Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clarissa Tania
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3563
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Syayidatus Solihat
Abstrak :
Salah satu permasalahan yang muncul pada perusahaan rintisan di beberapa tahun terakhir adalah tingginya tingkat turnover intention. Diantara banyak faktor, salah satu faktor penyebab utama munculnya turnover intention adalah kurangnya career growth opportunity. Adapun bentuk penelitian ini terbagi menjadi dua studi, yaitu studi 1 merupakan penelitian kuantitatif korelasional antara variabel career growth opportunity dan turnover intention dengan 100 partisipan yang terlibat . Studi 1 bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel di perusahaan rintisan X. Alat ukur yang digunakan adalah Turnover Intention - 6 Scale (TIS-6) dan Career Growth Scale. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian studi 1 menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara career growth opportunity dengan turnover intention. Terdapat dua dimensi career growth opportunity yang menunjukkan korelasi negatif yang signifikan, yaitu career goals progress dan promotion speed sedangkan dimensi professional ability development dan salary growth tidak berkorelasi secara signifikan. Kemudian, dilanjutkan dengan studi 2 yaitu program intervensi dengan jenis penelitian eksperimen dan melibatkan 4 partisipan yang memiliki skor terendah pada studi 1. Studi 2 ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan melalui career planning coaching. Hasil penelitian studi 2 dengan pemberian intervensi career planning coaching menunjukkan adanya perbedaan skor secara signifikan pada variabel turnover intention antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi (p= 0.02, p<0.05). Artinya, program intervensi career planning coaching berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan tingkat persepsi terhadap turnover intention ......One of the problems that has arisen in startups in recent years is the high level of turnover intention. Among many factors, one of the main causes of turnover is a lack of career growth opportunities. The form of this research is divided into two studies, namely Study 1, which is a quantitative correlational study between career growth opportunity and turnover intention variables with 100 participants involved. Study 1 aims to look at the relationship between variables in Startup X. The measuring tools used are the Turnover Intention - 6 Scale (TIS-6) and the Career Growth Scale. The analysis technique used is the Pearson Product Moment correlation point. The results of Study 1 show that there is a significant negative relationship between career growth opportunities and turnover intention. There are two dimensions of career growth opportunity that show a significant negative correlation, namely career goal progress and promotion speed, while the dimensions of professional ability development and salary growth are not significantly correlated. Then proceed with study 2, which is an intervention program with the type of experimental research and involves 4 participants who had the lowest score in study 1. Study 2 aims to see if there are any differences before and after being given treatment through career planning coaching. The results of study 2 with the provision of career planning coaching interventions showed that there was a significant difference in scores on the turnover intention variable between before and after being given the intervention (p=0.02; p<0.05). This means that the career planning coaching program intervention has a significant effect on reducing perceptions of turnover intention.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Atalie
Abstrak :
Meskipun pandemi sudah berlalu, namun berbagai perubahan yang diterapkan selama pandemi masih diaplikasikan dalam banyak perusahaan, sebagai contoh jadwal kerja fleksibel. Perubahan terhadap jadwal kerja tersebut telah diteliti oleh berbagai studi dan ditemukan dapat meningkatkan kepuasan kerja. Selain jadwal kerja, perubahan lain yang terjadi adalah pada bentuk dukungan supervisor, dimana dukungan supervisor terhadap peran karyawan dalam keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Meskipun ditemukan memiliki pengaruh, namun inkonsistensi dalam studi masih ditemukan. Penelitian ini menggunakan Experimental Vignette Method (EVM) untuk mengetahui dampak dari kombinasi jadwal kerja dan dukungan supervisor terhadap kepuasan kerja karyawan di masa pandemi. Responden penelitian merupakan karyawan sejumlah 155 orang yang terbagi menjadi empat kelompok. Partisipan diberikan narasi kemudian kepuasan kerja diukur menggunakan Short Index of Job Satisfaction (SIJS) yang berjumlah lima item. Hasil analisis dengan Faktorial Anova menunjukkan bahwa jadwal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Pada jadwal kerja turut ditemukan pengaruh yang signifikan. Namun, tidak ditemukan efek interaksi yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan yang bermanfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan jika kelak memasuki era pasca pandemi. ......Even though in the pandemic has passed, However, some changes that were applied during the pandemic are currently still applied. Flexible working schedule was one of them and studies found that it has a significant impact on employee's job satisfaction. Beside flexible schedules, there is also a significant change in the form of supervisor support, which support that related to employees and their role as a family member is found to contribute to a higher job satisfaction. However, inconsistencies are still present. This study aims to determine the impact of the combination of working schedule and supervisor support on work & family context on employee job satisfaction in post pandemic. Experiment Vignette Method (EVM) is used to gain a deep understanding regarding employee’s job satisfaction through manipulations and surveys. There are 155 participants in total and divided into 4 groups. Analysis with Factorial Anova shows that there is a significant effect on work schedule towards job satisfaction and also supervisor support towards job satisfaction, but no interaction effect was found significant. This research is aimed to provide input for companies in implementing a culture that supports employee job satisfaction in post-pandemic era.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Raniaputri Hendraswara
