Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damanik, Sri Melfa
Abstrak :
Stunting merupakan salah satu kondisi gagal tumbuh pada anak dimana tinggi badan anak <-2SD menurut tabel Z-score WHO. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama masalah stunting pada anak, salah satunya yaitu ketidakoptimalan praktik pemberian makan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran praktik pemberian makan pada anak Batita yang mengalami stunting di Jakarta. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini yaitu sebanyak 15 orang partisipan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten. Hasil analisis data memperoleh 11 tema yang menggambarkan praktik pemberian makan pada anak Batita yang mengalami stunting di Jakarta antara lain : 1) Bayi dirawat terpisah dengan ibu setelah lahir, 2) Bayi diberikan susu formula menunggu ibu pulih, 3) Bayi diberikan ASI dan kontak dengan ibu hanya sebentar saat baru lahir, 4) Ibu senang bisa menyusui anaknya, 5) ASI dibantu dengan susu formula karena ASI kurang banyak pada usia 0-6 bulan, 6) Bayi diberikan ASI lanjutan, 7) Ibu memberikan MPASI dengan bubur bayi instan dan bubur tim siap saji, 8) Frekuensi pemberian makan 2-3 kali sehari dengan porsi yang sedikit, 9) Keragaman diet tidak terpenuhi, 10) Menu makanan disesuaikan dengan kondisi ekonomi, dan 11) Asupan makanan yang mengandung zat besi kurang optimal. Pemberian edukasi yang optimal kepada ibu hamil dan ibu yang memiliki Balita tentang praktik pemberian makan yang tepat diharapkan dapat menurunkan kejadian stunting di Indonesia. Kata kunci : Batita, praktik pemberian makan, stunting
Stunting is a condition of failed to grow in children where the child's height is <-2SD according to the WHO Z-score table. There are several things that are the main causes of stunting problems in children, one of which is the inability to maximumly feed the children practices. The aim of this study is to explore the illustration of feeding practices for stunting toddlers in Jakarta. Participants involved in this study are 15 participants. The data analysis used in this study is content analysis. The results of the data analysis obtained 11 themes that illustrated the practice of feeding toddlers who experience stunting in Jakarta, among others : 1) Babies treated separately from mothers after birth, 2) Babies given formula milk waiting for mothers to recover, 3) Babies given breast milk and contact with mother only for a short while at birth, 4) Mother is happy to be able to breastfeed her child, 5) breast milk is assisted with formula milk because there is not much milk at the age of 0-6 months, 6) Babies are given continued breastfeeding, 7) Mothers provide instant porridge and ready-to-serve steam chicken rice, 8) Frequency of feeding 2-3 times a day with a small portion, 9) Diversity of diets not fulfilled, 10) Food menu adapted to economic conditions, and 11) Intake of foods containing iron is not optimal. Providing optimal education to pregnant women and mothers who have toddlers about proper feeding practices is expected to reduce the incidence of stunting in Indonesia. Keywords : Toddlers, feeding practices, stunting
2019
T54064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Paramasatya
Abstrak :
Stunting adalah menurunnya laju pertumbuhan panjang/tinggi badan dibawah minus 2 standar deviasi. Desa Cijeruk Kecamatan Kibin merupakan desa dengan angka kejadian stunting tertinggi di Kab. Serang dimana 233 (77,66%) balita menderita stunting. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran kejadian stunting pada balita di Desa Cijeruk Kecamatan Kibin Kabupaten Serang Banten tahun 2023 dan menganalisis hubungannya dengan Riwayat Penyakit Infeksi. Desain penelitian adalah potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting (p<0,01). Balita dengan riwayat penyakit infeksi berisiko 21,23 kali mengalami stunting (OR=21,23,95% CI 7,15-62,01). Variabel kovariat faktor balita yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah jenis kelamin (p=0,038) dan riwayat penyakit infeksi (p=<0,001); faktor keluarga yaitu pendapatan keluarga (p=0,040) dan pola asuh otoriter (p= 0,004); dan faktor lingkungan yaitu stop buang air besar sembarangan (p=0,038) dan pengamanan sampah rumah tangga (p=<0,001). Variabel MP-ASI dan stop buang air besar sembarangan merupakan variabel perancu terhadap hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting. Balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko 31,30 kali lebih tinggi mengalami stunting dibanding balita yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol oleh variabel perancu (OR=21,28 95% CI 6,088-74,379). ......Stunting is a decrease in the growth rate of length/height below minus 2 standard deviations. Cijeruk Village, Kibin District, is the village with the highest stunting rate in Kab. Serang where 233 (77.66%) toddlers suffer from stunting. The purpose of this study was to identify the description of the