlukan penelitian experimental laboratorik.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S7710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Taat Tagore Diah
Abstrak :
Pajanan Pb dapat terakumulasi di dalam darah manusia sesuai lama waktu pajanan dan berdampak pada kesehatan. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis lama waktu pajanan terhadap kadar Pb, kadar Haemoglobin, kadar Kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN) dalam darah sehingga dapat diketahui perbedaannya dan dampak kesehatannya_ Responden dibagi 3 kelompok berdasarkan lama kerja berturut-turut 1 tahun, 5 tahun dan 10 tahun masing-masing kelompok 30 responden kemudian diambil darah vena ± 9 cc. Analisis Pb dengan alat Atomic Absorbance Spectrofotometer Graphite Furnace (AAS-GF), analisis kadar Haemoglobin menggunakan Haematology Analiser Otomatic dengan metoda Siarunethemoglobin. Kadar 1Creatinin dart BUN diukur dengan alat Autoanaliser Spectrofotometer, dengan metoda Jaffe untuk kreatinin dan metoda Kinetik UV untuk BUN. Rata-rata kadar Pb sopir dengan lama ketja 10 tahun adalah 86,747 ± 25,712; 5 tahun 65,360 ± 18,098 dart < 1 (alum : 53,107 ± 20,950 dengan peningkatan secara signiftkan sesuai larna keda (P < 0,000) kadar 14 mg/dl di temukan pada kelompok 10 tabon sebanyak 43,3 %, kelompok 5 Whim 3,3% dan kelompok 5. 1 tahun sebanyak 10 % dengan peningkatan secara signifikan sesuai lama kerja ( P <0,000). Rata-rata kadar Kreatinin sopir dengan lama kerja kelompok 10 tahun : 0,874 0,098, kelompok 5 tahtm : 0,843 ± 0,077 dan kelompok < 1 talum : 0,828 + 0,102, tidak ada perhedaan hermakna (P < 0,707). Terdapat perbedaan yang bermakna (P< 0,012) pada rata-rata kadar BUN kelompok sopir lama ketja 10 tahun, 5 tahun dan < I tahun, yaitu herturnt-turut 24,767 ± 5,036 ; 22,367 ± 3,819 dan 21,267 ± 4,727. Kesimpulan lama waktu pajanan Pb berpengaruh terhadap tinggi kadar Pb dalam darah (terakumulasi) sehingga meningkatkan angka kejadian anemia, dan meningkatkan kadar BUN dalam daralt, teiapi tidak mempengaruhi kadar kreatinin darah. ......Pb exposure can be accumulated in human blood in proportion to the exposure duration and it impacts on health_ The purpose of this research was to analyze the influence of exposure duration on Pb content, hemoglobin content, creatinin content, and Blood Urea Nitrogen (BUN) in blood so as to find out its differences and its impact on health. The respondents were divided into 3 groups based on the working duration of respectively 1 year, S years. and 10 years, each consisting of 30 respondents, and then vena blood of _± .9 cc was taken. The analysis of Pb was by Atomic Absorbance Spectrophotometer Graphite Furnace (AAS--GF), whereas the analysis of Hemoglobin content used Hematology Analyzer Automatic by Sianmethemoglobin method. Creatinin and BUN contents were measured by Autocznalyzer Spectrophotometer, by using fee method for c..reatinin and UV Kinetics method for BUN. Average Pb content of drivers with a 10-year working duration was 86.747± 25.772; 5 years: 65.360 43.3% d- 18.098; and < 1 year: 53.107 ± 20.950, with a significant increase in proportion to the working duration (P <0.000). Jib content < 14 mg/d1 was found in the 10-years group of 43.3%, 5-years group of 3_3%, and < 1-year group of 10%, with a significant increase in proportion to the working duration (P<0.000). The average creatinin content of the drivers with a working duration qf 10- years group: 0.874 ± 0.098. 5-years group: 0.843 .± 0.077, and S 1-year group: 0.828 d.0.102, there is an insignificard dOerence (P<0.707). There is a significant difference (P<0.012) in the average BUN content of the drivers of 10-years, 5-years, and <1-year groups, that is, 24.767 ± 5.036. 22.367 .