Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Depkes, 2002
351.77 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Ariani
Abstrak :
Leptospirosis termasuk dalam zoonosis, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptopira. Leptospirosis merupakan penyakit yang sering tidak terlaporkan atau misdiagnosis hal ini karena gejala awal leptospirosis merupakan gejala penyakit demam akut lainnya ( dengue, malaria, flu like syndrome). Terjadinya kasus leptopsirosis terkait erat dengan rantai penularan, dan rantai penularan leptospirosis terkait dengan banyak faktor. Pekerjaan dan keberadaan tikus adalah faktor risiko Leptospirosis. Banten yang merupakan daerah endemis Leptospirosis, terpilih untuk menjadi lokasi surveilans Sentinel Leptospirosis, tepatnya berlokasi di Kab, Tangerang dan Kab. Serang. Publikasi mengenai hubungan faktor risiko masih jarang ditemui, begitu juga penelitian tentang Leptospirosis lebih banyak di lakukan di Jawa Tengah atau DI Yogyakarta. Penelitian ini menggunaan desain potong lintang. Hasil penelitian ini Tidak terbukti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian leptospirosis pada suspek leptospirosis di 2 kabupaten lokasi Surveilan Sentinel Leptospirosis di Provinsi Banten tahun 2017 – 2019, Hubungan keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis menunjukkan hubungan yang bermakna, keberadaan tikus dan aktivitas disungai/kolam/saluran air secara bersama memberikan hubungan antagonis sehingga membuat risiko saat kedua variabel ini ada bersama sama lebih kecil dibandingkan risiko dari masing masing variabel. ......Leptospirosis is a zoonosis, an infectious disease caused by the Leptospira bacteria. Leptospirosis is often underreported or misdiagnosed because the initial symptoms of leptospirosis are symptoms of other acute febrile diseases (dengue, malaria, flu-like syndrome). The occurrence of leptospirosis cases is closely related to the chain of transmission, and the chain of leptospirosis transmission is related to many factors. Occupation and the presence of rats are risk factors for leptospirosis. Banten is an endemic area of Leptospirosis, was chosen to be the location for Sentinel Leptospirosis surveillance, precisely located in Kab, Tangerang, and Kab. Serang. Publications on the relationship of risk factors are still limited, and research about leptospirosis is mostly done in Central Java or DI Yogyakarta. This study used a cross-sectional design. The results of this study did not show that there was a significant relationship between work and the incidence of leptospirosis in leptospirosis suspects in 2 districts where Leptospirosis Sentinel Surveillance was located in Banten Province in 2017 - 2019. The relationship between the presence of rats and the incidence of leptospirosis showed a significant relationship, the presence of rats and activity in rivers/ponds/ drains together to provide an antagonistic relationship thus making the risk when these two variables are together smaller than the risk of each variable.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Septyani
Abstrak :
Situasi pandemi COVID-19 mengakibatkan kebutuhan data dan informasi terkait kasus COVID-19 sangat tinggi. Wilayah Kabupaten Karawang menjadi salah satu wilayah yang tidak terlepas dari pandemi COVID-19. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang memiliki tanggung jawab untuk melakukan pencatatan dan pelaporan kasus COVID-19 setiap hari. Hal ini menjadi tantangan bagi petugas surveilans dalam melakukan pencatatan dan pelaporan kasus. Pengembangan sistem informasi surveilans dapat menjadi solusi bagi petugas surveilans. Rancangan sistem infomasi surveilans berbasis web ini diharapkan dapat dikembangkan sehingga dapat mempermudah petugas surveilans dalam melakukan tugasnya. Hasil akhir dari penelitian ini adalah rancangan Sistem Informasi Surveilans berbasis Web di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. ......The COVID-19 pandemic situation caused the high necessity for data and information regarding of increased number COVID-19 cases. Karawang district is one of the areas in Indonesia that impacted by COVID-19 pandemic. The Karawang District Health Office has the responsibility to record and report COVID-19 cases every day. This is a challenge for surveillance officers in recording and reporting cases. The development of surveillance information system can be a solution for surveillance officers. The design of a web – based surveillance information system is expected for future development that will facilitate surveillance officers carrying out their duties. The final result of this study is the design of a web-based surveillance information system in the Karawang District Health Office.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Intan Pratiwi
Abstrak :
