Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Wagito
"Masa bawah dua tahun (baduta) adalah masa yang panting, karena merupakan masa kritis dalam kesehatan dan masa emas dalam penumbuhan otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan baduta di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007, menurut karakteristik baduta, karakteristik ekonomi rumah tangga, karalcteristik rumah tangga, perilaku ibu, dan sanitasi lingkungan. Data yang digunakan Susenas tahun 2007, dengan unit analisis baduta yang tinggal bersama ibunya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan tabulasi silang xmtara variabel terikat dan variabel bebas, odds ratio (OR), menerapkan model regresi logistik multinomial, tabulasi iwekuensi berdimensi N (N- way Tabularion), dan melakukan pengujian dengan statistik Chi-square. Veriabel terikat terdiri atas tiga kategori yaitu: (1) mengalami keluhan kesehatan dan terganggu kegiatan sehari - harinya, (2) mengalami keluhan kcsehatan tapi tidak terganggu kegiatan sehari - harinya, dan (3) tidak mengalami keluhan kesehatan (sehat).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 42,47 % baduta mengalami keluhan kesehatan. Baduta laki-Iaki yang mengalami keluhan kesehatan lcbih tinggi (43,12%) daripada baduta perempuan (4l,73%). Baduta berumur kur-ang dari 6 bulan lebih sedikit (24,72%) yang mengalami keluhan kesehatan daripada baduta berumur 6-23 bulan (48,50%). Baduta yang pernah mendapatkan air susu ibu (ASI) Iebih sedikit (42,07%) yang mengalami keluhan kesehatan daripada yang tidak pemah mendapatkan ASI(50,37%). Untuk baduta yang status imunisasinya belum lengkap justru paling sedikit (38,78%) yang mengalami keluhan kcsehatan dibandingkan baduta yang status imunisasinya lengkap (47,45%) atau tidak Iengkap (52,63%). Baduta yang tinggal di rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga (ART) lebih dari empat, derajat kesehatannya lebih baik (40,28%) daripada yang jumlah anggota mmah tangganya kurang dari empat (45,36%). Baduta yang tinggal bersama perokok mempunyai dcrajat kesehatan 1ebH1 rendah (56,67%) daripada yang tidak tinggal bersama perokok (58,92%). Baduta yang tidak pemah mcndapatkan ASI, resiko mengalami kcluhan kesehatan sebesar 1,60 kali, dan mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitasnya sebcsar 1,31 kali baduta yang pemah mcndapatkan ASI. Baduta berimunisasi tidak lengkap beresiko 1,18 kali untuk sakit dan terganggu aktivitasnya dan 1,35 kali untuk sakit dibandingkan baduta yang bcrimunisasi lengkap. Baduta yang tinggal dengan Iebih dari 4 ART lebih rendah resikonya untuk mengalami keluhan dan gangguan daripada baduta yang tinggal dengan ART kurang dari 4 jiwa.

Under-two children was very important, there was health critical phase and gold phase of brain construct. This research was find out Central Java’s under-two child health status according under-two children characteristic, household economic characteristics, household characteristic, mother’s behavior, and environment sanitation. To 'rind out this goal, used Susenas 2007 in Central Java. The unit analysis is under-two children whos lives with their mother. Analysis method was descriptive analysis with cross tabulation independent and dependent variable, odds ratio (OR), applied multinomial logistic model, N-Way Tabulation, in order to testing the hypothesis with Chi-square statistic. The dependent variable was health status has three category, that is : (1) have health complaint and interrupted activity; (2) have health complaint and not interrupted activity; and (3) have no health complaint (health).
The results indicated that 42,47% under»two children in Central Java has health complaint. There were under-two male health complaint higher (43,l2%) than under-two female (41,73%). Under-two children who under 6 month old has less health complaint (47,45%) than 6-23 month old (52,63%). Under-two children who got ASI have less health complaint (42,07%)than the other (50,37%). Under-two children who get no complete imtmization yet have lowest health complaint than the others. Under-two children who lived with four or more number of household have higher health status (59,72%) than the other (54,64%). Under-two children who lived with smoker have lower health status (56,67%) than the other (58,92%). Under-two children who haven’t got ASI, health complaint risk 1,60 times and health complaint and interupted activity risk 1,31 times than under-two have got ASI. Under-two children who get no complete imunization, health complaint risk 1,35 times and health complaint and interupted activity risk 1,18 times than under-two have get complete imunization. Under-two children who lived with four or more number of household, health complaint risk and health complaint and interupted activity risk was lower than under-two have lived with four or less number of household.
