Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Yuniar Cahyanti
"Orang tua adalah orang yang bertifungsi sebagai guru pertama bagi anak-anaknya dan mempunyai peran yang signifikan \mtuk pembentukan sikap, keyakinan, nilai-nilai dan tingkah laku pada anak. Bagaimana anak bermasyarakat (bersosialisasi) tergantung pada bagaimana cara orang tua mengajarkan pada anak tentang sosialisasi, apa yang dianggap orang tua sebagai hal penjng yang harus dipahami anak dan apa yang dianggap orang tua sebagai cara terbaik untuk mengarahkan perkembangan anak. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten bisa menyebabkan anak mengalami temper tonirum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang bisa tanirum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku tonirum. Keadaan lain yang juga meningkatkan frekuensi temper tantrum adalah sikap orangtua yang cendenmg mengkritik dan terlalu cerewet Temper tantrum terbentuk secara kondisional Anak yang mengalami masalah dalam hubungan dengan orangtuanya, adakalanya tidak dapat menyalurkan emosinya dengan tepat, Salah satu benmknya adalah tantrum. Ia membutuhl-can waktu yang cenderung lama untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, dan mengalami kesulitan dalam mengeksprosikan Menghadapi masalah seperti ini, salah satu media yang dapat dignmakan untuk mengekspresikan diri pada anak-anak adalah musik_ Secara umum, penelitian telah membuktikan bahwa musik memiliki pengaruh kuat tidak hanya pada suasana kuat tetapi juga pada persepsi dan sikap. Kata-kata lebih mudah diingat sebagai sesuatu yang positif apabila ada musik ringan dan ceria yang sedang dimainkan, sebaliknya akan dianggap negatif apabila diiringi dengan musik yang lamban dan berat. Terapi musik 'menawarkan konteks untuk membangun perasaan sense-in-relationship pada anak. Tujuau utama dari terapi musik adalah menciptakan pengalaman dalam berinteraksi, mengembangkan ekspresi self-orher melalui keterlibatan emosional, dan meningkatkan kornunikasi. Terapi musik memberikan dasar mengenai apa yang harus dilakukan manusia dalam bcrinteraksi dengan orang lain, selain ilu juga menawarkan konteks di mana motivasi dari diri dapat dikembangkau, luapan emosi dapat dialami, diekspresikan dan dibawa dalam komunikasi. Dalam penelitian kali ini, metode terapi musik yang akan diterapkan adalah Improvisarional Music Therapy menggunakan metode Orhl Terapi musik dengan metode Orff adaiah suatu multi sensoris tcrapi. Terapi musik dcngan metode Orff dapat diberikan pada berbagai kasus terutama pada anak-anak yang mcngalami gangguan Esik, mental maupmm emosional. Tcrapi musik dcngan menggunakan metode OrH` tidak hanya menekankan pada permainan alat, namun juga divariasikan dengan bermain irama, gerak, dan juga tepukan sehingga sesuai untuk anak-anak. Melihat beberapa perubahan yang terjadi pada R selama rcntang pelaksanaan terapi, dapat diprediksikan bahwa terapi musik cukup dapat membawa pembahan perilaku pada R, terutama dalah hal menurunkan kebiasaan ranirumnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pendekatan dengan menggmakan terapi musik metode Orff ini dapat disarankan untuk menangani individu dengan kasus temper tamtur. Pcndekatan ini akan sangat membantu orangtua dalam menangani anaknya selain dibutuhkan dukungan dan kerjasama antara orangtua, psikolog dan terapis sehingga efek terapi dapat dicapai secara optimal. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Aprilia Permata Kusumah
"Temper tantrum adalah hal yang umum ditemukan pada toddler, namun dapat dikatakan abnormal jika durasi, frekuensi, dan/atau intensitasnya berlebihan atau disertai dengan mood negatif yang menetap di antara periode tantrum. Tantrum abnormal dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku pada anak, distress bagi orangtua, dan kualitas interaksi orangtua-anak yang buruk, yang bertahan hingga dewasa jika tidak diintervensi sejak dini. Salah satu populasi yang rentan menunjukkan tantrum abnormal adalah toddler dengan keterlambatan bicara.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, diketahui bahwa Parent-Child Interaction Therapy PCIT merupakan intervensi yang terbukti efektif mengatasi berbagai perilaku disruptif-termasuk tantrum-pada anak. Oleh karena itu, penelitian single-subject ini menerapkan intervensi dengan prinsip-prinsip PCIT pada seorang toddler dengan keterlambatan bicara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas intervensi tersebut dalam menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum pada partisipan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi yang diterapkan berhasil menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum partisipan sebesar 50 , hingga tergolong ke dalam rentang normal berdasarkan observasi harian ibu . Dilihat dari hasil pengukuran Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III dan Eyberg Child Behavior Inventory yang dilakukan berkala, intervensi juga menurunkan kemunculan berbagai perilaku disruptif lainnya pada partisipan dan meningkatkan kualitas interaksinya dengan ibu.

