Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Tamar
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji model pengaruh sistem nilai budaya lokal terhadap tipe nilai motivasional dan sifat-sifat kewirausahaan dalam keberhasilan pengusaha Bugis. Penelitian dilakukan terhadap pengusaha Bugis yang bergerak dalam bidang agrobisnis skala usaha kecil dan menengah di Sulawesi Selatan dengan jumlah sampel 210 orang.

Ada empat hal pokok sebagai variabel utama dalam penelitian ini, yakni sistem nilai budaya lokal Bugis (SNBB), tipe nilai mutivasional (TNM), sifat kewirausahaan (SW), dan keberhasilan pcngusaha (KU). Variabel pertama (SNBB) disebut sebagai variabel eksogen, dan tiga variabel berikutnya ( TNM, SW, dan KU) disebut sebagai variabel endogen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis model persamaan struktural (SEM), dengan bantuan program LISREL versi 8.50 dari Joreskog dan Sorborn (2001).

Hasil pengujian membuktikan bahwa model hipotesis pengaruh sistem nilai budaya lokal terhadap nilai motivasional dan sifat-sifat kewirausahaan dalam keberhamilan pengusaha Bugis terbukti fit (sesuai) dengat data empirik. Dengan demikian penelitian ini berhasil membuktikan bahwa SNBB berpengaruh terhadap keberhasilan pengusaha Bugis melalui TNM dan SW, yang berarti bahwa nilai budaya Iokal berfungsi sebagai dinamisator dalam keberhasilan pengusaha Bugis.
Abstract
This research aim to test local culture value system influence model to value motivasional type of values and enterpreneurship trait in the performance of Bugis entrepreneur. Research is done to entrepreneur Bugis which is peripatetic in the field of agrobisnis small and medium industry scale in South Sulawesi with number of samples 210.

There is four the fundamental as main variable in this research, namely local culture value system of Bugis ( SNBB), motivasional type of values ( TNM), enterpreneurship trait ( SW), and performance of entrepreneur (KU). The first variable ( SNBB) conceived of exogen variable, and three next variables (TNM, SW, and KU) conceived of variable endogen. Examination is done by using structural equation model analysis( SEM), with program LISREL version 8.50 of Joreskog and Sorbom (2001).