incidence of stunting in toddlers in Cijeruk Village, Kibin District, Serang Banten Regency in 2023 and analyze its relationship with a History of Infectious Diseases. The research design is cross-sectional with a quantitative approach. The results of the study found that there was a relationship between a history of infectious diseases and the incidence of stunting (p <0.01). Toddlers with a history of infectious diseases are at risk of 21.23 times experiencing stunting (OR=21.23.95% CI 7.15-62.01). The covariate variables associated with stunting were gender (p=0.038) and history of infectious diseases (p=<0.001); family factors, namely family income (p=0.040) and authoritarian parenting (p=0.004); and environmental factors, namely stopping open defecation (p=0.038) and safeguarding household waste (p=<0.001). The MP-ASI variable and stopping open defecation are confounding variables for the relationship between a history of infectious diseases and the incidence of stunting. Toddlers who have a history of infectious diseases have a 21.28 times higher risk of experiencing stunting than toddlers who do not have a history of infectious diseases after controlling for confounding variables (OR=21.28 95% CI 6.088-74.379).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Magdalena
Abstrak :
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi penyebab utama banyaknya angka kematian pada anak-anak di bawah usia lima tahun diantara penyakit lainnya seperti AIDS, malaria dan campak disebut juga. Pneumonia pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor karakteristik balita, ibu responden dan lingkungan tempat tinggal di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian menggunakan cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 Provinsi Jawa Barat dengan populasi penelitian sebanyak 196 balita yang mengalami pneumonia. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 69,9% persen balita mengalami pneumonia di Provinsi Jawa Barat. Riwayat berat lahir balita dan bahan bakar tidak memenuhi syarat yang digunakan untuk memasak berhubungan secara signifikan terhadap pneumonia pada balita dengan nilai OR 95%CI masing-masing 1,105 (1,047-1,166), 9,915 (1,298-75,708). Bahan bakar tidak memenuhi syarat yang digunakan untuk memasak merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat ......Pneumonia is a disease that is the main cause of the number of deaths in children under the age of five years among other diseases such as AIDS, malaria and measles are also mentioned. Pneumonia in children under five is influenced by several factors such as the characteristics of children under five, the respondent's mother and the environment in which they live in West Java Province. The research method used is cross-sectional using secondary data from the Indonesian Demographic and Health Survey, 2017 West Java Province with populatiof 196 children who had pneumonia. The analysis showed that 69.9% percent of children under five had pneumonia in West Java Province. History of birth weight, where children live and fuel used for cooking were significantly associated with pneumonia in children under five with OR 95% CI values ​​of 1.105 (1.047-1.166), 0.557 (0.212-1.464), 9.915 (1.298-75.708), respectively. ). Age children, exclusive breastfeeding, history of vitamin A administration, completeness of vitamin DPT, and maternal knowledge had no significant relationship. Fuel used for cooking is the most dominant variable on the incidence of pneumonia in children under five in West Java Province.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Ayu Mutia Rachmawati
Abstrak :
Anemia merupakan kondisi kadar hemoglobin pada darah lebih rendah dari nilai normal. Anemia lebih banyak terjadi pada balita yang dapat memberikan dampak terhadap fungsi kognitif anak. Berdasarkan data Riskesdas prevalensi anemia balita mengalami peningkatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan proporsi dan faktor dominan dari variabel independen dengan anemia balita usia 6-36 bulan di Indonesia. Data yang digunakan yaitu data Riskesdas tahun 2018 yang berjumlah 1251 balita dengan desain studi cross-sectional dan dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Diperoleh bahwa terdapat 48,3% balita usia 6-36 bulan di Indonesia mengalami anemia. Sedangkan untuk variabel signifikan terhadap kejadian anemia balita yaitu pada faktor individu anak, diantaranya usia balita [OR 2,13 (1,70-2,68)], status gizi BB/U [OR 1,64 (1,22-2,19)], status gizi TB/U [OR 1,29 (1,02-1,63)], dan status gizi BB/TB [OR 1,49 (1,04-2,11)]. Sedangkan, pada faktor maternal yaitu pada pendidikan ibu [OR 1,32 (0,79-2,22); OR 1,66 (1,01-2,74)], anemia ibu [OR 1,72 (1,31-2,26)], dan paritas [OR 1,60 (1,24-,07)]. Untuk variabel yang paling berisiko terhadap kejadian anemia balita terdapat pada faktor usia balita usia 6-23 bulan. ......Anemia is a condition where the hemoglobin level in the blood is lower than normal. Anemia is more common