Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emi Farida
Abstrak :
Madu dikenal sebagai bahan makanan bergizi dengan kandungan fruktosa dan glukosa yang cukup tinggi, telah diketahui mempunyai potensi dalam pengawetan semen, yaitu sebagai komponen medium pengawet semen untuk inseminasi buatan pada hewan ternak. Dalam penelitian ini penggunaan madu sebagai komponen medium pengawet semen dicobakan pada semen manusia. Sampel semen yang digunakan dalam penelitian ini tergolong normozoospermia, berasal dari 25 pria pasangan infertile yang datang memeriksakan diri ke Laboratorium Analisis Semen Bagian Biologi FK-UI. Empat medium pengawet sitrat kuning telur yang digunakan, masing-pmasing mengandung 0%, 1%, 4%, dan 7% madu. Mula-mula sebanyak 2 ml semen dibagi menjadi 4 bagian (masing-masing 0,5 ml), kemudian diencerkan 1:2 dengan keempat medium pengawet tersebut, lalu disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 5 0C. Pemeriksaan kecepatan gerak dan viabilitas sperma dilakukan setelah semen disimpan selama 3, 24, dan 48 jam. Hasil uji nonparametric Friedman pada a = 0,01 menunjukkan bahwa kecepatan gerak sperma tertinggi terdapat pada medium pengawet semen dengan konsentrasi madu 4%, kemudian diikuti perlakuan konsentrasi madu 1%. Sedangkan viabilitas sperma pada medium dengan konsentrasi madu 1 % dan 4% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini terjadi pada ketiga waktu penyimpanan. Sebaliknya pada konsentrasi madu yang lebih tinggi (7%), meskipun kecepatan gerak sperma sedikit lebih meningkat, tetapi viabilitasnya menurun dibandingkan dengan kontrol (0%). Di lain pihak, kecepatan gerak dan viabilitas sperma di dalam medium pengawet tidak dapat dipertahankan sampai dengan 48 jam penyimpanan; semakin lama waktu penyimpanan, kecepatan gerak dan viabilitas sperma semakin menurun.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S30797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sahir
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Priambodo
Abstrak :
Asteraceae adalah famili tumbuhan dengan 1.900 genus dan 32.000 spesies. Asteraceae mudah tumbuh di berbagai habitat seperti tanah lapang, taman, dan sisi jalan raya. Pemetaan jenis Asteraceae di Kampus Universitas Indonesia telah dilakukan oleh Oktarina & Salamah (2017:243), dan morfologi polen beberapa Asteraceae di lingkungan kampus juga telah diteliti (Salamah dkk. 2019:154). Sementara itu, struktur komunitas beberapa Asteraceae di kampus sudah dikaji oleh Agassi (2017), tetapi viabilitas polen Asteraceae di lingkungan Kampus Universitas Indonesia belum diteliti. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi viabilitas polen beberapa spesies Asteraceae di Kampus Universitas Indonesia. Delapan spesies Asteraceae dari 6 tribes diamati melalui metode in vitro dengan tiga tipe medium dan pewarnaan menggunakan pewarna safranin 2%. Hasil viabilitas metode germinasi in vitro menunjukkan bahwa Synedrella nodiflora, Spaghneticola trilobata, dan Youngia japonica memiliki viabilitas polen tertinggi pada ketiga tipe medium, sementara Tridax procumbens dan Mikania micrantha memiliki viabilitas polen terendah. Selain itu, tidak terdapat perbedaan signifikan pada viabilitas polen masing-masing spesies dengan ketiga tipe medium, tetapi terdapat perbedaan signifikan pada viabilitas polen masing-masing spesies di setiap medium. Metode pewarnaan menunjukkan hasil yang berbeda dengan metode germinasi in vitro, namun sejalan dengan studi struktur komunitas Asteraceae yang telah dilakukan. ......Asteraceae is a diverse plant family comprising 1,900 genera and 32,000 species, welladapted to various habitats, including open fields, gardens, and roadside areas. Mapping of Asteraceae species on the University of Indonesia campus has been conducted Oktarina & Salamah (2017:243). Salamah et al. (2019:154) explored the pollen morphology of several Asteraceae species within the same environment. Meanwhile, Agassi (2017) studied the community structure of various Asteraceae species on the campus. Research on the pollen viability of Asteraceae in the same setting has not been explored. This study aim to determine the pollen viability of several