Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katisha Putrinaya
"Berlayar menggunakan kapal sudah semakin jarang dilakukan masyarakat abad ini untuk menempuh perjalanan luar kota, pulau, maupun negara. Namun tersebut sangat sering dilakukan di masa lalu, terlebih Indonesia adalah negara maritim. Hal ini terjadi pada Pelabuhan Tanjung Priok, ketika dibuat sebagai pusat pelayaran dan perdagangan Batavia sejak 1877. Hal ini membuat kawasan Tanjung Priok yang semula berupa rawa terus berkembang, dan semakin ramai dipadati. Pelabuhan juga memiliki fasilitas Stasiun sebagai penunjang transportasi publik. Lama-kelamaan, pelabuhan mulai mengalami penurunan jumlah penumpang.
Kondisi area sekitar pelabuhan pun menjadi terbengkalai dan rawan akan kriminalitas. Dari perubahan tersebut, akan dicari tahu bagaimana pembangunan tak terkendali memadati kawasan sekitar sehingga menyisakan ruang-ruang terbengkalai. Melalui fenomena urban blight yang dihadapi tanjung priok sebagai kawasan pelabuhan, penulisan skripsi ini akan membahas bagaimana perubahan struktur urban pada kawasan pelabuhan menjadikannya kawasan terbengkalai.
Walaupun keadaan sekitar kian terpuruk, Pelabuhan Tanjung Priok masih aktif melayani pelayaran penumpang dan barang. Bahkan, Pelabuhan terus mengalami perkembangan dalam bongkar muat barang dan peti kemas. Hal ini juga akan dipertanyakan dan dikaitkan dengan keadaan Tanjung Priok yang saat ini terbengkalai

To travel by ships is rarely done by people nowadays. But that way was very obvious in the past, especially Indonesia has been a maritime country. This happened at the Port of Tanjung Priok, when it was created as a shipping and trade center of Batavia since 1877. This made the Tanjung Priok area which was originally swamp, continue to grow, and increasingly crowded by the immigrant. The port also has station to support public transport facility to the city. Eventually, the port began to experience a decline in the number of passengers.
The condition of the area around the port becomes neglected and prone to crimes. From these changes, I will find out how uncontrolled development was making the area densed fastly that it leaves abandoned spaces. Through urban blight faced by Tanjung Priok as a port area, this thesis will discuss how changes in urban structure of the port area make it a derelict area.
Even though the situation is getting worse outside, Tanjung Priok Port is still actively serving the shipping of passengers and goods. In fact, the port continues to experience the developments in the loading and unloading of goods and containers. This will also be questioned and related to the current condition of Tanjung Priok.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintar Yulianto
"Ruang perawatan sebagai ruang yang paling lama ditempati ketika pasien dirawat memiliki pengaruh terhadap pasien. Pengaruh tersebut berkaitan dengan kenyamanan yang salah satunya adalah kenyamanan visual. Tujuan penulisan skripsi ini untuk mengetahui pencahayaan dan kualitas pencahayaan ruang yang dibutuhkan serta pengaruh sistem pencahayaan terhadap pasien pada ruang perawatan di rumah sakit. Penelitian menggunakan metode empiris melalui studi kepustakaan, pengamatan, pengukuran iluminasi, kuesioner dan wawancara untuk mendapat data. Pengamatan dan kuesioner untuk memperoleh data kualitatif. Pengukuran iluminasi untuk memperoleh data kuantitatif. Kuesioner diberikan kepada 15 pasien di bangsal yang memiliki sistem pencahayaan sama seperti bangsal yang diamati. Data diolah secara manual kemudian disajikan dalam grafik distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pencahayaan mempengaruhi kenyamanan, ketenangan, kesembuhan dan ketentraman pasien. Sistem pencahayaan pada ruang perawatan yaitu pencahayaan alami, pencahayaan buatan, skema warna dan material. Pencahayaan yang perlu diakomodasi adalah pencahayaan umum, pencahayaan pemeriksaan dan pencahayaan baca. Pengaruh sistem pencahayaan yaitu memberikan kenyamanan tetapi juga dapat menimbulkan gangguan seperti silau. Kualitas pencahayaan ruang yang dibutuhkan yaitu pencahayaan yang mempengaruhi kenyamanan dan menunjang kegiatan istirahat. Faktor kenyamanan visual berupa warna ruang dan pemandangan keluar. Pencahayaan yang dibutuhkan yaitu mengutamakan penggunaan cahaya matahari dan tidak terdapat gangguan pencahayaan seperti silau.