± 3.819, and 21.2671-4.721 respectively. Conclusion: the duration of Pb exposure has influence on Pb content in blood (accumulated) so that it increases incidence rate of anemia, and it also increases BUN content in blood, but it has no influence on blood creatinin content.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosephine Dwi Eka S.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres konflik peran, locus of control, dan coping secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja sopir taksi. Kepuasan kerja yang diteliti mencakup kepuasan terhadap aspek-aspek pekerjaan serta kepuasan kerja secara umum. Subjek penelitian ini adalah 226 sopir taksi di Jakarta. Data diperoleh melalui kuesioner yang mencakup Stres Konflik Peran, Locus of Control dari Rotter, Coping dari Lazarus, serta kuesioner Job Descriptive Index (JDI) versi tahun 1997 dan Job In General (JIG). Metode Penelitian 1. Uji Validitas dan Reliabilitas - Uji validitas alat ukur dilakukan menggunakan metode internal consistency. - Reliabilitas alat ukur dihitung menggunakan metode Cronbach alpha. 2. Metode Analisis - Teknik analisis yang digunakan adalah teknik Analisa Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stres konflik peran, locus of control, dan coping secara bersama-sama dengan masing-masing variabel kepuasan kerja, baik terhadap aspek tugas (JS-work), upah (JS-pay), promosi (JS-promotion), supervisi (JS-supervision), penumpang (JS-client), maupun kepuasan kerja secara umum (JIG). 1. Stres Konflik Peran - Memberi sumbangan yang bermakna terhadap JS-work, JS-promotion, dan JIG. 2. Locus of Control - Memberi sumbangan yang bermakna terhadap JS-work, JS-promotion, JS-supervision, dan JS-client. 3. Coping - Memberikan sumbangan yang bermakna terhadap JS-pay, JS-promotion, JS-supervision, dan JS-client. Temuan Lain 1. Perbedaan Signifikan - Terdapat perbedaan signifikan antara variabel stres konflik peran, coping, JS-work, JS-pay, dan JS-client di antara sopir taksi dengan internal locus of control dan external locus of control. - Terdapat perbedaan signifikan pada variabel JS-work, JS-pay, JS-supervision, dan JIG di antara sopir taksi dengan stres konflik peran tinggi dan rendah. - Terdapat perbedaan signifikan pada variabel stres konflik peran, coping, JS-promotion, dan JS-supervision di antara sopir taksi dengan sistem upah setoran dan sistem upah komisi. Saran yang diajukan 1. Perusahaan - Perusahaan harus memperhatikan stres konflik peran, locus of control, dan coping dalam meningkatkan atau mempertahankan kepuasan kerja sopir taksi. 2. Pelatihan Kontinyu - Diadakan pelatihan kontinyu mengenai aspek psikologis. 3. Penelitian Lanjutan - Melakukan penelitian lanjutan agar alat ukur JDI dan JIG dapat dipergunakan sebagai alat ukur baku di Indonesia. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana faktor-faktor psikologis seperti stres konflik peran, locus of control, dan coping mempengaruhi kepuasan kerja sopir taksi. Dengan pemahaman ini, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja sopir taksi melalui program-program yang dirancang khusus untuk mengatasi stres, memperkuat kontrol internal, dan mengembangkan strategi coping yang efektif.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonia Asih Murniati
Abstrak :
Pengukuran fatigue dilakukan sebagai data dasar untuk melihat profil fatigue sopir di sebuah perusahaan jasa ekspedisi. Sebanyak 52 sopir diukur selama 10 menit menggunakan Psychomotor Vigilance Task-192 (PVT-192). Dari hasil rata-rata waktu reaksi, responden memiliki profil fatigue normal dan signifikan sebesar 0,046 terhadap jarak berkendara yang berpola negatif. Ada 1 sopir yang fatigue dan 18 sopir merasakan kantuk setelah mengantar muatan. Kegiatan promosi dan preventif tetap perlu dilakukan berkala seperti edukasi dan pemeriksaan kesehatan berkala. Kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan bagi sopir yang fatigue.
