Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Messya Rachmani
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat stres anak Autisme dengan intervensi Modul Pedagogi Visual dan Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ yang diukur dari kadar kortisol saliva. Desain penelitian berupa eksperimental klinis dan laboratoris dengan mengukur kadar kortisol saliva sebelum dan sesudah intervensi. Subjek terdiri dari 20 anak usia 6-10 tahun yang telah didiagnosis Autisme oleh dokter spesialis anak atau psikiater, tidak terdapat riwayat penyakit sistemik, tidak terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran, dapat mengikuti instruksi sederhana, serta belum pernah ke dokter gigi. Subjek dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok Modul Pedagogi Visual ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ dan Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’. Saliva diambil pada saat sebelum dan sesudah intervensi kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengukur perbedaan kadar kortisol saliva. Hasil analisis tingkat stres anak autisme yang diukur dari kadar kortisol saliva menggunakan Uji Mann Whitney-U menunjukkan nilai median kadar kortisol saliva anak autisme pada kelompok intervensi Modul Pedagogi Visual ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ sebesar 0,0005 μg/mL dan nilai median kadar kortisol saliva kelompok intervensi Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ sebesar 0,0010 μg/mL. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna secara statistik (p > 0,050) dalam tingkat stres anak autisme yang diukur dari kadar kortisol saliva pada kelompok intervensi Modul Pedagogi Visual dan Video Modeling 'Berkunjung ke Dokter Gigi'. Hal ini menandakan efektivitas Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ untuk menurunkan tingkat stres anak autisme pada saat perawatan gigi sama dengan Modul Pedagogi Visual ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ yang diukur dari kadar kortisol saliva . ......The aim of this study was to determine the differences of the Visual Pedagogy Module and Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ intervention method in reducing stress levels in autism children measured by salivary cortisol levels during dental treatment. The study design was clinical and laboratory experimental by measuring salivary cortisol levels before and after the intervention. Subjects consisted of 20 children aged 6-10 years who had been diagnosed with Autism by a pediatrician or psychiatrist, had no history of systemic disease, had no impairment of vision and hearing, could follow simple instructions, and had never been to a dentist. They were divided into two groups based on the type of intervention: Visual Pedagogy Module ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ and Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’. Saliva was collected from the children before and after the interventions and analyzed in the laboratory to measure the differences of salivary cortisol concentration. The Mann-Whitney test was used to analyze salivary concentration differences in two intervention groups. The median values in the two intervention groups were 0,0005 and 0,0010 μg/mL. The stress levels measured by salivary cortisol levels showed that both Visual Pedagogy Module and Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ proven to be effective in decreasing the level of stress among the children with autism. No significant statistical difference in the delta values was observed between the two groups (p >.050). Both Visual Pedagogy Module and Video Modeling ‘Berkunjung ke Dokter Gigi’ are equally effective in reducing stress levels in children with autism measured by salivary cortisol levels.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Sulistyowati
Abstrak :
Latar Belakang: Gangguan Spektrum Autisme (GSA) adalah gangguan neurodevelopmental yang terdiri atas gangguan komunikasi, interaksi sosial serta adanya perilaku restriktif dan repetitif. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan adaptif anak sehingga menghambat anak dalam melakukan kemampuan dasar aktivitas harian, seperti makan, mandi, melepas dan memakai baju, dan lain-lain. Penggunaan video-modeling merupakan salah satu metode intervensi yang dikembangkan beberapa tahun terakhir untuk melatih kemampuan aktivitas harian pada anak GSA. Nemun demikian, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai penggunaan video-modeling aktivitas mandi pada anak GSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan imitasi sequence aktivitas mandi sebelum dan sesudah pengggunaan video-modeling aktivitas mandi pada anak GSA. Metode: Disain penelitian ini adalah kuasi eksperimental (pre-post test analysis) dengan subjek penelitian adalah anak usia 6-10 tahun yang telah didiagnosis GSA oleh SpA konsultan neurologi anak yang datang ke Klinik Anakku Check My Child (CMC) Kayu Putih, Klinik Anakku BSD Serpong, Pondok Pinang, Depok dan Bekasi, serta Sekolah Anakku Pulomas pada periode April-Juni 2023. Subjek dikumpulkan dengan metode consecutive sampling. Besar sampel yang dibutuhkan untuk power 80%, derajat kemaknaan 5%, effect size 0,6 serta perkiraan drop out 20% adalah 33 subjek. Penelitian diawali dengan pembuatan video-modeling berupa animasi kegiatan mandi serta checklist penilaian kegiatan mandi berdasarkan 20 sequence kegiatan aktivitas mandi pada video tersebut. Pemaparan video dilakukan minimal 1x/hari selama 4 minggu. Subjek dengan frekuensi pemaparan <75% akan dieksklusi dari analisis. Penilaian dilakukan berdasarkan checklist aktivitas mandi dengan memberikan poin 1 untuk setiap sequence aktivitas yang mandi yang dilakukan subjek tanpa adanya instruksi verbal dan prompt motorik. Nilai pre-test adalah hasil penjumlahan penilaian checklist aktivitas mandi sebelum paparan video-modeling, sedangkan nilai post-test diambil setelah proses intervensi selama 4 minggu. Hasil: Dari 35 subjek yang mengikuti awal penelitian, hanya tersisa 29 anak (82,8%) yang menyelesaikan penelitian hingga 4 minggu. Sebagian besar subjek (94,2%) berusia 6-8 tahun dengan perbandingan laki dan perempuan sebesar 5:1. Nilai median kemampuan aktivitas mandi anak GSA sebelum dan sesudah penggunaan video-modeling adalah 3 (0-10) dan 6(1-17), pada skala 20. Terdapat perbedaan nilai yang bermakna (nilai p< 0,0001) antara perbedaan nilai sebelum dan sesudah penggunaan video-modeling, dengan nilai median selisih 3 (-4 – 13), pada skala 20. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai imitasi sequence aktivitas mandi pada anak GSA sebelum dan sesudah penggunaan video-modeling. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kemaknaan nilai tersebut secara klinis. ...... ackground: Autism Spectrum Disorder (ASD) is a range of neurodevelopmental disorders characterized by impaired communication, social interaction and the presence of stereotypic and repetitive behavior. It may affect children's adaptive behaviour which consequently hinder them in carrying out basic daily living skills, such as eating, bathing, grooming, etc. Video-modeling is one of the newest intervention methods for the last decades to train daily living skills among individuals with ASD. However up to now there is scarce evidence for using video-modeling to improve bathing skills in children with ASD. This study aims to evaluate the difference of sequence imitation skills in bathing activity before and after using video-modeling of bathing in children with ASD. Method: The design of this study was a pre-post test analysis. The subjects are children aged 6-10 years who had been diagnosed as GSA by a pediatric neurology consultant and attended the Anakku Clinic Check My Child (CMC) Kayu Putih, Anakku Clinic BSD Serpong, Pondok Pinang, Depok, Bekasi, as well as Anakku Pulomas School within period of April until June 2023. The sampling method was consecutive sampling method. It required total of 33 subjects for 80% power, 5% significance level, 1 point of effect size along with pre-estimated 20% drop out. Firstly, we formulated an animation video-modeling of bathing activity along with its checklist evaluation instrument. The checklist consisted of 20 sequences shown in video-modeling of bathing. Subjects were mandated to watch the video-modeling minimum once a day for duration of 4 weeks. Subjects with the video exposure less than 75% were excluded from the analysis. The evaluation was conducted by adding 1 point for each sequence activity performed by ASD child, without any verbal instructions nor motoric prompts. Pre-test score is the sum of the bathing activity checklist before subject was exposed with the video-modeling, meanwhile the post-test score was taken after 4 weeks intervention period of video-modeling. Result: Among 35 subjects attended in the beginning of the study, only 29 children (82.8%) completed the study for 4 weeks. Most of the subjects (94.2%) were aged 6-8 years with a male and female ratio of 5:1. Median score of ASD childrens’ bathing activity before and after the video-modeling exposure is 3 (0–10) and 6 (1–17), on a scale of 20. The pre- and post-test difference is statistically significant which gives result of 3 point of difference (-4–13), on a scale of 20. Conclusion: There is a statistically significant difference between the sequence imitation skills of bathing activity in ASD children before and after using video-modeling. Further research is needed to determine the clinical significance of this value.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Dwi Ariyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Individu dengan tunagrahita memiliki kebutuhan yang berbeda terkait dengan pendidikan dan perkembangan seksual. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas teori belajar sosial dengan strategi berupa cerita sosial dan contoh melalui video dalam meningkatkan keterampilan perawatan selama masa menstruasi pada subjek remaja perempuan dengan disabilitas intelektual ringan. Penguasaan keterampilan perawatan selama menstruasi diuji dengan tiga cara yaitu 1 menggunakan kuesioner menstruasi milik Klett dan Turan 2012 yang telah dimodifikasi; 2 menggunakan uji pemahaman; 3 menggunakan proses simulasi melalui dua tipe pembalut yang berbeda yaitu pembalut dengan sayap dan tanpa sayap yang berisi darah buatan terbuat dari tepung maizena dan pewarna makanan warna merah. Hasil menunjukkan bahwa program intervensi teori belajar sosial efektif meningkatkan keterampilan perawatan selama masa menstruasi pada subjek. Saran untuk selanjutnya ialah agar program ini dilaksanakan oleh pengasuh pada subjek selaku pihak yang sehari-hari berhubungan langsung dengan subjek.
ABSTRACT
Individuals with intellectual disabilities have different needs related to education and sexual development. This study was conducted to determine the effectiveness program based on social learning theory in the form of social stories and video modeling to improve skills on menstrual care in female adolescent with mild intellectual disabilities. Mastery skills on menstrual care tested in three ways 1 using a menstrual questionnaire belongs to Klett and Turan 2012 which has been modified 2 using a test comprehension and 3 the simulation process through two types of pads that the pads with wings and without wings that contain artificial blood is made from cornstarch and food coloring in red. The results showed that intervention programs effective to improve skills on menstrual care in subject. It is suggested to implement this program to the parents or caregiver, instead to the subject.
2016
T46876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library