Abstrak :
Hubungan sosial di tempat kerja adalah hal yang vital untuk kesejahteraan karyawan. Pengaturan kerja pada karyawan memiliki potensi untuk memengaruhi dinamika hubungan sosial karyawan. Hubungan sosial karyawan di berhubungan dengan kesejahteraan karyawan. Penelitian ini mengeksplorasi peran moderasi dari variabel persepsi dukungan sosial pada hubungan kesepian di tempat kerja dengan kelalahan emosional pada karyawan di Indonesia yang mempunyai pengaturan kerja yang beragam akibat dari adanya pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode survei menggunakan alat ukur adaptasi dari MBI-GS oleh Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) untuk mengukur kelelahan emosional, alat ukur adaptasi WDQ oleh Morgenson & Humprey (2006) untuk mengukur persepsi dukungan sosial, dan alat ukur adaptasi LAWS oleh Wright, Burt, & Strongman (2006) untuk mengukur kesepian di tempat kerja. Hasil uji hipotesis melalui analisis regresi menggunakan PROCESS Model by Hayes di software SPSS pada 201 karyawan dari berbagai organisasi di Indonesia yang menjadi partisipan, menghasilkan temuan utama penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial memainkan peran moderasi yang signifikan dalam hubungan antara kesepian di tempat kerja dan kelelahan emosional. Implikasinya menekankan perlunya perhatian terhadap aspek dukungan sosial dalam lingkungan kerja untuk mengurangi kesepian untuk bisa melindungi karyawan dari kelelahan emosional terutama dalam era kerja yang terus berubah dan bervariasi. ......Social relationships in the workplace are vital to employee well-being. Employees' work arrangements have the potential to influence the dynamics of employees' social relationships. Employee social relations are related to employee welfare. This research explores the moderating role of the variable perceived social support on the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion in employees in Indonesia who have diverse work arrangements as a result of the Covid-19 pandemic. This research is a non-experimental study with a survey method using the MBI-GS adaptation measuring instrument by Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) to measure emotional exhaustion, the WDQ adaptation measuring instrument by Morgenson & Humphrey (2006) to measure perceptions of support social, and the LAWS adaptation measuring tool by Wright, Burt, & Strongman (2006) to measure loneliness in the workplace. The results of hypothesis testing through regression analysis using the PROCESS Model by Hayes in SPSS software on 201 employees from various organizations in Indonesia who were participants, produced the main research findings showing that perceived social support plays a significant moderating role in the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion. The implications emphasize the need to pay attention to aspects of social support in the work environment to reduce loneliness in order to protect employees from emotional exhaustion, especially in an era of work that continues to change and vary.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Felicia Juliana
Abstrak :
Tingginya angka turnover pada suatu organisasi adalah salah satu isu yang krusial. Turnover dapat mengganggu stabilitas perusahaan dan memengaruhi produktivitas perusahaan. PT X yang bergerak dalam bidang agribisnis kelapa sawit saat ini sedang mengalami penurunan laba sebesar 1,3% yang diakibatkan oleh tingginya tingkat turnover yang terjadi pada perusahaan tersebut. Tingkat turnover pada karyawan PT X mencapai angka 15,2% dimana angka ini lebih tinggi dari rata-rata turnover pada industri sejenis yang hanya berkisar 9,89 %. Adapun turnover yang terjadi tampaknya dipengaruhi oleh kondisi work-life balance dan job embeddedness. Penelitian ini menggunakan teori COR untuk melihat peran job embeddedness sebagai mediator pada hubungan antara work-life balance dan turnover intention. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring dengan total responden sebesar 117 orang. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Data dianalisis dengan analisis regresi menggunakan PROCESS macro for SPSS dan SAS. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa work-life balance memiliki hubungan yang signifikan dengan turnover intention, dan hubungan work-life balance dengan turnover intention dimediasi secara penuh oleh job embeddedness. