Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stephanie Kumala Hayati
"Guru adalah profesi yang memiliki banyak tugas dan tanggung jawab. Beban kerja yang meningkat di akhir semester bisa menjadi stresor untuk guru. Stres dan kualitas tidur merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada guru. Sampel penelitian ini adalah 111 guru aktif yang mengajar di DKI Jakarta, dengan desain penelitian cross-sectional dan analisis bivariat uji Pearson chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai P value sebesar 0,947 yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel.

Teacher is a profession with many duties and responsibilities. Increased workload at the end of the semester can be a stressor for teachers. Stress and sleep quality are two interrelated things. The study aims to identify the relationship between stress levels and sleep quality in teachers. The samples of this study were 111 actively-teaching teachers in DKI Jakarta, with a cross-sectional study and Pearson chi square test bivariate analysis. The result of the study shows P value score is 0,947 which means there is no relationship between the two variables.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Salsabila Zahra
"Mahasiswa dapat mengalami stres ketika mengerjakan skripsi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres adalah keyakinan atau efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan tingkat stres mahasiswa skripsi di salah satu perguruan tinggi di Depok. Metode penelitian dilakukan dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dengan jumlah sampel 146 mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah General Self-efficacy (GSE) dan DASS 42. Analisis uji statistik menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara efikasi diri dengan tingkat stres mahasiswa skripsi di salah satu perguruan tinggi di Depok. Semakin tinggi efikasi diri, maka semakin rendah tingkat stres, begitu pula sebaliknya. Mahasiswa skripsi diharapkan memiliki daftar tujuan yang diinginkan dan strategi koping yang baik, sehingga terus termotivasi untuk mencapai sesuatu dan dapat meminimalisir stres saat mengerjakan skripsi.

Students can experience stress when working on a thesis. One of the factors that can affect stress is belief or self-efficacy. This study aims to determine the relationship between self-efficacy and stress levels of thesis students in a university in Depok. The research method was carried out with a cross sectional design. The sampling technique used stratified random sampling with a sample of 146 students. The instruments used were General Self-efficacy (GSE) and DASS 42. Statistical test analysis using chi-square test. The results showed that the value of p = 0,000 <0,05, which means that there is a relationship between self-efficacy and stress levels of thesis students in a university in Depok. The higher the self-efficacy, the lower the stress level, and vice versa. Thesis students are expected to have a list of desired goals and good coping strategies, so that they are continuously motivated to achieve something and can minimize stress when working on a thesis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arzeti Ayu Cendekia
"Penggunaan perangkat layar elektronik semakin tidak terpisahkan dalam kehidupan, terutama bagi mahasiswa keperawatan. Perangkat layar elektronik banyak digunakan oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas, mengakses e-book, serta menjadi sumber hiburan. Namun, tingginya screen time atau waktu yang dihabiskan untuk menatap layar elektronik dapat berpotensi dalam peningkatan stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan screen time dan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel penelitian 287 mahasiswa keperawatan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner self report screen time, screen dependence, dan Perceived Stress Scale (PSS-10) secara daring melalui google form. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara screen time dengan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mungkin lebih berpengaruh terhadap tingkat stres mahasiswa keperawatan. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi faktor-faktor tersebut.

The use of electronic screen devices has become increasingly indispensable in daily life, particularly for nursing students who utilize them for completing assignments, accessing e-books, and entertainment. However, excessive screen time, or the time spent staring at electronic screens, may potentially increase stress levels. This study aims to investigate the relationship between screen time and stress levels among nursing students in Jabodetabek. A cross-sectional design was employed, involving a sample of 287 nursing students. Data were collected through online questionnaires including self-reported screen time, screen dependence, and the Perceived Stress Scale (PSS-10) using Google Forms. Data analysis was conducted using univariate and bivariate methods. The results indicated no significant relationship between screen time and stress levels among nursing students. These findings suggest that other factors may have a more substantial impact on stress levels in nursing students. Future research should explore these factors in greater detail."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Latifa Fauzia
"Remaja sering kali menghadapi tekanan besar, baik dari lingkungan sosial maupun tuntutan akademik, yang dapat berdampak pada tingkat stres dan citra tubuh mereka. Di tengah tantangan ini, kemampuan untuk mengelola stres melalui dukungan interpersonal atau yang dikenal sebagai dyadic coping diyakini dapat memainkan peran kunci dalam kesejahteraan mental mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara Dyadic Coping dengan Tingkat stres dan Citra Tubuh pada Remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan purposive sampling, yang melibatkan 202 responden remaja berusia 15-17 tahun di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan tiga jenis kuesioner, yaitu Dyadic Coping Inventory (DCI), Perceived Stress Scale (PSS-10), Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS). Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara dyadic coping dengan tingkat stres remaja (p > 0,05), ditemukan adanya hubungan signifikan antara dyadic coping dengan citra tubuh remaja (p < 0,05). Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan intervensi yang berfokus pada peningkatan keterampilan dyadic coping untuk mendukung kesehatan mental remaja dan citra tubuh yang positif.