"
Lengkap +
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Aulia Fitri
"Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati, namun menjadi penyebab utama kematian balita di dunia, terutama pada usia kurang dari dua tahun. Pada tahun 2015, konsentrasi pneumonia berada di sepuluh negara dan Indonesia menjadi salah satunya. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 dengan rancangan penelitian cross-sectional yang bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan gejala pneumonia pada Baduta usia 0-23 bulan di Indonesia dikontrol dengan variabel kovariat (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status imunisasi dasar, pemberian vitamin A, pendidikan ibu, status bekerja ibu, status ekonomi, bahan bakar memasak, ART perokok dalam rumah, tipe tempat tinggal) dengan analisis multivariat regresi logistik model faktor risiko. Hasil penelitian ini, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta yang tidak diberi ASI eksklusif memiliki risiko 13 kali lebih besar untuk menderita gejala pneumonia dibandingkan Baduta yang diberi ASI eksklusif, setelah dikontrol dengan usia Baduta, efek modifikasi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A, dan efek modifikasi tidak diberi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A.

Pneumonia is a preventable and treatable disease, but it is a major cause of infant mortality in the world, especially in child under two aged. In 2015, the concentration of pneumonia was in ten countries and Indonesia became one of them. This study is a secondary data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey with a cross-sectional study design that aims to determine the effect of exclusive breastfeeding with symptoms of pneumonia in Indonesia among under two children aged 0-23 months controlled by covariate variables (age, sex, birth weight , basic immunization status, vitamin A, mother’s education, maternal working status, economic status, cooking fuel, household member smoker, and type of residents) with a multivariate logistic regression of risk factor model analysis. Results of this study, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta who were not given exclusive breastfeeding had a 13 times greater risk of pneumonia symptoms than those who were given exclusive breastfeeding, after being controlled by the age of Baduta, the effect of exclusive breastfeeding by giving vitamin A, and the effect of modification not given exclusive breastfeeding with vitamin A."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Imannuel
"Status gizi baik anak baduta keluarga miskin merupakan suatu keadaan bahwa diantara anak baduta yang hidup di lingkungan dan kondisi dengan sosial ekonomi yang rendah terdapat anak baduta dengan status gizi baik (63,9%). Dalam situasi dan tekanan ekonomi yang terjadi mereka dapat beradaptasi untuk bertahan dan mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dibandingkan dengan anak-anak lainya. Faktor-¬faktor yang berhubungan dengan status gizi baik anak baduta gakin antara lain karakteristik ibu (pengetahuan gizi, pendidikan, pekerjaan), karakteristik anak (berat lahir, umur awal pemberian MP-ASI), karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, keadaan rumah tinggal, jumlah balita dalam keluarga, urutan anak, biaya pengeluaran pangan rumah tangga), pola makan (konsumsi energi, konsumsi protein, status pemberian ASI), riwayat penyakit infeksi (ISPA, diare), pola asuh (gizi, kesehatan).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui garnbaran status gizi anak baduta keluarga miskin di wilayah Puskesmas Sambas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baik anak baduta tersebut.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 190 orang (total sampel) dan untuk melengkapi informasi dilakukan pendekatan kualitatif melalui Focus Group Discussion (FGD) pada kelompok ibu dengan anak status gizi baik dan kelompok ibu dengan anak status gizi kurang. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik dan tingkat kemaknaan p≥0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi gizi baik anak baduta gakin 48,4%, pada analisis bivariat hubungan variabel pengetahuan gizi ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, berat lahir anak, umur awal pemberian MP-ASI, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, status pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, perilaku gizi dan kesehatan ibu dengan status gizi anak baduta secara staistik terbukti bermakna dengan (p<0,05), sedangkan hubungan keadaan rumah tinggal, urutan anak, konsumsi energi protein dengan status gizi anak baduta tidak terbukti bermakna dengan (p>0,O5). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling menonjol (dominan) adalah umur awal pemberian MP¬ASI setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan gizi ibu, jumlah balita dalam keluarga, berat tahir anak dart penyakit infeksi.