Result of examination the hypothesis model proves t.hat local culture value system influence to motivasional type of values and enterpreneurship traits in the performance of the Bugis entrepreneur is the fit model. Thereby this research successfully proves that local culture value system (SNBB) influential to performance of entrepreneur Bugis through motivasionai type of values (TNM) and enterpreneurship traits (SW), is meaning that local culture value functioned as dinamisator in performance of entrepreneur Bugis.
2007
D851
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Wisnu Hendrarto
Abstrak :
Latar belakang: Rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2010 (revisi 2002) tidak spesifik memberi panduan dalam pencegahan sekunder sepsis awitan dini (SAD) pada neonatus cukup bulan (NCB), asimtomatik lahir dari ibu yang mengalami KPD < 18 jam. Tujuan: Didapatnya model determinan SAD pada NCB sesuai masa kehamilan (SMK), asimtomatik lahir dari ibu yang mengalami KPD lebih dari 12 jam. Metodologi: penelitian observasional potong lintang untuk mendapatkan model determinan sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) yang dilakukan dari Februari 2013 sampai bulan Mei 2014 di RSAB Harapan Kita, RSUD Tarakan, RSIA Budi Kemuliaan. Determinan yang diteliti adalah jenis persalinan, petanda infeksi saluran kemih (ISK) pada ibu, petanda infeksi intra amnion (IIA) seperti demam intrapartum, ibu takikardia, janin takikardia, adanya perubahan warna dan bau cairan ketuban, leukosit darah ibu, dan petanda infeksi darah tali pusat (peningkatan jumlah total leukosit, neutrofil, peningkatan rasio I/T, hs-CRP dan IL-6). Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan catatan medis bayi yang dipastikan berdasarkan hasil positif biakan darah tali pusat. Model determinan SNAD yang dihasilkan adalah suatu persamaan regresi logistik yang digunakan untuk menentukan probabilitas terjadinya SNAD sebagai acuan terapi antibiotik. Hasil: model determinan SAD pada NCB SMK, asimtomatik lahir dari ibu KPD > 12 jam berupa kalkulator dan sistem skor yang dibentuk dari determinan persalinan per vaginam, perubahan warna dan bau cairan ketuban, leukosit darah ibu, leukosit darah tali pusat, kadar hs-CRP darah tali pusat dan kadar IL-6 darah tali pusat. Model determinan SNAD memiliki dua varian, varian lengkap digunakan untuk fasilitas pelayanan neonatus subspesialistik dan varian alternatif digunakan untuk fasilitas pelayanan spesialistik. Titik potong ideal penentuan probabilitas terjadinya SNAD memiliki sensitivitas di antara 24,2 – 40,3 % dan spesifisitas 87,1 - 94,5 %. Nilai diskriminasi dengan nilai AUC berkisar di antara 0,743 – 0,816 dengan kalibrasi baik berdasarkan uji Hosmer-Lemeshow. Simpulan: Hasil penelitian ini adalah model determinan SAD pada NCB SMK asimtomatik lahir dari ibu yang mengalami KPD > 12 jam, berbentuk kalkulator dan sistem skor yang memiliki varian lengkap dan alternatif untuk menentukan probabilitas terjadinya SNAD sebagai dasar pemberian terapi antibiotik empiris secara rasional. ......Background: Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2010 (revised 2002) recommendations does not specifically provide guidance in secondary prevention of asymptomatic early-onset sepsis (EOS) on term infant born to mother experiencing PROM < 18 hours. Objective: to develop early-onset neonatal sepsis (EONS) determinant model as a rational basis for determining the empirical antibiotic therapy in asymptomatic, term infant born to mother with PROM > 12 hours. Method: A cross-sectional observational study to obtain an EONS determinant model which was conducted from February 2013 to May 2014 in RSAB Harapan Kita, Tarakan Hospital, RSIA Budi Kemuliaan. The determinant factor is the type of delivery, marker of maternal urinary tract infection (UTI), intra-amniotic infection markers (intrapartum fever, maternal tachycardia, fetal tachycardia, change in the color and odor of amniotic fluid, maternal blood leukocytes), and umbilical cord blood infection marker (increased the total number of leukocytes, neutrophils, an increase in the ratio of I / T, hs-CRP and IL-6). Early-onset neonatal sepsis was diagnosed base on infant medical record on 72 hours afeter birth and confirmed by the positive results of umbilical cord blood cultures. The resulting of EONS determinants model is a logistic regression equation used to determine the probability of the occurrence of EONS as reference rational basis empirical antibiotic therapy. Results: The EOS determinants model on asymptomatic term infant born to mothers with PROM> 12 hours is a calculator and scoring system that is formed from the determinant of vaginal delivery, change the color and odor of amniotic fluid, maternal blood leukocytes, cord blood leukocytes, the levels of hs-CRP and IL-6 umbilical cord blood level. Early-onset neonatal sepsis determinant model has two variants, the full variant used for subspecialty neonatal care facilities and alternative variant is used for specialty neonatal care facilities. Ideal cutoff point probability of occurrence SNAD has sensitivity range of 24.2 to 40.3% and specificity of 87.1 to 94.5%. The model performe is good based on Hosmer-Lemeshow test anda discrimination value AUC in in range of 0.743 to 0.816. Conclusion: The EOS determinant model of asymptomatic term infant born to mothers with PROM > 12 hours is a calculator and scoring system that is used to determine the probability of EONS occurrence as the basis of determining the rational empirical antibiotic therapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wutun, Rufus Patty
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini dilakukan untuk menelaah hubungan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan struktur keorganisasian, tata nilai keorganisasian, dan praktik-praktik keorganisasian pada sejumlah organisasi di Jakarta dan Surabaya. Sampel berasal dari 22 organisasi yang terdiri dari 7 organisasi di Jakarta dan 15 di Surabaya. Responden berjumlah 557 orang manajer madia. Mereka diminta untuk menilai kepemimpinan bermodalitas ganda tersebut.

Penilaian mereka terhadap kapemimpinan yang bermodalitas ganda tersebut didasarkan pada struktur keorganisasian, tata nilai keorganisasian, dan praktik-praktik keorganisasian. Penilaian para responden terhadap kepemimpinan yang berkualitas ganda merujuk pada MLQ 5X-R dari Bass dan Avolio (1994). Penilaian terhadap struktur keorganisasian merujuk pada KSO dan Paramita (1985). Sedangkan terhadap tata nilai keorganisasian dan praktik-praktik keorganisasian, penilaian mereka merujuk pada VSM?94 dan WIWQ dari Hofstede (1994;1998).