in toddlers which can have an impact on children's cognitive function. Based on Riskesdas data, the prevalence of anemia in children under five has increased. The purpose of this study was to determine differences in the proportions and dominant factors of the independent variables with anemia in children aged 6-36 months in Indonesia. The data used is the 2018 Riskesdas data, which totaled 1251 toddlers with a cross-sectional study design and univariate, bivariate and multivariate analysis was carried out. It was found that there were 48.3% of toddlers aged 6-36 months in Indonesia experiencing anemia. For significant variables, including toddler age [OR 2.13 (1.70-2.68)], underweight nutritional status [OR 1.64 (1.22-2.19)], stunted nutritional status [OR 1.29 (1.02-1.63)], wasted nutritional status [OR 1.49 (1.04-2.11)], mother's education [OR 1.32 (0.79-2.22); OR 1.66 (1.01-2.74)], maternal anemia [OR 1.72 (1.31-2.26)], and parity [OR 1.60 (1.24-2.07)]. The variable most at risk for the incidence of anemia in children under five is the age factor of children aged 6-23 months.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rania Annisa
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam peringkat tiga tertinggi terkait penyebab kematian dan kecacatan pada anak-anak dan dewasa di seluruh dunia. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan persentase gejala ISPA pada balita tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Banten (6,3%) yaitu sebesar 5,8%. Jika dibandingkan dengan data SDKI 2012, prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat juga mengalami kenaikan dari 4,1% di Tahun 2012 menjadi 5,8% di tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan gejala ISPA pada balita (6-59 bulan) di Provinsi Jawa Barat berdasarkan analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan sampel yang bersumber dari data SDKI tahun 2017 sejumlah 1.356 responden balita usia 6-59 bulan. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan Gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat adalah usia balita (PR 1,38; CI 95% 1,109–1,720) dan ASI eksklusif (PR 1,5; CI 95% 1,211–1,866). Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat sebesar 51,3% dan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat adalah usia balita dan status ASI eksklusif. ......Acute Respiratory Tract Infection (ARI) is one of the diseases that is included in the third highest ranking of causes of death and disability in children and adults worldwide. Based on the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) data, West Java province is the province with the second highest percentage of ARI symptoms in children under five on Java Island after Banten province (6.3%) which is 5.8%. When compared with the 2012 IDHS data, the prevalence of ARI symptoms in children under five in West Java province also increased from 4.1% in 2012 to 5.8% in 2017. The purpose of this study was to determine the risk factors associated with symptoms. ARI in toddlers (6-59 months) in West Java Province based on data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survei (IDHS). The results showed that the risk factors associated with ARI symptoms in children under five in West Java Province were toddler age (PR 1.38; 95% CI 1.109–1.720) and exclusive breastfeeding (PR 1.5; 95% CI 1.211–1.866). The conclusion of this study is that the prevalence of ARI symptoms in children under five in West Java Province is 51.3% and the risk factors associated with the incidence of ARI symptoms in children under five in West Java Province are toddler age and exclusive breastfeeding status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gizella
Abstrak :
Toddler is a group at risk of undernutrition in which World Health Organization stated that toddler mortality because of undernutrition was 54% in 2002. In Indonesia, its prevalence increased from 17.9% in 2010 to 19.6% in 2013. In Tangerang City, there was 1.43% of toddlers suffering from undernutrition in 2013. This study aimed to prove in valid the relation between Hearth Program, which covered behaviors of food providing, toddler’s hygiene, health care seeking and toddler parenting, with undernutrition incidence among toddlers. This study was quantitative, cross-sectional, using primary data, analyzed in univariate, bivariate and multivariate within September 2015. Samples were taken by total sampling as many as 60 toddlers suffering from undernutrition in Tangerang City. Results showed that 12 (20%) of 60 toddlers suffered from very underweight nutrition and the remaining 48 toddlers (80%) suffered from underweight nutrition. There was a relation between food-providing behavior and health-care seeking behavior with undernutrition among toddlers. Variable food-providing behavior was the dominant factor influencing undernutrition among toddlers with OR = 4.655 (CI = 1.052 – 20.6) after controlled by the variable health care-seeking behavior.