Berdasarkan basil penelitian ini disimpulkan bahwa proporsi gizi baik makin menurun dan adanya beberapa faktor dominan yang berperan terhadap status gizi baik anak baduta di daerah miskin. Oleh karena itu maka saran lebih ditujukan pada usaha-usaha promosi gizi dan kesehatan terutama menyangkut faktor-faktor tersebut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas.Untuk Puskesmas perlu dipikirkan berbagai cara pendekatan dalam rangka penjangkauan kelompok berisiko seperti bumil, ibu menyusui, WUS sehingga informasi mengenai gizi dan kesehatan akan dapat dengan mudah disebarkan dan diserap antara lain dengan menambah frekuensi penyuluhan terutama kelompok rawan gizi di daerah miskin.

Good nutrient status of under two years old children of poor families is a condition that among under two years old children living in an environment and low social economic condition there are under two years old children possessing good nutrient status (63.9%). In the situation with such economical pressure, they can adapt to survive and having good ability to grow and develop compared to other children. Factors related to the good nutrient status of this under two years old children are characteristic of mother ( nutrient knowledge, education, occupation), children's characteristic (born weight, age of first complementary food consumption), family's characteristic ( number of family member, situation of the house, number of children under five years old in the family, order of children, spending budget for food), food pattern (energy consumption, protein consumption, status of mother's milk consumption), history of infectious disease (respiratory tract infection, diarrhea), caring pattern (nutrition, health).
The purposes of the research were to describe the nutrient status of under two years old children of the poor families in the local area of Sambas Public Health Centre and to determine factors related with good nutrient status of the under two years old children.
The research used cross sectional design with totally 190 persons as sample and for completion of information, qualitative approach through Focus Group Discussion in the. group of mother possessing children with good nutrition status and with bad nutrition status was performed. The obtained data were analyzed using univariate, bivariate analysis with chi-square test and multivariate with regression logistic test using degree of significance p ?0,05.
The research results showed that proportion of under two years children possessing good nutrient was 48.4%. Based on bivariate analysis, statistically there is significant correlation of nutrient knowledge of mother, mother education, mother occupation, children born weight, age of first complementary food consumption - mother' milk, number of family member, number of children under five years old in the family, status of mother's milk consumption, history of infectious disease, nutrient behavior and mother's health with the nutrient status of under two year old children (p<0,05). However, there is not significant correlation of house situation, order of children, energy consumption, protein consumption with the nutrient status of under two years old children (p>0,05). Multivariate analysis showed that the most dominant variable was age of first complementary food consumption-mother's milk) after controlled by variable of nutrient knowledge of mother, number of children under five years old in the family, children born weight and infectious disease.
Based on the research's results, it is concluded that the proportion of good nutrient get lower and someof dominant factors contributing to good nutrient status of under two years children in poor area were observed. Therefore, the Public Health Service of the city of Sambas is suggested to carry out promotion of nutrition and health, approach ways to reach the risk groups such as pregnant women, breast feeding mother and women in productive age, so that information about nutrition and health is spread and absorbed easily by adding the frequency of illumination especially to the nutrition disturbed groups in the poor area.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Silmia
"ABSTRAK
Stunting adalah permasalahan gizi yang ada di Indonesia yang masih terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut mendorong pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya menekan angka stunting. Beberapa dampak stunting adalah meningkatkan kematian anak, perkembangan kognitif motorik dan bahasa pada anak yang menurun dan perawakan pendek saat dewasa. Pemberian makan baduta yang tepat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi baduta. Penting bagi ibu untuk melakukan pemberian makan baduta yang sesuai ajaran WHO/DEPKES. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pemberian makan pada baduta stunting usia 6-24 bulan dan faktor yang berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan baduta stunting meliputi faktor predisposisi, penguat dan pemungkin. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam secara daring dan telaah dokumen. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kampung melayu dari bulan Maret-Juli 2020. Sampel dipilih secara purposive sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Informan penelitian terdiri dari lima ibu yang memiliki baduta stunting usia 6-24 bulan, lima informan dari keluarga dan tiga informan kunci (Kepala Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu, Staf puskesmas bagian gizi dan kader posyandu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada ibu baduta yang melakukan pemberian makan kepada baduta secara menyeluruh sesuai WHO. Pengetahuan, dan tradisi (Faktor predisposisi) berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan baduta stunting. Selanjutnya faktor penguat yang berperan adalah dukungan keluarga dan kader posyandu, sedangkan sebagai pendorong yang berperan adalah daya beli keluarga.