Data dikumpulkan dengan kuesioner. Setelah terkumpul, data tersebut dianalisis secara statistika dengan teknik analisis persamaan struktural dengan menggunakan program LISREL versi 8.50 dari Joreskog dan Sorbom (2001).

Hasil yang diperoleh dari analisispersamaan struktural sebagai berikut: Nllai chi-square (X2) sebesar 175.34; db 147; p. 0.055. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa besaran nilai X2 =175.34 dan harga p yang diperoleh (p = 0.055) lebih besar dari batas penerimaan (p = 0.05). Hasil tersebut mengndikasikan bahwa ada perbedaan yang signitikan antara matriks kovarian yang diharapkan oleh model teoretik dengan matriks kovarian data. Dengan demikian, modalnya ftt dengan data.

Ada kontribusi yang signifikan dari struktur keorganisasian terhadap kualitas kepemimpinan transaksional (Y11= 0.42, t= 3.9O,) dan transformasional (y21 = -0.39, t = -2.90). Nlial tldak berkontrtbusl sacara signifikan terhadap kepemimpinan transformasional (y22 = 0.14, t = 1.87) dan transaksional (Y12 = -0.15, t = -1.89. ' Ada kontribusi yang tidak signitikan dari praktik-praktik keorganisasian terhadap kepemimpinan transformasional (Y23 =-0.02, t= -0.29). Besaran nilai sumbangan praktik-praktik keorganisasian terhadap _kualitas kepemimpinan transformasional = -0.02, t= -0.29 kecil dan negatif. Dan signifikan untuk transaksional (Y13 = 0.45, t = 8.12). Korelasi antara struktur keorganisasian dan tara nilai sebesar 0.43, t= 2.28. Hasil ini menunjukkan bahwa struktur keorganisasian berkorelasi secara signifkan dengan tata nilai. Korelasi antara struktur keorganisasian dan praktik-praktik keorganisasian sebesar 0.28, t = 6.04. dan korelasl antara tata nilai dengan praktik-praktik keorganisasian sebesar 0.27, t = 2.13. Hasil ini menyatakan bahwa struktur keorganisasian berkorelasl secara signifikan dengan tata nilai dan demikian pula antara tata nilai dengan praktik-praktik keorganisasian.

Kontribusi kepemimpinan transaksional terhadap kualitas kepemimpinan transfonnasional sebesar1.15; t= 8.32. Hasil ini mengindikasikan signifikansi kontribusi kualitas transaksional terhadap kepemimpinan berkualitas transformasional. Hasil studi tersebut menjelaskan bahwa kualitas transaksional dapat menjadi dasar untuk mengembangkan kepamimpinan berkualiias transformasional.

Signifikansi hasil pangujian dampak tidak langsung terhadap kepemimpinan transformasional yang telah dihipotesiskan berhasil didukung. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional secara tidak Iangsung dapat dijelaskan oleh struktur keorganisasian, tala nilai, praktik-praktik keorganisasian melalui kualitas kepemimpinan transaksional. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional bisa Iebih berhasil diterapkan jika pemimpin mempraktikkan juga kepemimpinan berkualitas transaksional. Muatan faktor untuk dimensi formalisasi (1.05) dan kompleksitas (0.83) tinggi. Besaran muatan faktor tersebut mengindikasikan organisasi yang mekanistik. Hal itu mencerminkan hierarkhi dalam organisasi dan tugas-tugas yang rutin dan terinci dalam batas tanggung jawab yang ketat (Mead, 1994). Konfigurasi ini disebut autoritas hierarkhi 'mekanistik" atau orientasi vertikal (Koentjaraningrat, 2000; Munandar, 2001).

Muatan faktor ntuk dimensi orientasi proses (0.81), tugas (078), parokial (0.72), dan sistem tertutup (0.71) dari variabel praktik-praktik keorganisasian, tinggi. Keempat dimensi tersebut menyatakan struktur aktivitas keorganisasian bersifat rutin, selanjutnya dilabel sebagai konsentrasi tugas.