Asteraceae species in the University of Indonesia campus environment. The pollen viability of eight Asteraceae species from six tribes was observed using in vitro germination method with three types of medium and staining method with safranin 2%. The results of the in vitro germination method showed that Synedrella nodiflora, Spaghneticola trilobata, and Youngia japonica had the highest pollen viability on all three types of medium, while Tridax procumbens and Mikania micrantha had the lowest pollen viability. Moreover, there were no significant differences in the pollen viability of each species among the three types of medium, but there were significant differences in the pollen viability of each species within each medium. The staining method yielded different results compared to the in vitro germination method, but was consistent with the community structure study of Asteraceae.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo Sofian
Abstrak :
Escherichia coli (E.coli) merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan diare. Kemampuan hidup E.coli sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai rangsangan. Akan tetapi, rangsangan bunyi, terutama dalam rentang audiosonik (20-20.000Hz), belum banyak diteliti. Peneliti menduga bahwa efek dari pemaparan frekuensi bunyi audiosonik secara berseling akan menstimulasi viabilitas Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan sonikator sebagai sumber bunyi. Frekuensi yang digunakan adalah 7 kHz dan 17 kHz selama 10 detik. Setelah itu, jumlah koloni E.coli dihitung dengan metode total plate count setelah sediaan diinkubasi. Untuk menjamin validitas, tiap perlakuan dilakukan dua kali. Penghitungan bakteri dilakukan dengan menggunakan colony counter. Jumlah E.coli yang dihitung adalah E.coli pada pengenceran dengan jumlah 30-300 koloni. Terjadi penurunan viabilitas pada pemaparan frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling. Penurunan viabilitas tersebut lebih besar pada frekuensi 7 KHz daripada 17 KHz. Rata-rata jumlah E.coli pada kontrol dan pajanan frekuensi 7 kHz dan 17 kHz berturut-turut sebesar 2,84 x 109 koloni, 4,05 x 107 koloni, dan 5,05 x 108 koloni. Jika dibandingkan dengan kontrol, terdapat perbedaan bermakna pada setiap perlakuan [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] dengan uji T berpasangan. Frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling menurunkan viabilitas E.coli . Penurunan viabilitas lebih besar dialami oleh bakteri pada pajanan dengan frekuensi 7kHz daripada 17 kHz. Dapat disimpulkan bahwa, suara dalam rentang audiosonik secara berseling dapat menurunkan viablitas E.coli. ......Escherichia coli is one of the most common bacteria causing diarrhea. Its life is easily influenced by physical and chemical stimulation. However, sound stimulation, especially in audiosonic range (20-20.000 Hz) alternately, have not been explored much. Researcher hypotesized that it would stimulate E.coli growth. This research is categorized as experimental research by using sonication tools as the sound source. Researcher used frequency on 7 and 17 KHz for 10 seconds By total plate count, the media contain colony of E.coli would be counted for analysis. In order to guarantee the validity, each action would be done twice. Counting would be done only those diluted preparation with 30-300 colonies. E.coli got its viability decreased by audible frequency sound alternately. Average of the E.coli count in control, 7 kHz, and 17 kHz is respectively 2,84 x 109 ; 4,05 x 107; and 5,05 x 108 colonies. Relation between each intervention and control are significant [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] by paired T-test. Audible sound frequency which is given alternately against E.coli would decrease E.coli viability. Its decreasing effect is greater in 7kHz stimulation than 17 kHz. In conclusion, sound in audiosonic range, alternately, may decrease E.coli viability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Ulfie Damayanti
Abstrak :