ABSTRACT
Stunting is a nutritional problem that exists in Indonesia which still occurs in all parts of Indonesia. This has prompted the Indonesian government to make various efforts to reduce the stunting rate. Some of the effects of stunting are increasing child mortality, decreased cognitive motor and language development in children and short stature as adults. The proper feeding of baduta is one of the factors that can affect the nutritional status of the baduta. It is important for mothers to do baduta feeding according to the teachings of WHO / DEPKES. This study aims to determine the description of maternal behavior in feeding stunting at 6-24 months of age and the factors that play a role in maternal behavior in feeding stunting baduta include predisposing, reinforcing and enabling factors. This research is a qualitative research with a case study approach with data collection techniques carried out through in-depth online interviews and document review. The research was conducted in the working area of the Kampung Malay Community Health Center from March to July 2020. The sample was selected purposively according to inclusion and exclusion criteria. The research informants consisted of five mothers with stunting 6-24 months of age, five informants from their families and three key informants (the head of the Kampung Melayu sub-district Puskesmas, the staff of the health center for nutrition and the posyandu cadres). The results showed that there were no baduta mothers who had given whole feeding to baduta according to WHO. Knowledge and tradition (predisposing factors) play a role in maternal behavior in feeding stunting baduta. Furthermore, the reinforcing factor that plays a role is the support of the family and posyandu cadres, while the driving force that plays a role is the purchasing power of the family."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhadjir
"Diare merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dari Survei Kesehatan dan Rumah Tangga 1995, prevalensi di Jawa dan Bali 21%, di luar Jawa Bali 24 %, Nasional 23%. Di Kota Bekasi tahun 2000 insiden 20,7/1.000 penduduk.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak berusia dibawah 2 tahun di Kota Bekasi tahun 2001.
Desain penelitian ini adalah kasus dan kontrol. Populasi penelitian adalah baduta yang tinggal di wilayah Kota Bekasi, sampel adalah baduta yang sakit diare dan berobat ke sembilan puskesmas di wilayah Kota Bekasi sebagai kasus dan kontrol adalah baduta sehat yang datang ke posyandu dari mana kasus berasal. Besar sampel dalam penelitian ini 212 kasus dan 212 kontrol. Data dikumpulkan dengan mengadakan wawancara pada ibu yang anaknya sakit diare di pukesmas sebagai kasus dan ibu yang anaknya sehat di posyandu sebagaai kontrol. Entri data dengan program Epi - info versi 6.0, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan stata versi 6.0.
Variabel yang mempunyai risiko dan berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada baduta setelah dilakukan analisis multivariate adalah bayi umur 5 - 12 bulan OR=2,34, (95 % CI, 1,09 - 5,04), umur 13 - 24 bulan OR=3,11,(95 % CI, 1,44 - 6,71), pengetahuan ibu OR=2,78, (95% Cl, 1,71 .-4,50), pembuangan kotoran OR=4,13, (95 % CI,1,79 - 9,51), hygiene perorangan OR=4,00 (95% CI, 1,34 -11,99)
Dari hasil penelitian, peneliti ingin memberikan saran melalui peningkatan pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada anaknya yang berumur 5 - 24 bulan, pembuangan kotoran dan kebersihan perorangan melalui penyuluhan dan pemberian stimulan jamban baik di puskesmas maupun posyandu yang dilaksanakan lintas program maupun sector prioritas penanggulangan diare pada anak dibawah umur dua tahun dan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui besarnya masalah diare pada anak berumur < 24 bulan.

Related Factors to Phenomena Diarrhea for the Children Under Two Years Old At Bekasi in the Year Of 2001Diarrhea is still significant for a public health problem due to its bight prevalence. From a household survey in 1995, showed that prevalence of this disease 21% in Java and Bali and at the outside of Java and Bali is 24%, Nationally is 23%. There were reported at Bekasi city that the incidence of diarrhea were 24,7/1.000 in the year of 2000.