Autoritas hierarkhi dan konsentrasi tugas dapat membangun satu konfigurasi karena keduanya mencerminkan organisasi mekanistik. Autoritas hierarkhi dan tugas dapat diasosiasikan dengan kebutuhan individu akan security. Kebutuhan individu akan security didasari oleh nilai uncertainly avoidance (Hofstede, 1997).

Dimensi LTO, IDV, MAS, mencerminkan mental orang-orang di dalam organisasi (Hofstede, 2002). Hasll pengujian menunjukkan bahwa muatan faktor untuk LTO (0.69), IDV (0.61), dan MAS (059), tinggi. Dimonsi nilai-nilai tersebut mengindikasikan collective mental programming of the mind dan anggota organisasi. Konfigurasi dimensi-dimensi nilai tersebut dilabel sebagai mentalitas egosentris. Mentalitas orang-orang yang dikuasai pemikiran akan imbalan masa depan, individu listik, dan maskulin. Mentalitas mereka dikuasai oleh kebutuhan akan ?kepemilikkan? untuk diri sendiri dalam menghadapi situasi masa depan yang sarat dengan ketidakpastian.

Kontigurasi mentalitas egosentris, autoritas hierarkhi, dan autoritas tugas mempengaruhi persepsi mereka terhadap kepemimplnan yang lebih berkualitas transaksional daripada transformasional. Untuk itu perlu dilakukan perubahan pengelolaan organisasi dari mekanistik ke arah organik, dari aktivitas yang berorientasitugas ke arah pemberdayaan (manusia) untuk mencapai tujuan dan hasil bersama. Perubahan kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap persepsi mereka dan mentalitas egosentris ke arah mentalitas altruistik yakni ?orientasi ke-kita-an'. Dengan demikian persepsi subyektivitas mereka terhadap kualitas kepemimpinan yang transaksional akan bergeser ke arah yang Iebih transformasional. Dengan cara demikian, mereka akan mempersepsi pola pengelolaan dan kepemimpinan organisasi yang Iebih transformasional daripada pola transaksional.
2004
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seger Handoyo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini berhasil memperoleh model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi yang lebih komprehensif daripada model sensemaking in administration academic dari Gioia & Thomas (1996). Model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi menjelaskan peran kompleksitas kognitif sebagai konteks individu, serta skema struktural dan skema politik dalam proses interpretasi isu organisasi. Model Gioia & Thomas hanya menjelaskan peran skema struktural saja. Variabel dalam skema struktural adalah identitas organisasi, struktur pemrosesan informasi, dan strategi organisasi. Aktivitas politik organisasi menjadi variabel dalam skema politik.

Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitaf. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengkonfirmasi atau berfungsi sebagai penjelasan hasil kuantitatif (Weinrich, 2005). Penelitian kuantitatif adalah studi berdasarkan survei (survei-based study) dengan responden berjumlah 132 Dekan dan Pembantu Dekan dari 44 fakultas pada 7 universitas negeri dan swasta di Surabaya dan Malang. Sementara itu, penelitian kualitatif dilakukan setelah hasil penelitian kuantitatif dengan focus group discussion. Peserta focus group discussion berjumlah 6 dosen dari universitas negeri dan swasta dengan variasi pada usia dan jabatannya.

Secara singkat, kesimpulan penelitian ini dapat diringkaskan menjadi lima hal, yaitu: (1) Kompleksitas kognitif, sebagai konteks individu, tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap interpretasi strategis, namun berpengaruh tidak langsung melalui struktur pemrosesan informasi; (2) Kompleksitas kognitif tidak mempunyai pengaruh terhadap interpretasi politik, baik secara langsung maupun tidak langsun; (3) Skema struktural mempunyai pengaruh besar terhadap interpretasi strategis; (4) Skema struktural, khususnya identitas otonom-profesional mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap interpretasi politis; dan (5) Skema politis mempunyai pengaruh langsung yang relatif besar terhadap interpretasi politis, namum tidak berpengaruh terhadap interpretasi strategis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

DI samping kesimpulan di atas, penelitian ini memperoleh beberapa temuan yang menarik dalam konteks Indonesia. Pertama, terbukti secara empiris, manajer puncak perguruan tinggi di Indonesia juga mengkategorikan interpretasi isu organisasi menjadi dua kategori, yaitu interpretasi strategis dan interpretasi politis. Kedua, data tentang identitas organisasi perguruan tinggi di Indonesia tidak memberikan dukungan empiris pada identitas tunggal utilitarian-normatif sebagaimana dikemukakan oleh ALbert &Whetten (1985) dan Gioia & Thomas (1996). Ketiga, formalitas tinggi berdasarkan data empiris menjadi indikasi kapasitas pemrosesan informasi yang diajukan oleh Thomas & McDaniel (1990). Terakhir, terdapat kolerasi positif yang signifikan antara usia dengan interpretasi politis dan perbedaan interpretasi politis antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.

