Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherly Indrayanti
"Kematian bayi dalam kandungan yang telah berusia lebih dari 24 minggu, sehingga harus dikeluarkan melalui proses melahirkan (stillbirth), yang terjadi pada perempuan dewasa muda, menimbulkan perasaan berduka yang mendalam. Perasaan berduka yang merupakan reaksi emosional terhadap peristiwa kehilangan dan muncul dari kesadaran seseorang akan adanya diskrepansi antara harapan dan kenyataan, terjadi bersamaan dengan periode sebelum, saat, dan setelah melahirkan. Dengan demikian, perempuan dewasa muda yang mengalami stillbirth menjalani tahap kedukaan yang terbagi atas shock and disbelief, preokupasi terhadap bayi yang sudah meninggal, hingga sampai pada tahap resolusi, sambil melewati tahapan dari proses hamil dan melahirkan yang juga menuntut penyesuaian yang kompleks.
Sebagaimanapun kompleksitas perasaan berduka yang dirasakan, perempuan dewasa muda yang mengalami stillbirth harus tetap melanjutkan kehidupannya. Proses coping diperlukan agar mereka tidak tersendat pada satu tahap kedukaan, akan tetapi dapat melewati tahap demi tahap hingga mencapai tahap resolusi, di mana mereka dapat kembali memiliki semangat menjalani kehidupan keseharian, mampu merasakan kesenangan, memiliki harapan mengenai masa depan, dan menjalankan peran secara adekuat. Strategi dan mekanisme coping merupakan usaha yang dilakukan untuk mengatasi perasaan berduka yang dialami melalui penerimaan kognitif dan juga penerimaan emosional. Selain proses coping yang diusahakan oleh individu yang mengalami kedukaan, dukungan sosial dari orang-orang terdekat juga merupakan instrumen dalam membantu individu melewati tahap kedukaannya. Dukungan sosial biasanya berasal dari suami, prang tua, teman-teman dekat, serta tenaga profesional, dan dapat diberikan dalam bentuk emosional, instrumental, informasional, dan appraisal. Terlepas dari siapa yang memberikan atau apa jenis yang dukungan sosial yang diberikan, kebermanfaatan dari dukungan sosial tersebut tergantung dari bagaimana penilaian individu yang menerimanya. Dengan demikian kesesuaian antara pemberi, penerima, dan kapan dukungan sosial diberikan merupakan hal penting yang mendukung kesuksesan dari dukungan sosial itu sendiri.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan gambaran mengenai kedukaan, coping, dan dukungan sosial pada perempuan dewasa muda yang mengalami stillbirth pada periode sebelum, saat, dan setelah melahirkan. Penelitian ini rnenggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, yakni mempelajari satu atau lebih kasus secara mendalam. Pengambilan sample menggunakan sampling kasus tipikal, sedangkan data diperoleh melalui proses wawancara dengan menggunakan tape recorder dan observasi terhadap subyek yang memenuhi karakteristik. Sementara itu, analisis dilakukan dengan tehnik reduksi data, yakni suatu cara menggolongkan, memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan, mengabstraksikan dan mentransformasi data mentah dari catatan-catatan lapangan yang diperoleh atau hasil observasi. Responden penelitian merupakan 3 orang perempuan dewasa muda yang mengalami kematian bayi dalam kandungan berusia 35 minggu dan 30 minggu yang terjadi dalam jangka waktu 3 minggu, 3 bulan, dan 2 tahun terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kedukaan pada masing-masing subyek berbeda dari segi waktu yang dibutuhkan untuk melalui tiap tahap kedukaan, kompleksitas dari perasaan berduka itu sendiri, dan tingkat distress yang dialami pada tiap tahap kedukaan. Shock and disbelief yang merupakan tahap awal dalam kedukaan sekaligus berfungsi sebagai mekanisme coping atau berfungsi memberi perlindungan bagi subyek dan reaksi yang lebih parah. Namun demikian, transisi dari tahap ini menuju tahap preokupasi, yang terjadi ketika subyek kembali dari rumah sakit setelah melahirkan, merupakan masa yang paling depresif bagi ketiga subyek. Ketiga subyek menerapkan strategi coping yang bersifat problem focused dan emotion focused secara bergantian pada tiap tahap kedukaan, sementara dua dari tiga subyek cenderung hanya menggunakan mekanisme coping yang bersifat avoiding grief atau menyibukkan diri untuk menghindari hal-hal yang akan mengingatkan subyek pada peristiwa kedukaan. Penerimaan kognitif lebih cepat dicapai oleh masing-masing subyek dibandingkan dengan penerimaan emosional, hal ini dapat dipahami mengingat bahwa perasaan berduka sendiri merupakan suatu dimensi emosional dari proses kedukaan. Selama melewati masa kedukaan, dukungan sosial yang terutama diperoleh dari suami, lalu dilanjutkan dengan teman-teman dekat, orang tua, dan tenaga profesional seperti dokter. Namun demikian, pada tahapan tertentu, dukungan sosial dinilai kurang signifikan, menghalangi subyek untuk mengekspresikan perasaannya, serta menimbulkan perasaan bersalah.