The purpose of this study is to know the factors related with the prevalence of diarrhea at the children under 2 years old at Bekasi by the year of 2001. The study used case and control design. Target populations in this study are children under two years old who live in Bekasi area. The cases are children under two years old who got sick from diarrhea, and went to 9 Health Centers where are observed. For the control are the healthy children under two years old who came to the Integrated Health Posts. The number of sample for this study are 212 cases and 212 controls. Data processing and entering by Epi-Info program version 6.0, and analyzing by Stata version 6.0.
Variable which have risk and a significance correlation with the incidence of diarrhea for the children less than two years, after using multivariate analysis are baby's at the age of 5 - 12 months OR=2,34, (95 % CI, 1,09 - 5,04); 13 - 24 months OR=3,11, (95 % CI, 1,44 - 6,71), mother's knowledge OR=2,78, (95 % CI, 1,71 - 4,50), waste disposal OR=4,13,( 95 % CI, 1,79 - 9,51) and personal hygiene OR=4,00,( 95 % CI, 1,34 - 11,99).
Based on this study, the researcher wants to give some advice especially for increasing theirs mother's knowledge for preventing theirs 5 - 24 months children, a sanitary waste disposal, individual personal hygiene by giving free latrine (by stimulans system) in the Health Center and integratet Health Post respectively. The researcher also suggest that the priority to control diarrhea disease should be given to the children under 2 years old. For the next coming years a study for diarrhea disease need to be done especially for the children under 2 years old.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 4647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafik
"Kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1997 berdampak pada kekeringan yang berkepanjangan dan turut berkonstribusi timbulnya krisis ekonomi, moneter dan krisis pangan. Dampak ini sangat dirasakan oleh kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah terutama keluarga miskin. Untuk mencegah terjadinya peningkatan angka penderita gizi kurang pada balita keluarga miskin, maka pemerintah melaksanakan bantuan khusus pelayanan kesehatan dan gizi melalui Program Jaring Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Salah satu bentuk bantuan tersebut adalah Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada Baduta (umur 6-23 bulan) dari keluarga miskin.
Program PMT -P Baduta ini telah berjalan sejak tahun 1998, namun sampai saat ini belum diketahui sampai dimana keberhasilan program tersebut. Penelitian bertujuan untuk menganalisis sejauhmana keberhasilan program PMT-P baduta keluarga miskin dihubungkan dengan faktor-faktor yang berperan dalam pelaksanaannya di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
Disain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dan 111 baduta keluarga miskin dan 45 kader yang terlibat langsung dalam pelaksanaan PMT-P. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PMT-P di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan belum berhasil, bila dilihat dari indikator kenaikan berat badan baduta baru mencapai 47,7 % pencapaian cakupan baru 26,7 %. Ada hubungan bermakna antara prosedur pemberian dan tempat pemberian dengan kenaikan berat badan baduta (p<0,05), demikian juga terhadap pencapaian cakupan ada hubungan bermakna dengan variabel pencapaian sasaran, pendataan sasaran dan pendanaan.
Dana PMT-P dari pusat masih kurang, banyak sasaran baduta keluarga miskin yang belum mendapat paket PMT-P, sementara itu prevalensi KEP masih cukup tinggi. Maka untuk mencegah KEP balita bertambah dan menjadi lebih buruk perlu dukungan dana yang berasal dari pemerintah daerah baik dukungan dana PMT -P maupun dana operasionalnya dalam rangka membangun surnber daya manusia sejak dini dan mencegah terjadinya lost generation.

Prolonged dry period in 1997 had impacted on extended drought and had contributed to the raise of economics, monetary, and food crises. These impacts were strongly felt among middle-low economic community especially those who were poor. To prevent the increasing prevalence of malnourished children among poor families, Government implemented a special aid in health and nutrition care through Social Safety Net in Health (JPS-BK). One form of the aid was Food Supplementation Program Recovery Type (PMT-P) targeted to children under two years old (6-23 months old) of poor families.
This PMT-P program had been running since 1998, however until now there was no information about the success of the program. This study aimed to analyze how success was the PMT -P program in Rajabasa Subdistrict, District of South Lampung, as well as its contributing factors the program and, in turn, fulfill local community's demand.