Kebijakan surveilans integrasi flu burung merupakan salah satu strategi penting dalam upaya pengendalian flu burung di Indonesia. DKI Jakarta sebagai salah satu provinsi dengan jumlah kasus sejak positif tahun 2005-Juni 2008 berjumlah 33 kasus dan CFR sebesar 84,84% saat ini berupaya merealisasikan kebijakan surveilans terintegrasi penanggulangan flu burung, dimana saat ini belum diketahuinya optimalisasi pelaksanaan kebijakan surveilans terintegrasi tersebut untuk memantau secara dini kecenderungan peningkatan kasus flu burung setiap waktu serta faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakannya, diantaranya terkait dengan sosialisasi, koordinasi, serta sumber daya yang meliputi tenaga, anggaran, dan fasilitas, serta gambaran dukungan pedoman. Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan melibatkan 9 informan. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan pedoman wawancara serta observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Sudin Kesmas Jakarta Barat, Sudin Kesmas Jakarta Selatan, Sudin Kesmas Jakarta Timur, Puskesmas Kecamatan Cipayung, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur, serta BKHI. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2008. Kebijakan surveilans integrasi flu burung di DKI Jakarta belum dapat optimal akibat kelemahan sumberdaya yang dimiliki serta proses pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor prakondisi, seperti sosialisasi, koordinasi, dan sumber daya, yang menyebabkan pelaksanaan kebijakan tersebut belum berjalan optimal di DKI Jakarta. Dimana masyarakat serta tenaga kesehatan menjadi salah satu hambatan yang menjadikan deteksi dini penyakit flu burung di DKI Jakarta belum optimal karena sebanyak 72,7% kasus positif yang ada, layanan kesehatan pertama yang didatangi adalah klinik/dokter pribadi. Masih terdapatnya kasus flu burung pada unggas yang tidak dilaporkan oleh masyarakat sehingga tidak terpantau oleh Puskesmas atau Disnak dan tidak segera ditindaklanjuti dengan surveilans ILI oleh Puskesmas. Pada pelaksanaan investigasi pengambilan sampel kontak kasus pada manusia sampai saat penelitian dilakukan masih tergantung pada litbangkes sehingga respon petugas laboratorium pada beberapa kasus lebih dari 1x24 jam. Hambatan lainnya dalam investigasi menurut hasil wawancara adalah masih adanya penolakan sebagian masyarakat yang memiliki unggas untuk menyerahkan unggasnya untuk diperiksa. Koordinasi dalam hal pertukaran informasimasih belum optimal karena feedback data flu burung pada unggas ataupun manusia yang belum disampaikan secara konsisten dan rutin antara Dinas Kesehatan dan Peternakan. Secara umum sosialisasi telah dilakukan kepada petugas kesehatan di jajaran Dinas Kesehatan dan Peternakan namun untuk pelayanan kesehatan swasta sosialisasi yang dilakukan belum merata salah satunya karena banyaknya unit pelayanan kesehatan swasta di DKI Jakarta. Latar belakang pendidikan petugas peternakan yang heterogen menjadikan sosialisasi kepada petugas masih perlu ditingkatkan serta petugas PDSR yang kurang mrencukupi menyebabkan surveilans pada unggas yang dilakukan pada suatu tempat akan berulang dalam jangka waktu lama. Adanya dukungan kebijakan tidak disertai dengan kelonggaran serta ketepatan pencairan dana khususnya yang bersumber dari APBD. Distribusi buku pedoman yang diterbitkan atas kesepakatan Depkes dengan Deptan, hanya dimiliki oleh jajaran Dinas Kesehatan sedangkan kendaraan operasional untuk kegiatan surveilans flu burung di tingkat Sudin Kesmas baru ada tahun 2008 berupa motor sedangkan unit lainnya kendaraan yang ada tidak khusus untuk surveilans tapi untuk operasional kantor. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan surveilans integrasi flu burung ini secara konsep sangat baik, namun dalam pelaksanaannya kebijakan ini belum mampu membentuk jejaring yang kuat, khususnya keterlibatan peran serta masyarakat maupun swasta, sehingga kasus flu burung selama ini belum terpantau dengan baik. Oleh karena itu pengembangan surveilans berbasis masyarakat diantaranya melalui RW Siaga sangat diperlukan guna meningkatkan kemandirian dan peran aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Biyanti Lisatriana
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26741
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haditya Leorahmadi Mukri
Abstrak :