Temuan-temuan lain dalam penelitian ini adalah adanya keterkaitan antara pengalaman terdahulu atau pola asuh yang dialami oleb subyek dengan penghayatan subyek terhadap peristiwa kematian bayi yang mereka alami. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa replacement child syndrome, yakni kehadiran anak berikutnya yang berfungsi menggantikan bayi yang meninggai dan mempersingkat masa kedukaan, merupakan hal yang tidak terhindarkan pada ketiga subyek namun dengan karakteristik yang berbeda pada masing-masing subyek.
Penelitian ini memberikan saran praktis bagi subyek dalam menjalani masa kedukaannya, orang-orang di sekitar subyek dalam memberikan pendampingan, serta tenaga profesional dalam memberikan konseling dan terapi. Sedangkan untuk penelitian lanjutan, disarankan untuk memperdalam keterkaitan antara pola asuh atau pengalaman terdahulu dengan penghayatan individu terhadap kedukaan, yang dalam penelitian ini belum dibahas secara komprehensif dengan menggunakan dasar-dasar kepustakaan. Mengingat kasusnya yang oukup tipikal maka untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk tetap menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan teknik pengambilan sampel kasus tipikal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Rinjani
"Angka Kematian Perinatal (AKP) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa. Hal ini dikarenakan kematian perinatal menyumbang angka yang cukup tinggi terhadap Angka Kematian Bayi (AKB). Di Indonesia, tidak terjadi penurunan AKP dalam sepuluh tahun terakhir (2002-2012).
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi potong lintang. Penelitian menggunakan data sekunder SDKI 2012 dengan teknik penarikan sampel cluster sampling tiga tahap. Sampel yang diambil berjumlah 15.430 responden dengan 1.420 responden mengalami kematian perinatal dan 14.010 responden lahir hidup dan tidak mengalami kematian neonatal dini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan, umur, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, prematur, berat bayi, IMD, dan kunjungan antenatal ibu dengan kematian perinatal. Komplikasi persalinan merupakan faktor risiko yang paling tinggi dalam menyebabkan kematian perinatal.

Perinatal Mortality Rate (PMR) is one of the indicators that can be used in assessing health status of a nation. This is because perinatal mortality is quite high contributed to Infant Mortality Rate (IMR). In Indonesia, there is no deriving of PMR in last ten years (2002-2012).
The design used in this research was cross sectional study. This research used secondary data of IDHS 2012 with three stage cluster sampling technique. Samples taken were 15.340 respondents with 1.420 respondents experiencing perinatal death and 14.010 respondents were born alive and did not experience early neonatal death.
The results showed that there is association between maternal education, age, parity, pregnancy complication, delivery complication, premature, birth weight, early initiation of breastfeeding, and frequency of antenatal visits with perinatal mortality. Delivery complication is the highest risk factor in affecting perinatal mortality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marilin Diah Astuti
"Nyeri persalinan merupakan kodisi yang fisiologis yang dialami oleh semua ibu bersalin termasuk ibu bersalin dengan stillbirth. Nyeri dapat berupa sakit pada pinggang, daerah erut dan menjalar ke paha. Penanganan nyeri non farmakologi merupakan hal yang penting salah satunya dengan counterpressure dan terapi relaksasi nafas dalam. Penanganan nyeri non farmakologi ini dapat meminimalisir risiko alergi terhadap beberapa terapi farmakologi. Tujuan dari penulisan ini adalah melaporkan hasil uji coba kombinasi counterpressure dan terapi relaksasi nafas dalam pada ibu bersalin kala satu. Uji coba dilakukan pada lima kasus ibu pada kala satu dengan stillbirth di mana ibu kehilangan satu faktor passenger sebagai syarat proses persalinan. Penerapannya dimulai dengan penjelasan terlebih dahulu mengenai konsep counterpressure dan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien dan pendamping kemudian demonstrasi. Teknik ini diterapkan pada lima ibu dengan stillbirth pada kala satu aktif. Kombinasi dai kedua metode ini terbukti dapat mengurangi nyeri dan klien mengatakan lebih nyaman dan rileks saat dilakukan counterpressure dan teknik relaksasi nafas dalam. Didapatkan juga respiration rate dan tekanan darah ibu dalam batas normal.