Design of the study is cross sectional. Subjects were 111 under two children of poor families and 45 cadres who directly involved in the implementation of PMT-P program. Data were analyzed univariately and bivariately. The study results show that the implementation of PMT-P program in Rajabasa Subdistrict was not successful as indicated by the increase of body weight which was only 47.7%, and very low coverage of 26.7%. There was significant relationship between supplementation procedure and place of supplementation with body weight increase (p
Lengkap +
The PMT-P funding from Central Government was insufficient, there were lot of targets who did not receive the supplementation, and Protein Energy Malnutrition (PEM) prevalence was still high. To prevent worsening PEM, local government should support funding of PMT-P program to improve the quality of local human resources since the beginning of life and to avoid Iost generation phenomena."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uki Basuki
"Prevalensi gizi kurang bawah dua tahun (6-23 bulan) diasumsikan meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi gizi kurang pada bawah lima tahun (balita) di Kota Bandar Lampung dari 2,1% pada tahun 1997 menjadi 4,69% pada tahun 1999. Sejak pertengahan tahun 1997 sampai sekarang krisis ekonomi masih dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan mengakibatkan bertambahnya penduduk miskin. Bawah dua tahun merupakan periode growth spurt dimana growth failure sering terjadi pada periode ini. Sebagai salah satu sumber daya manusia pembangunan, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan gizi baduta (bawah dua, tahun) perlu dikaji sehingga keadaan yang lebih parah dapat ditekan seminimal mungkin.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta di Kota Bandar Lampung. Desain yang digunakan cross sectional, populasi adalah keluarga miskin dan keluarga tidak miskin punya baduta dengan unit analisis baduta umur 6-23 bulan. Pengambilan sampel dilakukan metode cluster, dan besar sampel minimal masing-masing tipe keluarga 94 sampel. Variabel yang diteliti meliputi jenis kelamin, umur, tingkat konsumsi (energi dan protein), status imunisasi, pemberian ASI, tingkat pendidikan. ibu, kejadian diare, sumber air minum dan persepsi mengalami krisis ekonomi. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara menggunakan kuesioner, pengukuran dan penimbangan berat dan panjang badan baduta. Hasil recall l x 24 jam dihitung nilai gizinya menggunakan soft ware Nutrisoft dan status gizi baduta dilihat berdasarkan nilai Z-Skor. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil uji beda antara keluarga miskin dan keluarga tidak miskin, ditemukan bermakna (p<0,05) pada status gizi indeks PB U, tingkat pendidikan ibu, dan status imunisasi. Adapun hasil uji beda nilai mean Z-Skor variabel bebas pada keluarga miskin ditemukan bermakna (p<0,05) pada variabel jenis kelamin dan umur (BB U), umur (PB U), jenis kelamin, umur dan sumber air bersih (BB PB). Sedangkan pada keluarga tidak miskin ditemukan kemaknaan pada variabel umur, tingkat pendidikan ibu dan status imunisasi (BB U), umur (PB U) dan umur dan status imunisasi (BB PB). Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi (tanpa interaksi) indeks BB U adalah umur 6-11 bulan (OR = 0,3), indeks PB U adalah keluarga miskin (OR = 3,9), dan indeks BB PB adalah sumber air minum kualitas buruk (OR = 0,2).
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan pertumbuhan baduta di Kota Bandar Lampung bukan karena penyebab langsung melainkan oleh penyebab tidak langsung yaitu umur baduta, tingkat ekonomi keluarga dan sumber air minum keluarga. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan langkah-langkah strategis dari instansi terkait dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga dan pengawasan serta pengendalian sumber air minum yang baik.
Daftar bacaan : 92 (1977- 2002)

Under weight prevalent of under-two child {6-23 months) is assumed to increase to gether with the under weight prevalent of under-five in Bandar .Lampung city from 2,1% (1997) to 4,69% (1999). From the middle of 1997 up to now economic crisis impact still be felt by Indonesian citizens and increased poor population. Under-two is a growth spurt period where the growth failure often happened. As one of human resources development, every factor related to health and nutrition of under-two need to be studied, to prevent more severe condition.
This study objective is to find out prevalent description and factors related to nutritional status of under-two in Bandar Lampung city. Using design cross sectional, population are poor family and non-poor family which have under-two with analysis unit under-two age 6-23 months. Sampling taken by cluster, minimum sample size each family is 94 samples.