Temper tantrums are common among toddler, but could be categorized as abnormal if they are excessive in duration, frequency, and or intensity, or presented with persistent negative mood between episodes. Abnormal tantrum may cause many behavior problems in a child, distress for parents, and low quality of parent child interaction, which could last until adulthood if there is no early intervention introduced. One of many populations with high risk of abnormal tantrum is toddler with speech delay.
Based on previous studies, Parent Child Interaction Therapy PCIT was found as an effective intervention to overcome many disruptive behaviors mdash including tantrum mdash in children. Therefore, this single subject study applied an intervention with PCIT principles to a toddler with speech delay. The purpose of this study is to examine the effectiveness of said intervention in reducing frequency and duration of tantrum behavior in participant.
This study shows that the intervention applied had succeeded in reducing 50 of participant's frequency and duration of tantrum behavior, so that they are within normal range based on her mother's daily observation. Based on repeated measures of Dyadic Parent Child Interaction Coding System III and Eyberg Child Behavior Inventory, the intervention also resulted in decreased other disruptive behaviors in participant and increased interaction quality of her and her mother.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Aulia Syifa
"Di Indonesia 23-83% anak usia 2-4 tahun mengalami temper tantrum. Penanganan yang tidak tepat dapat mengakibatkan perilaku negatif pada anak di tahap usia selanjutnya.  Dalam pengasuhan anak, tidak terlepas dari peran ayah sebagai orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut perspektif ibu dengan risiko kejadian temper tantrum pada anak usia toddler di Kecamatan Beji Kota Depok. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik cluster random sampling dan total responden sebanyak 112 orang. Penelitian ini mengukur kedua variabel melalui kuesioner. Hasil penelitian ini ditemukan adanya hubungan signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan risiko kejadian temper tantrum dengan nilai signifikansi p-value menggunakan uji chi square sebesar 0.001 (<0.05). Semakin terlibat ayah dalam pengasuhan anak, maka akan mengurangi risiko kejadian temper tantrum yang dialami anak. Pengasuhan ayah yang maksimal diberikan pada anak usia toddler, akan membentuk perkembangan emosional yang positif pada anak. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan faktor kualitas pernikahan dan motivasi ayah dalam mengasuh anak serta menambahkan durasi temper tantrum yang terjadi.

In Indonesia, 23-83% of children aged 2-4 years’ experience temper tantrums. Improper handling can lead to negative behaviour in children at a later age stage.  In the care of children, it is inseparable from the role of fathers as parents. This study aims to look at the relationship between father's involvement in parenting from the mother's perspective and the risk of temper tantrums in toddler-aged children in Beji Sub-district, Depok City. This research method used a cross sectional design with cluster random sampling technique and a total of 112 respondents. This study measured both variables through questionnaires. The results of this study found a significant relationship between father's involvement in parenting and the risk of temper tantrums with a significance value of p-value using chi square test of 0.001 (<0.05). The more involved the father is in the care of the child, it will reduce the risk of temper tantrums experienced by the child. Maximum father's care given to toddler age children will shape positive emotional development in children. Future research can add factors of marriage quality and father's motivation in parenting and add the duration of temper tantrums that occur."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Tanjung Sari
"Kemampuan regulasi diri merupakan aspek penting dari perkembangan anak. Regulasi diri yang berkembang dengan baik dapat mendukung perkembangan anak secara optimal dan adaptif. Anak belajar meregulasi dirinya melalui interaksi orangtua-anak sejak usia dini. Akan tetapi, tidak semua anak memiliki kemampuan regulasi yang baik. Anak yang tidak memiliki kemampuan regulasi diri seringkali menunjukkan masalah perilaku, seperti temper tantrum, menggunakan kekerasan fisik, tidak patuh, dan sebagainya. Pendekatan Parent- Child Interaction Therapy (PCIT) merupakan salah satu intervensi yang digunakan untuk meningkatkan perilaku yang adaptif melalui interaksi antara anak dan orangtua.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip PCIT untuk meningkatkan interaksi anak dan orangtua sebagai upaya untuk mengatasi temper tantrum pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian single-subject design. Partisipan penelitian ini melibatkan anak perempuan berusia 7 tahun 5 bulan yang telah didiagnosis intellectual disability dan memiliki kesulitan dalam meregulasi diri serta ibu dari sosial ekonomi menengah bawah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip PCIT dapat meningkatkan kualitas interaksi orangtua-anak yang terukur pada Dyadic Parent-Child Interaction Coding System?III (DPICS-III) dan menurunnya temper tantrum anak yang terukur pada skala Child Behavior Checklist, Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), serta Fast Track Project Child Behavior Questionnaire (FTP-CBQ).