Spermisida merupakan salah satu kontrasepsi non-hormonal yang bahan aktif utamanya adalah Nonoxynol-9 (N-9). Bahan aktif tersebut diketahui mampu merusak membran spermatozoa untuk mencegah kehamilan. Spermisida memiliki efektivitas yang rendah, sehingga perlu digunakan bersama kontrasepsi lain. Penggunaan berulang N-9 dapat menyebabkan iritasi pada organ reproduksi. Bahan biologis diharapkan menjadi bahan spermisida yang lebih aman dan efektif. VDAC3 merupakan protein yang dapat ditemukan pada spermatozoa dan berperan mengatur motilitas spermatozoa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan membentuk gel kontrasepsi yang mengandung antiserum VDAC3 yang mampu menghambat motilitas, viabilitas, dan integritas membran spermatozoa. Subjek penelitian adalah 25 semen laki-laki usia 25-40 tahun yang sudah memiliki anak dan normozoosperma. Terbagi menjadi empat kelompok yaitu sperm only, gel only, pre-imun serum, dan antiserum VDAC3. Uji karakteristik gel terdiri dari uji daya sebar, uji pH, dan pengamatan perubahan warna. Uji efektivitas yang meliputi motilitas menggunakan Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), viabilitas menggunakan eosin Y, dan integritas membran menggunakan uji Hypoosmotic Swelling (HOS). Hasil menunjukkan daya sebar, pH, dan warna yang stabil selama satu bulan. Hasil efektivitas menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motilitas total pre-imun dan antiserum VDAC3, namun viabilitas dan integritas membran memberikan hasil yang berbeda bermakna. Gel dengan kandungan antiserum VDAC3 berpotensi sebagai spermisida. ......Spermicide is non-hormonal contraceptive that contains Nonoxynol-9. Nonoxynol-9 can decrease spermatozoa motility and viability. However, it should be used with other contraception because the effectiveness is low and can irritate genitalia organs. Biological materials are expected to be safer and effective. VDAC3 is a protein channel that can be found in spermatozoa and have the function of sperm motility. Therefore, this research aim is to produce a contraceptive gel containing antiserum VDAC3 and determine its effectiveness on sperm motility, viability, and membrane integrity. We use 25 samples of semen from males aged 25-40, who have a child, and normozoospermic—divided into four groups sperm only, gel only, pre-immune serum, and antiserum VDAC3. The characteristics evaluation involves pH measurement, spreadability, and gel color change. The effectiveness experiment involves sperm motility observation using Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), viability examination with eosin Y, and membrane integrity examination using the Hypoosmotic swelling test (HOS). This study's results show that the gel has stable characteristics based on pH, spreadability, and color after one month. There is no significant difference between pre-immune serum and antiserum VDAC3 total motility, but have significant differences in sperm viability and membrane integrity. The gel contains antiserum VDAC and has the potential to be a spermicide.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Supriyatni
Abstrak :
ABSTRAK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kholkute (1977), diketahui bahwa pemberian ekstrak benzena bunga Hibiscus rosa-sinensis L. pada tikus jantan selama 30, 45, dan 60 hari berturut-turut dengan dosis 250 mg/kg berat badan/hari mempengaruhi proses spermatogenesis dan fungsi endokrin testis tikus. Pada penelitian ini ekstrak benzena bunga tersebut dicobakan pada mencit (Mus musculus L.) jantan strain LMR untuk dilihat pengaruhnya terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa hewan tersebut. Mencit percobaan dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberi ekstrak bunga H. rosa-sinensis L. dengan cara dicekok dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut turut (E), sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang diberi perlakuan minyak kacang setiap hari selama 21 hari berturut-turut (K1), dan kelompok ketiga adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan (K2). Dua puluh empat jam setelah pencekokan terakhir, semua kelompok mencit ditimbang dan kemudian dibius sampai mati. Setelah itu mencit dibedah dan dipotong sepasang organ vas deferensnya mulai dari bagian kauda epididimis sampai bagian ampula. Kamudian untuk