Ward as the longest space occupied when the patient were treated have any effect on the patient. The effects are related to the comfort which one is visual comfort. The purpose of writing this thesis is to find out lighting and quality of lighting required and the effect of lighting systems on patient in ward at the hospital. The research uses empirical method by literature study, observation, illumination measurement, questionnaire and interview to obtain the data. Observation and questionnaire to obtain the qualitative data. Illumination measurement to obtain the quantitative data. Questionnaires given to 15 patients in ward that has same lighting systems such as ward were observed. The data is manually processed then presented in the frequency distribution graph.
The results showed that lighting systems affect the comfort, calmness, healing and serenity of the patient. Lighting systems in the ward which is daylighting, artificial lighting, color scheme and materials. Lighting needs to be accommodated is general lighting, examination lighting and reading lighting. Lighting systems effects is providing comfort but it can also cause problems such as glare. The quality of lighting required is lighting that affect the comfort and support the rest activities Visual comfort factors are space color and the view out. Lighting required is prioritizing daylight use and there are no lighting disturbances such as glare.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S818
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
T. Aditya Nugraha
"Setiap manusia membutuhkan privasi dalam berkegiatan. Hal tersebut menyebabkan manusia membentuk teritori baik secara fisik maupun non-fisik. Apabila teritori ini dilanggar orang lain, maka orang itu diangap mengganggu privasi. Teritori yang dibuat manusia tidak hanya bisa dilanggar secara visual, namun juga secara aural (bunyi). Privasi dari segi bunyi ini disebut dengan 'privasi akustik'. Dalam buku-buku tentang perancangan akustik ruang dalam bangunan, salah satu bahasannya adalah mengenai perlunya privasi akustik, terutama dalam bangunan kantor atau multi-residences. Privasi akustik harus dijaga dengan meredam aliran bunyi antar-bilik (dalam gedung kantor) atau antar-hunian (dalam bangunan multi-residences).
Dalam skripsi ini saya akan membahas mengenai privasi akustik dalam bangunan multi-residences, yaitu rumah kos mahasiswa. Saya ingin meninjau bentuk privasi akustik yang ada di rumah kos mahasiswa sekarang. Apakah sesuai dengan teori privasi akustik yang ada dalam buku- buku perancangan akustik? Kemudian saya ingin melihat juga bagaimana pendapat dari para penghuninya sendiri. Saya melihat adanya kemungkinan bahwa penghuni tidak merasa terganggu sama sekali dengan kondisi privasi akustik yang kurang baik. Dengan skripsi ini saya ingin melihat, bagaimana bentuk privasi akustik yang sebenarnya dibutuhakan oleh penghuni bangunan kos mahasiswa?