Self regulations is an important aspect of a child development that can optimize his/her development. Parenting plays a major role in the development of child self regulation. Early parent-child interaction served as a medium for developing and nurturing early self regulation in children. Children with self regulation problem often time may display behavior such as temper tantrum or verbal dan physical violence. One of the interventions that have been widely used to decrease this negative behavior is Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) through improving interaction between parent-child.
This study evaluates the effectiveness of PCIT to handle temper tantrum through improvement of parent-child interaction. The participant of this study is a 7 and a half years old girl from middle-low socioeconomic diagnosed with intellectual disability and difficulty in self regulation.
The results of the study shows that the PCIT is effective in improving the quality of interaction between parent and and also decrease the tantrum behavior where measured on Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III (DPICS-III), and the decrease of temper tantrum is measured on the scale of Child Behavior Checklist, Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), and Fast Track Project Child Behavior Questionnaire (FTP-CBQ.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Delia
"Sebagai orangtua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita . Kita pun akan berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan psikologisnya, termasuk dengan menerapkan pola pengasuhan yang ideal dengan harapan agar anak kita dapat berkembang menjadi anak yang sehat tidak hanya raga namun juga jiwanya.
Namun sayang, terkadang kenyataan tidaklah seindah harapan, dan kita sebagai orangtua pun sering kali dibuat kewalahan dengan berbagai perilaku anak. Kompleksitas perilaku anak-anak saat ini pada akhirnya membuat kita sebagai orangtuanya hanya dapat geleng-geleng kepala dan menghela napas panjang, karena merasa tidak berdaya menghadapi perilaku anak-anak tersebut.
Berbagai keluhan berkaitan pengasuhan anak pun sering muncul dari klien kami berdua. Tiga topik utama yang menjadi bintangnya adalah permasalahan emosi anak, cara mendisiplinkan anak, ataupun kecanduan gawai. Selanjutnya, lewat diskusi yang kami lakukan, kami menarik kesimpulan bahwa berbagai masalah perilaku tersebut berakar dari kesalahpahaman orangtua atas prinsip dasar pengasuhan yang mereka lakukan.
Berangkat dari pemikiran tersebutlah, buku ini dibuat. Kami ingin berbagi mengenai prinsip-prinsip dasar dalam pengasuhan. Kami menyadari bahwa kami sendiri bukan orangtua yang sempurna. Namun berlandaskan pengalaman praktik serta pengetahuan sebagai psikolog klinis yang kami miliki, kami ingin membantu para orangtua supaya lebih dapat mengenali permasalahan perilaku anak-anak mereka. Kami berharap, para orangtua mampu mengetahui bagaimana sebaiknya bersikap dan merespons perilaku-perilaku yang ditampilkan oleh anak-anak mereka."
Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2021
155.4 DEV s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Lamtiur Gracesita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan intervensi Stepping Stones Triple-P pada satu keluarga yang memiliki anak praremaja usia 11 tahun dengan Mild Intellectual Disability yang memiliki masalah perilaku temper tantrum. Program intervensi ini bertujuan untuk membantu orangtua melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri orangtua dalam melakukan pengasuhan yang positif untuk mengelola permasalahan perilaku anak dengan mild intellectual disability. Program intervensi dilaksanakan sebanyak 7 sesi (3 sesi di klinik dan 4 sesi praktikum di rumah).
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan roleplay. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain Child Behavior Checklist, Parenting Scale (dari Arnold,O Leary, Wolff, dan Acker, 1999), Parenting Sense of Competence (dari Gibaud-Wallston dan Wandersman, 1978), serta Catatan Pengukuran Temper Tantrum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi Stepping Stones Triple-P terbukti efektif dalam menurunkan frekuensi dan durasi perilaku temper tantrum O, menurunkan disfungsi gaya pengasuhan orangtua dan meningkatkan pandangan kompetensi orangtua dalam praktik pengasuhan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library