Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salma Ghina Sakinah Safari
Abstrak :
Supervisi klinis merupakan salah satu kegiatan vital yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kompetensi seorang psikolog. Kegiatan supervisi klinis tercantum pada beberapa regulasi yang berkenaan dengan profesi psikolog sebagai salah satu kegiatan yang wajib dan disarankan untuk diikuti, baik oleh mahasiswa profesi psikologi hingga psikolog profesional. Oleh sebab itu, perhatian khusus pada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan supervisi antara supervisor dan mahasiswa menjadi penting untuk dilakukan. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini berusaha untuk meneliti lebih jauh peran faktor internal supervisee, yakni counselling self-efficacy, dalam mempengaruhi hubungan antaran faktor relasional supervisor melalui gaya supervisi yang ditampilkan terhadap kepuasan supervisi atau supervisory working alliance. Terdapat 99 mahasiswa profesi psikologi yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Supervisory Working Alliance Inventory - Trainee Form, Supervisory Style Inventory – Trainee dan Counseling Self Estimate Inventory. Pengolahan data dengan analisis moderasi memperlihatkan bahwa counselling self-efficacy tidak ditemukan secara signifikan memoderasi hubungan antara gaya supervisi dan supervisory working alliance. ......Clinical supervision is a vital activity that is necessary to enhance the competence of a psychologist. Clinical supervision is mandated and recommended in various regulations related to the psychology profession, and it is considered mandatory for both psychology professional students and practicing psychologists. Therefore, special attention to the factors influencing the supervisory relationship between supervisors and students is important. Thus, the main objective of this study is to further examine the role of internal factors of supervisees, specifically counseling self-efficacy, in influencing the relationship between relational supervisor factors and supervisory working alliance through supervisory style. A total of 99 psychology professional students participated in this study. Measurement tools used in this research included the Supervisory Working Alliance Inventory - Trainee Form, Supervisory Style Inventory - Trainee, and Counseling Self-Esteem Inventory. Data analysis was conducted with moderation analysis, which revealed that counseling self-efficacy did not significantly moderate the relationship between supervisory style and supervisory working alliance.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rachmadi
Abstrak :
Berbagai studi menemukan bahwa stres menjadi pengalaman tidak menyenangkan yang tidak dapat terelakkan selama menjalani pendidikan profesi psikologi klinis. Adanya perbedaan kurikulum antara mahasiswa program profesi psikologi klinis dengan program profesi dan magister lainnya membuat mahasiswa ini memiliki beban yang cenderung lebih banyak. Agar pengalaman stres yang dialami oleh mahasiswa tidak menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan, program ini menyediakan pembimbing (supervisor) dalam pelaksanaan praktik profesi yang dilaksanakan. Hubungan antara mahasiswa dan pembimbing ini dikenal sebagai supervisory working alliance (SWA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor pembentuk SWA, yaitu shame proneness dan regulasi emosi pada mahasiswa profesi psikologi klinis di Indonesia yang sedang/sudah menjalani PKPP. Studi ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis multiple regression, di mana dari 108 partisipan ditemukan bahwa shame proneness dan regulasi emosi menjadi prediktor kualitas SWA. Semakin tinggi shame proneness maka akan semakin negatif persepsi SWA mahasiswa, sementara itu semakin baik kemampuan regulasi emosi yang dimiliki oleh mahasiwa, maka semakin positif SWA yang dipersepsikan mahasiswa terhadap pembimbingnya ......Various studies have found that stress becomes an inevitable unpleasant experience during the training of clinical psychologist. Due to the difference in curriculum between clinical psychologist trainees and other professional and master programs, these students tend to have more responsibilities. To minimize the negative impact due to stress experienced by these students, this program provides supervisors during their professional practice. The relationship between students and supervisors is known as a supervisory working alliance (SWA). This study aims to determine the predictors of SWA, including shame proneness and emotion regulation in clinical psychologist trainees in Indonesia who are currently doing / have been practicing professionally. This study was conducted using a quantitative approach with multiple regression analysis. Among the 108 participants, it is found that shame proneness and emotion regulation are predicting of the quality of SWA. The higher the shame proneness, the more negative the students' perceptions of SWA will be, meanwhile the better the ability to regulate emotions possessed by students, the more positive SWA will be perceived by students towards their supervisors. This suggests that in order to have a positive SWA, clinical psychologist trainees need to manage their shame proneness and the regulation emotions.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Devany
Abstrak :