[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang pengembangan sistem informasi surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang dikonfirmasi oleh laboratorium dengan berbasis Web. Hal ini dilatarbelakangi saat ini pemberantasan penyakit menular merupakan suatu hal penting yang harus didukung dengan sarana yang sesuai. Untuk itu suatu negara harus mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai dan melaporkan kejadian penyakit menular. Sistem surveilans dengan berbasis Web dan terintegrasi dapat mendukung dan memperkuat kegiatan surveilans PD3I yang ada sekarang. Penelitian ini mengenali permasalahan dengan pendekatan sistem. Rancangannya adalah riset operasional. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen dilanjutkan dengan analisis konten. Hasil penelitian menemukan terputus informasi di dalam hirarki pelaporan yang berjalan saat ini sehingga tidak tepat waktu untuk sampai di pusat. Sistem pelaporan berjenjang memakan waktu lama. Pengembangan sistem informasi yang terintegrasi yang saat ini berupa prototype harus terus dikembangkan dan perlunya komitmen dari semua pihak dapat memperbaiki surveilans PD3I dengan konfirmasi lab sehingga penanganan kasus dapat dilakukan segera dan mencegah penyebaran penyakit.
ABSTRACT
This thesis discusses about developing surveillance information system on Vaccine Preventable Diseases (VPD) which are confirmed by laboratory examination and which are web based. Its background is that controlling communicable diseases is in important issue that has to be supported with appropriate structures. Therefore, a country should develop, strengthen, and maintain its capacity to detect, asses and report communicable disease events. An integrated web based surveillance system can support and strengthen the existing VPD surveillance activities. This research recognizes problems with a system approach. Its design is operational research. Data are collected through deep interview, observation and document review, which are continued with content analysis. Research results show that there is an information gap at the report hierarchy in the existing system, so that data reach the central level not in timely manner. Cascade reporting system takes a long time. Developing integrated information system as prototype and strong commitment from related parties can improve VPD surveillance with lab confirmation, so that case management can be performed immediately and further spread of the disease can be prevented., This thesis discusses about developing surveillance information system on Vaccine Preventable Diseases (VPD) which are confirmed by laboratory examination and which are web based. Its background is that controlling communicable diseases is in important issue that has to be supported with appropriate structures. Therefore, a country should develop, strengthen, and maintain its capacity to detect, asses and report communicable disease events. An integrated web based surveillance system can support and strengthen the existing VPD surveillance activities. This research recognizes problems with a system approach. Its design is operational research. Data are collected through deep interview, observation and document review, which are continued with content analysis. Research results show that there is an information gap at the report hierarchy in the existing system, so that data reach the central level not in timely manner. Cascade reporting system takes a long time. Developing integrated information system as prototype and strong commitment from related parties can improve VPD surveillance with lab confirmation, so that case management can be performed immediately and further spread of the disease can be prevented.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Susanto
Abstrak :
ABSTRAK
Kabupaten Purworejo merupakan kabupaten dengan jumlah kasus malaria tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Surveilans malaria merupakan komponen utama dalam pencapaian eliminasi malaria pada tahun 2030 secara nasional. Surveilans malaria yang digunakan saat ini adalah e-sismal. Masalah yang dihadapi petugas adalah e-sismal belum sepenuhnya user friendly. E-sismal belum mampu memenuhi kebutuhan informasi untuk eliminasi malaria. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan surveilans malaria yang mampu menghasilkan informasi untuk eliminasi malaria. Metode pengembangan sistem informasi yang digunakan adalah Rapid Application Development RAD yang menghasilkan prototype surveilans malaria. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terkait pelaksanaan e-sismal di Kabupaten Purworejo tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Annual Paracite Incidence API di Kabupaten Purworejo sebesar 0,53 permil; pada tahun 2016, sehingga sudah harus menerapkan strategi eliminasi. Prototype surveilans malaria dikembangkan berbasis web dengan tampilan user friendly yang dilengkapi dengan sistem database. Dengan demikian penggunaannya lebih mudah, terhindar dari kesalahan teknis serta otomatisasi pengolahan data. Dashboard dapat memantau capaian indikator: pemeriksaan suspek malaria, API, klasifikasi asal penularan dan pengendalian vektor. Informasi lain yang disediakan adalah data individu pasien malaria, pemetaan pasien dan vektor malaria, serta stok logistik. Kesimpulan. Prototype surveilans malaria mampu menghasilkan informasi untuk eliminasi malaria di Kabupaten Purworejo.