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi industri agribisnis kelapa sawit lainnya karena tingkat turnover intention dapat dikurangi dengan mendorong work-life balance untuk meningkatkan job embeddedness The high turnover rate in an organization is one of the crucial issues. Turnover can disrupt company stability and affect company productivity. PT X, which is engaged in the palm oil agribusiness sector, is currently experiencing a decline in profits of 1.3% due to the high turnover rate that occurred at the company. The turnover rate for PT X employees reached 15.2%, which is higher than the average turnover in similar industries, which was only 9.89%. The turnover that occurs seems to be influenced by conditions of work-life balance and job embeddedness. This study uses the COR theory to see the role of job embeddedness as a mediator on the relationship between work-life balance and turnover intention. The data were collected using a questionnaire distributed online with a total of 117 respondents. The sampling method used was convenience sampling. Data were analyzed by regression analysis using PROCESS macro for SPSS and SAS. The results of this study indicate that work-life balance has a significant relationship with turnover intention, and that the relationship between work-life balance and turnover intention is fully mediated by job embeddedness. The results of this study are expected to be useful for other palm oil agribusiness industries because the level of turnover intention can be reduced by encouraging work-life balance to increase job embeddedness.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakina Adenia Ahmad
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dan CWB dengan peran moderasi psychological capital. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat job insecurity yaitu Job Insecurity Questionnaire (De Witte, 2000). Kemudian, pengukuran CWB menggunakan alat ukur CWB dari Spector (2006) dan Psychological Capital dengan alat PCQ-24 (Luthans, 2006). Sampel penelitian merupakan 103 karyawan dari berbagai bidang pekerjaan yang didapatkan melalui metode convenience sampling, yaitu survey secara online. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ditemukan peran moderasi yang signifikan oleh psychological capital pada hubungan antara job insecurity dan CWB (bint= -.02, t= -1.77, p> 0.05, CI= 0.05 0.003). Peran psychological capital yang tidak signifikan diperkirakan terjadi karena karakteristik sampel dengan tingkat job insecurity yang rendah sehingga dinamika variabel tidak tergambarkan. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih spesifik sehingga fenomena dapat dibuktikan. Limitasi lain juga didiskusikan pada penelitian ini.
This research aims to understand the relationship between job insecurity and CWB through the moderating role of psychological capital. Job insecurity levels were measured with Job Insecurity Questionnaire (De Witte, 2000). CWB measurement tool by Spector et al (2006) was used to measure CWB and PCQ-24, a tool to measure psychological capital by Luthans et al (2006), was also used. The sample of this study was 103 workers coming from various work industry, obtained from convenience sampling by online survey. Results show that psychological capital was not found to moderate the relationship between job insecurity and CWB significantly (bint= -.02, t= -1.77, p> 0.05, CI= -0.05 0.003). Insignificant moderator role of psychological capital might be caused by low level of job insecurity found in the sample of this study which in turn cannot predict changes in variables. Further research can use sample with specific level of job insecurity to validate different results. Other limitations are also discussed in this research.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putri Lestari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job satisfaction dan job insecurity, serta peran self-esteem sebagai moderator di dalam hubungan tersebut. Tipe penelitian korelasional kuantitatif merupakan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian, antara lain Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) dari Weiss dkk. (1967) untuk mengukur job satisfaction, Job Insecurity Questionnaire (JIQ) milik De Witte 2000 untuk mengukur job insecurity, serta Rosenbergs Self-esteem Scale (RSES) milik Rosenberg 1965 yang diadaptasi oleh Pierce & Gardner (204) untuk mengukur self-esteem. Partisipan penelitian ini merupakan karyawan yang sedang bekerja full-time selama minimal satu tahun. Perolehan partisipan tersebut menggunakan metode convenience sampling. Dari 103 partisipan, didapatkan hasil yang signifikan pada hubungan antara job satisfaction dan job insecurity r= -.287, n= 03, p< .01), serta efek moderasi self-esteem pada hubungan tersebut bInt = -0.022, t = -2.65, p < 0.05 sig, CI =-0.03-0.005. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi job satisfaction karyawan, semakin rendah job insecurity yang mereka miliki dan self-esteem dapat memoderasi hubungan di antara kedua variabel tersebut.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiragita Arifni Matahari
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan workplace wellbeing dan vocational indentity pada perawat. Pengukuran workplace wellbeing menggunakan alat ukur workplace wellbeing index (Page, 2005) dan pengukuran vocational identity menggunakan my vocational situation (Holland, Daiger & Power, 1980). Partisipan berjumlah 96 orang perawat yang bekerja di rumah sakit YZ. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara workplace wellbeing dengan vocational identity pada perawat (r= 0,12; p=2,46). Meskipun demikian terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi intrinsik workplace wellbeing dengan variabel vocational identity (r=0,20; p=0,04 signifikan pada LoS 0,05). Artinya, semakin tinggi workplace wellbeing intrinsik perawat maka semakin tinggi pula vocational identitity-nya. Berdasarkan hasil tersebut, workplace wellbeing intrinsik perlu dikembangkan untuk meningkatkan vocational identity perawat sehingga kinerja rumah sakit dalam memberi pelayanan pada pasien lebih optimal. ......This study was conducted to get an overview of the relationship between workplace wellbeing and vocational indentity among nurses. Workplace wellbeing measures using workplace wellbeing index (Page, 2005) and vocational identity measures using my vocational situation (Holland, Daiger and Power,1980). Participants of this study is a 96 nurses who work in YZ hospitals. Results of this study showed no significant relationship between workplace wellbeing and vocational identity among nurse (r = 0.12, p = 2,46). Nonetheless there is a significant relationship between intrinsic dimension of workplace wellbeing with vocational identity (r = 0.20, p = 0.04 Significant at 0.05 LoS). It means, the higher the intrinsic workplace wellbeing, the higher its vocational identity among nurse. Based on these results, workplace wellbeing intrinsic need to be developed to improve vocational identity performance so that the hospital nurses can provide more optimal care to patients.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrya Devitasari
Abstrak :
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara work passion terhadap psychological well-being pada karyawan. Pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Psychological Well-Being Scale yang disusun oleh Ed Diener, Derrick W., Robert B., William T., Chu K., Dong-won C., dan Shigehiro O. 2009 dengan nilai reliabilitas sebesar .863. Pengukuran Work Passion menggunakan alat ukur Passion Scale yang dikembangkan oleh Vallerand dan Houlfort 2003 dengan nilai reliabilitas .702. Kuesioner kedua alat ukur ini diberikan kepada 93 karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work passion memiliki hubungan yang positif signifikan r = .387, p < .01 dengan psychological well-being pada karyawan. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa berdasarkan data demografis, usia, lama bekerja, dan tingkat pendidikan tidak memiliki perbedaan mean yang signifikan pada kedua variabel. Sedangkan jenis kelamin memiliki perbedaan mean yang signifikan pada work passion dan tidak memiliki perbedaan mean yang signifikan pada psychological well-being. ...... This research intended to see the correlation between work passion toward psychological well being on employees. Psychological well being was measured by Psychological Well Being Scale by Ed Diener, Derrick W., Robert B., William T., Chu K., Dong won C., dan Shigehiro O. 2009 and has reliability coefficient .863. Measurement of work passion conducted with Passion Scale which is developed by Vallerand and Houlfort 2003 and has reliability coefficient .720. Both of this scale administrated to 93 employees. The result showed that work passion had positive significant effects with psychological well being on employees r .387, p .001 . This research also showed that according to demographical data of participants, both variabel didn rsquo t differ based on age, length of work, and educational level. While sex based on work passion had significant mean difference and no significant mean difference on psychological well being.
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2017
S68495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Victorio Jakti Wibawa
Abstrak :
Berdasarkan survei Gallup (2022), karyawan wanita di regional Asia Tenggara memiliki work engagement yang lebih rendah (22%) dari karyawan laki-laki (25%). Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan hal yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran inklusivitas dalam lingkup bekerja sebagai mediator pada hubungan antara transformational leadership dengan work engagement pada karyawan wanita yang bekerja di lingkungan kerja mayoritas pria. Penelitian ini adalah penelitian korelasional non eksperimental kuantitatif dengan teknik single trial test. peneliti mengambil partisipan yang berasal dari 150 partisipan karyawan wanita yang bekerja di perusahaan yang memiliki mayoritas karyawan laki-laki dengan rentang usia 21 s.d. 58 tahun di daerah Jabodetabek. Penelitian menggunakan tiga alat ukur berupa kuesioner yaitu Transformational Leadership Questionnaire (Ashikali & Groeneveld, 2015), Workgroup Inclusion (Chung dkk., 2020), dan Utrecht Work Engagement Scale 9 (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh transformational leadership terhadap work engagement pekerja wanita di jabodetabek di mediasi penuh oleh inklusivitas. Dengan demikian penting bagi perusahaan untuk menerapkan budaya inklusivitas di organisasi, untuk menunjang terjadinya work engagement pekerja wanita. ......Based on the survey that Gallup (2022) has made, Southeast Asian women employee has a lower work engagement level at 22 percent than men 25%.This research is aiming at finding the role of inclusivity at workplace as a mediator on the connection between transformational leadership and work engagement on woman employee that works at a company with men as their majority employee. This research is a non experimental correlational research with a single trial test technic. The researcher took 150 women employee with an age range of 21 to 58 years old as a participant that works in an organization that mostly consist of male employee. This research use 3 measuring instrument that consist of Transformational Leadership Questionnaire (Ashikali & Groeneveld, 2015), Workgroup Inclusion (Chung dkk., 2020), and Utrecht Work Engagement Scale 9 (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2006). The results shows that the correlation between transformational leadership and work engagement on woman’s employee at Jabodetabek is fully mediated by inclusivity. Therefore it’s very important for a company to start accumulating inclusive culture at their office, to support women’s work engagement.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>