Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ganang Dwi Kartika
"ABSTRAK
Disertasi ini adalah penelitian yang melihat religiositas rantau Y. B. Mangunwijaya sebagai jalan keluar dari persoalan kebangsaan dan kemanusiaan di dalam tiga novelnya, yakni Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (1983), Durga Umayi (1991), dan Burung-burung Rantau (1992). Penelitian ini menggunakan metode close reading untuk menganalisis religiositas rantau di antara persoalan kebangsaan dan kemanusiaan dalam tiga novel tersebut.
Temuan penelitian ini adalah bahwa tiga novel yang diteliti memperjuangkan ideologi rantau yang merupakan ideologi yang mendasari ketiga novel. Melalui ideologi tersebut ingin dilampaui berbagai persoalan kebangsaan dan kemanusiaan di masing-masing novel yang berlatar belakang ruang sosial, politis, dan geografis yang kemudian disebut dengan Indonesia di kemudian hari.

ABSTRACT
This dissertation is a result of a research which overlooked wandering religiosity as a way out for problems of nationality and humanity in Y. B. Mangunwijaya?s three novels, i.e Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (1983), Durga Umayi (1991), and Burung-burung Rantau (1992). The method used in this research is close reading to analyze the content of wandering religiosity among the problems of nationality and humanity in the three novels.
The finding of this research is that all the three examined novels struggle for wondering ideology, the basic ideology of the three novels. With this ideology, the writer offers solutions for various problems of nationality and humanity, as described in each novel, placed in social, political and geographical settings which will later be called Indonesia.
"
2015
D2146
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Ismi Monalita
"ABSTRAK
Budaya merantau dalam kesusastraan Indonesia merupakan salah satu tema yang muncul sejak tahun 1920-an. Hamka pada tahun 1939 menulis Merantau ke Deli yang menentang pandangan adat Minangkabau yang menganggap seorang laki-laki tidak ada harganya jika menikah dengan perempuan yang bukan berasal dari Minangkabau. Pada tahun 2013, muncul kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung, di antaranya berbicara tentang merantau. Dalam konteks masyarakat Minangkabau, selain merantau dianggap sebagai adat, merantau juga menimbulkan persoalan-persoalan. Penelitian ini membahas budaya merantau pada masyarakat Minangkabau yang terdapat di dalam cerpen ldquo;Tabung Cahaya rdquo;, ldquo;Bida dari Bukit Barisan rdquo;, dan ldquo;Bini Perantau rdquo; karya Zelfeni Wimra. Jadi, kajian dari ketiga cerpen tersebut diperoleh simpulan bahwa merantau tidak selalu menjadi jalan keluar yang tepat ketika sebuah keluarga menghadapi masalah ekonomi. Ternyata merantau tidak selalu didorong oleh motif ekonomi. Adapun motif lain yaitu karena kekecewaan atas perubahan desanya dan motif tekanan sosial.Budaya merantau dalam kesusastraan Indonesia merupakan salah satu tema yang muncul sejak tahun 1920-an. Hamka pada tahun 1939 menulis Merantau ke Deli yang menentang pandangan adat Minangkabau yang menganggap seorang laki-laki tidak ada harganya jika menikah dengan perempuan yang bukan berasal dari Minangkabau. Pada tahun 2013, muncul kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung, di antaranya berbicara tentang merantau. Dalam konteks masyarakat Minangkabau, selain merantau dianggap sebagai adat, merantau juga menimbulkan persoalan-persoalan. Penelitian ini membahas budaya merantau pada masyarakat Minangkabau yang terdapat di dalam cerpen ldquo;Tabung Cahaya rdquo;, ldquo;Bida dari Bukit Barisan rdquo;, dan ldquo;Bini Perantau rdquo; karya Zelfeni Wimra. Jadi, kajian dari ketiga cerpen tersebut diperoleh simpulan bahwa merantau tidak selalu menjadi jalan keluar yang tepat ketika sebuah keluarga menghadapi masalah ekonomi. Ternyata merantau tidak selalu didorong oleh motif ekonomi. Adapun motif lain yaitu karena kekecewaan atas perubahan desanya dan motif tekanan sosial.