ABSTRACT
Purworejo is a district with the highest number of malaria cases in Central Java Province. Malaria surveillance is a major component to eliminate malaria by 2030 a national target. The current malaria surveillance is lsquo e sismal rsquo . The problem is that e sismal is not yet fully user friendly. E sismal could not produce all information needed for malaria elimination. This study developed malaria surveillance that is able to produce information for malaria elimination. The method to develop information system is Rapid Application Development to produce a prototype of malaria surveillance. Data gathered by in depth interview, observation and document review related to e sismal implementation in Purworejo District in 2016. The result showed that Annual Paracite Incidence API in Purworejo District was 0.53 permil in 2016, so it must implement elimination strategy. The malaria surveillance prototype is web based with a user friendly interface and database system. The advantages are easier use, avoid technical errors, and data processing automation. The dashboard displays a malaria suspect, API, classification of transmission and vector control. Dashboard can monitor the performance of indicators. Other information provided is individual data of malaria patients, mapping of malaria patient and vectors, also logistics stock. Conclusion. The malaria surveillance prototype was able to produce information for malaria elimination in Purworejo District.
2017
T48927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Trihandini
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Syarifatul Anwar
Abstrak :
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit penyebab 1,6 juta kematian di dunia, prevalensi diabetes melitus meningkat signifikan diseluruh dunia dan di Indonesia. Obesitas sentral memiliki peranan penting dalam patofisiologi diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi diabetes melitus tipe 2, obesitas sentral dan hubungan antara obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 pada kelompok umur ge; 45 tahun. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang dengan regresi logistik untuk analisis multivariat. Sumber data yang dianalisis merupakan data surveilans faktor risiko penyakit tidak menular tahun 2015. Ada 2127 responden yang memenuhi kriteria yang dapat dianalisis. Hasil analisis menunjukan bahwa prevalensi DM tipe 2 sebesar 12,5% dan prevalensi obesitas sentral sebesar 39,6 . Hubungan obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 dengan POR 2,14 (95% CI 1,62-2,81) artinya responden dengan obesitas sentral berisiko 2,14 kali lebih besar untuk menderita DM tipe 2 dibanding responden yang tidak obesitas sentral. Upaya untuk mencegah peningkatan kasus diabetes melitus tipe 2 yaitu penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat terhadap faktor risiko obesitas sentral dengan cara konseling pada individu yang berisiko maupun pada kelompok obesitas sentral. ......Relationship of Central Obesity to Type 2 Diabetes Mellitus In Ages Group ge 45 years Analysis of Non Communicable Disease Surveillance Data of Jakarta Capital City Special Region 2015 . Diabetes mellitus type 2 is the leading cause of 1.6 million deaths worldwide, the prevalence of diabetes mellitus is increasing significantly throughout the world and in Indonesia. Central obesity has an important role in the pathophysiology of type 2 diabetes mellitus. This study aims to determine the prevalence of type 2 diabetes mellitus, central obesity and the relationship between central obesity to type 2 diabetes mellitus in the age group ge 45 years. The study design used was cross section with logistic regression for multivariate analysis. The data sources analyzed are non communicable disease risk factor surveillance data in 2015. There are 2127 respondents who meet the criteria that can be analyzed. The results showed that the prevalence of type 2 diabetes was 12.5% and the prevalence of central obesity was 39.6 . The relationship of central obesity to type 2 diabetes mellitus with POR 2.14 (95% CI 1.62 2.81) that means respondents with central obesity are 2.14 times more likely to develop type 2 DM than non obese central respondents. Efforts to prevent the increase in cases of type 2 diabetes mellitus is continuous education to the public against risk factor central obesity by counseling individuals at risk and in the central obesity group.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4   >>