mengeluarkan spermatozoanya, salah satu ujung vas deferens dijepit dengan menggunakan pinset halus dan dengan menggunakan pinset halus lainnya dilakukan penekanan sepanjang saluran vas deferens secara hati-hati selama beberapa kali. Spermatozoa yang keluar ditampung pada lempeng uji yang berisi larutan NaCl 0,9%. Selanjutnya dengan menjepit ujung vas deferens lainnya, dilakukan hal yang sama seperti semula. Spermatozoa tersebut kemudian diperiksa secara mikroskopik untuk dihitung jumlah dan viabilitasnya. Hasil perhitungan anva satu faktor memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak benzena bunga Hibiscus rosa-sinensis L. dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut-turut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus nusculus L.) strain LMR pada taraf kepercayaan 95%. Selain itu, pemberian ekstrak bunga tersebut juga tidak manunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap berat badan mencit pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan, tidak ada pengaruh pemberian ekstrak benzena bunga H. rosa-sinensis L. dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut-turut terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus nusculus L.) strain LMR. Diduga, tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak tersebut di atas terutama disebabkan oleh dosis pemberian yang masih kurang dan waktu pemberian yang lebih singkat jika dibandingkan dengan dosis dan waktu pemberian pda penelitian Kholkute (1977).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshal
Abstrak :
Penelitian ini membahas viabilitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap pajanan gelombang audiosonik sebesar 7kHz selama 10 dan 30 detik. Proses penelitian ini dimulai dengan pembuatan kultur bakteri Staphylococcus aureus pada media agar nutrisi kemudian dipindahkan dalam media Brain Heart Infusion (BHI) untuk diberikan pajanan gelombang audiosonik. Setelah selesai diberi pajanan bakteri di inkubasi dan dipindahkan ke media Plate Count Agar (PCA) untuk dinilai viabilitasnya dengan metode Total plate Count. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan viabilitas Staphylococcus aureus sebesar 97,8% pada pajanan 10 detik bila dibandingkan dengan kontrol dan 288% pada pajanan 30 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan gelombang audiosonik memberikan pengaruh positif terhadap viabilitas Staphylococcus aureus. ......This study discuss about the effect of sonification using 7 kHz audiosonic wave within two different duration 10 and 30 seconds to viability of Staphylococcus aureus. This bacteria first cultured in nutrition agar and then transferred to another media, Brain Heart Infusion (BHI) before exposed to the audiosonic waves. After exposure to the wave the bacteria transferred again to Plate Count Agar (PCA) media, for the counting purpose using the Total Plate Count. This study shows that Staphylococcus aureus viability is increased by 97,8% in the 10 seconds exposure and 288% in 30 seconds exposure. This results show that exposure to audisonic waves will give positive effect to Staphylococcus aureus viability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Shari
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang. Protein yang berperan penting dalam fungsi sperma berpotensi sebagai target molekul dalam upaya pengembangan bahan kontrasepsi pria. Salah satu protein yang terdapat pada sperma adalah protein kanal Voltage Dependent Anion Channel3 (VDAC3). VDAC3 berfungsi mengatur aliran ion dan metabolit termasuk ATP. Dari penelitian dengan menggunakan teknik knock-out mouse pada gen VDAC3 dilaporkan bahwa mencit jantan mutan VDAC3 homozigot mengalami penurunan yang signifikan dalam motilitas spermanya. Tujuan penelitian ini adalah memproduksi antibodi poliklonal VDAC3 melalui imunisasi protein rekombinan VDAC3 murni dan uji aktivitasnya terhadap motilitas dan viabilitas sperma manusia. Metode. Verifikasi keberhasilan pemotongan His fussion tag beserta 31 asam amino plasmid dari protein rekombinan dilakukan dengan teknik Western blott. ELISA digunakan untuk mengetahui titer IgG anti VDAC3sedangkan uji efektifitas antibodi VDAC3 terhadap