ABSTRACT
The culture of wandering in Indonesian literature is one of the themes that emerged during the 1920s. Hamka in the 1939 wrote Merantau ke Deli against the Minangkabau tradition view that regarded a man as worthless if married to a woman who was not from Minangkabau. In 2013, there appears a collection of short stories that Yang Menunggu dengan Payung among them talking about wandering. In the context of Minangkabau society, in addition, to wander considered customary, wander also cause problems. This research discusses the culture of wandering in Minangkabau society contained in short stories of ldquo Tabung Cahaya rdquo , ldquo Bida dari Bukit Barisan rdquo , and ldquo Bini Perantau rdquo by Zelfeni Wimra. So, the study of these three short stories obtained the conclusion that wanderers are not always the right way out when a family faces an economic problem. Apparently, wanderers are not always driven by economic motives. The other motives are due to disappointment over the change of village and the motive of economic pressure."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Chintianto
"Kajian perancangan ini bertujuan untuk memaparkan proses penelusuran adaptasi anatomi hewan dan mekanisme penjelajahannya pada konteks sebagai basis perancangan. Penelusuran adaptasi anatomi dan penjelajahan hewan yang berpotensi menunjukkan ragam strategi yang dikembangkan oleh makhluk hidup secara ekologis untuk mempertahankan hidupnya dalam kondisi lingkungan yang terdegradasi. Diskursus arsitektur yang berkembang selama ini memahami lingkung bangun sebagai suatu entitas yang eksploitatif dan menghabiskan sumber daya alam, menjadikan alam terdegradasi. Arsitektur hadir bagaikan sosok ‘parasit’ yang terus menerus menyerap nutrisi dari inangnya secara berlebihan dan mengabaikan kemampuan alam dalam mengembalikan sumber daya yang terpakai. Studi perancangan ini hadir dalam sebuah konteks dunia imajiner yang memiliki karakteristik lingkungan yang berbasis pada peristiwa nyata di bumi. Melalui penelusuran karakteristik, sistem morfologi, serta anatomi organisme hewan, arsitektur hadir sebagai Wandering Beast, sebuah organisme arsitektur yang bergerak, menjelajah, dan memiliki kemampuan menghasilkan variasi bentuk yang merespon berbagai degradasi lingkungan yang terjadi. Wandering Beast menghadirkan arsitektur sebagai strategi adaptasi secara ekologis melalui operasi jelajah yang menyebarkan, mengontrol atau mengendalikan, serta mengkalibrasi ulang jejak yang dihasilkan oleh manusia dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, arsitektur yang hadir akan dapat menjadi bagian dari sistem ekologi yang ada dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

This design study outlines the adaptation process of animal anatomy and their explorative mechanisms as a basis for architectural design. The exploration of anatomical adaptation has the potential to show a strategy developed by animals ecologically to survive in the degraded environmental conditions. On the other hand, current architectural discourses that have developed so far demonstrate the built environment as an exploitative entity and consumes natural resources, causing natural degradation. Architecture has become a 'parasite' that continuously absorbs nutrients from the host excessively and ignores nature's ability to restore itself. This design explored in this study is situated in an imaginary world context with environmental characteristics based on earth’s real events. Through tracing the characteristics, morphological systems, and anatomy of animal organisms, the study proposes architectures of the Wandering Beast, an architectural organism that moves, explores, and has the ability to produce variations in forms that respond towards the various environmental degradations that occur. Wandering Beast reflects architecture as an ecological adaptation strategy through the explorative operation of spreading, controlling, as well as recalibrating the traces produced by humans within time. Through this study, architecture emerges as an integral part of the existing ecological system and contributes to environmental sustainability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Athiyyah Hilmy
"The Wandering Earth-Liúlàng Dìqiú (2019) adalah sebuah film bergenre science fiction atau fiksi ilmiah Tiongkok yang menceritakan tentang regu penyelamat yang berusaha untuk merelokasi bumi ke orbit yang jauh dari matahari, sambil berusaha untuk mencegah bumi bertabrakan dengan jupiter. Tokoh protagonis yang berasal dari berbagai latar belakang bersatu di bawah Pemerintahan Bumi Bersatu (PBB), untuk membentuk aliansi global, mengumpulkan sumber daya dan pengetahuan untuk melaksanakan rencana ambisius merelokasi bumi, mencerminkan nilai tradisional Tiongkok yang mengutamakan kesejahteraan kolektif di atas kepentingan individu. Penelitian ini membahas bagaimana nilai kolektivisme-Jítǐ zhǔyì khas Tiongkok memengaruhi tindakan yang diambil oleh tokoh protagonis untuk mencegah bumi bertabrakan dengan jupiter dan menyelamatkan kehidupan manusia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan metode pengumpulan data dengan studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari buku maupun jurnal. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ditampilkannya nilai kolektivisme khas Tiongkok sebagai salah satu cara untuk menyelamatkan umat manusia dan bumi melalui tindakan para tokoh protagonisnya merupakan pesan propaganda tentang peran penting Tiongkok dalam memimpin kerja sama dan kolaborasi global menghadapi tantangan kelangsungan hidup manusia di muka bumi.