Pembahasan hasil penelitian dan saran penelitian dipaparkan secara mendalam. Implikasi praktis yang penting juga disampaikan untuk perkembangan perguruan tinggi di Indonesia menyambut tantangan pemerintah tahun 2010, yaitu mempunyai universitas yang memiliki reputasi dan menjadi salah satu 100 besar di Asia atau 500 besar dunia, serta memberikan sumbangan pada peningkatan daya saing bangsa.
2006
D1785
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seger Handoyo
Abstrak :
Penelitian ini berhasil memperoleh model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi yang lebih komprehensif daripada model sensemaking in administration academic dari Gioia & Thomas (1996). Model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi menjelaskan peran kompleksitas kognitif sebagai konteks individu, serta skema struktural dan skema politik dalam proses interpretasi isu organisasi. Model Gioia & Thomas hanya menjelaskan peran skema struktural saja. Variabel dalam skema struktural adalah identitas organisasi, struktur pemrosesan informasi, dan strategi organisasi. Aktivitas politik organisasi menjadi variabel dalam skema politik. Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitaf. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengkonfirmasi atau berfungsi sebagai penjelasan hasil kuantitatif (Weinrich, 2005). Penelitian kuantitatif adalah studi berdasarkan survei (survei-based study) dengan responden berjumlah 132 Dekan dan Pembantu Dekan dari 44 fakultas pada 7 universitas negeri dan swasta di Surabaya dan Malang. Sementara itu, penelitian kualitatif dilakukan setelah hasil penelitian kuantitatif dengan focus group discussion. Peserta focus group discussion berjumlah 6 dosen dari universitas negeri dan swasta dengan variasi pada usia dan jabatannya. Secara singkat, kesimpulan penelitian ini dapat diringkaskan menjadi lima hal, yaitu: (1) Kompleksitas kognitif, sebagai konteks individu, tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap interpretasi strategis, namun berpengaruh tidak langsung melalui struktur pemrosesan informasi; (2) Kompleksitas kognitif tidak mempunyai pengaruh terhadap interpretasi politik, baik secara langsung maupun tidak langsun; (3) Skema struktural mempunyai pengaruh besar terhadap interpretasi strategis; (4) Skema struktural, khususnya identitas otonom-profesional mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap interpretasi politis; dan (5) Skema politis mempunyai pengaruh langsung yang relatif besar terhadap interpretasi politis, namum tidak berpengaruh terhadap interpretasi strategis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di samping kesimpulan di atas, penelitian ini memperoleh beberapa temuan yang menarik dalam konteks Indonesia. Pertama, terbukti secara empiris, manajer puncak perguruan tinggi di Indonesia juga mengkategorikan interpretasi isu organisasi menjadi dua kategori, yaitu interpretasi strategis dan interpretasi politis. Kedua, data tentang identitas organisasi perguruan tinggi di Indonesia tidak memberikan dukungan empiris pada identitas tunggal utilitarian-normatif sebagaimana dikemukakan oleh ALbert &Whetten (1985) dan Gioia & Thomas (1996). Ketiga, formalitas tinggi berdasarkan data empiris menjadi indikasi kapasitas pemrosesan informasi yang diajukan oleh Thomas & McDaniel (1990). Terakhir, terdapat kolerasi positif yang signifikan antara usia dengan interpretasi politis dan perbedaan interpretasi politis antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Pembahasan hasil penelitian dan saran penelitian dipaparkan secara mendalam. Implikasi praktis yang penting juga disampaikan untuk perkembangan perguruan tinggi di Indonesia menyambut tantangan pemerintah tahun 2010, yaitu mempunyai universitas yang memiliki reputasi dan menjadi salah satu 100 besar di Asia atau 500 besar dunia, serta memberikan sumbangan pada peningkatan daya saing bangsa.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D631
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto Wijono