Kelompok yang rentan terhadap gizi kurang adalah anak bawah lima tahun (balita). World Health Organization menyatakan kematian balita akibat gizi kurang sebesar 54% pada tahun 2002. Di Indonesia, prevalensinya mengalami peningkatan dari 17,9% tahun 2010 menjadi 19,6% tahun 2013. Di Kota Tangerang, terdapat 1,43% balita yang mengalami gizi buruk tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara valid hubungan Program Pos Gizi yang meliputi perilaku pemberian makan, kebersihan balita, pencarian pelayanan kesehatan dan pengasuhan balita dengan kejadian gizi kurang pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, potong lintang, menggunakan data primer serta dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat selama bulan September 2015. Sampel diambil secara total sampling sebanyak 60 balita yang mengalami gizi kurang di Kota Tangerang. Hasil menunjukkan bahwa dari 60 balita yang mengalami gizi kurang, sebanyak 12 balita (20%) mengalami gizi sangat kurus dan sisanya sejumlah 48 balita (80%) mengalami gizi kurus. Terdapat hubungan perilaku pemberian makan dan pencarian pelayanan kesehatan dengan gizi kurang pada balita. Variabel perilaku pemberian makan merupakan faktor dominan yang memengaruhi gizi kurang pada balita dengan OR = 4,655 (CI = 1,052 – 20,6) setelah dikontrol oleh variabel perilaku mencari pelayanan kesehatan.
Padjajaran university, faculty of medicine, midwifery master program, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Thalibah
Abstrak :

Perkiraan ada 120 juta kasus pneumonia setiap tahun di seluruh dunia, yang mengakibatkan sebanyak 1,3 juta kematian. Setiap tahun pneumonia selalu menempati peringkat atas sebagai penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (12-59 bulan) di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian pneumonia pada balita adalah 5,7%. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara karakteristik balita dan karakteristik ibu dengan kejadian pneumonia. Proporsi pneumonia lebih tinggi pada balita berumur 25-59 bulan (OR=1,852), berjenis kelamin laki-laki (OR=1,2), berstatus imunisasi campak lengkap (OR=1,448), berstatus imunisasi DPT-HB-HiB lengkap (OR=1,069), berstatus pemberian vitamin A lengkap (OR=1,189), dan memiliki ibu berpendidikan tinggi (OR=1,779). Oleh karena itu diperlukan pengembangan program pencegahan pneumonia pada balita berdasarkan faktor-faktor risiko tersebut, serta penyuluhan kepada masyarakat terutama ibu dan orang terdekat lain yang mengasuh balita tentang gejala dan pencegahan pneumonia


There are an estimated 120 million cases of pneumonia every year worldwide, resulting in as many as 1.3 million deaths. Every year pneumonia is always ranked as the leading cause of death of infants and toddlers in Indonesia. This study aims to determine the factors associated with the incidence of pneumonia in infants (12-59 months) in DKI Jakarta Province. The study used secondary data from Riskesdas 2018. The research design used was cross sectional. The results showed the proportion of the incidence of pneumonia in toddlers was 5.7%. There is no statistically significant relationship between toddler characteristics and mother characteristics with the incidence of pneumonia. The proportion of pneumonia is higher in toddlers aged 25-59 months (OR = 1.852), male (OR = 1.2), complete measles immunization status (OR = 1,448), complete DPT-HB-HiB immunization status (OR = 1.069), complete vitamin A status (OR = 1.189), and have highly educated mothers (OR = 1.779). Therefore it is necessary to develop a pneumonia prevention program for toddlers based on these risk factors, as well as counseling to the community especially mothers and other closest people who is taking care of toddlers about the symptoms and prevention of pneumonia

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmi Zega
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai gambaran status gizi dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran status gizi balita, karakteristik orangtua, karakteristik keluarga dan karakteristik kemiskinan pada balita di Indonesia tahun 2010. Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 povinsi di Indonesia, sedangkan sampel penelitian adalah anggota rumah tangga yang termasuk dalam rentang usia balita (0 ? 59 bulan) yang berjumlah 18.743 anak. Penelitian menemukan prevalensi gizi kurang 14,8%, balita pendek 18,2%, balita kurus 6,9%. This study discusses about the picture of nutritional status and poverty in Indonesia in 2010. The purpose of this study is to know the picture of nutritional status of children, parental characteristics, family characteristics and the characteristics of poverty on children under five in Indonesia in 2010. The design of the study is a cross-sectional using secondary data from Riskesdas 2010. This study population is all households representing 33 provinces in Indonesia, while the study sample was a member of the household who is included in the toddler age range (0-59 months), amounting to 18 743 children. The study found the prevalence of malnutrition was 14.8%, short toddler was 18.2%, skinny toddler was 6.9%.