Every human being needs privacy in doing his/her activities. That need drives humans into making their own territories both physically and non-physically. If these territories were to be crossed by another person, then that person is considered disturbing the other's privacy. The territories marked by humans not only can be crossed visually, but also aurally (by sound / noise). This kind of privacy, which can be disturbed aurally, is called 'acoustic privacy'. In some textbooks about acoustic design in architecture, one of the main topics often discussed is about acoustic privacy, especially in office or multi-residences buildings. The acoustic privacy in those buildings has to be maintained by absorbing the sound waves that are transferred between cubicles (in offices) or between residences (in multi-residences building).
In this thesis I will discuss about acoustic privacy in a type of multi-residences buildings, that is foster homes for college students. I am going to observe the current condition of acoustic privacy in those buildings. Are they in agreement with the theories about acoustic privacy in the textbooks about acoustic design? I also want to take note of the residents? opinions on the issue. I see that there is a possibility that the residents may not feel disturbed at all with a not-so-good acoustic privacy condition. Through this thesis I would like to observe, what is the most suitable form of acoustic privacy that these residents of foster homes for college students need?
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S846
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Seriani Hermanto
"Konsep cakrawala kota (skyline ) telah muncul dalam dunia arsitektur sejak akhir abad ke-19. Saat ini kota-kota di Asia, seperti Dubai, Singapura dan Hong Kong berlomba-lomba membangun pencakar langit dengan tujuan untuk menampilkan citra maju melalui cakrawala kotanya dan mempromosikannya sebagai objek wisata. Skripsi ini membahas bagaimana sebuah kota membentuk cakrawala kotanya sehingga dapat menghasilkan citra kota yang kemudian menjadi magnet bagi kegiatan bisnis dan pariwisata di kota tersebut. Metode yang digunakan adalah studi literatur, ditambah dengan pengamatan langsung pada dua lokasi studi kasus. Hasilnya adalah, bahwa cakrawala kota yang bercitra maju dapat menjadi magnet bagi wisatawan dan dari segi bisnis, dapat meningkatkan kebanggaan atau gengsi dari sebuah perusahaan.

Skylines of cities have become a concept in architecture since the late 19th century. Recently, many cities in Asia, such as Dubai, Singapore, and Hong Kong are trying to build many skyscrapers subject to the modern image which can be promoted as tourism activity magnet. This thesis discusses how each city shaping their skylines so they can produce city images that are visually attractive for business and tourism. The research methods used are literature study and direct observation in two cities. The result suggests that the modern image of city skyline could be an attraction for tourists and also favourable for business location, since it could increase the pride or prestige of a company."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42488
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendlyeus Raffael Magasyiwa
"ABSTRAK
Skripsi membahas tentang bagaimana keterkaitan pembangunan fisik pada
perubahan nilai nominal lahan. Skripsi ini membahas tentang bagaimana
pembangunan Summarecon Bekasi memberikan kontribusi dalam peningkatan
Harga Lahan di daerah Koridor Jl. Jenderal Ahmad yani. Dari studi ini dapat
dilihat bahwa peningkatan nilai lahan dapat dihasilkan oleh pertumbuhan nilai
guna yang dihasilkan oleh pembangunan dan sistem evaluasi yang dilakukan oleh
dinas perpajakan

Abstract
Focus of this study is about Physical Development and it?s relation with
change of land price. Focus of this study is about how development of
Summarecon Bekasi contribute in land value change within Jenderal Ahmad
Yani Street area.. The writer suggest There are two factor that increase the land
value, that is the rise of value of use in land by Development and evaluation of
value by Goverment Taxation Agencies.
;
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43421
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Zuhri
"Mal sebagai salah satu pusat perbelanjaan memberlakukan seleksi berupa potensi melakukan transaksi komersial sebagai prasyaratnya. Prasyarat tersebut membuat mal bersifat lebih privat. Ruang pendukung dalam mal seperti atrium atau lobi tidak memprasyaratkan transaksi komersial untuk memasukinya, namun karena ruang tersebut berada di dalam mal menjadikan pengguna ruang pendukung juga merupakan kalangan yang telah terseleksi oleh mal tersebut.
Tribeca Park dengan akses dan hubungan yang dimiliknya kepada mal menjadikannya terlihat seperti ruang pendukung pusat perbelanjaan. Di sisi lain akses publik terbatas, ukuran, serta kegiatan di dalamnya mengindikasikan tingkat kepublikan yang tinggi pada ruang tersebut. Dua jenis akses tersebut menciptakan dua jenis aktivitas bersifat publik dan privat dalam satu ruang. Hal ini menimbulkan penyesuaian yang dilakukan pihak penyedia berupa pembatsan akses publik terbatas yang mengindikasikan adanya privatisasi ruang terbuka menjadi ruang pendukung kegiatan komersial dalam pusat perbelanjaan.