The Wandering Earth- Liúlàng Dìqiú (2019) is a science fiction film that tells a story about rescue teams that are trying to move the Earth into an orbit far from the sun, while trying to prevent the earth from colliding with jupiter. Protagonists who come from various backgrounds unite under the United Earth Government (UEG) to form a global alliance, gathering resources and knowledge to carry out an ambitious plan to relocate the earth, reflecting traditional Chinese values that prioritize collective well-being over individual interests. This research aims to discuss how the typical Chinese value of collectivism influences the actions taken by the protagonist to prevent the earth from colliding with Jupiter and save human life. This study used a qualitative-descriptive method with data collection methods using literature study by collecting data from books and journals. The results of the research show that the display of the unique Chinese value of collectivism- Jítǐ zhǔyì as a way to save humanity and the earth through the actions of the protagonists is a propaganda message about China's important role in leading global cooperation and collaboration in facing the challenges of human survival on earth.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aldhany
"Mahasiswa pada tingkat akhir memiliki banyak kewajiban yang hendak dipikul, terutama tugas akhir dan kesiapan untuk mencari kerja setelah lulus. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa mindfulness memiliki peran dengan adaptabilitas serta nilai akademis mahasiswa. Meskipun begitu, adaptabilitas yang dimaksud tidak secara spesifik berada dalam ranah karier yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa tingkat akhir. Disamping itu, mindfulness memiliki konstruk yang berlawanan, mind wandering yang terbilang merupakan hambatan dalam mengerjakan tugas seperti tugas akhir dan tugas dalam dunia kerja nanti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan mindfulness dan mind wandering dengan adaptabilitas karier mahasiswa tingkat akhir, terutama yang sedang menjalankan mata kuliah tugas akhir atau skripsi. Penelitian ini menggunakan Career Adapt-Abilities Scale (CAAS; Savickas & Porfeli, 2012), Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS; Brown & Ryan, 2003), dan Mind Wandering Questionnaire (MWQ; Mrazek et al., 2013). Dengan memperoleh 370 partisipan, ditemukan hubungan positif antara mindfulness dengan adaptabilitas karier, dan hubungan negatif antara mind wandering dengan adaptabilitas karier. Dengan ini, diketahui pentingnya mindfulness bagi mahasiswa tingkat akhir untuk persiapan karier serta pentingnya mengurangi mind wandering.