Fatigue measurement was performed as baseline to see fatigue profile on drivers at an expedition service company. A total of 52 drivers were measured for 10 minutes using Psychomotor Vigilance Task-192 (PVT-192). From the mean reaction time, respondents had normal and significant fatigue profiles of 0.046 on the driving distance with the negative pattern. There was one fatigue driver and 18 sleepiness drivers after dropping off the load. Promotion and preventive activities need periodically (education and medical checks up). Curative and rehabilitative programs for drivers had fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Prabawati Suhengsi
Abstrak :
Latar belakang. Pencemaran udara telah menjadi masalah global tahunan sejak beberapa tahun belakangan. Pencemaran udara dapat mengakibatkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan. Salah satu komponen zat pencemar udara yang umum ditemukan di kota-kota besar di dunia yaitu PM2,5, polutan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Sumber terbesar dari pencemaran PM2,5 di udara ambien perkotaan berasal dari asap kendaraan bermotor. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui hubungan antara konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur. Metode. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan desain studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur. 125 sopir angkutan kota terlibat sebagai subjek pada penelitian ini. Hasil. Dari 125 sopir yang terlibat, ada 72 sopir angkutan kota yang mengalami gangguan fungsi paru dengan persentase sebesar 57,6%. Konsentrasi rata-rata PM2.5 yaitu 90,99 μg/m3. Nilai P konstan dari uji regresi logistik antara gangguan fungsi paru dengan konsentrasi PM2.5, umur, lama kerja dan riwayat penyakit paru, yaitu 0,039. Kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukan adanya hubungan antara gangguan fungsi paru yang dialami oleh sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan Konsentrasi PM2.5, setelah setelah dikontrol oleh variabel umur, lama kerja, serta riwayat penyakit paru. ......Background. Air pollutions has been becoming annual global issue for the past fiew years. Air Pollutions can cause various adverse effects on health. One component of air pollutants which commonly found in major cities in the world is PM2.5, a pollutant that can cause lung function impairments. The biggest source of PM2.5 pollutions in urban air comes from motor vehicle combustion. Purpose. The aim of this study is to determine the relationship between exposure of PM2.5 and impaired lung function on Public Transportation Drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta. Methods. This study was conducted by the observation method with a cross-sectional study design to determine the relationship between PM2.5 exposure concentration and lung function impairment in the public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta. 125 drivers were involved as subjects in this study. Results. There were 72 public transportation drivers, of the 125 drivers involved, who experienced lung function impairments (57.6%). The mean PM2.5 concentration was 90.99 μg / m3. The constant P value from the logistic regression test between lung function impairments and PM2.5 concentrations, controlled by age, length of work and a history of lung disease is 0.039. Conclution. The conclusion from this study is lung function impairments experienced by public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta were associated with PM2.5 concentration, after being controlled by variables of age, length of work, and a history of lung disease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watanabe, Dina
Abstrak :
ABSTRACT
Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor, pada tahun 2010 berjumlah 76.907.127 menjadi sejumlah 94.373.324 di tahun 2012. Hal tersebut memberikan dampak buruk bagi kesehatan, salah satunya kematian akibat kanker paru-paru. IARC mengakui pencemaran udara dari sumber lalu lintas dan industry penyebab utama kanker paru-paru. Salah satu polutan yang terdapat dalam asap buangan kendaraan bermotor adalah benzo(a)pyrene. IARC mengklasifikasikan benzo(a)pyrene ke dalam golongan 1 yang artinya agent yang bersifat karsinogenik pada manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan benzo(a)pyrene, risiko efek karsinogenik dan manajemen risiko melalui pola aktivitas dan karakteristik antropometri. Disain penelitian yang digunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan metode Sampling Incidental. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran benzo(a)pyrene di 5 titik, serta wawancara dengan kuesioner untuk mengetahui karakteristik dan pola aktivitas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelompok pembanding akan ada 36 kasus kanker dari 100 orang populasi, sedangkan pada kelompok sopir akan ada 7 kasus kanker dari 100 populasi dan pada seluruh kelompok akan ada 22 kasus kanker dari 100 populasi. Konsentrasi benzo(a)pyrene pada udara ambien sebesar 126,031 mg/m3, dan konsentrasi pada pembanding (indoor) 630,583 mg/m3. Manajemen risiko bagi seluruh kelompok adalah konsentrasi benzo(a)pyrene aman sebesar 1,75 mg/m3dengan waktu 4 menit dalam 2 hari selama setengah bulan. Pada kelompok sopir, konsentrasi aman sebesar 1,98 mg/m3dengan waktu 12 menit dalam 5 hari selama 2 bulan. Pada kelompok pembanding konsentrasi aman sebesar 1,46 mg/m3dengan waktu 2 menit dalam sehari selama 11 hari.