As one of shopping centre's forms, shopping mall require a selection such as potentially carry on commercial transaction as its prerequisite to enter its room. The requirement makes shopping mall space tend to be more private. Supporting space in the shopping mall like atrium or lobby doesn't require its users to carry on commercial transaction to enter its space, but since the supporting space are in the shopping mall, the users are already have been a group of people that the shopping mall had selected.
Tribeca Park with access and connection it has with the shopping mall, make it look like a shopping mall's supporting space. On the other hand, it has entrance that publicly accessible, same size as the mall, and kind of activities that indicated a higher degree of publicness in that space. These two different kinds of access create two different kinds of activities as well that tent to be more private and more public in one space. That event make the space providers did some adjustment like restriction to the accessible public entrance that indicated there's privatization in the open space to become a supporting space for commercial activities in the shopping centre.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42972
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfan Fadilah
"Rasa aman merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap manusia ketika berada dimanapun dan kapanpun. Rasa aman didapatkan setelah manusia melakukan penyesuaian dengan lingkungannya. Salah satu cara yang dilakukan untuk melakukan penyesuaian tersebut adalah pertahanan diri. Pertahanan diri merupakan mekanisme yang dilakukan seseorang ketika ruang personalnya terganggu. Pada sebuah ruang urban, terdapat banyak jenis aktivitas berbeda yang dilakukan. . Setiap aktivitas memiliki cara yang berbeda dalam pelaksanaannya sehingga terdapat perbedaan cara dalam melakukan mekanisme pertahanan diri. Skripsi ini mengkaji bagaimana mekanisme pertahanan diri dapat membentuk rasa aman saat melakukan aktivitas di ruang terbuka publik. Pengamatan dilakukan pada acara Car Free Day di Jakarta tepatnya di area Bundaran HI dan Senayan. Ruang tempat dilakukannya Car Free Daymerupakan ruang-ruang jalan yang dialihkan fungsinya sementara menjadi ruang rekreasi. Hasil menunjukkan adanya perbedaan mekanisme pertahanan diri pada aktivitas statis dan dinamis. Ruang Car Free Day beserta elemen-elemen di dalamnya, digunakan untuk beraktivitas dan juga mengakomodasi kebutuhan pertahanan diri.

A sense of safety is a fundamental need for everyone, regardless of location or time. This sense of safety is achieved once people adjust to their environment. One way to facilitate this adjustment is through self-defense mechanisms. Self-defense is a process individuals employ when their personal space is disrupted. In an urban space, there are various types of activities taking place. Each activity has its unique way of being performed, which leads to different approaches to employing self-defense mechanisms. This thesis explores how self-defense mechanisms create a sense of safety while engaging in public open spaces. The observation was conducted during the Car Free Day event in Jakarta, specifically in the Bundaran HI and Senayan areas. During Car Free Day, roads are temporarily repurposed as recreational spaces. The findings show distinct self-defense mechanisms in static versus dynamic activities. The spaces used for Car Free Day and the elements within them serve not only for activities but also accommodate the needs for self-defense."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Diasry Nesita
"Tiga bale adat peninggalan turun temurun suku Sasak yang ada di tiga dusun di pulau Lombok, yaitu dusun Sade, Bayan, dan Senaru, masih berdiri tegak dalam keunikan wujud arsitektur dan budaya lokal. Bale adat dalam masyarakat tradisional dapat dilihat sebagai cerminan budaya setempat dalam bentuk simbol arsitektural. Melalui, orientasi bangunan, bentuk, dan susunan ruang, nilai nilai tradisi disampaikan kepada masyarakat. Sikap masyarakat yang terbuka menyebabkan terjadinya dinamika pergeseran dan perubahan kebudayaan seiring dengan berjalannya waktu. Demikian pula yang terjadi pada masyarakat suku Sasak. Skripsi ini mempertanyakan sejauh mana telah terjadi penyesuaian antara bale adat dan perubahan pola hidup dan pandangan masyarakat di masing masing desa. Penelusuran langsung dilakukan di tiga dusun. Data terkumpul dalam bentuk sketsa, foto, dan wawancara dengan pengurus bale adat. Pendekatan arsitektural dan antropologis terutama mengenai teori perubahan kebudayaan digunakan untuk melihat perubahan sikap yang terjadi. Hasil analisis menyimpulkan bahwa arsitektur bale adat tidak lagi terbaca sebagai simbol yang memiliki makna nilai tradisi oleh masyarakatnya. Ada kekuatiran bahwa arsitektur bale adat lama kelamaan akan diperlakukan sama dengan bangunan lainnya yang ada.