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatitif. Pendekatan kuantitatif mempunyai tujuan untuk 1) menguji pengaruh kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran dan iklim organisasi sekaligus terhadap stres kerja, 2) menguji pengaruh kepribadian tipe A, locus of cantrol eksternal, peran dan iklim organisasi sekaligus terhadap prestasi kerja, 3) menguji hubungan antara stres dan prestasi kerja dan 4) menguji pengaruh kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran, iklim organisasi dan stres kerja (variable perantara) sekaligus terhadap prestasi kerja. Sementara itu pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memahami/memperdalam dinamika penghayatan subyektif terhadap sumber stres (kepribadian tipe A, locus ofcontrol eksternal, peran dan iklim organisasi) yang menimbulkan stres kerja dan mempengaruhi prestasi kerja. Pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai pendalaman untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif. Subyek penelitian adalah manajer madya yang bekerja di empat buah perusahaan swasta di Wilayah Jawa Tengah. Keempat perusahaan tersebut bergerak di bidang: produksi air mineral di Semarang, produksi rokok di Kudus, produksi minuman berenergi di Semarang, dan produksi otomotif di Magelang. Jumlah subyek sebagai sampel penelitian sebanyak 145 responden. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran dan iklim organisasi berpengaruh sekaligus terhadap stres kerja. Variabel kepribadian tipe A dan peran berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Secara khusus juga ditemukan bahwa beban peran dan dimensi hubungan berpengaruh paling besar terhadap stres kerja. Ada dua belas kasus dari hasil penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri kepribadian tipe A. Hasil penelitian kuantitatif mengenai beban peran tersebut didukung oleh hasil penelitian kualitatif yaitu beban param sebagai kondisi, stuasi atau peristiwa yang mengganggu, membahayakan dan mengancam kesejahteraannya menimbulkan stres kerja. Hal ini terlihat pada S kasus yaitu kasus LC (stres kerja rendah), kasus RA (stres kerja sedang) dan kasus AA, EK dan BS (stres kerja tinggi). Dukungan diperoleh dari hasil penelitian yaitu dimensi hubungan sebagai kondisi, situasi atau peristiwa yang mengancam kesejahteraannya menimbulkan stres kerja. Hal ini juga terlihat pada ll kasus yaitu kasus H, LC dan 1-lT (stres rendah), kasus T, CH, S dan RA (stres kerja sedang) dan kasus AA, B, EK dan BS (stres kerja tinggi). Berikutnya ditemukan bahwa kepribadian tipe A, locus of control eksternal, peran dan iklim organisasi berpengaruh sekaligus terhadap prestasi kerja. Dari keempat variabel tersebut terlihat bahwa variabel iklim organisasi berpengaruh paling besar terhadap prestasi kerja diikuti oleh variabel locus of control ekstemal. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ada hubungan signilikan dan negatif antara stres kerja dan prestasi kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin rendah stres kerja individu, maka prestasi kerjanya semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi stres kerjanya, maka semakin rendah prestasi kerjanya. Hubungan kedua variabel ini bersifat linier negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan deskripsi responden yang menunjukkan bahwa individu yang mengalami stres kerja rendah menunjukkan tingkat prestasi kerja yang tinggi, individu yang mempunyai tingkat stres kerja sedang menunjukkan prestasi kerja sedang pula, sedangkan individu yang mempunyai tingkat stres kerja yang tinggi menunjukkan prestasi kerja yang rendah. Hasil penelitian kualitatif juga mendukung temuan ini dimana kasus G, H, LC dan I-IT dengan stres kerja rendah merasa prestasi kerjanya tinggi, kasus CH yang stres kerja sedang merasa prestasi juga sedang dan kasus AA, B, EK dan BS yang mengalami stres kerja tinggi merasa prestasi kerjanya rendah. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kepribadian tipe A dan peran berpengaruh sekaligus terhadap stres kerja (variabel perantara) dan prestasi kerja. Dengan demikian kedua variabel yaitu kepribadian tipe A dan peran dapat berpengaruh sekaligus terhadap prestasi kerja jika stres kerja menjadi variabel perantara.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
D678
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library