Adolescents often face significant pressures, both from social environments and academic demands, which can impact their stress levels and body image. Amid these challenges, the ability to manage stress through interpersonal support, known as dyadic coping, is believed to play a key role in their mental well-being. This study aims to identify the relationship between Dyadic Coping, Stress Levels, and Body Image in Adolescents. The study employs a cross-sectional design with purposive sampling, involving 202 adolescent respondents aged 15-17 years in Depok City. This research utilizes three types of questionnaires: Dyadic Coping Inventory (DCI) and Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS). The results show no significant relationship between dyadic coping and adolescent stress levels (p > 0.05), while a significant relationship between dyadic coping and adolescent body image was found (p < 0.05). These findings are expected to contribute to the development of interventions focused on enhancing dyadic coping skills to support adolescent mental health and positive body image."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Soebekti
""Kesehatan adalah keadaan sejahtera dan badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis" (UU Kesehatan no.23/1992).
Definisi ini menempatkan manusia harus selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) dari unsur "raga" (organobiologi), "jiwa" (psiko-edukatif), dan "sosial" (sosio-kultural), yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam upaya peningkatan "kualitas hidup" manusia yang terdiri dari kesejahteraan raga, jiwa, dan sosial.
Kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis (serasi), memperhatikan semua segi kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Oleh karena itu, kesehatan jiwa mempunyai kedudukan yang penting di dalam pemahaman kesehatan, sehingga tidak mungkin kita membicarakan tentang kesehatan tanpa melibatkan kesehatan jiwa. Seseorang yang sehat raga dan jiwanya, tentunya diharapkan akan lebih baik kualitas hidupnya serta lebih produktif.
Salah satu aspek dari kesehatan jiwa adalah adanya bahaya psikososial kerja yang merupakan bagian dari bahaya-bahaya yang berhubungan dengan karyawan dan ruang lingkup kerjanya. Bahaya psikososial kerja dapat meliputi beban kerja, rutinitas kerja, masalah organisasi, konflik antara pekerja maupun antara pekerja dengan pimpinan, suasana kerja yang buruk, dan lain-lain. Bahaya-bahaya ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap kondisi raga dan jiwa karyawan sehari-hari. Jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik, maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi stres, dan lambat laun akan mengalami gangguan serta keluhan-keluhan penyakit secara raga pula. Situasi ini jika dibiarkan dan tidak diperhatikan dengan baik, bukan tidak mungkin produktifitas kerja karyawan akan menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahaya psikososial kerja terhadap tingkat stres karyawan nasional BP Indonesia tingkat manajer dan superintendent yang bekerja dan ditempatkan di Indonesia, dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan metode pengukuran self report measure dan tehnik life event scale melalui kuesioner.
Cara penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat stres kerja dan aspek bahaya psikososial kerja sebagai stresor.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan superintendent yang berjumlah 92 orang. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistik univariat, bivariat dengan uji Chi-square, kemudian analisa multivariat dengan menggunakan uji regress logistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada 37 % karyawan mengalami stres kerja tingkat sedang, dan 63 % karyawan mengalami stres kerja tingkat ringan, dan tidak ditemukan karyawan yang mengalami stres kerja tingkat berat. Sedangkan faktor bahaya psikososial kerja yang bermakna secara statistik dan dominan terhadap tingkat sties adalah jenis kelamin dan tingkat jabatan karyawan.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dan rekomendasi kepada perusahaan BP Indonesia untuk membuat program manajemen stres kerja dengan mengacu kepada aspek-aspek bahaya psikososial kerja yang dialami oleh karyawan, sehingga tujuan dan hasil program yang diharapkan lebih terarah dan terpadu.