Depok: Unversitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Rahayu Marion
Abstrak :
Stunting sebagai gangguan tumbuh kembang anak hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang prioritas untuk diselesaikan di Indonesia. Walaupun terdapat penurunan angka stunting dalam beberapa tahun terakhir, namun prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi di atas batas yang telah ditetapkan oleh WHO. Dampak besar yang ditimbulkan stunting bukan hanya memengaruhi individu saja, melainkan juga berpengaruh terhadap pembangunan negara. Penyebab utama stunting pada anak adalah kekurangan asupan gizi secara kronis yang dapat terjadi sejak bayi sampai balita, bahkan sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, upaya peningkatan gizi sejak masa bayi sampai balita sangat dibutuhkan dengan memanfaatkan komoditi lokal yang mudah ditemui di Indonesia. Tujuan penulisan ini adalah untuk menguraikan pemanfaatan singkong dan produk olahannya sebagai komoditi lokal yang diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Indonesia. Produk olahan singkong yang diajukan sebagai inovasi dalam penulisan ini adalah “Kongkrezz” yang berbentuk crackers yaitu sejenis biskuit dengan bahan dasar dari tepung singkong termodifikasi (Mocaf), yang bernilai gizi tinggi sebagai makanan tambahan untuk melengkapi asupan gizi yang kurang seimbang bagi bayi sampai balita di Indonesia. ...... Stunting is known as a child development disorder, and it is still one of the priority health problems to be solved in Indonesia. Although there has been a decline in stunting prevalence in recent years, it is still relatively high above the limit set by WHO. The major impact of stunting does not only affect individuals but also affects the development of the country. The leading cause of stunting in children is a chronic nutritional deficiency that can occur from infancy to toddlers, even in the womb. As a result, actions to increase nutrition from infancy to toddlerhood are urgently needed, utilizing locally available commodities in Indonesia. The purpose of this paper is to describe the use of cassava and its processed products as a local commodity that is expected to decrease stunting prevalence in Indonesia. The processed cassava product is proposed as an invention in this paper, is named "Kongkrezz" in the shape of crackers, which is a type of biscuit with the basic ingredients of modified cassava flour (Mocaf), which has high nutritional value as an additional food to supplement the unbalanced dietary intake for infants to toddlers in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratno Widoyo
Abstrak :
Pneumonia is the major cause of child death in Indonesia after diarrhea. Increasing coverage of measles, pertusis, Streptococcus pneumoniae (Spn) and Haemophilus influenzae b (Hib) immunization substantially can control pneumonia. Spn and Hib vaccines have not been included in category of mandatory immunization in Indonesia. Measles vaccine has more direct effect on prevention of pneumonia than pertusis vaccine. Providing immunization followed by providing vitamin A will increase the specific antibody titer among children. This study aimed to determine effects of measles vaccine and vitamin A to pneumonia incidence among toddlers. Method of study was cross sectional using 13,062 data of children drawn from 2012 Indonesia Demographic and Health Survey. Data were analyzed using poisson regression test. Analysis results showed that prevalence of pneumonia among Indonesian children was 5.4%, measles immunization coverage was 82.57%, and vitamin A supplementation coverage was 74.9%. Furthermore, providing measles immunization and vitamin A could prevent pneumonia incidence among toddlers (12 – 59 months old) up to 26.5%. Providing measles immunization then followed by providing vitamin A can be used as a preventive action in attempt to decrease pneumonia incidence.

Pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak di Indonesia setelah diare. Pengendalian pneumonia dapat dilakukan dengan peningkatan cakupan imunisasi campak, pertusis, Streptococcus pneumoniae (Spn), dan Haemophilus influenzae b (Hib). Vaksin Spn dan Hib belum masuk ke dalam kategori imunisasi wajib di Indonesia. Vaksin campak lebih memiliki pengaruh langsung terhadap pneumonia dibandingkan dengan vaksin pertusis. Pemberian imunisasi yang disertai pemberian vitamin A akan meningkatkan titer antibodi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian imunisasi campak dan vitamin A terhadap kejadian pneumonia. Metode penelitian adalah potong lintang dengan menggunakan 13.062 data anak yang terdapat pada data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi poisson. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pneumonia pada anak di Indonesia adalah 5.4%, cakupan imunisasi campak sebesar 82.6%, dan cakupan pemberian vitamin A sebesar 74.9%. Pemberian imunisasi campak disertai dengan pemberian vitamin A dapat mencegah terjadinya kejadian pneumonia pada anak usia 12 – 59 bulan sebesar 26,5%. Pemberian imunisasi campak yang disertai dengan pemberian vitamin A dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan dalam upaya penurunan kejadian pneumonia.
Andalas university, faculty of public health, epidemiology and biostatistics department, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>