ABSTRACT
Central Bureau of Statistics (2012) showed that Indonesia increased experienced number of motor vehicles, in 2010 totaled 76.907.127 be a number 94.373.324 in 2012. This provides a negative effect on health, one of them is lung cancer. IARC recognizes the source of air pollution from traffic and industry, the main cause of lung cancer. One of the pollutants contained in the exhaust fumes of motor vehicles is benzo (a) pyrene. IARC classified benzo (a) pyrene in Group 1, which means that the agent is carcinogenic to humans.

This study aims to determine the intake of benzo (a) pyrene, carcinogenic risk and risk management through activity patterns and anthropometric characteristics. The design of the study is Environmental Health Risk Analysis with incidental sampling method. The data collection was done by the measurement of benzo (a) pyrene in 5 points, as well as interviews with a questionnaire to determine the characteristics and activity patterns.

The analysis showed that in the comparison group there were 36 cases of cancer will be from a population of 100 people, while in the group there will be 7 driver of cancer cases and 100 population, in all groups there will be 22 cases of cancer of the 100 population. The concentration of benzo (a) pyrene in ambient air of 126,031 mg/m3, and concentrations in comparison (indoor) 630,583 mg/m3. Risk management for the entire group is the safe concentration of benzo (a) pyrene was 1,75 mg/m3 with 4 minutes in 2 days for half a month. In the group of drivers, safe concentration of 1,98 mg/m3 with a time of 12 minutes within 5 days for 2 months. In the comparison group safely at 1,46 mg/m3 concentration with time of 2 minutes a day for 11 days.
2014
S55593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Abdullah
Abstrak :
Stres merupakan hal yang sering dijumpai oleh manusia dalam fase kehidupan. Setiap individu dapat mengalami stres, termasuk pada sopir angkot. Sopir angkot sering kali menghadapi situasi-situasi yang menyebabkan stres. Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping pada sopir angkot. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total responden 237 responden. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 54,9 sopir angkot memiliki tingkat stres yang rendah dan 45,1 lainnya memiliki tingkat stres yang tinggi. Selain itu, sebanyak 60,8 sopir angkot memiliki koping yang adaptif dan 39,2 lainnya memiliki koping yang maladaptif. Hasil analisa statistik menunjukan terdapat hubungan antara usia, status pernikahan, tekanan pekerjaan, dan tingkat stres dengan mekanisme koping sopir angkot p value < 0,05 . Peneliti merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk membuat sebuah program yang dapat meningkatkan kesehatan jiwa sopir angkot. ......Stress is something that has seen frequently by human being in every phase of life. Every individual can experience stress, especially public transportation driver. Public transportation driver has faced frequently situations that can cause stress. The purpose in this research is to see the relation between stress level with coping mechanism upon public transportation driver. The research uses cross sectional design with respondent total is 237 respondents. Analysis used in this research is univariate and bivariate analysis. From the result of the research it rsquo s got counted as 54,9 public transportation drivers have low stress level and 45,1 others have high stress level. Besides, counted as 60,8 public transportation drivers have adaptive coping and 39,2 others have mal adaptive coping. The result of statistic anylisis shows that there rsquo s relation between age, marriage status, job pressure, and stress level with coping mechanism of public transportation driver p value 0,05 . The research can be a reference for Government and Health Departement of Bogor City to make a program that can increase mental health of public transportation driver.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library