Psychosocial Hazards in the Workplace that Influence BP Indonesia Employees Stress Levels"Health is a welfare condition that is physical, mental and social. Everyone lives in order to be productive both socially and economically" (W. Kesehatan no.23/1992).
This definition of human health should be viewed from a holistic point of view. The physical (biology-physic), mental (psycho-educative), and social (socio-culture) are essential components in improving the quality of life.
Mental health has harmonizing characteristics and is concerned with all human relationships with other humans. In this respect, mental health also has an important position as part of the health sciences. We cannot discuss health without involving mental health. Someone who has both physical and mental healthy is assured of having a better and more productive life.
One factor that influences mental health is the psychosocial hazards that exist in the workplace that are associated with all the other risks to employees and their jobs. These hazards include workloads (over load as well as under load), routine work, organizational problems, interpersonal relationship conflicts, poor work conditions, poor work environment and others. These hazards can directly or indirectly influence the physical and mental health of employees in their daily occupations. If employees are unable to manage these psychosocial hazards, they may become vulnerable to occupational stress problems, and, further more in chronic conditions may develop many symptoms of physical health problems and suffering from several diseases. These conditions can consequently lead to a decrease the employees productivity.
The purpose of this research is to better understand the psychosocial hazards that exist in the workplace and how to manage the occupational stress levels of BP Indonesia national employees, especially the managers and superintendents who work in Indonesia. This research has been conducted from a cross-sectional approach, with life self-reporting measurements and life event scale technique carried out through questionnaires that are distributed to the responders. This method is used to gain an overview of the occupational stress levels and psychosocial hazards that constitute the main factors of stress in the workplace. The sample of this research are all managers and superintendents. There were 92 responders, and the research statistics analyze data using the techniques of univariate and bivariate through the Chi-square test, together with the multivariate through the logistic regression test.
The results of this research showed that 37% of the employees have experienced moderate levels of occupational stress and 63% of the employees have experienced mild levels of occupational stress.
Gender and job levels are statistically significant value and dominating influence on the stress level related psychosocial hazards in the workplace.
This research can hopefully lead to recommendations that will help the company in developing management stress programs in the workplace in order to reduce stress levels.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Elaphria Permatahati Betaputri
"Sugar-sweetened beverages dengan kandungan gula tambahan yang tinggi energi namun rendah nilai gizi, jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan penyakit tidak menular lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan frekuensi konsumsi SSB berdasarkan status merokok, tingkat stres, karakteristik individu, dan faktor lingkungan pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 221 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67,4% mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia mengonsumsi SSB dalam tingkat tinggi (≥2x/minggu). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara keterpaparan media promosi SSB, ketersediaan SSB di tempat tinggal, dan status rokok dengan tingkat konsumsi SSB. Peneliti menyarankan agar mahasiswa lebih memperhatikan jumlah SSB yang dikonsumsi dan dapat memilih alternatif minuman lain. Produsen SSB disarankan untuk dapat mencantumkan informasi nilai gizi pada SSBnya, terutama bagi perusahaan SSB waralaba. Peneliti juga menyarankan bagi pemangku kebijakan, untuk dapat mencanangkan informasi nilai gizi dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, terutama untuk mengetahui kandungan gula di dalam produk.

Sugar-sweetened beverages (SSB) with high energy but low nutritional value-added sugar content, if consumed excessively, can lead to obesity and other non-communicable diseases. The purpose of this study is to find out the difference in SSB consumption based on smoking status, stress level, individual characteristics, and environmental factors in Universitas Indonesia non-health students in 2022. The research design used is a cross- sectional study with a sample count of 221 people. The data will be collected by filling out online questionnaires independently by respondents. Data will be analyzed univariate and bivariate (chi-square). Based on the result, the prevalence of non-health students at Universitas Indonesia that consumed high levels of SSB (≥2x/week) is 67,4%. The bivariate analysis showed different levels of SSB consumption based on exposure to SSB promotional media, availability of SSB, and smoking status. Researchers suggest students to pay more attention to the amount of SSB consumed and choose other alternative drinks. SSB producers are advised to include nutritional value information on their SSB, especially for franchised SSB companies. The researcher also suggests policymakers to publish nutritional value information in a form that is easier to read, especially to find out the sugar content of the product. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadillah Nur Fitriyani
"Pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor pemicu stres bagi remaja. Dukungan sosial dan kecerdasan emosional diperlukan oleh remaja agar mampu mengelola stresnya menjadi respon adaptif dan tidak berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan sosial dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres siswa SMP di Jakarta Timur selama pandemi COVID-19. Metode penelitian yang digunakan penelitian ini desain penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional. Sebanyak 426 siswa SMP di Jakarta Timur dengan kriteria responden pengambilan sampel dengan teknik stratified random sampling serta purposive sampling. Kuesioner menggunakan analisis data dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial dan tingkat kecerdasan emosional baik tinggi dan rendah memiliki nilai mendekati sama; hanya 41,8% responden memiliki tingkat stres normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan tingkat stres (p=0,001), dan adanya hubungan yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan tingkat stres (p=0,013). Temuan penelitian ini dapat membantu siswa lebih aware terhadap permasalahan yang mengganggu fisik dan psikologisnya dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

The COVID-19 pandemic is one of the factors that trigger stress for teenagers. Social support and emotional intelligence are needed by adolescents to be able to manage their stress into an adaptive and not prolonged response. This study aims to determine the relationship between social support and emotional intelligence with the stress level of junior high school students in East Jakarta during the COVID-19 pandemic. The research method used in this research is descriptive correlative research design through a cross sectional approach. A total of 426 junior high school students in East Jakarta with the criteria of respondents taking samples with stratified random sampling technique and purposive sampling The questionnaire using data analysis with univariate and bivariate analysis with chi square test shows that the level of social support and the level of emotional intelligence both high and low have nearly the same value; only 41.8% of respondents had normal stress levels. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between social support variables and stress levels (p=0.001), and a significant relationship between emotional intelligence variables and stress levels (p=0.013). The findings of this study can help students become more aware of the problems that interfere with their physical and psychological and nurses in providing nursing care according to patient needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library