Students of the final year have many obligations to bear, especially their final project and readiness to look for a job after graduation. Previous research has found that mindfulness has a role in the adaptability and academic grades of students. However, the research’s adaptability is not specifically in the career domain which suits the needs of final year students. Besides that, mindfulness has the opposite construct, mind wandering which is considered an obstacle in doing tasks such as final project and job-related tasks soon after hired. The purpose of this study is to find the relationship between mindfulness and mind wandering to career adaptability of the final year students, especially those who are currently carrying out their final project or thesis courses. This research is using the Career Adapt-Abilities Scale (CAAS; Savickas & Porfeli, 2012), Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS). ; Brown & Ryan, 2003), and Mind Wandering Questionnaire (MWQ; Mrazek et al., 2013). By obtaining 370 participants, a positive, significant correlation between mindfulness and career adaptability is found. Also, a negative, significant correlation between mind wandering and career adaptability is found. With this, it is known the importance of mindfulness for final year students for career preparation and the importance of reducing mind wandering"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrihan Zaki Nurhadi
"Manusia merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kecelakaan di Indonesia sebesar 61%, utamanya terjadi ketika pengemudi menunjukan perilaku berkendara berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mind wandering dan usia terhadap perilaku berkendara berbahaya. Partisipan penelitian ini adalah 259 pengemudi mobil yang berusia 18 sampai 50 tahun berdomisili Jabodetabek. Pengukuran mind wandering menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari “The Four Factors of Mind Wandering (4FMW) Questionnaire dan pengukuran perilaku berkendara berbahaya menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari “The Dula Dangerous Driving Index”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mind wandering dan usia secara bersama-sama dapat memprediksi perilaku berkendara berbahaya secara signifikan, dimana mind wandering merupakan prediktor yang lebih besar dibandingkan variabel usia terhadap perilaku berkendara berbahaya. Hasil penelitian ini menunjukkan perlu upaya sosialisasi oleh pihak kepolisian yang lebih kuat tentang pentingnya kesadaran dan konsentrasi bagi pengemudi untuk keselamatan dalam berkendara.

Humans are one of the main factors causing accidents in Indonesia, accounting for 61%, primarily occurring when drivers exhibit dangerous driving behavior. This study aims to examine the role of mind wandering and age on dangerous driving behavior. The participants of this study were 259 car drivers aged 18 to 50 years residing in the Greater Jakarta area (Jabodetabek). Mind wandering was measured using an instrument adapted from "The Four Factors of Mind Wandering (4FMW) Questionnaire" and dangerous driving behavior was measured using an instrument adapted from "The Dula Dangerous Driving Index". The results showed that mind wandering and age together significantly predict dangerous driving behavior, with mind wandering being a larger predictor than age for dangerous driving behavior. The results of this study indicate the need for stronger efforts by the police to socialize the importance of awareness and concentration for drivers to ensure driving safety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senopati Digja Adhika Al Thaff
"Faktor manusia menyumbang 61 persen kasus kecelakaan di Indonesia, faktor ini utamanya terjadi ketika pengemudi terdistraksi dari aktivitas berkendaranya, salah satunya perilaku mind wandering. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan, peran, dan perbedaan antara sleep quality dan usia terhadap mind wandering ketika berkendara. Partisipan penelitian ini adalah 259 pengemudi mobil yang berusia 18 sampai 50 tahun dan berdomisili di Jabodetabek. Pengukuran variabel mind wandering menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari “The Four Factors of Mind Wandering (4FMW) Questionnaire dan sleep quality menggunakan alat ukur “Sleep Quality Scale”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sleep quality, usia, dan mind wandering. Selain itu, sleep quality dan usia memiliki peran yang signifikan terhadap mind wandering (R = 0.240, F(2, 259) = 41.633, p < 0.01) tetapi, hanya sleep quality yang menunjukan peran signifikan terhadap mind wandering. Usia tidak ditemukan memiliki peran ketika dilihat secara bersamaan dengan sleep quality terhadap mind wandering ketika berkendara pada pengendara mobil di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukan semakin buruk sleep quality individu, maka semakin tinggi kecenderungannya untuk mengalami mind wandering ketika berkendara.

Human factors contribute to 61 percent of accident cases in Indonesia, primarily occurring when drivers are distracted from their driving activities, one of which is mind wandering. This study aims to examine the relationship, role, and differences between sleep quality and age on mind wandering while driving. The participants of this study were 259 car drivers aged 18 to 50 years and residing in Jabodetabek. The measurement of mind wandering variables used a tool adapted from "The Four Factors of Mind Wandering (4FMW) Questionnaire," and sleep quality was measured using the "Sleep Quality Scale." The results showed a significant relationship between sleep quality, age, and mind wandering. Additionally, sleep quality and age have a significant role in mind wandering (R = 0.240, F(2, 259) = 41.633, p < 0.01); however, only sleep quality showed a significant role in mind wandering. Age was not found to have a role when viewed together with sleep quality on mind wandering while driving among car drivers in Jabodetabek. The results indicate that the worse an individual's sleep quality, the higher their tendency to experience mind wandering while driving."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library