Three bale (traditional house) indigenous Sasak hereditary heritage existing in three hamlets on the island of Lombok, which Sade village, Bayan and Senaru that still standing upright in a unique form of architecture and local culture. Bale is customary in traditional societies can be seen as a reflection of the local culture in the form of architectural symbols. From building orientation, shape, and arrangement of space, the value of tradition conveyed around community. The soft attitudes of community led to the dynamics of culture shift and change over time. Similarly, what happened to the Sasak people. This skription questions the extent to which there has been an adjustment between the bale and the indigenous lifestyle changes and public opinion in their respective villages. Direct searches performed in three hamlets. Data collected in the form of sketches, photographs, and interviews with official custom bale. Architectural and anthropological approaches, especially regarding culture change theory is used to see the change in attitude occurred. The results of the analysis concluded that the custom bale architecture no longer be read as a symbol of traditional values ​​that have meaning by society. There is concern that the custom bale architecture over time will be treated the same as other existing buildings.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Rahmadi Djajasudarma
"ABSTRAK

Pengalaman arsitektur adalah sensasi yang dirasakan dalam suatu ruang baik secara temporer maupun permanen. Beberapa ruang dapat menghadirkan kejadian-kejadian masa lalu atau membawa kita ke tempat yang hanya ada dalam imajinasi. Topik ini akan membahas bagaimana imajinasi kerekayasaan cara Disney (Walt Disney Imagineering) menciptakan sebuah pengalaman yang mengesankan pada tempat hiburan dimana mendongeng merupakan prinsip utama dalam mendesain ruang. Dengan mengambil beberapa contoh taman hiburan Disney, dapat digambarkan bagaimana setiap taman hiburan memiliki persamaan dan juga perbedaan yang khas. Dalam analisis ini, suatu pengalaman dapat tercapai jika penggunanya dapat mempersepsikan ilusi sebuah taman hiburan yang menimbulkan perasaan nostalgia dan takjub.


ABSTRACT

Experience in architecture is a sensation in which some spaces could trigger childhood memories, while some can become places from the imagination. This topic will focus on how Walt Disney Imagineering create memorable experience in the theme parks through its importance on storytelling that became the primary basis of creation. By looking at some of the Disney theme parks, it will give an image of how each park is distinct yet have some similarities to each other. From this analysis, experience is achieved when its user is able to perceive illusions inside the theme parks that evokes both nostalgia and wonder.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Nadira
"ABSTRAK

Arsitektur dan Tari menggunakan ruang sebagai medium untuk menghadirkan tempat bermakna bagi tubuh bereksplorasi secara bebas atau terpola. Ruang dapat bertransformasi dalam mengakomodir gerak yang terwujud akibat pemahaman dan pemaknaan seorang individu terhadap ruang itu sendiri. Seorang koreografer membutuhkan ruang untuk melakukan koreografi, sedangkan seorang arsitek menciptakan ruang dalam rancangannya. Setiap individu akan memaknai setiap ruang nyata dan ruang imajiner yang hadir di sekitarnya. Pemaknaan ini akan memberikan inspirasi penciptaan gerak tubuh dalam ruang. Seorang penari dapat merasakan ruang dengan caranya sendiri. Mereka memahami tubuhnya dan berinteraksi pada ruang melalui gerakan tari.


ABSTRACT

Architecture and Dance are using the space as a medium to present the meaningful space in which the body explores freely in a random or regular fashion. The space can be transformed to accommodate bodily movements as a result of an individual's understanding and meaning towards the space itself. A choreographer requires the space to perform a choreography, while an architect creates the space in his or her design. Every person will give meaning to any real as well as imaginary space present around him / her. The meaning inspires the creation of body movements in the space. A dancer can sense the space with his/her own way. They understand their bodies and interact with space through the dance movements.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>