Latar Belakang: Supervisi klinis merupakan salah satu kegiatan vital yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kompetensi seorang psikolog. Pada kegiatan supervisi klinis, relasi antara supervisor dan supervisee atau supervisory working alliance menjadi kunci efektivitas kegiatan ini untuk mencapai tujuannya. Secara khusus, supervisor harus memiliki kompetensi dalam membangun relasi dengan supervisee yang dibimbingnya. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk meninjau teknik-teknik komunikasi yang dilakukan supervisor serta dampaknya dalam supervisi klinis. Supervisor self-disclosure dan metacommunication menjadi dua teknik yang diuji dalam penelitian ini terhadap kualitas relasi supervisi. Metode: Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner daring lalu dianalisis menggunakan analisis multiple regression. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan, yaitu supervisory working alliance inventory – trainee form (SWAI-T), supervisor self-disclosure index (SSDI) dan metacommunication in supervision questionnaire (MSQ). Hasil: Terdapat 108 mahasiswa profesi psikologi klinis di Indonesia yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa frekuensi supervisor melakukan metacommunication dalam supervisi klinis dapat memprediksi peningkatan kualitas supervisory working alliance. Pembahasan mengenai hasil penelitian akan dibahas dalam diskusi beserta limitasi penelitian ......Background: Clinical supervision is one of the vital activities for enhancing psychologist competency. In clinical supervision, the relation between the dyads, supervisorsupervisee, or supervisory working alliance is the key to the effectiveness in reaching the objectives. In particular, supervisors need to be competent in building relations with their supervisors. Therefore, this study aims to see particular communication techniques in predicting the supervisory alliance, which are the supervisor self-disclosure and metacommunication. Method: The data gathered by using online measurement and analyzed with multiple regression analysis. This research utilized three questionnaires, which are supervisory working alliance inventory – trainee form (SWAI-T), supervisor self-disclosure index (SSDI) and metacommunication in supervision questionnaire (MSQ). Result: A total of 108 psychologist trainees in Indonesia participated in this study. The study illustrates that the supervisor’s frequency in using metacommunication predicts the supervisory working alliance. The results were discussed with the study limitation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Putranto Wahyudi
Abstrak :
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh dari kerendahan hati relasional pada hubungan gaya supervisi dengan supervisory working alliance. Supervisory working alliance didefinisikan sebagai hubungan yang baik dan stabil antara supervisor dengan supervisee dalam hubungan supervisi yang mengindikasikan bagaimana supervisor dan supervisee memandang hubungan mereka satu sama lain (Bordin, 1983). Sementara itu, gaya supervisi didefinisikan sebagai cara seorang supervisor melakukan pendekatan, cara pemberian respon dan cara pemberian tugas dalam rangka memenuhi tujuan dari supervisi (Friedlander & Ward, 1984). Kerendahan hati relasional didefinisikan sebagai penilaian spesifik supervisee terhadap supervisor mengenai empat kualitas dari hubungan supervisi yang dijalani (Watkins, 2020). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur Supervisory Working Alliance Inventory – Trainee Form (Efstation, Patton dan Kardash, 1990), alat ukur Supervisory Style Inventory - Trainee (SSI- T) (Friedlander danWard, 1984) dan alat ukur Relational Humility Scale (Davis, 2010). Partisipan penelitian ini adalah 108 mahasiswa S2 profesi psikologi klinis di Indonesia. Pengolahan data menggunakan process makro (Hayes, 2013) dengan analisis mediasi memperlihatkan bahwa kerendahan hati relasional kerendahan hati relasional memiliki peranan mediasi parsial dalam hubungan gaya supervisi terhadap supervisory working alliance ......The present study has the purpose of exploring the mediating role of relational humility in the relationship of supervisory style with supervisory working alliance. Supervisory working alliance is defined as good and reliable relationship between a supervisor and a supervisee in a supervision setting that indicates how the supervisor and the supervisee perceive their relationship with each other (Bordin, 1983). Meanwhile, supervisory style is defined as the supervisor distinct manner of approach and respond to supervisee and of implementing supervision (Friedlander &Ward, 1984). Whereas, relational humility in this study defined as the specific judgment of supervisee towards the supervisor in their supervisory relationship based upon four distinct qualities (Watkins, 2020). This following study used these instruments to measure the variables, Supervisory Working Alliance Inventory – Trainee Form (Efstation, Patton & Kardash, 1990), Supervisory Style Inventory - Trainee (SSI-T) (Friedlander & Ward, 1984) and Relational Humility Scale (Davis, 2010). 108 master degree students majoring in clinical psychology in Indonesia were chosen as participants of this study. Data analysis using process macro (Hayes, 2013) found relational humility partially mediate the relationship of supervisory style with supervisory working alliance
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library