fungsi sperma dilakukan dengan menghitung prosentase sperma yang tidak bergerak, waktu yang ditempuh sperma dalam jarak 0,1 mm. Analisa viabilitas sperma dilakukan dengan metode pewarnaan eosin. Hasil. Pada penelitian ini Western blotting dengan menggunakan antibodi Rabbit Anti VDAC Human menghasilkan pita tunggal dengan ukuran ~ 16 kDa, sedangkan penggunaan antibodi terhadap His (C-term) tidak menunjukan adanya pita. Hasil spektofotometri ELISA titer antibodi poliklonal VDAC3 yang berasal dari kelinci menunjukkan adanya peningkatan titer antibodi poliklonal VDAC3 setelah imunisasi dibandingkan dengan titer antibodi sebelum imunisasi (preimun serum). Hasil uji aktivitas antibodi poliklonal VDAC3 menunjukkan terjadi peningkatan jumlah sperma bergerak yang bermakna pada waktu 30 menit (p<0,05) dan 60 menit (p<0,05), juga terjadi peningkatan waktu tempuh sperma yang bermakna pada waktu 0-30 menit (p<0,05) setelah perlakuan. Penambahan antibodi poliklonal VDAC3 juga berpengaruh secara nyata terhadap persentase viabilitas spermatozoa yang hidup (p<0,05). Kesimpulan. VDAC3 poliklonal antibodi berhasil diproduksi melalui imunisasi dari VDAC3 rekombinan murni. Antibodi poliklonal anti-protein rekombinan Voltage Dependent Anion Channel-3 (VDAC3) dapat menurunkan motilitas dan viabilitas sperma manusia invitro secara bermakna.
ABSTRACT Background. Sperm-specific proteins that are important for sperm function can potentially be used as a target for developing a male contraceptive. One of the proteins found in the human sperm is Voltage Dependent Anion Channel3 (VDAC3). VDAC3 regulates the flow of ions and metabolites including ATP in the mitochondrial membrane and cell membrane of the eukaryotes. A previous study showed VDAC3 knockout mice had significant reduction in sperm motility. The purpose of this study was to produce polyclonal antibodies through immunization of pure VDAC3 recombinant protein and analyze its effect towards sperm motility and viability. Methods. Removal of the His fussion tags plus 31 amino acids from the recombinant plasmid was verified using western immunoblotting. The titter of VDAC3 polyclonal antibody was determined by ELISA. The effect of VDAC3 antibodies against sperm qualities namely motility and viability was assessed using standard sperm analyses approved by the WHO. Results. Western immunoblotting using Rabbit Anti Human VDAC3, produced a single band with size of ~ 16 kDa. No visible band was detected when anti-His (C-term) antibody was used in the analyses. Spectophotometric ELISA showed that the titer of VDAC3 polyclonal antibodies, derived from rabbits, polyclonal antibody increased better than the pre-immune. Analyses of VDAC3 polyclonal antibody against human sperm showed an increase in the number of sperm to move significant at 30 minutes (p < 0.05) and 60 minutes (p < 0.05), as well as an increase in sperm significant travel time at the time of 0-30 minutes (p < 0.05) after treatment. Polyclonal antibodies VDAC3 also significantly affect the percentage of sperm viability (p < 0.05). Conclusion. Polyclonal antibody anti-VDAC3 was successfully produced via immunization of the pure recombinant VDAC3. Polyclonal antibody anti-recombinant protein Voltage Dependent Anion Channel-3 (VDAC3) may decrease human sperm motility and viability in vitro significantly.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Octavia
Abstrak :
Latar Belakang: Ekstrak bawang putih memiliki efek antibakteri terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif serta bakteri anaerob seperti Lactobacillus dan E. faecalis. Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram-positif fakultatif anaerob yang mampu menginvasi tubuli dentin dan resisten terhadap bahan irigasi dan medikamen intrakanal. Bahan irigasi saluran akar yang digunakan saat ini adalah bahan kimiawi yang dapat membahayakan jaringan periapikal dan benih gigi permanen jika terdorong ke apeks. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas Enterococcus faecalis dari isolat klinis saluran akar gigi sulung non vital. Metode Penelitian: Uji MTT digunakan untuk menilai viabilitas E. faecalis setelah pemaparan ekstrak bawang putih dengan berbagai konsentrasi (10%, 25%, 50% dan 100%) dan CHX 2% sebagai kontrol positif. Hasil: Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Post-Hoc Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok. Ekstrak bawang putih konsentrasi 10%, 25%, 50% dan 100% mampu menurunkan viabilitas E. faecalis. Nilai viabilitas antara kelompok ekstrak bawang putih konsentrasi 25%, 50% dan 100% berbeda tidak bermakna (p>0,05) namun berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak 10% dan kelompok CHX 2% (p<0,05) dengan nilai viabilitas E. faecalis lebih rendah. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang putih efektif dalam menurunkan viabilitas E. faecalis. ...... Background: Garlic extract exhibits antibacterial effect against wide variety of gram-positive and Gram-negative bacteria as well as anaerobic bacteria such as Lactobacillus and E. faecalis. Enterococcus faecalis is a Gram-positive facultative anaerobe capable of invading the dentin tubules and is resistant to several irrigating solutions and intracanal medicament. Commonly used irrigating solutions are from chemical substances that can compromise the periapical tissue and permanent tooth germs if extruded from apex. The aim of this study was to analyse the effectivity of garlic extract against viability of E. faecalis from clinical isolate of non-vital primary root canals. Method: MTT assay was used to determine the viability of E. faecalis after exposure of different concentrations of garlic extract (10%, 25%, 50%, 100%) and CHX 2% as positive control. Result: Analysis was done using Kruskal-Wallis; the post-hoc test was done for multiple comparisons at a 0,05 significance level. All concentrations of garlic extracts were able to reduce viability of E. faecalis. Viability score between 25%, 50% and 100% extracts were not significantly different from one another (p>0,05), however they were significantly different from 10% extract and CHX 2% (p<0,05) with lower viability score. Conclusion: The results showed that garlic extract were effective to reduce viability of E. faecalis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ramadhani
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak Pimpinella pruatjan Molkenb. (purwoceng) secara oral terhadap kualitas spermatozoa Mus musculus L. (mencit) jantan galur DDY pada bulan Juni--Juli 2006 di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI. Mencit jantan sebanyak 24 ekor dibagi dalam 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing terdiri dari 6 ulangan. Satu Kelompok Kontrol (KK) dicekok dengan larutan carboxy-methyl-cellulose 1%. Tiga kelompok perlakuan lainnya (KP1,KP2, dan KP3) dicekok dengan suspensi ekstrak P. pruatjan dengan dosis berturut-turut sebesar 32,5; 65; dan 130 mg/ kg bb/ hari. Semua perlakuan diberikan selama 8 hari berturutturut. Mencit dikorbankan pada hari ke-9 dengan cara dislokasi vertebrae servikalis, kemudian bagian ujung distal kauda epididimis sampai akhir vas deferen diisolasi dan dilakukan penghitungan persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas serta konsentrasi spermatozoa. H asil pengamatan terhadap rerata persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan konsentrasi spermatozoa berturut-turut adalah sebagai berikut: KK (69,5 ± 9,13 % ; 70,3 ± 0,80 % ; 16,5 ± 0.84 % ; 19,76 ± 6,852 juta/ml), KP1 (76 ± 9.54 % ; 78 ± 0,50 % ; 19,16 ± 0,57 % ; 21,56 ± 9,992 juta/ml), KP2 (66,8 ± 9,17 % ; 74,5 ± 1,22 % ; 13,16 ± 0,83 % ; 22,33 ± 7,247 juta/ml), KP3 (76,6 ± 9,59 % ; 81,5 ± 0,60 % ; 16,83 ± 0,90 % ; 35,8 ± 12,129 juta/ml). Hasil uji anava 1-faktor terhadap persentase motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara ke-4 kelompok perlakuan. Hasil uji anava 1-faktor terhadap konsentrasi menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara KP3 dengan KK, KP1, dan KP2. Dengan demikian, pencekokan ekstrak P. pruatjan selama 8 hari berturut-turut dengan dosis 130 mg/kg bb dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa sebesar 44,08 %, sedangkan terhadap persentase motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa tidak berpengaruh.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>