Variables studied including sex, age, consumption level of energy and protein, immunization status, breast feeding, mother education, water resource, and perception to economic crisis. Data collection conducted by interview using questionnaire, measuring and weighing to body weight and height. Result of recall 24 hours calculating nutrition intake by Nutrisoft and nutritional status based on z score value. Data procession using univariate, bivariate and multivariate analysis.
Significantly test results of poor and non-poor family showed difference for Height to age, mother education level and immunization status (p<0,05). From t test mean value Z-Score in underclass family are sex and age (Weight to age), age (Height to age), and sex, age, and clean water source (Weight to height). While in non-poor family are age, mother education level, and immunization status (Weight to age), age (Height to age), age, and immunization status (Weight to height). Dominant factors that influence nutritional status (without interaction) for Weight to age index is age 6-11 month (OR = 0,3), Height to age index is poor family category (OR = 3,9), and for Weight to height index is bad water source (OR = 0,2).
This study conclude that growth problem among under-two in Bandar Lampung city not primarily caused by nutrition impact but by indirect factors such as, economy and environment (water source). It should be taking some strategies from linked institution in order to improve family income and monitoring and controlling good water sources for consumption.
Bibliography: 92 (1977 - 2002)
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`aeni
"Masalah kesehatan yang masih menjadi beban negara berkembang, salah satunya adalah tingginya prevalensi gizi kurang. Penyebab masalah gizi kurang adalah kurangnya asupan makanan atau anak terkena infeksi, penyebab langsung yaitu konsumsi makanan dan infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan, pola asuh anak, pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. Semua penyebab tidak langsung ini dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan. Wilayah Puskesmas Depok Jaya merupakan salah satu dari empat wilayah puskesmas di Kecamatan Pancoran Mas dengan persentase gizi buruk pada tahun 2007 sebesar 0,96% yang merupakan persentase diatas rata-rata Kota Depok (persentase gizi buruk di Kota Depok pada tahun 2007 adalah 0,82%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, protein dan faktor lain dengan status gizi baduta ( 0-23 bulan ) di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya tahun 2008.
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah asupan energi, asupan protein, penyakit infeksi, pola asuh, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, pendidikan dan pekerjaan ayah. Populasi dalam studi analisis ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak baduta umur 0-23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya. Sedangkan unit sampel adalah anak baduta (0-23 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya. Jumlah sampel 391 orang. Status gizi dihitung berdasarkan indeks BB/U baku rujukan WHO-NCHS, sedangkan asupan energi dan protein dihitung dengan metode recall 1x24 jam. Analisis pengolahan data hasil univariat dan bivariat dilakukan dengan menggunakan komputer.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk (Zskor <-2 SD) berdasarkan indeks BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya adalah 0.8% dan gizi kurang 6.1%. Sebagian besar (61.1%) asupan energi "cukup" (≥100 % AKG) pada anak baduta, demikian juga asupan protein "cukup" (≥100 % AKG) sebesar 70.3%. Proporsi anak yang menderita penyakit infeksi/diare (3.8%), sedangkan ibu dengan pola asuh baik cukup banyak (68%). Sebagian besar (79%) tingkat pendidikan ibu tinggi , sementara proporsi ibu yang tidak bekerja sebesar 70.1%. Ibu dengan tingkat pengetahuan ibu kurang cukup besar (79.5%), Ayah berpendidikan rendah sedikit jumlahnya (13.8%) sedangkan sebagian besar ayah (97.2%) bekerja. Dari 9 variabel bebas sesudah dilakukan uji bivariat terdapat hubungan bermakna antara asupan energi, asupan protein, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendidikan ayah dengan status gizi anak baduta.