Labor pain is a physiological condition experienced by all maternity mothers including mothers giving birth with stillbirth. Pain can be a pain in the waist, abdomen and spread to the thighs. Non-pharmacological pain management is an important thing, one of them is counterpressure and deep breathing relaxation therapy. This non-pharmacological pain management can minimize the risk of allergies to several pharmacological therapies. The purpose of this paper is to report the results of a combination of counterpressure trials and deep breath relaxation therapy in first-time maternity mothers. The trial was carried out in five cases of mothers at a time with a stillbirth in which the mother lost one factor passenger as a condition for labor. The application begins with an explanation first about the concept of counterpressure and deep breathing relaxation techniques in patients and companions then demonstrations. This technique is applied to five mothers with a stillbirth when one is active. The combination of the two methods is proven to reduce pain and the client says it is more comfortable and relaxed when counterpressure and deep breathing relaxation techniques were performed.

"
2019: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pernanda Selpia S.
"Latar Belakang. Lupus Eritematosus Sistemik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang banyak terjadi pada usia reproduktif. Kehamilan pada LES adalah kehamilan risiko tinggi dengan kemungkinan luaran kehamilan buruk pada maternal dan fetal/neonatal. Belum ada data dalam 5 tahun terakhir di RSCM mengenai proporsi luaran kehamilan buruk tersebut.
Tujuan. Mengetahui proporsi luaran kehamilan buruk maternal dan fetal/neonatal pada pasien LES di RSUPN Cipto Mangunkusumo serta faktor-faktor yang berhubungan
Metode. Dilakukan studi cohort retrospective melalui telaah rekam medis pada pasien LES mulai 1 Januari 2015-Mei 2021. Dilakukan analisis bivariat dengan chi square untuk variabel kategorik. Variabel yang bermakna selanjutnya dilakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan menggunakan SPSS.
Hasil. Dari 173 subjek dengan 150 kehamilan, didapatkan luaran kehamilan buruk maternal sebanyak 47,4% (flare 43,3%, preeklamsia/eklamsia 12,1%, kematian maternal 3,6%). Luaran kehamilan buruk fetal/neonatal 65,3% (kelahiran prematur 31,2%, BBLR 32%, still birth 8,1%, SGA 34%, IUGR 16,2%, abortus 19,5%). Berdasarkan analisis multivariat terdapat 2 faktor yang berhubungan dengan kejadian luaran kehamilan buruk maternal yaitu aktivitas LES tinggi OR: 2,25 (IK95% [1,199-4,225], p=0,012) dan hipertensi OR 3,007 (IK95% [1,425-6,341), p=0,004). Sedangkan hasil analisis multivariat pada luaran kehamilan buruk fetal/neonatal, ditemukan aktivitas LES tinggi OR: 2,40 (IK95% [1,041-5,534], p=0,040) dan hipertensi OR: 5,988 (IK95% [1,640-21,870], p=0,007) berhubungan dengan kejadian luaean kehamilan buruk fetal/neonatal.
Kesimpulan. Proporsi luaran kehamilan buruk maternal dan fetal/neonatal pada pasien LES di RSUPN Cipto Mangunkusumo cukup tinggi. Aktivitas LES tinggi dan hipertensi merupakan faktor yang berhubungan dengan luaran kehamilan buruk maternal dan fetal/neonatal.

Background. Systemic Lupus Eritematosus is a chronic systemic inflamatory disease found in reproductive age. Pregnancy in SLE patients is a high risk pregnancy mainly with the possibility of adverse outcome in maternal and fetal/neonatal. There is no data in last 5 years about proportion of adverse pregnancy outcome at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Aim. To determine proportions of adverse pregnancy outcomes of maternal and fetal/neonatal in Systemic Lupus Eritematosus patients at Cipto Mangunkusumo Hospital and it’s related factors.
Method. A retrospective cohort study was done through medical records study in medical record installation at SLE Patient from 1 January 2015 to Mei 2021. Bivariate analysis was done with chi square for categorical variable. Statistically significant variable then analyzed with multivariate analysis with logistic regression analysis. Bivariat and Multivariate analysis was done using SPSS.
Result. Of the 173 subjects with 150 pregnancies, the maternal outcome was 47.4% (43.3% flare, 12.1% preeclampsia/eclampsia, 3.6%). Fetal/neonatal poor pregnancy outcome was 65.3% (31.2% premature birth, 32% LBW, 8.1% still birth, 34% SGA, 16.2% IUGR, 19.5% abortion). Based on multivariate analysis, there were 2 factors associated with maternal adverse pregnancy outcomes, namely high LES activity OR: 2.25 (CI 95% [1.199-4.225], P = 0.012) and hypertension OR 3.007 (CI 95% [1.425-6.341), p =0.004). Meanwhile, the results of multivariate analysis on the outcome of poor fetal/neonatal pregnancy, found high LES activity OR: 2.40 (CI 95% [1.041-5.534], P=0.040) and hypertension OR: 5.988 (CI 95% [1.640-21.870], p= 0.007) associated with fetal/neonatal pregnancy outcome.
Conclusion. The proportion of maternal and fetal/neonatal adverse pregnancy outcomes in SLE patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital is quite high. High SLE disease activity and hypertension are factors associated with poor maternal and fetal/neonatal outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library