Saran dari penelitian ini adalah meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang pengetahuan gizi yang berkaitan dengan zat-zat gizi, pola pemberian makanan tambahan, menu seimbang, pengasuhan dan perawatan anak serta kadarzi guna mencegah terjadinya gizi kurang. Mengoptimalkan kegiatan posyandu dengan melibatkan lintas sektor (tokoh masyarakat, tokoh agama, lurah, camat) dan LSM guna mencegah dan menanggulangi kejadian kurang gizi baik di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya maupun di Kota Depok."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Khairunnisa
"Pemantauan pertumbuhan pada bayi usia di bawah dua tahun (baduta) tidak dapat terlaksana secara maksimal ketika adanya pandemi Covid-19. Hal ini mengakibatkan permasalahan gizi di Indonesia menjadi semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status pertumbuhan anak usia 6 – 23 bulan di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan data langsung pada 237 responden yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling dan multiple stage cluster random sampling. Kuesioner penelitian mencakup data karakteristik anak dan demografi ibu. Analisis data menggunakan uji univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,4% baduta memiliki berat badan normal, 89% baduta memiliki panjang badan normal, dan 75,9% baduta memiliki gizi baik. Teridentifikasi pula kejadian growth faltering sebesar 48,1%. Melalui temuan ini dapat disimpulkan bahwa secara umum baduta memiliki status gizi normal, namun hampir sebagian mengalami growth faltering. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk melakukan intervensi segera agar baduta growth faltering dapat mengejar periode catch-up.

Growth monitoring in children under-two-years old is not carried out optimally during the existence of Covid-19 pandemic. This causes nutritional problems in Indonesia are increasingly worrisome. This study aims to describe the growth status of children aged 6 – 23 months in North Jakarta and Central Jakarta during the Covid-19 pandemic. This study uses a descriptive method with direct data collection on 237 respondents who were selected using consecutive sampling and multiple stage cluster random sampling techniques. The research questionnaire includes data on child characteristics and maternal demographics. Data analysis uses univariate tests. The results showed that 81,4% of children under-two-years have normal weight, 89% of children under-two-years have normal body length, and 75,9% of children under-two-years have good nutrition. It was also identified that the incidence of growth faltering was 48,1%. Based on these findings, it can be concluded that in general children under-two-years have normal nutritional status, but almost half of them experienced growth faltering. This research is expected to be the basis for immediate intervention so that growth faltering of children under-two-years can enters the catch-up period.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Mauly Rahman
"Kurang gizi adalah masalah kesehatan masyarakat pada baduta di Sulawesi Tengah. Kejadian kurang gizi dapat memberikan dampak morbiditas, mortalitas, dan disabilitas. Kurang gizi dapat terjadi karena berbagai faktor seperti kurangnya asupan makanan, buruknya sanitasi lingkungan, dan rumah tangga tidak tahan pangan. Asupan makanan dapat menurun drastis pada kejadian seperti bencana alam dan konflik sosial dan mampu mempengaruhi status gizi anak. Untuk melihat perbedaan proporsi kejadian underweight berdasarkan ketahanan pangan rumah tangga, dilakukan penelitian cross-sectional pada anak 6-23 bulan di wilayah terdampak bencana alam berupa gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Kota Palu. Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan terdapat perbedaan bermakna status gizi baduta berdasarkan jenis kelamin anak (p value = 0.019; OR=3.750) dan berdasarkan tingkat pendidikan ibu (p value = 0.033; OR=2.804). Usia anak, besar rumah tangga, pekerjaan ibu, pendapatan per kapita rumah tangga, persentase pengeluaran pangan, jenis tempat tinggal, dan praktik pemberian makan pada anak merupakan faktor risiko yang penting pada kejadian underweight dalam penelitian ini, serta dapat digunakan untuk mengevaluasi program gizi dan kesehatan di Kota Palu. 

Malnutrition is a public health problem in children under two years old in Central Sulawesi. Malnutrition can cause morbidity, mortality and disability. It can occur due to various factors such as lack of food intake, poor environmental sanitation, and household level food insecurity. Food intake can drop dramatically in events such as natural disasters and social conflicts and can affect children's nutritional status. To see the difference in the proportion of underweight events based on household food security, a cross-sectional study was conducted on 6-23 months children in the affected area affected of natural disasters such as earthquakes, tsunamis and liquefaction in Palu. The results of chi-square test showed that there were significant differences in nutritional status based on the sex of the child (p value = 0.019; OR = 3.750) and based on the education level of the mother (p value = 0.033; OR = 2.804). Childrens age, household size, mothers occupation, household per capita income, percentage of food expenditure, type of residence, and children feeding practice are important risk factors for underweight events in this study therefore it can be used to evaluate health and nutrition programs in Palu."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library